Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Promosi Kesehatan

DISUSUN OLEH:

 Eli Simanjuntak
 Jesischa Sipahutar
 Martinus Giri
 Putri Manalu
 Lyola Siallagan
 Maria Sihaan
 Sonita Sinaga

Dosen Pembimbing:

Agustaria Ginting.SKM,.MKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN


TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur untuk kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Promosi Kesehatan dalam
merancang Pendidikan Kesehatan dengan media leafler,flip chart,dan booklet,menyusun TIU dan
TIK,menyusun materi,menentukan metode,merancang tempat dan waktu,merancang strategi
Kesehatan,merancang evaluasi dalam promosi kesehatan.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen Agustaria
Ginting.SKM,.MKM pada mata kuliah Promosi Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Promosi kesehatan bagi para mahasiswa Sarjana
Keperawatan STIKes St. Elisabeth Medan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bruder Agustaria Ginting selaku dosen mata kuliah Promosi
Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada.
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami juga menyadari, makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,16 Maret 2022

Kelompok 4
Daftar isi

COVER…………………………………………………………………..…….….. i

KATA PENGANTAR……………………………………………….….…….…..…ii

DAFTAR ISI………………………………………………………..……...…….….iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………...…….......…1

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………..………...….1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………….…….....….1
1.3 Tujuan Pembahasan…………………………………….…….…......1

BAB II ISI……………………………………………………………………...……2

2.1 Merancang Pendidikan Kesehatan dengan Media Leaflet,Flip chart dan boolet

2.2 Menyusun TIU dan TIK...............……….……….

2.3 Menyusun Materi …………………………………………

2.4 Menentukan Metode…………………………………………

2.5 Merancang Tempat,Waktu…………………………………………

2.6 Merancang Strategi Promosi Kesehatan…………………………………………

2.7 Merancang Evaluasi dalam Promosi Kesehatan…………………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………….……..…....14

3.1 Kesimpulan……………………………………………..……..…….14

3.2 Saran……………………………………………………..………….14
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Merancang Pendidikan Kesehatan dengan Media Leaflet,Flip chart dan boolet

 Pengertian Media Promosi Kesehatan

Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untukmenampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronik dan media luar ruang, sehingga sasarandapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo,
2005).

 Kegunaan dan Manfaat Media Promosi Kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan(AVA), alat-alat
tersebut merupakan alat untuk memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat (Fitriani, 2011).
1.Memban dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
2.Mencapai sasaran
3.Meransang sasaran untuk meneruskan pesan yang di terima kepada orang lain
4.Mempermudah penyampaian informasi
5.Menimbulkan minat sasaran pendidikan
Jenis Media Promosi Kesehatan

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan – pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi tiga,
yakni media cetak, media elektronik dan media papan.

a. Media Cetak
Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara
dan mudah terlipat.Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan – pesan kesehatan sangat
bervariasi antara lain sebagai berikut:

 Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan dalam bentuk buku,
baik berupa tulisan maupun gambar. Booklet digunakan sebagai media untuk promosi
kesehatan sehingga tenaga kesehatan tidak perlu repot lagi melakukan penjelasan secara
berturut atau berulang-ulang tentang kesehatan dikarenakan pesan kesehatan tersebut sudah
ada pada booklet. Bila ada masyarakat yang menanyakan tentang kesehatan, maka tenaga
kesehatan bisa memberikan booklet sehingga masyarakat bisa membaca pesan kesehatan yang
ada didalam booklet.
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa halaman
antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual
penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu mempertimbangkan kemampuan
membaca seseorang, kondisi fisik maupun psikologis penderita dan juga faktor lingkungan
dimana penderita itu berada. Masyarakat akan membacanya sendiri tentang permasalahan
kesehatan dan solusi kesehatan yang diinginkan. Secara umum manfaat booklet adalah untuk
promosi dan booklet memiliki manfaat yang banyak terutama bagi tenaga kesehatan dan
masyarakat.
 Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan – pesan kesehatan melalui lembaran
yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. Pada
umumnya penyampaian pendidikan kesehatan yang menggunakan metode ceramah akan
dibarengi dengan pemberian leaflet, dimana leaflet tersebut berisi pesan-pesan yang diberikan
saat pendidikan kesehatan menggunakan ceramah. Leaflet digunakan untuk memberikan
keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah
tangga, deskripsi tentang TB paru dan penecegahannya, dan lain-lain.
 Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk
lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana setiap lembar (halaman) berisi gambar
peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan
dengan gambar tersebut. Lembaran balik akan memudahkan pekerjaan untuk dijelaskan dan
memberikan informasi dengan gambar tahap demi tahap. setiap tahapan memiliki satu gambar
yang bernomor setelah selesai menyelesaikan isi satu nomor maka lembaran bergambar
tersebut dibalikkan begitu sampai seterusnya hingga akhir Sekumpulan lembaran balik
merupakan suatu pelajaran atau informasi yang lengkap jadi akan dapat dipilih untuk segera
digunakan seperlunya.Kelebihan lembar balik adalah gambar yang jelas dan dapat dilihat secara
bersama-sama, menarik dan mudah Halus,(Sulaiman,1985)

2.2 Menyusun TIU dan TIK

Dalam desain pembelajaran, dibedakan antara tujuan pembelajaran umum atau di sebut tujuan
intional umum (TIU) dengan tujuan intruksional khusus (TIK). Dalam KTSP, tujuan pembelajaran
dinyatakan secara tersirat dalam standart kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan indikator
pembelajaran.

Tujuan intitusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan
institusional sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau
dapat menyelesaikan program disuatu lembaga pendidikan tertentu.

Tujuan kurikuler (standar kompetensi mata pelajaran) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran.

Standar kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. 
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa
untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh
karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi.

Pengertian indicator kompetensi yang diberikan oleh PERMENDIKNAS RI No. 41 Tahun 2007 adalah
perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

pencapaian kompetensi (tujuan intruksional khusus) dikembangkan dari kompetensi dasar dengan
menggunakan kata kerja yang operasional dan cakupan materinya terbatas. Setiap kompetensi dasar
dapat dijabarkan menjadi tiga atau lebih indiator tergantung pada kompleksitas dan ruang lingkup
kompetensi dasar. Hal yang perlu diingat adalah tingkat kata kerja dalam kompetensi dasar lebih rendah
atau maksimal sama dengan tingkat kata kerja dalam standar kompetensi. Tingkat kata kerja dalam
indicator lebih rendah atau maksimal sama dengan tingkat kata kerja dalam kompeensi dasar. Sebagai
contoh: kompetensi dasarnya adalah menganalisis penyebab peristiwa alam yang terjadi di Indonesia.
Kata kerja dalam kompetensi dasar ini adalah menganalisis yang berada pada posisi C4 (analisis), maka
kata kerja yang ada di indicator adalah kata kerja yang berada di C4 juga atau berada lebih rendah dari
C4.

Penentuan TIU (kompetensi dasar) sangat menentukan terhadap pelaksanaan metode pembelajaran,
media pembelajaran, materi pembelajaran, dan strategi pembelajaran. TIU/KD dimaksudkan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukkan bahwa
siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. TIU dapat berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Dalam hal ini, Bloom membagi TIU kedalam tiga kawasan yaitu kawasan
kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam pendidikan, tujuan mengindikasikan apa yang guru harapkan dari siswa untuk dipelajari. Tujuan
memiliki peran penting dalam pembelajaran karena guru selalu mengajar untuk beberapa tujuan,
terutama untuk memudahkan belajar siswa. Pengajaran adalah sebuah tindakan yang disengaja dan
beralasan. Pengajaran adalah disengaja karena guru selalu mengajar dengan beberapa tujuan terutama
untuk memudahkan siswa dalam belajar. Pengajaran adalah beralasan karena apa yang guru ajarkan ke
siswa dinilai olehnya agar menjadi bermakna

2.3 Menyusun Materi

Kebanyakan materi, khususnya poster, leaflet dan materi audiovisual sudah dalam bentuk jadi,
tetapi kita dapat membuat sendiri dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Singkat dan lugas.


Jangan mencantumkan materi yang tidak relevan karena hanya akan mengganggu pesan utama

b. Tekankan pada hal-hal penting dengan mengubah besar huruf, style atau warnanya. Letakkan
tepat di tengah atas display yang mempunyai dampak visual maksimum.
c. Gunakan bahasa yang dimengerti sasaran
Pesan dalam media promosi kesehatan harus dipahami oleh kelompok sasaran.Pesan didalam
media promosi kesehaatan harus dipahami oleh kelompok sasaran dalam bentuk gambar dan katakata.
Cobalah pada beberapa orang untuk meyakinkan bahwa pesan anda dipahami (misalnya apakah
ungkapan “menyerang penyakit ginjal” diartikan sebagai informasi tentang cara menghindari penyakit
ginjal atau sebagai informasi tentang masalah kesehatan yang menyerang penyakit ginjal.

d. Cukup besar kata-kata, dan gambarnya

e. Gunakan warna
Warna dapat menciptakan kesinambungan, misalnya pengulangan warna latar dapat mengikat
sebuah seri poster. Warna dapat dipakai untuk mengidentifikasi bagian diagram atau menonjolkan
informasi penting. Pilihlah warna dengan seksama karena warna mempengaruhi respons emosional,
misalnya biru terkesan dingin, hijau lembut, dan karena warna dapat dikaitkan dengan beberapa
maksud, gambaran dan tempat tertentu, misalnya merah berarti marah/ keberanian, ungu untuk
kematian, putih untuk kebersihan klinik, warna kuning berarti cemburu. Warna berperan dalam hal
kepribadian, faktor psikologis dan lain-lain.

2.4 Menentukan Metode

Dalam promosi kesehatan metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku
baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.Dasar
digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang
berbeda – beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan
mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode atau cara ini.
Bentuk pendekatannya antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)


cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien
dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut atau berperilaku baru.
b. Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas
kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak aau belum menerima
perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan. Juga untuk mengetahui apakah
perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apabila belum, maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2.5 Merancang Tempat,Waktu


Dalam pelaksanaan penyuluhan kadang-kadang persiapan yang dilakukan oleh penyuluh menjadi
berantakan disebabkan karena hal-hal yang dianggap sepele yaitu waktu dan tempat penyuluhan yang
tidak tepat. Biasanya kelompok sasaran dikumpulkan di ruangan tertutup. Kegiatan dilakukan pada
umumnya mulai pagi hari hingga siang hari, oleh karena itu seorang penyuluh sebaiknya tahu kapan
kelompok sasaran mempunyai waktu yang luang dan kapan mereka dapat berkumpul bersama. Maka
jadwal kegiatan sehari-hari kader perlu untuk diketahui sehingga pada saat diadakan penyuluhan tidak
terkesan mengganggu atau merugikan kelompok sasaran

2.6 Merancang Strategi Promosi Kesehatan

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien,
diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut ³strategi´, yakni teknik atau cara
bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna
dan berdaya guna.

1.Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO

Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdirida ri 3 hal, yaitu:

a. Advokasi (Advocacy)

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di
berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal
maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau
usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi
secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan,
untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk
dana atau fasilitaslain. Dari uraian 4 dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik
eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan
(sasaran tertier).

b.emberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat langsung. Tujuan
utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini
dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).

c. Dukungan Sosial (Social support)

Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah
agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program
kesehatan dengan masyarakat (penerima program) Kesehatan.

2.7 Merancang Evaluasi dalam Promosi Kesehatan

secara harfiah evaluasi berasal dari kata to evaluate (Inggeris), yang diberi awalan (prefix) e- dan
akhiran (suffix) –tion. Evaluasi berarti menilai atau memberi nilai. Memang dalam evaluasi terlibat
kegiatan memberi penilaian (judgment). Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses
manajemen, termasuk manajemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain
karena orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana, apakah
semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dan apakah kegiatan yang dilakukan
memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan. Sebagai suatu proses manajemen
digambarkan sebagai suatu siklus, yang meliputi Perencanaan (P) Implementasi (I)  Evaluasi (E).
Sebuah perncanaan diikuti implementasi dan akan dievaluasi, dan seterusnya mulai dengan
perencanaan baru lagi. Namun disamping manajemen merupakan suatu siklus, perencanaan,
implementasi dan evaluasi sendiri pun merupakan suatu siklus pula. Siklus perencanaan, dimulai dengan
analisis situasi, penentuan masalah, pemilihan solusi dan komunikasi rencana, untuk selanjutnya mulai
dengan perencanaan baru dan yang lama diimplementasikan. Demikian juga dengan implementasi dan
evaluasi. Berikut digambarkan secara sederhana daur evaluasi.

a.Proses Evaluasi Dari

Evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah berikut.

1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi. Apakah itu rencananya,
sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak suatu kegiatan, serta pengaruh
terhadap lingkungan yang luas.

2. Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi
serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus

3. Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau beberapa aspek, maka
dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya mengikuti rancangan desain riset walaupun tidak harus
kaku Menentukan apa yang akan dievaluasi Mengembangkan kerangka dan batasan Merancang desain
(metode) Melakukan Pengamatan, pengukuran dan analisis Menyusun rencana dan instrumen
Membuat kesimpulan dan pelaporan BAHAN AJAR PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMOSI
KESEHATAN 17 seperti riset umumnya dalam penerapannya. Rancangan riset ini sangat bervariasi mulai
dari yang amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit begantung pada tujuan dan klepentingan
evaluasi itu sendiri.

4. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah mengembangkan instrument


pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi.

5. Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan pengumpulan data
hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan
evaluasi

6. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini di sajikan
dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan. Lain pihak menginginkan bentuk
penyajian atau pelaporan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai