Oleh
Pembimbing :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
kepaniteraan klinik modul 7 (Bedah minor & Kegawatdaruratan Gigi & Mulut)
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Andries Pascawinata, MDSc,
Sp. BM selaku dosen pembimbing, serta bantuan dan dorongan yang telah
diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
membutuhkan.
Penulis
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan yang bersifat kronis ditandai dengan
insulin baik absolut dan atau relatif. Defisiensi insulin absolut biasanya
didapatkan pada pasien diabetes mellitus tipe-1. Hal ini disebabkan adanya
kerusakan sel pankreas yang progresif sehingga insulin tidak dapat disintesis oleh
atau keduanya, yang menurunkan kerja insulin pada jaringan target, sehingga
kerusakan destruksi sel β pankreas baik oleh karena proses autoimun maupun
1
Diabetes mellitus tipe-1 merupakan salah satu penyakit kronik yang sampai
saat ini belum disembuhkan, tetapi upaya kontrol metabolik dengan baik dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kriteria berikut :
pemberian glukosa 75 g.
3
4. HbA1c (glycosylated hemoglobin) > 6,5%. Penanda ini harus
Trial (DCCT).
2.2 Epidemiologi
100.000 anak per tahun dan terendah di Jepang dengan 1,5-2 per 100.000
anak per tahun pada anak di bawah usia 15 tahun. Insidens DM tipe-1
4
2.3 Etiologi
yang diperantari berbagai faktor. Faktor genetik dan dipicu oleh faktor
biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun. Beberapa faktor lingkungan yang
diduga memicu terjadinya diabetes mellitus tipe-1 antara lain infeksi virus
(Rustama, 2010)
terhadap sel β yang disebut ICA (Islet Cell Antibody) Reaksi antigen (sel β)
Selain karena autoimun, diabetes mellitus tipe 1 juga bisa disebabkan oleh
virus cocksakie, rubella, citomegalo virus (CMV), herpes dan lain-lain. Pada
penderita diabetes tipe 1 umunya terdiagnosa pada usia muda. Diabetes tipe 2
terjadi oleh karena kerusakan molekul insulin atau gangguan reseptor insulin
menjadi energi.
5
Hal pertama yang harus dipahami adalah bahwa DM tipe-1 tidak
kadar glukosa darah dalam batas normal atau mendekati nilai normal,
tipe-1 terdiri dari lima pilar meliputi pemberian insulin, nutrisi, olahraga, dan
Pengelolaan DM tipe-1 pada anak sebaiknya dilakukan terpadu oleh tim yang
terdiri dari ahli endokrinologi anak, dokter anak, ahli gizi, psikiatri, psikologi
anak, pekerja sosial, dan edukator. Kerjasama yang baik akan lebih menjamin
1. Insulin
a. Jenis Insulin
6
kebutuhan metabolisme sebagai insulin basal ataupun bolus
b. Regimen Insulin
Dosis komponen basal 30%-40% dari total dosis insulin per hari
7
disarankan berdasarkan DCCT adalah regimen basa-bolus
Dosis insulin harian, tergantung pada: umur, berat badan, status pubertas,
lama penyakit, fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktivitas harian,
hasil monitoring glukosa darah, dan HbA1c, serta ada tidaknya komorbiditas.
Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin <0,5
IU/kg/ hari.
IU/kg/hari.
8
samping episode hipoglikemia minimal. Saat ini CSII belum tersedia
1800 bila menggunakan insulin kerja cepat, dan rumus 1500 bila
menggunakan insulin kerja pendek. Angka 1800 atau 1500 dibagi dengan
insulin total harian hasilnya dalam mg/dL, artinya 1 unit insulin akan
mg/dL.
9
hipoglikemia dengan dosis lebih rendah dari terapi inisial (0,3
IU/kg/hari).
2. Nutrisi
makan ini, diharapkan anak dapat tumbuh optimal dengan berat badan
15%- 20% berasal dari protein, dan 25%-35% dari lemak. Bukti klinis
3. Aktivitas Fisik
10
2.6 Manifestasi Diabetes Mellitus terhadap Kesehatab Rongga Mulut
(air liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-
makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun
maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk
terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur
salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air
asam sehingga dapat merangsang kelenjar air liur untuk mengeluarkan air
liur.
dan tulang). Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari
11
oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan
(karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum.
gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.
gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien
12
Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun
sejenis sariawan.
naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.
5. Oral thrush
terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar. Oral thrush atau oral
13
Dari hasil pengamatan, selama berpraktik sebagai dokter gigi yang
maupun kerongkongan.
gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat ,
14
2. Kemudian rawat gigi dan gusi, serta ke dokter gigi untuk
merokok.
4. Kontrol gula darah yang baik juga dapat membantu mencegah atau
tipe-1.
kedokteran saat ini berjalan kian pesat. Manusia dapat hidup lebih lama, karena
penyakit-penyakit yang dahulu tidak dapat disembuhkan, kini dapat diterapi dengan
adalah bagaimana seorang dokter gigi dapat melakukan perawatan dengan aman dan
dengan risiko sekecil mungkin. Untuk itu, seorang dokter gigi harus mempunyai
perlu mengetahui dengan pasti kesehatan umum pasien dan kondisi pasien apakah
pembedahan.
kelainan atau kondisi yang harus dikompromikan ke dokter sebelum dilakukan suatu
15
tindakan apapun yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Adapun kelainan
Pasien yang datang ke tempat praktek gigi mungkin dengan kondisi yang tidak
terdiagnosis DM. Sebagai contoh adalah adanya periodontitis yang parah dan cepat
progresif yang terlihat tidak sesuai dengan umur pasien, riwayat memiliki kebiasaan
buruk, oral hygiene (OH) buruk, dan adanya faktor lokal yang memperburuk seperti
plak atau kalkulus. Pada beberapa pasien DM juga sering dijumpai kelainan berupa
pembesaran gingiva, gingiva mudah berdarah pada pengerjaan dan adanya abses
periodontal. Jika dokter gigi mencurigai adanya penyakit DM pada pasien, maka
pasien patut dianamnesis dengan baik untuk mengetahui adanya riwayat polidipsia,
Jika diduga ada riwayat keluarga yang DM, maka perlu dilakukan evaluasi dan
pemeriksaan laboratorium berupa kadar gula darah puasa dan sesudah makan, uji
urine, dan toleransi glukosa. Pasien DM dapat dirawat di klinik gigi secara rawat
jalan. Pada pasien DM yang tidak terkontrol, seringkali mengalami infeksi berat di
daerah oromaksilofasial, serta penyakit sistemik lainnya, dan perawatan gigi pada
pasien tersebut membutuhkan pengobatan jangka panjang serta diet yang terkontrol.
khususnya jika tidak terkontrol. Antibiotik ini digunakan baik untuk mengatasi
infeksi akut maupun untuk tindakan profilaktik pada saat akan dilakukan tindakan
bedah.
perawatan adalah aktivitas puncak insulin dan jumlah glukosa yang diserap dari usus
berikut asupan makanan terakhir. Risiko terbesar akan terjadi pada pasien yang telah
menggunakan insulin dalam jumlah biasa atau menggunakan obat diabet oral tetapi
16
mengurangi atau menghilangkan makan pagi sebelum perawatan gigi, karena
Oleh karena itu pasien dianjurkan untuk makan dengan diet normal dan
dapat mengecek kadar gula darahnya. Jika kadar gula darahnya lebih rendah dari
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya
Finlandia dengan 43 per 100.000 anak per tahun dan terendah di Jepang
dengan 1,5-2 per 100.000 anak per tahun pada anak di bawah usia 15 tahun.
lainnya. Diabetes mellitus tipe-1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas
yang diperantari berbagai faktor. Faktor genetik dan dipicu oleh faktor
biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun Hal pertama yang harus dipahami
17
normal, sehingga mampu menormalkan metabolisme glukosa atau mendekati
umur, lama menderita DM, gaya hidup (pola makan, jadwal latihan, sekolah),
DAFTAR PUSTAKA
Pulungan AB, Annisa D, Imada S. Diabetes melitus tipe-1 pada anak: Situasi di Indonesia
Darwish HM, Kharroubi AT. Diabetes melitus: The epidemic of the century. World J
Diabetes. 2015;6:850-67.
Mayer-Davis EJ, Kahkoska AR, Jefferies C, Dabelea D, Balde N, Gong CX, et al.
Tridjaya B, Yati NP, Faizi M, Marzuki AN, Moelyo AG, Soesanti F. Konsensus nasional
pengelolaan diabetes melitus tipe 1. 3rd Ed. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Usher-Smith JA, Thompson MJ, Zhu H, Sharp SJ, Walter FM. The pathway to diagnosis
2015;5:1-10.
18
Endyarni B, Batubara JRL, Boediman I. Effects of structured educational intervention on
2006;46:260-5.
2008;28:347-85.
Beck JK, Pharm, Cogen FR. Outpatient management of pediatric type 1 diabetes. J
2007;4:264-9.
Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Yati NP, Tridjaja
BAAP, eds. Diagnosis dan tata laksana diabetes melitus tipe-1 pada anak
http://www.idai.or.id/professional-resources/guideline-
consensus/diagnosis-dan-tata-laksana-diabetes-mellitus-tipe- 1-pada-anak-
dan-remaja
Rustama DS, Yati NP, Andriana N, Pulungan AB. Diabetes melitus. In: Batubara JRL,
Tridjaja BAAP, Pulungan AB, eds. Buku ajar endokrinologi anak. 2nd Ed.
Jones AG, Hattersley AT. The clinical utility of C-peptide measurement in the care of
19
Himawan IW, Pulungan AB, Tridjaja B, Batubara JRL. Komplikasi jangka pendek dan
Indriyani R, Adji H. Hubungan antara status kontrol glikemik, vitamin D dan gizi pada
Turton JL, Raab R, Rooney KB. Low-carbohydrate diets for type 1 diabetes melitus: A
Skyler JS, Bakris GL, Bonifacio E, Darsow T, Eckel RH, Groop L, et al. Differentiation
2017;66:241-55.
Napitupulu IHN. Prevalensi diabetes melitus tipe 1 pada anak di RSUP Haji Adam Malik
2017.
Tuomilehto J. The emerging global epidemic of type 1 diabetes. Curr Diab Rep.
2013;13:795-804.
DiMeglio LA, Acerini CL, Codner E, Craig ME, Hofer SE, Pillay K, et al. ISPAD
Soenggoro EP, Purbasari R, Pulungan AB, Tridjaja BAAP. Glycemic control in diabetic
2011;5:294-7.
20
Danne T, Philip M, Buckingham BA, Jarosz-Chobot P, Saboo B, Urakami T, et al.
Deliana M, Siregar CD, Hakimi, Wisman. Pemberian insulin pada diabetes melitus tipe-1.
Smart CE, Annan F, Higgins LA, Jelleryd E, Lopez M, Acerini CL. ISPAD clinical
54.
Brink S, Lee WRW, Pillay K. Diabetes in children and adolescents: Basic training for
Adolfsson P, Riddell MC, Taplin CE, Davis EA, Fournier PA, Annan F, et al. ISPAD
21
PhelanH, Lange K, Cengiz E, Gallego P, Majaliwa E, Pelicand J, et al. ISPAD clinical
22