BAGIAN PROSTODONTI
Oleh:
Dosen Pembimbing :
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Illahi Rabbi, atas kehendak dan
pada Pasien Celah Bibir dan Langit-Langit” untuk memenuhi salah satu syarat
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan dosen pembimbing di bagian bedah
diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................v
DAFTRA TABEL........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................6
2.1 Embriologi Bibir dan Palatum.................................................6
2.2 Celah Bibir dan Langit-Langit.................................................9
2.3 Etiologi Celah Bibir dan Langit-Langit.................................10
2.3.1 Faktor Endogen (Genetik/Herediter)............................10
2.3.2 Faktor Eksogen (Lingkungan)......................................11
2.4 Manifestasi Klinis Celah Bibir dan Langit-Langit.................13
2.5 Klasifikasi Celah Bibir dan Langit-Langit.............................15
2.5.1 Berdasarkan Letak Sumbing........................................15
2.5.2 Klasifikasi Celah Bibir Menurut Veu..........................16
2.5.3 Klasifikasi Celah Bibir Menurut Kernahan dan Stark. 16
2.6 Feeding Plate.........................................................................17
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................19
3.1 Hasil dari Setiap Sumber Bukti..............................................19
3.2 Sintesis Hasil..........................................................................23
3.3 Pembahasan............................................................................26
3.3.1 Indikasi Feeding Plate Berdasarkan Kasus dan Usia
Pasien ..........................................................................26
3.3.2 Keuntungan Feeding plste...........................................27
3.3.3 Tujuan Pembuatan Feeding Plate................................29
i
3.3.4 Dampak pada bayi bibir sumbing jika tidak dibuatkan feeding
plate.......................................................................................30
3.3.5 Bahan Cetak untuk Pembuatan Feeding Plate.............32
3.3.6 Evaluasi Pasien Celah Bibir dan Langit-Langit
Setelah Pemakaian Feeding Plate.................................34
BAB IV KESIMPULAN...........................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................37
i
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR TABEL
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
Celah bibir dan langit-langit (cleft lip and palate / CLP) adalah suatu
kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta palatum lunak dan keras
rongga mulut. Sumbing pada bibir dan langit-langit merupakan suatu kelainan
kelahiran yang terjadi di daerah mulut dan bibir. Celah orofasial berupa celah
bibir dengan atau tanpa celah palatum dan celah palatum yang terjadi tanpa
disertai celah bibir dapat terjadi pada 1 diantara 500 hingga 1000 bayi yang lahir
mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan posisi gigi sulung maupun gigi tetap.
mengarah pada kondisi kesehatan dan integrasi sosial yang buruk pada penderita,
lahir hingga dewasa dan memiliki morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu tanpa kelainan bawaan ini (Arindra dkk, 2015;
Dewi, 2019).
Celah bibir dan langit-langit termasuk kelainan atau cacat lahir yang
paling sering terjadi, secara klinis bentuk kelainannya memunyai variasi luas dari
yang ringan, yaitu indentasi bibir, uvula bifida dan celah langit-langit lunak
submukosa sampai berat yaitu yang meluas ke hidung serta langit-langit, ada juga
yang hanya terbatas pada uvula saja atau langit-langit lunak dan keras. Celah pada
bagian wajah dan rongga mulut ini dapat berupa hanya celah bibir (CB), celah
i
bibir disertai celah langit-langit (CBL), atau hanya celah langit-langit (CL) (Putri
dkk, 2019). Secara spesifik prevalensi kejadian sumbing bibir dan langit-langit di
dari sumbing bibir dan langit-langit adalah 0,992/1.000 kelahiran hidup. Hasil
studi lain menyebutkan bahwa angka kejadian sumbing bibir dan langit-langit
adalah 1 dari 700 kelahiran di seluruh dunia dan 1 dari 500 kelahiran di Asia dan
tinggi dengan jumlah kejadian mencapai 1.596 penderita. Sjamsudin dan Maifara
sebanyak 25,05%. Berdasarkan jenis kelamin dan tipe kelainan angka kecacatan
ini terdiri dari frekuensi sumbing pada penderita lakilaki sebanyak 55,95% dan
perempuan sebanyak 44,05%, tipe sumbing di sebelah kiri berjumlah 44,29% dan
Sampai saat ini, cleft lip dan cleft palate belum diketahui penyebabnya
atau bersifat idiopatik. Penyebab dari celah bibir dan langit-langit ini berhubungan
dengan perpaduan antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Celah bibir dengan
atau tanpa celah langit-langit terjadi pada sejumlah besar sindrom yang bisa
disebabkan oleh faktor bukan genetik atau faktor lingkungan, kromosomal, faktor
i
genetik.. Cleft lip dan cleft palate dicurigai akibat mutasi pada gen pembentuk
rongga mulut dan bibir pada bayi ketika masa kandungan umur 4 bulan. Mutasi
ini menyebabkan gagalnya penyatuan jaringan yang membentuk palatum dan bibir
atas, yang akhirnya membentuk belahan yang terlihat jelas pada rongga mulut.
Namun, beberapa penelitian terbaru juga mencurigai diet dan pemakaian obat-
obatan pada ibu, kebiasaan merokok, dan lain-lain dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya cleft lip dan cleft palate (Prasetya, 2018; Putri dkk, 2019). Celah bibir
dan palatum terjadi karena kegagalan prosesus fasialis untuk bersatu pada saat
proses pembentukan wajah di usia janin 5 – 10 minggu. Celah yang terjadi pada
bibir dan palatum di rongga mulut merupakan defek kongenital akibat jaringan
malformasi dan agenesis gigi yang berdekatan dengan celah (Hidayat, 2017).
tersebut melibatkan tim yang terdiri dari dokter ahli bedah kraniofasial,
gizi, ortodontis, prostodontis, dan ahli psikologis. Pada kasus yang lebih aneh atau
sulit dilibatkan juga dokter ahli bedah saraf dan dokter mata. Penutupan celah
abnormal dilakukan dengan menggantikan jaringan keras, lunak, dan gigi yang
2017).
Pada bayi baru lahir yang mengalami celah bibir dan langit-langit akan
i
bayi tersedak serta air susu keluar melalui hidung, selain itu waktu yang
dibutuhkan untuk menyusu lebih lama sehingga perut bayi kembung, tidak
kemampuan bayi untuk menutup rongga mulut dan mengisap, tidak adekuat
sehingga bayi tidak mampu menarik cairan ke dalam mulut secara efisien.
mengisap, menelan, tipe tekanan dan fungsi struktur mulut yang terlibat dalam
proses asupan makanan pada bayi. Pembentukan isapan intra oral pada bayi yang
bilateral, sehingga bayi sulit untuk menekan puting di antara lidah dan langit-
Perawatan dini harus diberikan kepada bayi yang baru lahir yang
mengalami dengan celah bibir dan langit-langit karena fungsi alami dari daya isap
dan penelanan yang menjadi sulit sehingga terjadi masalah dalam pemberian susu
terutama 12 minggu pertama. Lengkung rahang yang lebih normal yang terbentuk
pada usia dini akan mempengaruhi perkembangan struktur tulang wajah, dan
cenderung menghasilkan pola pertumbuhan yang normal. Pada bayi yang segmen
i
oral untuk mengembalikan posisi segmen yang bergeser (Babu et al, 2019;
Kumari, 2019).
4. Apakah Dampak pada bayi bibir sumbing jika tidak dibuatkan feeding plate?
feeding plate?
1.3 Tujuan
usia pasien.
4. Mengetahui dan menjelaskan dampak pada bayi bibir sumbing jika tidak
i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur fasial mulai bisa dikenali pada minggu ke-5 hingga ke-6
bibir atas dan palatum primer. Sesaat sebelum proses ini selesai, pembelahan sel
menyebabkan proses tumbuh kembang pada area ini sangat rentan terhadap
terjadi pada minggu ke-6 intrauterin yang diawali dari perkembangan prosesus
sedang mengalami proses pembentukan. Pada minggu ke-7, terjadi fusi antara
prosesus palatina kiri dan kanan yang kemudian diikuti proses degenerasi yang
i
memungkinkan jaringan mesenkimal berkembang menutupi area ini. Jaringan
masing-masing kemudian membentuk palatum keras dan lunak. Selain terjadi fusi
pada garis tengah (midline), palatum sekunder bergabung dengan palatum primer
dan septum nasalis. Proses penggabungan tersebut terjadi dan selesai pada minggu
rongga oronasal terbagi menjadi rongga mulut dan rongga hidung sehingga
(Dewi, 2019).
Bibir dibentuk pada minggu kedelapan usia kehamilan dan langit-langit (palatum)
pada minggu ke 10-12. Tonjolan muka telah terbentuk pada minggu keempat.
2018)
i
Pada minggu kelima, tanda letak (placodes) masuk untuk membentuk
mendorong sepasang tonjolan nasalis medial pada minggu keenam (Gambar 2).
Fusi dari tonjolan nasalis medial membentuk: Filtrum, bibir tengah atas, ujung
hidung, dan Columella. Fusi dari sepasang tonjolan maxillaris dengan sepasang
nasalis bilateral seperti pada Gambar 3 (Clark, et al., 2018; Primasari, 2018).
Gambar 2. Embrio pada usia 6 minggu. (A) pembentukan bibir bagian atas dan
(Primasari, 2018)
i
Gambar 3. Pembentukan nasal dan maksila minggu ke-5 hingga ke-10
(Rajagukguk, 2016)
Istilah yang digunakan untuk celah bibir ialah cheilos, labioschisis, harelip
atau cleft lip. Cheilo, labio dan lip berarti bibir, sedangkan schisis, hare ataupun
cleft berarti celah. Pengertian dari celah bibir (labioschisis) adalah kelainan
bawaaan yang terjadi oleh karena tidak adanya penyatuan (fusi) secara normal
dari bibir pada proses embrional yang dapat terjadi secara sebagian atau
sempurna. Labioschisis, cleft lip, celah bibir atau bibir sumbing adalah kondisi
dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini
dapat berupa takik kecil pada bagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan
komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu
sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut
i
secara unilateral atau bilateral. Perkembangan bibir dan linggir alveolar dimulai
sejak usia 7 minggu kehamilan dan perkembangan palatum keras dan velum pada
usia 9 minggu kehamilan (Kummer, 2020). Bibir dan palatum berkembang secara
terpisah, sehingga memungkin bagi bayi untuk dilahirkan hanya dengan celah
bibir, hanya celah pada palatum, atau kombinasi keduanya. Keadaan kelainan ini
bicara, pendengaran dan mungkin juga mempengaruhi jumlah, ukuran, bentuk dan
Etiologi celah bibir dan langit-langit belum diketahui secara pasti, namun
Beberapa ahli menyatakan sumbing bibir terjadi disebabkan oleh multifaktor yang
merupakan kombinasi dari faktor endogen (genetik/ herediter) dan faktor eksogen
Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat keluarga yang
mengalami mutasi genetik. Oleh karena itu penting sekali saat proses anamnesa
dengan pasien untuk menanyakan soal apakah ada riwayat keturunan dari
keluarga mengenai kelainan ini. Para peneliti melaporkan bahwa 40% orang yang
ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat CLP (Kati, 2018). Ketika suatu gen
mengalami defek, hal tersebut dapat mengakibatkan celah. Namun, tidak semua
i
defek gen dapat menyebabkan celah, melainkan hal itu juga dipengaruhi oleh
Salah satu faktor resiko terkait dengan norma sosial yang dipercaya dapat
menjadi faktor resiko terjadinya celah bibir beberapa penelitian dan percobaan
intervensional.
pertama memiliki hubungan dengan kejadian celah bibir. Ibu hamil yang
i
mencapai 0,08 g/dL) atau meminum lima gelas atau lebih memiliki resiko lebih
tinggi terkena celah bibir maupun langit-langit. Biasanya bayi yang dilahirkan
oleh ibu pengonsumsi alkohol memiliki kelainan berupa celah bibir dengan atau
c. Rokok
trimester pertama merupakan faktor risiko yang besar dalam kenaikan jumlah
kelahiran bayi dengan celah bibir. Paparan asap rokok pada ibu hamil juga diduga
e. Obat-obatan
f. Infeksi
pada janin, termasuk kelainan pada bibir berupa celah bibir dan langit-langit.
i
Infeksi dapat berupa infeksi bakteri maupun virus. Virus seperti rubella dan
bahkan influenza diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya celah pada janin.
g. Stres
Hal ini dapat juga menyebabkan kecacatan berupa celah bibir pada janin.
h. Trauma
Salah satu penyebab terjadinya celah pada janin yaitu adanya tekanan pada
perut ibu yang mengakibatkan trauma. Hal yang paling banyak menyebabkan
tekanan eksternal tersebut yaitu ketika ibu tergelincir maupun jatuh. Selain itu,
beberapa hal lain yang menyebabkan tekanan eksternal yaitu adanya percobaan
aborsi dan kebiasaan ibu memberi tekanan pada perut ketika masa kehamilan.
kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu ataupun dot.
Keadaan tambahan yang ditemukan yaitu reflex hisap dan reflex menelan pada
mengakibatkan bayi menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu sehingga
i
2. Gangguan Berbicara
yang keluar dari paru-paru melewati pita suara dan masuk ke dalam rongga mulut.
Posisi lidah, bibir, rahang bawah dan palatum lunak saling bekerjasama untuk
superimpose suara karena perubahan aliran udara dalam struktur rongga mulut
(Ratnaningtyas, 2021).
3. Masalah Dental
Masalah dental meliputi kelainan ukuran dan bentuk gigi, misalnya, gigi
insisivus lateral permanen dengan kelainan ukuran dan bentuk pada sisi yang
terdapat celah, kelainan posisi gigi, serta pembentukan dan erupsi gigi permanen
4. Masalah Psikologis
Semua masalah yang dialami penderita dengan celah bibir dan langit-
dan kurangnya harga diri serta tidak mampu berkomunikasi dengan teman sebaya
di sekolah. Selain itu, beberapa penderita merasa cemas karena reaksi orang lain
i
2.5 Klasifikasi Celah Bibir dan Langit-Langit
Sumbing bibir satu sisi hanya mengenai satu sisi bibir saja, kanan atau kiri.
sumbing bibir pada satu sisi bibir atas sampai ke lubang hidung, mengenai
mole.
adalah sumbing bibir pada satu sisi atas tanpa ada tanda-tanda anomaly pada
prosesus alveolaris. Nasal sill pada bagian bibir yang mengalami sumbing
Sumbing bibir dua sisi merupakan sumbing bibir yang mengenai mengenai
kedua sisi bibir kiri dan kanan. Sumbing bibir dua sisi terbagi atas :
sumbing bibir pada kedua sisi bibir atas sampai ke lubang hidung,
adalah sumbing bibir pada kedua sisi bibir atas tanpa ada tanda-tanda
anomaly pada prosesus alveolaris dan nasal srill masih dalam keadaan
i
Gambar 4. Klasfikasi labioschisis berdasarkan letaknya
i
d. Area 7 dan 8 : Celah palatum keras posterior dari foramen insisivum
Plat ini merupakan sebuah alat prostodontik yang dibentuk sesuai anatomi
rahang dengan celah langit-langitnya sehingga menutup celah. Plat ini akan
membantu dalam pemberian makan. Plat ini terdiri dari 2 bagian, yaitu
(Rajagukguk, 2016):
i
2. Akrilik keras, merupakan bagian yang terletak dibagian tengah langit-
langit dan berguna untuk mendukung dan stabilisasi plat dalam arah
Ibu pasien akan kesulitan memberi makan bayi karena adanya regurgitasi
masalah makan tetapi juga dapat menyesuaikan posisi segmen celah menjadi
hubungan yang lebih ideal sebelum dilakukan tindakan bedah definitif. Selain itu,
alat ini mencegah lidah masuk ke area sumbing (Erkan et al, 2011).
i
BAB III
PEMBAHASAN
i
Penulis,
Metode
No Tahun Penerbit Judul Artikel Hasil Penelitian
Penelitian
Terbit
2. K.A Internati Penatalaksanaan Laporan 1. feeding plate pada bayi
Saran onal Sumbing pada Kasus dengan celah palatum
Babu et Journal Bayi: Tindakan keras dan lunak serta
bibir usia 15 hari.
al (2019) of Oral Prostetik
2. Dapat membantu dalam
Health Sederhana menghilangkan
Dentistry hipernasal, terapi wicara
untuk koreksi artikulasi
yang terganggu, dapat
mengurangi kejadian
otitis media dan infeksi
faring lainnya.
3. Untuk memudahkan
pasien dalam proses
makan dan menelan susu
agar masalah penurunan
berat badan dapat diatasi
untuk persiapan tindakan
bedah korektif celah
palatum keras dan lunak
serta bibir.
4. Akan selalu terjadi
penurunan berat badan
bayi secara bertahap.
5. Menggunakan green
stick compound yang
dilunakkan
menggunakan air hangat
untuk dijadikan sendok
cetaknya.
6. Terjadi penambahan
berat badan bayi setelah
penggunaan feeding
plate yang menunjukkan
fungsi tepat pada feeding
plate..
3. Manoran Internati Feeding Plate: Laporan 1. Feeding plate untuk
jan onal Keuntungan Kasus pasien berusia 5 hari
Mahakur Journal untuk Anak dengan kasus celah
langit-langit hingga
et al of Celah Palatum
uvula.
(2021) Advance dan Ibu Pasien 2. Dapat menghilangkan
d masalah secara langsung,
Reasearc seperti nutrisi yang tepat
h dan pencegahan infeksi
i
Penulis,
Metode
No Tahun Penerbit Judul Artikel Hasil Penelitian
Penelitian
Terbit
lebih lanjut karena
aspirasi.
3. Agar pasien bisa
mengisap ASI dengan
baik sehingga berat
badan ideal untuk syarat
tindakan pembedahan
terpenuhi.
4. Memberitahu orang tua
pasien akan
mempengaruhi makan
bayi, sehingga mereka
harus memberitahu
tentang pengobatan
alternative Feeding
plate.
5. Buat cetakan awal
menggunakan
impression compound
untuk membuat sendok
cetak, Buat cetakan
model kerja
menggunakan putty.
6. Pasien dapat mengisap
susu dari payudara ibu
dengan baik setelah
penggunaan feeding
plate.
4. Komal Europea Feeding Plate Laporan 1. Feeding plate untuk
Ghiya n Journal Pasien Delapan Kasus pasien berusia 8 hari
(2021) of Dental Hari dengan dengan celah bibir dan
Celah Bibir dan langit-langit.
and Oral
Langit-Langit 2. Dapat memfasilitasi
Health Klasifikasi Veau makan, menurunkan
Tipe III regurgitasi hidung,
mengurangi
kemungkinan tersedak
dan kebutuhan waktu
untuk memberi makan.
3. Mengoreksi regurgitasi
hidung saat menyusui
dan diperoleh berat
badan yang ideal setelah
proses makan dan ASI
i
Penulis,
Metode
No Tahun Penerbit Judul Artikel Hasil Penelitian
Penelitian
Terbit
dapat dilakukan dengan
baik.
4. Cetakan awal
menggunakan putty
polivinil siloksan ditekan
dengan tangan ke area
celah palatum, Buat
cetakan model kerja
menggunakan putty.
5. Anak dapat menyusu
dengan baik dan terjadi
kenaikan berat badan
yang stabil setelah
menggunakan feeding
plate.
5. Hilal Internati Feeding Plate Laporan 1. Pembuatan feeding plate
Ahmad onal untuk Bayi Kasus pada pasien 1,5 bulan
Hela et Journal dengan Celah dengan celah langit-
al (2021) of Langit-langit: langit.
Science Laporan Kasus 2. Untuk mengatasi
and masalah makan, yang
Healthca berfungsi sebagai
re pembatas antara rongga
Research hidung dan rongga mulut
sehingga mencegah
regurgitasi hidung.
3. Rehabilitasi dini
diwajibkan karena bibir
sumbing juga
mempengaruhi kualitas
hidup anak usia sekolah
yang pada gilirannya
mempengaruhi peran
social mereka.
4. Gunakan sendok teh
yang telah disterilkan
dan green stick
compound .
i
Tabel 2. Indikasi Feeding Plate Berdasarkan Kasus dan Usia Pasien
Penulis,
Tahun Terbit
Keuntungan Pembuatan Feeding Plate
Aruna Kumari S Dapat memeliharaan nutrisi yang memadai sangat penting
(2019) untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena
penambahan berat badan bayi.
K.A Saran Babu et Dapat membantu dalam menghilangkan hipernasal, terapi
al (2019) wicara untuk koreksi artikulasi yang terganggu, dapat
mengurangi kejadian otitis media dan infeksi faring
lainnya.
Manoranjan Dapat menghilangkan masalah secara langsung, seperti
Mahakur et al nutrisi yang tepat dan pencegahan infeksi lebih lanjut
(2021) karena aspirasi.
Komal Ghiya Dapat memfasilitasi makan, menurunkan regurgitasi
(2021) hidung, mengurangi kemungkinan tersedak dan kebutuhan
waktu untuk memberi makan.
i
Penulis,
Tahun Terbit
Tujuan Pembuatan Feeding Plate
Aruna Kumari S Mengatasi masalah pemberian makan untuk meningkatkan
(2019) berat badan pasien pada pasien celah bibir dan langit-langit
unilateral.
K.A Saran Babu et Untuk memudahkan pasien dalam proses makan dan
al (2019) menelan susu agar masalah penurunan berat badan dapat
diatasi untuk persiapan tindakan bedah korektif celah
palatum keras dan lunak serta bibir.
Manoranjan Agar pasien bisa mengisap ASI dengan baik sehingga berat
Mahakur et al badan ideal untuk syarat tindakan pembedahan terpenuhi.
(2021)
Komal Ghiya Mengoreksi regurgitasi hidung saat menyusui dan
(2021) diperoleh berat badan yang ideal setelah proses makan dan
ASI dapat dilakukan dengan baik.
Hilal Ahmad Hela Untuk mengatasi masalah makan, yang berfungsi sebagai
et al (2021) pembatas antara rongga hidung dan rongga mulut sehingga
mencegah regurgitasi hidung.
Tabel 5. Dampak pada bayi bibir sumbinf jika tidak dibuatkan Feeding
Plate
Penulis,
Tahun Terbit
Dampak pada bayi bibir sumbinf jika tidak Feeding
Plate
i
Tabel 6. Bahan Cetak untuk Pembuatan Feeding Plate
Penulis,
Tahun Terbit
Bahan Cetak untuk Pembuatan Feeding Plate
Penulis,
Tahun Terbit
Evaluasi Pasien Celah Bibir dan Langit-Langit Setelah
Pemakaian Feeding Plate
i
Penulis,
Tahun Terbit
Evaluasi Pasien Celah Bibir dan Langit-Langit Setelah
Pemakaian Feeding Plate
3.3 Pembahasan
multidisiplin. Dokter umum atau dokter anak atau ginekolog adalah orang
pertama yang mendiagnosis bahwa anak mengalami celah bibir dan langit-langit
mulut. Indikasi dari bibir sumbing dan celah langit-langit, yaitu pasien dengan
anomali kraniofasial kongenital yang sulit makan, berbicara, dan bayi yang
mengalami berat badan yang drastis, sehingga dokter gigi dan dokter umum
spesialis anak harus memberi tahu ibu dan orang tua tentang pengobatan alternatif
feeding plate untuk memudahkan pemberian makan bayi. (Aruna, 2019 dan
Bayi dengan celah bibir dan langit-langit biasanya terjadi pada bayi usia 5
hari, tidak hanya itu pada kasus yang sudah dijelaskan bibir sumbing dan celah
langit-langit juga bisa terjadi pada usia 3 bulan dikarenakan keluarnya ASI
melalui hidung, sehingga refleks menghisap juga hilang. Kelainan bibir sumbing
juga terjadi di India, dimana laporan kasus di India didapatkan usia bayi seorang
laki-laki berusia 15 hari juga terjadi bibir sumbing mengeluh dengan kesulitan
i
Bibir sumbing dan celah langit-langit juga terjadi pada usia 6 hari pada
pasien anomali kraniofasial kongenital dengan berat badan 2,5 kg, didapatkan
bayi lahir dengan celah langit-langit unilateral kanan dengan bukan komunikasi
sekitar 1,5 mm- 2,0 mm, akibatnya orang tua mengeluhkan regurgitasi hidung
proses menyusui. Cara mengatasi hal tersebut, bayi akan menekan puting di antara
langit-langit keras dan lidah, namun dapat terjadi komplikasi berupa regurgitasi
hidung dan tersedak, dengan demikian intervensi dini dengan cara konservatif
dan dengan demikian mengurangi risiko komplikasi selama operasi (Hela et al,
2021).
selama perawatan, pasien harus diperlukan berat badan yang cukup untuk
Feeding plate merupakan prostesis tambahan yang dibuat untuk bayi baru
i
normal. Ini memfasilitasi makan, menurunkan regurgitasi hidung, mengurangi
kemungkinan tersedak dan lebih cepatnya waktu dalam memberi makan anak
(Ghiya, 2021).
proses makan bayi dengan celah bibir dan langit-langit, membantu perkembangan
hidung dan iritasi septum hidung, dan menghindari infeksi telinga. Juga mencegah
perluasan bagian anterior rahang atas, yang membantu ahli bedah memberikan
perawatan rekonstruktif yang tepat (Kumari, 2019; Hela et al, 2021). Feeding
yang cukup sehingga penghisapan terjadi penghisapan ASI yang memadai. Alat
ini membantu anak untuk menghisap puting dengan mudah karena memberikan
titik kontak dan membantu bayi untuk memerah ASI. Jadi penting untuk
perkembangan otot faringeal dan palatal lebih baik, makan lebih mudah,
lebih baik, hygiene rongga mulut lebih baik, keadaan psikologi orang tua dan bayi
pemisahan anatar rongga mulut dan hidung. Ini dapat menciptakan platform yang
kaku ke arah mana bayi dapat menekan putting susu ibu dan mengeluarkan susu,
i
memberikan stabilitas lintas kengkungan dan mencegah keruntuhan lengkungan
akan mengalami masalah nutrisi yang tidak memadai dan sebagai hasilnya akan
selalu ada penurunan berat badan secara bertahap. Tindakan bedah korektif celah
ini tidak dapat dilakukan sampai bayi mencapai berat badan yang cukup sesuai
usia, maka dari itu dilakukan Pemeliharaan nutrisi yang memadai dengan
dibuatkan feeding plate. Tujuan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
persyaratan persiapan tindakan bedah korektif. (Babu et al, 2019; Kumari, 2019;
akibatnya bayi kesulitan dalam mengisap karena tekanan negatif yang diperlukan
tidak dapat diproduksi di rongga mulut. ASI yang diperah cenderung keluar
yang tepat dan pencegahan infeksi lebih lanjut karena aspirasi (Babu et al, 2019;
i
Tujuan lainnya dari pembuatan feeding plate yaitu pembentukan isapan
intraoral pada bayi yang mengalami celah bibir dan langit-langit agar tidak
mulut inferior akibat celah langit-langit, sehingga bayi sulit untuk menghisap
putting diantara lidah dan langit-langit. Feeding plate juga membantu agar bayi
celah langit-langit dapat mengembalikan fungsi alami dari daya isap dan
penelanan yang sulit, dan juga dapat membantu proses menambah berat badan
perkembangan otot faring dan menghisap air susu, agar dapat membantu proses
pertumbuhan bayi dan dapat mengatasi masalah penurunan berat badan bayi agar
3.3.4 Dampak pada bayi bibir sumbing dan celah langit-langit jika
dan perkembangan bayi karena penambahan berat badan penting untuk persiapan
bayi untuk operasi korektif. Namun, celah langit-langit mulut membuat lubang di
tekanan negative yang diperlukan tidak dapat diproduksi di rongga mulut, dan
juga terkadang ASI yang di perah cenderung keuar ke hidung. (Aruna, 2019)
i
Cacat lahir kongenital paling umum terlihat pada bayi adalah bibir
sumbing dan celah langit-langit. Bayi-bayi ini menderita kekurangan gizi dan
akibatnya akan selalu terjadi penurunan berat badan secara bertahap. Pendekatan
tindakan bedah celah ini tidak dapat dilakukan sampai bayi membutuhkan berat
badan yang cukup sesuai usia. Situasi yang menyedihkan seperti dokter gigi dan
selanjutnya. Beberapa masalah akan dihadapi penderita celah palatum mulai sejak
kelahiran hingga dewasa. Masalah pertama bagi penderita celah palatum adalah
susah menelan, ketika makan atau minum. Penderita celah palatum akan merasa
kesulitan dalam penelanan oleh karena ada kemungkinan makanan dan minuman
menjadi sengatu dan kurang jelas, gangguan pendengaran, keadaan malposisi gigi,
yaitu adanya gangguan pada faring yang berhubungan dengan fossa nasal. Pasien
celah palatum dibutuhkan latihan dan pengetahuan khusus bagi orang tua pasien
pada bayi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah isapan yang tidak cukup
i
untuk memperah air susu, asupan udara yang berlebihan, tersedak, dan keluarnya
cairan dari hidung, akibat nya terjadi penurunan berat badan bayi dan
tidak tepat menyebabkan penurunan berat badan bayi secara bertahap yang
pendekatan multidisiplin. Dokter umum atau dokter anak atau ginekolog adalah
orang pertama yang mendiagnosis bahwa anak mengalami celah bibir dan langit-
langit mulut dan itu akan mempengaruhi makan bayi, sehingga mereka harus
memberi tahu ibu dan orang tua tentang pengobatan alternatif pembuatan feeding
sebagai master dari tim dia harus berkonsultasi dengan prostodontik, ahli bedah
mulut dan ahli bedah plastik sebelum perencanaan perawatan lagi peran terapis
wicara tidak dapat dihindari. Namun, intervensi segera dengan pembuatan feeding
plate dapat menghilangkan masalah langsung yaitu nutrisi yang tepat dan
celah, kurangnya kerjasama, ukuran rongga mulut, dan juga kemungkinan bayi
untuk aspirasi saat membuat cetakan. Dengan demikian, pemilihan bahan cetak
yang tepat diperlukan untuk menghasilkan detail permukaan yang tepat dan juga
dapat dengan mudah dimasukkan dan dikeluarkan dari rongga mulut, selain itu
i
posisi bayi yang tepat juga wajib selama pembuatan cetakan (Babu et al, 2019;
Hela et al, 2021). Prosedur pencetakan sangat penting dalam pembuatan feeding
plate dan harus dilakukan bersama dokter anak di unit perawatan intensif
neonatal. Posisi pasien, sendok cetak, dan pemilihan bahan cetak merupakan
langit yang akurat pada bayi, yaitu telungkup, tegak, horizontal, dan bahkan posisi
terbalik. Poli silikon adisi adalah bahan pilihan untuk membuat cetakan sumbing
karena sifat elastisnya baik, tear strength tinggi, detail permukaan akurat, dan
cetakan pada pasien sumbing karena elastisitasnya, kekuatan sobek yang lebih
tinggi, hasil yang akurat dan stabilitas dimensi yang baik yang memungkinkan
karenanya membuat lebih kompatibel bagi pasien saat diberi makan (Ghiya,
2021).
Penelitian duggal tahun 2019, pada kasus ini bahan cetak yang digunakan
yaitu bahan cetak elastomer, tetapi bahan feeding plate yang digunakan untuk
bibir sumbing dan celah langit-langit yaitu menggunakan natal feeding plate yang
dibuat dari bahan ethylene vinyl sheet (EVA). Bahan ethylene vinyl sheet (EVA)
i
memiliki keuntungan lembut dari bahan akrilik, permukaan halus, ringan,
kecocokan intraoral yang baik, prosedur yang sederhana, kabel retensi tidak
Feeding Plate
Protesa feeding plate tersebut membuat bayi dapat menelan susu dengan
benar dan tidak hanya membantu merekonstruksi penampilan fisik saja tetapi
merawat celah bibir dan langit-langit (Babu et al, 2019; Ghiya, 2021).
Feeding plate tidak hanya membantu dalam proses memberi makan saja,
mencegah lidah memasuki area celah dan mengganggu pertumbuhan alami palatal
plate menuju midline, perkembangan bicara dan fungsi rahang. Feeding plate
cukup hingga dapat dilakukan penghisapan susu yang memadai, dapat membantu
anak untuk mengompres puting dengan mudah karena memberikan titik kontak
dan membantu bayi untuk memerah ASI, jadi penting untuk memeriksa sebelum
i
pembuatan feeding plate apakah anak memiliki refleks menyusu atau tidak
mencapai berat badan yang dibutuhkan untuk tindakan bedah. Alat ini harus
dibuat ulang sesuai dengan perubahan kerangka bayi seiring bertambahnya usia.
kepada orang tua pasien. Selama tindak lanjut bayi berturut-turut diperiksa berat
badan bayi suoaya menunjukkan fungsi dari feeding plate. (K.A. Saran, 2019)
waktu yang selama ini dibutuhkan. Volume susu yang dikonsumsi menunjukkan
efektivitas klinis untuk merektraksi maksila ke posterior dan inferior, piranti ini
plate setidaknya selama 8 bulan, orang tua pasien melaporkan bahwa mereka
lebih nyaman saat menyusui bayi mereka dan secret hidung berkurang. Waktu
yang dibutuhkan untuk menyusui dan kesulitan yang dialami orang tua juga
i
BAB IV
KESIMPULAN
menjadi tugas yang sulit untuk diselesaikan tetapi bukan tidak mungkin meskipun
itu membutuhkan kerja tim dari sejumlah besar spesialis. Pemberian makan yang
tidak tepat menyebabkan penurunan berat badan bayi secara bertahap yang
dan perkembangan pasien sumbing dan dengan demikian harus disarankan sedini
mungkin setelah lahir. Alat ini penting untuk membantu proses makan,
lidah, regurgitasi hidung dan iritasi septum hidung, dan menghindari infeksi
telinga. Kemudian juga mencegah perluasan bagian anterior rahang atas, yang
i
demikian mengurangi risiko komplikasi selama operasi. Pembuatan feeding plate
rongga mulut, dan juga kemungkinan bayi untuk aspirasi saat membuat cetakan.
menghasilkan detail permukaan yang tepat dan juga dapat dengan mudah
dimasukkan dan dikeluarkan dari rongga mulut, selain itu posisi bayi yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Arif, KIH. 2020. Celah Bibir dan Langit-Langit: Literature Review. Skripsi.
FKG Universitas Hasanuddin: Makassar.
Arindra, PK., Prihartiningsih. Dan Bambang, DR. 2015. Penatalaksanaan Repair
Palatoplasty dengan Teknik Furlow Double Opposing Z Plasty. Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia, Vol. 1(1): 115-121.
Azkiya, G. Budi, YF. dan Febianne, E. 2021. Karakteristik Labiopalatoskisis pada
Program Smile Train di RSU ‘Aisyiyah Padang Tahun 2018-2020.
Baiturrahmah Medical Journal, Vol. 1(2).
Babu, KAS., Ch. Revanth., Angelina, HV., K. Supraja. and B. Balaji. 2019.
Management of Clefts in Infants – A Simplified Prosthetic Approach.
International Journal of Oral Health Dentistry, Vol. 5(2): 124-126.
Bakhtiar, DA. 2021. Obturator Bottle Feeding untuk Bayi Baru Lahir dengan
Kelainan Celah Langit. Indonesian Journal of Dentistry, Vol. 1(1): 24-27.
Balaji, SM. 2013. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd Ed. India:
Elvisier
Damayanti, L. 2012. Pemasangan Feeding Plate dan Ikatan Ekstra Oral pada Bayi
Celah Bibir dan Langit-Langit Bilateral Komplit Disertai Premaksila
Protrusif. Dentofasial, Vol. 11(3): 161-164.
Dewi, PS. 2019. Management of Clef Lip and Palate (Literature Review).
[diakses dari:
http://e-journal.unmas.ac.id/index.php/interdental/article/view/340].
Elfiah, U., Kushariyadi, SS. dan Septa. SW. 2021. Analisis Kejadian Sumbing
Bibir dan Langit: Studi Deskriptif Berdasarkan Tinjauan Geografis. Jurnal
Rekonstruksi dan Estetik, Vol. 6(1): 34-43.
Erkan, M., Seniz, K., Arzu, A. dan Yumus, G. 2011. A Modified Feeding Plater
for a Newborn With Cleft Palate. Cleft Palate-Craniofacial Journal, Vol.
i
49(5): 1-6.
Ghiya, K. 2021. Feeding Plate of an Eight-day-old Patient Having Veau Type III
Cleft Lip and Palate. European Journal of Dental and Oral Health, Vol.
2(5): 1-3.
Hela, HA., Shazana, N. and Mehvash, Q. 2021. Feeding Appliance for an Infant
with Cleft Palate: A Case Report. International Journal of Science and
Healthcare Research, Vol. 6(4): 71-75.
Hidayat, R. 2017. Obturator Prosthesis to Rehabilitate Maxillary Defect on Cleft
Palate and Kennedy Clas III Patient. ODONTO Dental Journal, Vol. 4(2):
136-142.
Jairaman, V. 2015. Penanganan Bibir Sumbing dan Malformasi Langit-Langit.
Intisari Sains Medis, Vol. 2(1): 19-21.
Kati, FA. Cleft and Lip Palate: Review Article. 2018. World J Pharm Med Res.,
Vol.4(7): 155–63.
Kumari, A. 2019. Fabrication of Feeding Plate Prosthesis for a Six Days Ols
Neonate: A Case Report. International Journal of Dental Materials, Vol.
1(3): 89-92.
Kummer, AW.2020. Cleft of the Lip and Palate. In: Cleft Palate and Craniofacial
Conditions: a Comprehensive Guide to Clinical Management. 4th ed.
Burlington: Jones and Bartlett Learning.
Mahakus, M., Silpa, T., Louis, SS., Anusuya, M., Deepika, U. and Chemmalar,
DT. 2021. Feeding Plate: A Boon to Cleft Palate Child and Mother Too –
Case Report. International Journal Advanced Research, Vol. 9(11): 836-
845.
Prasetya, MA. 2018. Cleft and Lip Palate. Makalah. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana: Bali.
Primasri, A. 2018. Embriologi dan Tumbuh Kembang Rongga Mulut. Medan:
USU Press.
Ratnaningtyas, J. 2021. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Faktor Risiko Celah
Bibir dan Langit-Langit di Puskesmas Mutiara Kabupaten Asahan. Skripsi.
FKG Universitas Sumatera Utara: Medan.
Putri, FM., Marry, SM., Emma, R. dan Ani, MM. 2019. Penyuluhan Mengenai
Penyebab Kelainan Celah Bibir dan Langit-Langit. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, Vol. 4(2): 31-33.
Rajagukguk, MS. 2016. Distribusi Kasus Celah Bibir, Celah Langit-Langit, Serta
Kombinasi Celah Bibir dan Langit-Langit Berdasarkan Usia, Jenis
Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal Pasien di RSUP H. Adam Malik
Periode 2012-2015. Skripsi. FKG Universitas Sumatera Utara: Medan.
Septarika, MR. 2016. Distribusi Kasus Celah Bibir, Celah Langit-Langit, Serta
Kombinasi Celah Bibir dan Langit-Langit Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin
dan Daerah Tempat Tinggal Pasien di RSUP H. Adam Malik Periode 2012-
2015. Skripsi. FKG Universitas Sumatera Utara: Medan.
i
Silva, CM. Moraes, PMC. Queiroz, TB. And Neves, LT. 2019. Can Parental
Consanguinity Be a Risk Factor for the Occurrence of Nonsyndromic Oral
Cleft?. Early Hum Dev., Vol. 135: 23–6.
Sjamsudin, E. and Maifara, D. 2017. Epidemiology and Characteristic of Cleft
Lip and Palate and the Influence of Consanguinity and Socioeconomic in
West Java , Indonesia: A Five-Year Retrospective Study. International
Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, Vol. 46(1): 69.
Subramanyam, D. 2020. An Insight of the Cleft Lip and Palate in Pediatric
Dentistry - A Review. Journal of Dentistry and Oral Biology, Vol. 5(2): 1–
6.
Wahyuni, A. 2016. Perbedaan Penggunaan Foto Panoramik dengan CBCT pada
Penatalaksanaan Gnatoplasty pada Pasien Gnatoschisis. Skripsi. FKG
Universitas Hasanuddin: Makassar.