Anda di halaman 1dari 15

DIABETES

MEILITUS

REFERAT Preseptor:

dr. Rina K, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam darah tinggi karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. WHO sebelumnya
telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam suatu
jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problema anatomik dan kimiawai akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

Epidemiologi
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu
(kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram).
Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes
Melitus yang tidak terdiagnosis.
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, yaitu :
Diabetes Melitus Tipe 1
DM ini disebabkan oleh kekurangan insulin dalam darah yang terjadi akibat kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala
yang menonjol adalah sering kencing (poliuri), sering lapar (polifagi) dan sering haus (polidipsi), sebagian besar
penderita DM tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin
seumur hidup.
Diabetes Melitus Tipe 2
DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau
bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Akibatnya glukosa dalam
darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, dan 75% dari penderita DM type II ini dengan obesitas atau
kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, yaitu :
Diabetes Melitus Tipe lain
a. Defek genetik pada fungsi sel beta
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Diinduksi obat atau zat kimia
f. Infeksi
g. Imunologi.
DM Gestasional (Kehamilan)
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Faktor Resiko
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
a. Riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus
b. Umur.Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring dengan meningkatnya usia
c. Riwayat pernah menderita Diabetes Mellitus gestasional
d. Riwayat lahir dengan BB rendah.
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
a. Berat badan lebih
b. Kurang aktifitas fisik
c. Hipertensi
d. Dislipidemia
e. Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita
prediabetes dan DM tipe 2
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 1
Pada DM tipe I adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah
akibat defek sel beta penghasil insulin pada pankreas. DM tipe I dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa, namun lebih sering didapat pada anak-anak.

Diabetes Meilitus Tipe II


Pada DM tipe II ini tidak berpengaruh pada banyak atau sedikitnya insulin dalam tubuh, tetapi
terjadi karena resistensi insulin akibat kadar asam lemak dalam tubuh meningkat, yang
mengakibatkan fungsi insulin untuk metabolisme glukosa dalam darah menjadi energi menurun
sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat (hiperglikemi).
BAB 2
Tinjauan Pustaka

MANIFESTASI KLINIS
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
A. Poliuri : Keadaan dimana seseorang sering merasa ingin kencing
B. Polifagi : Sering merasa lapar
C. Polidipsi : Sering merasa haus
D. Keluhan lain : Penurunan BB, Lemah, Kesemutan, Gatal dan Pengelihatan Buram.
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:


1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM.
2. Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Apabilahasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
DM,bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkanke dalam kelompok toleransi glukosa
terganggu (TGT) atauglukosa darah puasa terganggu (GDPT).
 Ket:
a. TGT: glukosa plasma 2 jam setelah dilakukan beban glukosa antara 140 –199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
b. GDPT: glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5,6– 6,9 mmol/L)
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Komplikasi
A. Penyulit Menahun
1. Mikroangiopati (gangguan pembuluh darah kecil)
a. Retinopati Diabetik disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah pada jaringan di belakang mata (retina)
yang dapat mengakibatkan penurunan penglihatan mendadak
b. Nefropati Diabetik adalah kerusakan pada ginjal yang ditandai dengan albuminuria menetap > 300mg/24
jam atau > 200 mg/menit pada minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan.
c. Neuropati Diabetik adalah kerusakan saraf yang terjadi akibat diabetes yang beresiko tinggi terjadinya
ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri dan lebih
terasa sakit di malam hari.
2. Makroangiopati (gangguan pembuluh darah besar)
a. Pembuluh darah coroner atau otak Kewaspadaan kemungkinan terjadinya PJK dan stroke harus
ditingkatkan terutama untuk mereka yang mempunyai resiko tinggi seperti riwayat keluarga PJK atau DM
b. Pembuluh darah Tepi adalah penyakit yang kadang terjadi tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki
merupakan kelainan yang pertama muncul
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Komplikasi
B. Penyulit Akut
1. Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan). Keadaan tersebut
menyebabkan produksi glukosa hati meningkat dan penggunaan glukosa oleh sel tubuh menurun dengan hasil akhir
hiperglikemia.
2. Hiperglikemi Hiperosmolar Non Ketotik adalah Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah
lebih besar dari 600 mg% tanpa ketosis yang berarti dan osmolarlitas plasma melebihi 350 mosm/Kg. Keadaan ini
jarang mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes tipe non insulin dependen karena pada keadaan ini pasien akan
jatuh kedalam kondisi KAD, sedangkan pada DM tipe 2 dimana kadar insulin darah nya masih cukup untuk mencegah
lipolisis tetapi tidak dapat mencegah keadaan hiperglikemia sehingga tidak timbul hiperketonemia.
3. Hipoglikemia adalah Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg% tanpa gejala klinis atau
GDS < 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah turun. Stadium
gangguan otak ringan : lemah lesu, sulit bicara gangguan kognitif sementara. Stadium simpatik, gejala adrenergik
yaitukeringat dingin pada muka, bibir dan gemetar dada berdebar-debar. Stadium gangguan otak berat, gejala
neuroglikopenik : pusing, gelisah, penurunan kesadaran dengan atau tanpa kejang
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Penatalaksanaan Non Farmakologi


1. Edukasi : Pemberdayaan penyandang DM memerlukan partisipasi dari pasien, keluarga dan masyarakat
2. Terapi Gizi Medis : Kadar Glukosa Darah, Tekanan Darah, Berat Badan
3. Latihan Jasmani : Olahraga santai seperti jogging 30-60 menit
BAB 2
Tinjauan Pustaka

Penatalaksanaan Farmakologi
1. Obat Hipoglikemik Oral : Insulin secretagogue (sulfonylurea, glinid), insulin sensitizers (Thiazolindindion),
gluconeogenesis inhibitor (metformin), Inhibitor Absorbsi Glukosa (acarbose).
2. Insulin : Ketika terjadi penurunan BB cepat, hiperglikemia, ketoasidosis diabetic.
3. Terapi Kombinasi : Untuk kombinasi OHO dengan insulin yang banyak dipakai adalah OHO dan insulin basal yang
diberikan pada malam hari atau menjelang tidur
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :
DM merupakan penyakit metabolic yang disebabkan oleh banyak faktor
penyebab, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah secara
kronik yang disertai gangguan metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh defek sekresi insulin.
Saran :
Penderita DM sebaiknya control secara teratur dan tidak putus obat guna
mencegah ancaman terjadinya komplikasi, serta edukasi untuk diet dan Latihan
jasmani agar memperingan intervensi farmakologi.

Anda mungkin juga menyukai