Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit metabolik yang

kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat protein dan

lemak serta berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis

(kebanyakan herediter) sebagia akibat kurangnya efektif insulin didalam

tubuh, dengan tanda hyperglikemia dan glukosaria, disertai dengan gejala

klinik akut (poliuri, polidipsi, penurunan berat badan dengan gejala kronik

kadang tanpa gejala kadar glukosa darah dikendalikan oleh hormon insulin

yang dihasilkan oleh pankreas (Susilo, 2011).

Diabetes Mellitus menurut WHO (World Health Organization)

merupakan suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak

memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak

efektif menggunakan hormon insulin yang sudah dihasilkan.

Ketidakmampuan tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar

glukosa dalam darah atau dikenal dengan hiperglikemia.

Diabetes Mellitus (DM) dalah gangguan kesehatan yang berupa

kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah

(glukosa) darah akibat kekurangan ataupun retensi insulin. Penyakit ini

sudah lama dikenal, terutama dikalangan keluarga, khususnya keluarga

13
yang berbadan besar (kegemukan) bersama gaya hidup “tinggi” atau

modern. Akibatnya, kenyataan menunjukkan DM telah menjadi penyakit

masyarakat umum, menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan

membawa banyak kecacatan dan kematian (Bustan, 2015).

2. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus

Tanda dan gejala Diabtes Mellitus dapat digolongkan menjadi

gejala akut dan gejala kronik :

a. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus

Gejala akut penyakit Diabetes Mellitus dari satu penderita dengan

penderita lainnya bervariasi, bahkan ada yang tidak menunjukkan

gejala apapun sampai saat tertentu. Pada awal gejala meliputi banyak

makan (poliphagia), banyak minum (polidipsia), banyak kencing

(poliuria). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati akan timbul

gejala nafsu makan mulai berkurang, berat badan turun dengan dengan

cepat 5-10 kg dalam waktu 2 minggu, mudah lelah, bila tidak diobati

penderita akan jatuh pada koma yang disebut koma diabetikum.

b. Gejala Kronik

Gejala kronik penyakit Diabetes Mellitus yang sering dialami

penderita adalah kesemutan, terasa panas seperti tertusuk jarum, rasa

tebal dikulit, kram, mudah lelah, suka mengantuk, mata kabur, gatal

sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan impoten, pada ibu hamil sering

14
mengalami keguguran, kematian janin dalam kandungan bahkan bayi

lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg (Hastuti, 2011).

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes

Asssociation, 2010 adalah sebagai berikut :

a. Diabetes tipe 1 (Tipe 1 IDDM)

Yang disebabkan oleh gangguan sel beta pankreas. Diabetes Mellitus

ini merupakan gangguan autoimun dan idiopatik. Penyakit ini

kebanyakan ditemukan pada anak dengan usia muda, dibawah 30

tahun. Lebih dari 90 % sel dari sel pankreas yang memproduksi

insulin mengalami kerusakan secara permanen. oleh karena itu,

insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat

diproduksikan.

b. Diabetes tipe 2 ( NIDDM)

Diabetes Melitus Tipe 2 (bahasa inggris : adult – onset diabetes,

obesity – related diabetes, non – insulin – dependent diabetes

mellitus, NIDDM ) merupakan tipe Diabetes Mellitus yang terjadi

bukan disebabkan oleh rasio insulin didalam sirkulasi darah,

melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh

mutasi pada banyak gen termasuk yang mengekspresikan disfungsi

sel B, gangguan sekresi hormon insulin, resistensi sel terhadap insulin

yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon

resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi

15
kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan

glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh

hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang

merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

(Hasdianah, 2012).

Diabetes Mellitus Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat

insensivitas sel terhadap insulin. Gangguan metabolik akibat sekresi

insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin (retensi

Insulin). Kebanyakan ditemukan pada usia lebih dari 45 tahun,

obesitas, kurang aktifitas fisik, hipertensi, dilipidemia, genetik, berat

bayi lahir lebih dari 4000gr, riwayat menderita Diabetes Gestasional

( Noor Fatimah, 2105).

c. Diabetes Gastasional

Penyakit ini ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah secara

enzimatik dengan bahan darah plasma vena penggunaan bahan darah

(whole blode) vena ataupun kapiler, sedangkan untuk memantau hasil

pengobatan dapat dilakukan denganterhadap pemeriksaan darah

kapiler.

d. Diabetes Tipe lain

a. Defek genetik fungsi sel beta

b. DNA mitokondria

c. Defek Genetik kerja insulin

d. Penyakit eksokrin pankreas :

16
- Pankreatis

- Tumor / pankreatektomi

- Pankreatopati fibrokalkulus

e. Endokrinopati

- Akromegali

- Sindrom Cushing

- Feokromositoma

- Hipertiroidisme

f. Karena obat/ zat kimia

g. Pentamidin, asam nikotinat

h. Glukokortikoid, hormon tiroid

4. Patofisiologi

Karbohidrat merupakan komponen diet yang penting, karbohidrat

yang ditelan akan dicernakan menjadi monosakarida dan diabsorbsi

terutama dalam duodenum dan yeyunum proksimal, setelah diabsorbsi

kadar gula darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya

akan kembali pada batasnya, pengaturan kadar glukosa darah tergantung

pada sekresi glukosa, sintesis glukogen dan glikogenesis dalam hati.

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dipergunakan oleh

jaringan perifer ini tergantung dari keseimbangan fisiologi beberapa

hormon:

17
a. Hormon yang merendahkan kadar gula darah

Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa darah

yang dibentuk di sel-sel beta p ulau langerhans pangkreas.

b. Hormon yang meningkatkan kadar gula darah antara lain:

Glukogen yang disekresi oleh sel alfa pulau langerhans epineprin yang

disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromatin lainnya.

c. Glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal

Hormon pertumbuhan yang disekresi oleh kelenjer hypofisis anterior.

Kadar glukosa plasma puasa normal adalah 80 mg%. Glukosa difiltrasi

oleh glumerulus ginjal dan hampir semua diabsorsi oleh tubulus ginjal

selama konsentrasi glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180mg

%, jadi ambang ginjal normal untuk glukosa dan konsentrasi glukosa

plasma 160-180mg%.

5. Kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus

Manurut Garnardi (2012) istilah diabetes mellitus yang berarti

kencing manis, tetapi penegakan diagnosa Diabetes Mellitus tidak

berdasarkan pada ada atau tidaknya gula (glukosa) pada air kencing,

penegakan diagnosis Diabetes Mellitus berdasarkan pemeriksaan gula

darah, terbagi atas :

a. Pemeriksaan gula darah sewaktu

Pemeriksaan gula darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah yang

waktunya kapan saja tanpa memerlukan puasa. Nilai gula darah

sewaktu >200mg/dl

18
b. Pemeriksaan gula darah puasa

Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan gula darah saat

puasa, dimana untuk malakukan tes ini berpuasa sedikitnya 6-8 jam

sebelum pemeriksaan. Nilai gula darah puasa > 126mg/dl

c. Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial

Yang disebut juga dengan uji toleransi glukosa 2 jam. Nilai gula darah

2 jam PP >200mg/dl

d. Pemeriksaan A1C ( HbA1C )

Pemeriksaan ini dapat mengambarkan rata – rata kadar gula darah

dalam waktu 2 – 3 bulan sebelumnya. Bila sealama 2 – 3 bulan

terakhir gula darah kita rata – rata baik, A1C hasilnya baik. Nilai A1C

biasanya dikaitkan dengan resiko komplikasi kronis. Artinya jika hasil

A1C tidak tinggi resiko komplikasi juga kecil.

Nilai A1C dianggap baik adalah 6,5 % ( 6% - 7 % ). Apabila kadar

gula darah lebih sering tinggi dari pada normal hasil A1C akan tinggi.

Namun jika lebih banyak normal dari pada tinggi hasil A1C akan lebih

baik.

6. Komplikasi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus dapat menyerang seluruh hampir seluruh sistem

tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung, yaitu pada sistim :

a. Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi, infark miokard, insufisiensi

koroner

b. Mata : retinopati diabetika, katarak

19
c. Saraf : neuropati diabetika

d. Paru-paru : TBC

e. Ginjal : Pielonefritis, glumeruloskelosis

f. Hati : sirosis hepatis

g. Kulit : gangren, ulkus, furunkel

Komplikasi pada penyakit Diabetes Mellitus ini bisa bersifat :

a. Komplikasi akut yang ditandai dengan : infeksi ( Karbunkel,

gangren, pielonefritis) terjadi ketoasidosis di ikuti koma

b. Komplikasi kronis yang berhubungan dengan kerusakan

dinding pembuluh darah yang menimbulkan aterosklerosisi khas

pada pembuluh darah kecil dibagian ujung organ yang disebut

mikroangiopati. Manifestasi berupa retinopati,

glumerulosklerosis dan neuropati.

Komplikasi Diabetes Mellitus tipe II dapat dibagi atas :

a. Komplikasi awal

1) Hiperbilinuria

2) Background neuropathy

3) Neuropathy

4) Kalsifikasi arteri medial

5) Hipertensi

b. Komplikasi lanjut

1) Kegagalan ginjal

2) Poliferative retinopathy

20
3) Gangren dan amputasi

4) Coronary heart disease

5) Diabetes related death

7. Faktor risiko utama Diabetes Mellitus tipe II

Menurut PERKENI faktor risiko Diabetes Mellitus tipe II dibagi atas :

a. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi, yaitu :

1) Ras

2) Genetik

Mempunyai orang tua / keluarga dengan riwayat Diabetes

Mellitus. Jika salah satu orang tua menderita Diabetes mellitus

tipe II resikio anaknya menderita Diabetes mellitus tipe II

sebanyak 40 % dan bila kedua orang tua menderita Diabetes

Mellitus tipe II risiko anaknya menderita Diabetes Mellitus

tipe II sebanyak 70 %

3) Riwayat pernah melahirkan bayi dengan BB lahir > 4000gr,

Dan Diabetes Gestasional

4) Umur

Retensi insulin cenderung terjadi dengan bertambahnya umur,

meningkatnya umur merupakan faktor resiko yang

menyebabkan fungsi pankreas me njadi menurun sehingga

produksi insulin oleh sel beta pankreas juga ikut terganggu.

21
b. Faktor yang tidak bisa dimodifikasi

1) Obesitas

Obesitas berkaitan dengan retensi insulin sehingga akan timbul

kegagalan toleransi insulin. Orang yang obesitas membutuhkan

banyak insulin untuk metabolisme tubuh, terjadinya

hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan

insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin

menurun atau mengalami kelainan dalam pengikatan dengan

insulin. Kondisi ini jika berlangsung dalam waktu yang lama

maka akan menyebabkan terjadinya retensi insulin.

2) Hipertensi

3) Kurangnya aktifitas fisik

4) Dislipidemia (HDL <35, Trigiserida >250)

5) Diet tidak seimbang (unheality diet), diet dengan tinggi gula

dan rendah serat.

(PERKENI, 2011).

B. Obesitas

1. Pengertian

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun

abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Obesitas

adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan fisik dan

skeletal sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.

22
Obesitas (kegemukan dan berat badan lebih) merupakan gangguan

kronik baru yang segera menjadi palemik global yang cukup sulit sekali

dikendalikan. Diperlukan manajemen yang komprehensif, fokus kefaktor

risiko gaya hidup makan, dan berolahraga mengingat obesitas sebagai

penyakit gaya hidup. Obesitas berdampak pada risiko penyakit tidak

menular, seperti : penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, kecacatan

terkait arthritis dan kanker (Bustan, 2015).

2. Penyebab Obesitas

a. Genetik

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada

generasi berikutnya didalam sebuah keluarga. Dalam hal ini

nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan

jumlah unsur sel lemak dalam tubuh.

b. Kerusakan pada salah satu bagian otak

Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada

suatu bagian otak yang disebut hipotalamus, sebuah kumpulan inti

sel dalam otak yang berlangsung berhubungan dengan bagian-

bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak.

c. Pola Makan Berlebih

Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang

berat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa

dan bau makanan, atau saatnya waktu makan.

d. Kurang Gerak atau Olahraga

Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap

pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua

23
faktor : Tingkat aktivitas dan olahraga secara umum dan pengaruh

emosional.

e. Lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk

menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang

menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan

maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk.

(Hasdianah, 2012)

f. Faktor Psikis

Apa yang ada didalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi

kebiasaan makannya. Banyak orang memberikan reaksi terhadap

emosinya dengan cara makan. Salah satu bentuk gangguan emosi

adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan

masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita

obesitas dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tetang

kegemukannya serta rasa tidak nyaman atau kurang percaya diri

dalam pergaulan sosial (Sutanto, 2010).

3. Tipe-tipe Obesitas

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok :

a. Obesitas ringan : 120 % - 140 % BB ideal

b. Obesitas sedang : 140 % - 200 % BB ideal

24
c. Obesitas berat atau abnormal : > 200 % BB ideal. Obesitas berat

ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orangyang gemuk.

(Indra, 2013).

4. Komplikasi

a. Diabetes (kencing manis)

b. Hipertensi (tekanan darah tinggi)

c. Dislipidemia (kadar kolesterol dan trigliserida darah tinggi)

d. Percepatan atherosklerosis (penyumbatan pembuluh darah)

e. Preeklamsia

f. Mengganggu penampilan / estetika diri

g. Kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah

5. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (18

tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai

risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas

kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan

secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan

berat badan yang ideal atau normal.

Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan

normal orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak

tahun 1958 digunakan cara perhitungan barat badan normal berdasarkan

rumus :

25
Berat Badan Normal = (Tinggi Badan – 100) – 10 % (Tinggi

Badan – 100)

Atau

0,9 x (Tinggi Badan – 100)

Dengan Batasan :

Nilai Minimum : 0,8 x ( Tinggi badan – 100 ) dan

Nilai Maksimum : 1,1 x ( Tinggi Badan – 100 )

Ketentuan ini berlaku umum bagi laki-laki dan perempuan.

Berat badan yang berada dibawah batas minimum dinyatakan

sebagai Under Weight atau “kekurusan”, dan berat badan yang berada

diatas batas maksimum dinyatakan sebagai Over Weight atau

“kegemukan”. Orang-orang yang berada dibawah ukuran berat normal

mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada diatas

ukuran normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif.

IMT ( Indeks Massa Tubuh / BMI) merupakan satuan pengukuran

untuk menentukan status berat lebih dan obesitas pada orang dewasa.

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18

tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan

olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan

khusus (penyakit) lainya seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

26
Atau

Berat badan (dalam Kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO /

WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan.

Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1 - 25,0 dan untuk perempuan

adalah 18,7 - 23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi

energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO / WHO menyarankan

menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan.

Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan batas ambang laki-laki

untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada

perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi

berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara

berkembang. Akhirnya diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk

Indonesia adalah seperti tabel

27
Tabel 2.1
Klasifikasi IMT Dewasa Menurut Kemenkes RI

Kategori IMT Klasifikasi

<17,0 Kurus ( kekurangan BB tingkat berat)

17,0 – 18,4 Kurus ( kekurangan BB tingkat rendah)

18,5 - 25,0 Normal

25,1 - 27,0 Kegemukan ( kelebihan BB tingkat ringan)

> 27,0 Gemuk (Kelebihan BB tingkat berat)

Sumber : Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

no. 1995/menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian

Status Gizi.

C. Umur

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu

benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur di ukur dari lahir

hingga masa kini, atau dari kejadian itu bermula hingga masa kini (Depkes RI,

2009)

Diabetes Mellitus Tipe II biasa juga disebut penyakit Diabetes yang terjadi

pada usia dewasa (adult or maturity onset diabetes). Kebanyakan kasus Diabetes

Mellitus tipe II ini memang terjadi pada usia dewasa, lebih banyak sesudah umur

40 tahun, serta mereka yang kurang gerak badan, massa otot berkurang, berat

badan makin bertambah (Hans Tandra, 2008). Menurut Internasional Diabetes

Federation sebesar 90-95% orang dengan Diabetes mellitus tipe II biasanya

28
berumur lebih dari 40 tahun. Tingkat kerentanan terjangkitnya penyakit Diabetes

Melllitus Tipe II sejalan dengan bertambahnya umur.

Kelompok umur yang paling banyak menderita Diabetes mellitus tipe II

adalah kelompok umur 45-52, peningkatan risiko Diabetes Mellitus seiring

dengan bertambahnya umur, khususnya pad disebabkan karena pada usia lebih

dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadinya peningkatan

intoleransi glukosa, adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya

kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin, selain itu pada

individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel

otot sebesar 35 %, hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot

sebesr 30 % dan memicu terjadinya resistensi insulin (Sunjaya, 2009).

29

Anda mungkin juga menyukai