Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS DIABETES MELITUS

Tn A, 48 tahun memiliki riwayat DM tipe 2 selama 10 tahun. Keluarga dari pihak ayahnya
diketahui memiliki riwayat DM tipe 2. Tn A bekerja bekerja di perbankan di bagian sorting uang
yang memiliki aktifitas tetap dengan jam kerja yang sama . Tn A telah mengalami pemasangan
ring untuk memperbaiki penyakit jantung coroner yang dideritanya. Saat pandemic covid 19 Tn
A mengalami isolasi di RS dikarenakan kadar gula darah dan d dimer mengalami peningkatan 3
kali dari biasanya. Saat ini Tn A berupaya melakukan perbaikan pola hidup dengan olah raga
secara rutin 3 kali seminggu. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir menunjukkan gula darah
puasa 154 mg/dl, gula 2 jam pp 266 mg/dl, HBA1c 7,6 %.
Dokter meresepkan obat metformin 1000 mg/hari sejak awal diagnosis, dan sekarang sudah
diganti menjadi insulin 16 unit dan glimepiride 4mg sebelum makan
Diskusikan kasus tersebut berdasarkan pustaka yang sah dan mutakhir
1. Aspek Farmakoterapi:
Definisi penyakit, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinik, dampak Covid 19, pedoman
penatalaksanaan , DM tipe 2, dan monitoring hasil terapi,
2. Aspek Pelayanan Kefarmasian : telaah resep secara klinik dan adanya perubahan obat.

Tugas Video : lakukan konseling pada studi kasus.

JAWAB.

1. ASPEK FARMAKOTERAPI
a. Definisi Penyakit
 Menurut (PERKENI 2021), Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
 Diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA) suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (tingginya kadar gula darah)
yang terjadi karena kelainan sekresi (pengeluaran) insulin, kerja insulin atau
keduanya (Chalid, 2018).
 Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit/ gangguan metabolisme kronis dg multi
etiologi yg ditandai dg tingginya kadar gula darah disertai dg gangg metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sbg akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO,1999).
 Salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena
gangguan sekresi insulin, kerja insulin/keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan
kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
(Dipiro ed.11)
b. Patofisiologi
Penderita dengan DM memiliki konsentrasi glukosa dalam darah yang tinggi, sehingga
ginjal tidak akan dapat menyerap semua glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul
dalam urine (kencing manis). Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah
ini akan disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini disebut
diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
buang air kecil (poliuria) dan haus (polidipsia). Kekurangan insulin juga dapat
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Jika terjadi kekurangan insulin, kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi tidak
akan disimpan di jaringan.

c. Etiologi
Diabetes mellitus adalah suatu gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa
darah meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme karbohidrat. Penyebabnya
adalah kekurangan hormon insulin, yaitu hormone yang dihasilkan oleh pancreas.
Pankreas adalah organ yang terdiri dari:
 98% sel dengan sekresi ekstern yaitu enzim-enzim pencernaan yang akan
disalurkan ke duodenum
 2 % kelompok sel Langerhans dengan sekresi intern yaitu hormon-hormon yang
disalurkan ke darah:
 Sel α : menghasilkan hormon glucagon, menstimulasi pengubahan glikogen
menjadi glukosa
 Sel β : menghasilkan hormon insulin, menstimulasi pengubahan glukosa
menjadi glikogen
 Sel δ : menghasilkan somatostatin
 Sel PP : menghasilkan pancreatic polypeptide
Pada DM Tipe 1 biasanya terjadi kerusakan pada sel β/beta pancreas sehingga tidak
dapat memproduksi insulin hal ini biasanya terjadi akibat proses autoimun yang
diakibatkan faktor genetik.
Pada DM Tipe 2, penyebab dapat disebabkan oleh:
 Resistensi Insulin,
 Reseptor kurang peka terhadap insulin, artinya reseptor insulin ada, hanya
kemampuan penyerapan glukosanya berkurang
 Berkurangnya jumlah reseptor yang harus mengikat insulin
 Penyusutan sel sel beta secara progresif. Sel-sel beta yang masih tersisa pada
umumnya masih aktif, namun sekresi insulinnya semakin berkurang (biasa terjadi di
atas usia 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk).
 Peningkatan produksi glukosa hati melalui jalur “Glukoneogenesis”
Ada juga yang disebut Diabetes Gestasional yang merupakan diabetes yang didiagnosis
pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan
diabetes, hal ini disebabkan pada masa kehamilan, plasenta akan memproduksi lebih
banyak hormon, seperti hormon estrogen, HPL (human placental lactogen), termasuk
hormon yang membuat tubuh kebal terhadap insulin, yaitu hormon yang menurunkan
kadar gula darah. Akibatnya, kadar gula darah meningkat dan menyebabkan diabetes
gestasional.
d. Manifestasi Klinik
 Glikosuria mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine
(poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl
serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
krn kehilangan kalori.
 Berat Badan Turun
 Lemah
 Mata kabur
 Rasa kesemutan, glukosa yang tinggi merusak dinding pembuluh darah dan akan
mengganggu nutrisi pada saraf
 Gusi merah dan bengkak
 Kulit terasa kering dan gatal
 Mudah kena infeksi, leukosit (sel darah putih) yang biasa dipakai untuk melawan
infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik jika glukosa darah tinggi.
 Gatal pada kemaluan
(Price Sylvia Anderson 2005)
e. Dampak COVID19
f. Pedoman Penatalaksanaan
g. DM Tipe 2
h. Monitoring Hasil Terapi
2. ASPEK PELAYANAN KEFARMASIAN
a. Skrining Resep
b. Perubahan Obat

Anda mungkin juga menyukai