and
Nutrition
Skenario 2: Lukanya Sudah Kering Dok!
Seorang pria berusia 60 tahun datang ke klinik penyakit dalam dengan
keluhan luka di kaki kanan yang tidak sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya
luka tersebut disebabkan karena tertusuk duri saja dan sudah diobati oleh mantri
kesehatan di kampung. Satu minggu kemudian luka bertambah luas. Kemudian
dibawa kembali berobat ke mantridan disarankan berobat ke dokter umum.
Kemudian saat berobat ke dokter umum didapatkan keluhan banyak makan,
minum, dan kencing serta penurunan berat badan. Setelah dilakukan pemeriksaan
fisik dan laboratorium darah meliputi gula darah sewaktu dan puasa maka dokter
merujuk pasien ke rumah sakit.
Karena pasien menolak untuk dirujuk ke rumah sakit, maka dokter
memberikan edukasi pada penderita tentang prinsip pencegahan DM berdasarkan
five level prevention. Dokter juga memberikan obat minum dan membersihkan
luka kepada pasien seperti pengaturan pola makan, aktivitas fisik, perawatan luka,
dan mengenali tanda bahaya hiperglikemia dan hipoglikemia. Setelah pasien
melakukan semua instruksi dokter umum dimana ia berobat, luka yang dialaminya
semakin kering dan semua keluhan yang ia rasakan semakin berkurang.
normal,
tubuh
penderita diabetes, kadar gula darahnya tersebut berada pada tingkat terlalu
tinggi; dan pada penderita hipoglikemia, kadar gula darahnya berada pada
tingkat terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah menyebabkan berbagai
sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak merupakan organ yang
sangat peka terhdap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan
sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula
darah yang rendah dan melalui sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal
untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal in akan merangsang hari untuk
melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadar gula
turun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
Hiperglikemia : Hiperglikemia menurut definisi berdasarkan kriteria diabetes
melitus yang
Step 3Brainstorming
1. Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino,
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada
rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan
kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa
darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama
dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan
tubuh normal oleh sel beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk
biphasic. Seperti dikemukakan, sekresi insulin normal yang biphasic ini akan
terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang berasal dari makanan
atau minuman. Insulin yang dihasilkan ini, berfungsi mengatur regulasi
glukosa darah agar selalu dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa
maupun setelah mendapat beban. Dengan demikian, kedua fase sekresi
insulin yang berlangsung secara sinkron tersebut, menjaga kadar glukosa
3
mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah
melahirkan .
3. Poliuria karena kadar glukosa dalam darah yang tinggi meningkatkatkan
kekentalan darah sehingga terjadi osmosis pada tubulus ginjal dan air banyak
dikeluarkan lewat urin. Polifagi karena glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke sel-sel tubuh sehingga sel selalu merasa lapar meskipun aaupan dari
luar terus diberikan. Polidipsi karena sel mengalami dehidrasi akibat terlalu
banyak cairan yang dikeluarkan tubuh lewat urin sehingga pasien akan selalu
merasa haus.
4.
Uji toleransi glukosa oral. Hasil yang normal menunjukkan kadar glukosa
plasma pada keadaan puasa kurang dari 115 mg/dl. Kadar glukosa plasma
2 jam sesudah pemberiaan glukosa meningkat menjadi 200 mg/dl.
Pencegahan primer
Pencegahan sekunder
Pencegahan tersier
Obat ini kadang biasa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun
beberapa
penderita
memerlukan
2-3
kali
pemberian.
Jika
obat
Terapi Insulin
Pada penderita Diabetes Mellitus tipe I, pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin sehingga harus disuntikkan insulin pengganti.
Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan. Insulin
disuntikkan dibawah kulit kedalam lapisan lemak, biasanya dilengan atau
dipaha.
Kerusakan ginjal.
Kebutaan.
Serangan stroke.
Kematian mendadak.
preproinsulin
mengalami
pemecahan
sehingga
terbentuk
terhadap
sel
beta.
Mengenai
bagaimana
mekanisme
mengalami
metabolisme.
Untuk
mendapatkan
proses
2.
Kebutaan.
Gagal ginjal.
Beragam amputasi.
Sering terjadi reaksi autoimun pada organ lain yang pada penderita
Diabetes tipe 1 atau anggota keluarga mereka.
Mekanisme yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk berespon
terhadap sel-sel beta sedang dikaji secara intensif.
Diabetes tipe II
DM tipe 2 memiliki hubungan genetik lebih besar dari tipe 1 DM. Satu studi
populasi kembar yang berbasis di Finlandia telah menunjukkan rate
konkordansi pada kembar yang setinggi 40%. Efek lingkungan dapat menjadi
faktor yang menyebabkan tingkat konkordansi diabetes tibe 2 lebih tinggi
daripada tipe 1 DM. Studi genetika molekular pada DM tipe 2, menunjukkan
bahwa mutasi pada gen insulin mengakibatkan sintesis dan sekresi insulin
yang abnormal, keadaan ini disebut sebagai insulinopati. Sebagian besar
pasien dengan insulinopati menderita hiperinsulinemia, dan bereaksi normal
10
Augmentasi
dari
massa
jaringan
adiposa,
yang
menyebabkan
sebagai
resistent
terhadap
penyimpanan
glukosa
Dari proses-proses ini, dapat dinyatakan bahwa obesitas lebih dari sekedar
faktor risiko sahaja, namun dapat memiliki efek kausal dalam pengembangan
diabetes tipe 2
11
Pada diabetes tipe ini, penderita mampu menghasilkan insulin, tetapi insulin
yang dihasilkan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya di dalam tubuh.
Jenis ini adalah jenis yang paling umum. Beberapa penyebab utama diabetes
tipe 2 dapat diringkaskan sebagai berikut:
a. Faktor keturunan, apabila orang tua atau adanya saudara sekandung yang
mengalaminya.
b. Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat. Banyaknya gerai makanan
cepat saji (fastfood) yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat.
c. Kadar kolesterol yang tinggi.
d. Jarang berolahraga.
e. Obesitas atau kelebihan berat badan.
Diabetes tipe lain
Penyakit
dari
eksokrin
pankreaspankreatitis,
pankreatektomi,
Endokrinopatiakromegali,
sindrom
cushing,
glukagonoma,
Bentuk yang tidak umum dari diabetes yang diperantarai oleh imun
"stiff-man" sindrom.
penderita diabetes tipe 1 sering terbangun pada malam hari untuk buang
air kecil sehingga tidak dapat tidur nyenyak.
9. Mudah merasa lelah.
3.
13
Poliuria
Kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan lebih banyak glukosa yang
masuk ke dalam tubulus ginjal untuk difiltrasi melebihi jumlah yang dapat
direabsorbsi dan kelebihan glukosa akan dikeluarkan ke dalam urin. Hal
ini secara normal dapat timbul bila kadar glukosa darah meningkat di atas
180 mg/dl, yaitu suatu kadar yang disebut sebagai nilai ambang darah
untuk timbulnya glukosa dalam urin.
Polidipsi
Tingginya kadar glukosa darah dapat menyebabkan dehidrasi berat pada
sel di seluruh tubuh. Hal ini terjadi sebagian karena glukosa tidak dapat
dengan mudah berdifusi melewati pori-pori membran sel, dan naiknya
tekanan osmotik dalam cairan ekstrasel menyebabkan timbulnya
perpindahan air secara osmosis keluar dari sel.
4.
Pradiabetes
Diabetes
Kadar
< 100
100 - 126
> 126
gula
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Kadar
< 140
140 - 200
> 200
gula 2
mg/dl
mg/dl
mg/dl
setelah
puasa
jam
setelah
makan
14
mellitus, kadar GDS 200 mg/dl atau GDP 126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Sedangkan pada pasien yang tidak
memperlihatkan gejala khas diabetes mellitus, apabila ditemukan kadar GDS
atau GDP yang abnormal maka harus dilakukan pemeriksaan ulang
GDS/GDP atau bila perlu dikonfirmasi pula dengan TTGO untuk
mendapatkan sekali lagi angka abnormal yang merupakan kriteria diagnosis
diabetes mellitus (GDP 126 mg/dl, GDS 200 mg/dl pada hari yang lain,
atau TTGO 200 mg/dl).
Pemeriksaan
penyaring
ditujukan
untuk
mengidentifikasi
15
5.
yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah resiko terhadap
penyakit dengan melestarikan perilaku atau kebutuhan hidup sehat yang
dapat mencegah atau mengurangi tingkat resiko terhadap suatu penyakit
tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum. Umpamanya
memelihara cara masyarakat pedesaan yang kurang mengonsumsi lemak
hewani dan banyak mengonsumsi sayuran, kebiasaan berolahraga dan
kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat resiko yang
rendah terhadap penyakit .Bentuk lain dari pencegahan ini adalah usaha
mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah
generasi yang sedang bertumbuh untuk tidak meniru atau melakukan
kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan resiko terhadap beberapa
penyakit. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama pada kelompok
masyarakat berusia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang
dewasa dan kelompok manula.
17
18
19
Golongan Sulfonilurea
Tolbutamid termasuk golongan sulfonilurea yang dapat merangsang
keluarnya insulin dari pankreas. Tolbutamid mengandung tidak kurang
dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C12H18N2O3S, terhitung
dari zat yang telah dikeringkan. Pemerian dari tolbutamid adalah
serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit.Tolbutamid
merupakan obat turunan dari karbutamida, dengan menggantikan
gugus-P amino dengan gugus metil efek-efek sulfa dilenyapkan.Daya
hipoglikemik tolbutamid relatif lemah, maka jarang menyebabkan
hipoglikemia.Obat ini banyak digunakan pada penderita diabetes tipe2 . Pada pasien lanjut usia secara lebih amannya digunakan tolbutamid
karena mempunyai durasi kerja paling cepat. Plasma t - nya sekitar
4-5 jam, tetapi ternyata bahwa penakaran single-dose pagi hari cukup
efektif untuk mengendalikan kadar gula selama 24 jam. Zat ini
dioksidasi menjadi metabolit inaktif yang diekskresikan 80% lewat
kemih. Dosis permulaan 0,5-1 g pada waktu makan (guna
menghindari iritasi lambung), bila perlu dinaikkan tiap minggu sampai
maksimal 1-2 g. Dosis di atas 2 g per hari diperkirakan tidak ada
gunanya.
b.
20
efek pertama kali muncul 0,5 jam, waktu paruh (t1/2) 1-2 jam, durasi
4 jam.
c.
Golongan Biguanid
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap
insulin yang diproduksi oleh tubuh, tidak merangsang peningkatan
produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak berakibat
hipoglikemia. Contoh obat golongan biguanid antara lain metformin
(glucophage). Golongan Meglitinid ,Obat ini dapat dikombinasikan
dengan metformin digunakan dalampengobatan Diabetes Mellitus
tipe-2 sebagai tambahan terhadap diet dan olah ragauntuk penderita
yang hiperglikemiknya tidak dapat dikontrol secara memuaskan
dengan cara-cara tersebut. Contoh obat dari golongan ini antara lain
repaglinid (novonorm), nateglinid (starlix).
d.
Golongan Thiazolidindion
Golongan ini dapat digunakan bersama sulfonilurea, insulin atau
metformin untuk memperbaiki kontrol glikemia. Contohnya antara
lain pioglitazon (actos), rosiglitazon (avandia).
Insulin
Pada diabetes mellitus tipe I, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis dan menurunkan peningkatan
kadar glukosa darah. Selain DM tipe I, insulin kadang digunakan oleh
pasien DM tipe II dan ibu hamil yang disertai Diabetes Mellitus, namun
untuk waktu yang singkat.
Penggunaan insulin dapat juga untuk indikasi sebagai berikut :
lipoprotein
(LDL)
cholesterol,
termasuk
semua
partikel,
KomplikasiMikrovaskular
Secara umum mekanisme komplikasi mikrovaskular merupakan dampak dari
hiperglikemia yang lama, dengan kekambuhan hipertensi. Bentuk-bentuk
komplikasi
mikrovaskular
adalah
diabetic
nephropathy,
peripheral
22
amputasi
oleh
penyebab
non
traumatik.
Pencegahan
23
Step 7Reporting
25
Diabetes
mellitus
didalam
melaksanakan
diet
harus
26
Kriteria :
BB Normal : BB ideal 10%
BB Kurus : < BBI 10%
BB Gemuk : >BBI + 10%
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh dapat dihitung
dengan rumus :
IMT : BB(kg) / TB(m2)
Kriteria :
BB Kurang : < 18,5
BB Normal : 18,5 22,9
BB Lebih : 23
- Dengan risiko : 23 24,9
- Obesitas I : 25-29,9
- Obesitas II : 30 3,41.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :
1) Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg BB dan wanita sebesar 25
kal/kg BB.
2) Umur
Diabetisi di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59
tahun dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70
tahun dikurang 20%.
3) Aktifitas Fisik
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas
fisik. Aktivitas ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan
30%, dan aktivitas berat dapat ditambahkan 50%.
4) Berat badan
Bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan. Bila
kurus ditambah 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan
BB.
5) Kondisi Khusus
Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi,
dapat ditambahkan 10-20%.
Kandungan kalori dalam diet penderita setiap hari ditentukan oleh keadaan
penyakit yang dideritanya. Jika penderita juga tergolong penderita obesitas,
27
maka selain pembatasan hidrat arang dan lemak, juga dilakukan pembatasan
terhadap kandungan kalori dalam dietnya. Ada delapan diet baku dengan
berbagai tingkatan kandungan kalori yaitu:
1. Diet I
: 1100 kalori
2. Diet II
: 1300 kalori
3. Diet III
: 1500 kalori
4. Diet IV
: 1700 kalori
5. Diet V
: 1900 kalori
6. Diet VI
: 2100 kalori
b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita
Diabetes Mellitus adalah :
goreng-gorengan.
Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin, dan makanan
yang diawetkan.
3 X makanan utama
29
160mg/dL
Pemeriksaan Kolesterol Total
Pemeriksaan Kolesterol HDL, nilai normalnya:
- Pria > 40 mg/dL
- Wanita > 50 mg/dL
Pemeriksaan Kolesterol LDL, nilai normalnya < 100 mg/dL
Trigliserida, nilai normalnya < 150 mg/dL
Pemeriksaan mikroalbuminuria untuk melihat adanya
nefropati
30
DM akan mengalami
kehidupannya.
Prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sebesar 15% dari
penderita DM. Di RSCM, pada tahun 2003 masalah kaki diabetes masih
merupakan masalah besar. Sebagian besar perawatan DM selalu terkait
dengan ulkus diabetika. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi,
masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%. Nasib penderita DM paska
amputasi masih sangat buruk, sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun
paska amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun paska amputasi.
Penelitian cross sectional di RS Dr. Kariadi oleh Yudha dkk. menunjukkan
bahwa penderita ulkus diabetika 84,62% terdapat dislipidemia, pada penderita
ulkus diabetika dengan dislipidemia kadar kolesterol lebih tinggi secara
31
karena
adanya
penimbunan
sorbitol
dan
fruktosa
sehingga
32
33
(Sensorik,
motorik,
perifer), hipertensi,
glikolisis
dan kegemukan.
Kelebihan
berat
badan
(overweight)
35
36
lemak
darah
dan
mempermudah
timbulnya
aterosklerosis.
penting
yaitu
mempertahankan
berat
badan
normal,
melalui
upaya;
mengatasi
penyakit
komorbid,
penyembuhan
luka.
Hipertensi,
37
fibrinolisin.
Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang
terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim
proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan
nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid
dapat menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit
tubuh dan bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan
nekrotik serta memacu proses granulasi. Belatung (Lucilla
serricata) yang disterilkan sering digunakan untuk debridemen
biologi.
Belatung
menghasilkan
enzim
yang
dapat
38
penyembuhan,
Menghilangkan jaringan kalus,
mengurangi risiko infeksi lokal.
Pengendalian Infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman.
Namun, sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia
antibiotika harus segera diberikan secara empiris pada kaki diabetik
yang terinfeksi. Antibiotika yang disarankan pada kaki diabetik
terinfeksi. Pada ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang
diberikan di fokuskan pada patogen gram positif. Pada ulkus
terinfeksi yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih
bersifat polimikrobial (mencakup bakteri gram positif berbentuk
coccus, gram negatif berbentuk batang, dan bakteri anaerob)
antibiotika harus bersifat broadspectrum, diberikan secara injeksi.
Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening infection dapat
diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti:
ampicillin/sulbactam,
tazobactam,
ticarcillin/clavulanate,
Cefotaxime
atau
ceftazidime
piperacillin/
+
clindamycin,
seperti
berikut:
piperacillin/tazobactam
metronbidazole+ceftazidime,
ampicillin/sulbactam
vancomycin,
+aztreonam,
vancomycin
imipenem/cilastatin
+
atau
40
menderita sakit gula setelah memeriksakan ke dokter. Selain itu, hanya 30%
saja pasien diabetes yang berobat.
Sekitar 2,5 juta jiwa atau 1,3 persen dari 210 juta penduduk Indonesia
setiap tahun meninggal dunia karena komplikasi sakit kencing manis
(Diabetes Mellitus). Jumlah penderita kencing manis di Indonesia kini
mencapai lima juta jiwa atau lima persen dari jumlah penduduk. Terbukti
jumlah penderita Diabetes Mellitus saat ini terbesar berada di daerah
perkotaan mencapai 2,8 persen dan di pedesaan baru 0,8 persen dari jumlah
penduduk.
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di
seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total
populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada
tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari
populasi dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama
tipe 2) terjadi di negara berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di
Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan perubahan gaya
hidup, seperti pola makan Western-style yang tidak sehat.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami
Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa
selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami
Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus
yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada
wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat
pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM
paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %,
sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu
13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah
obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayurbuah kurang dari 5 porsi perhari.
41
42
Lain halnya pada DM tipe 2 yang meliputi lebih 90% dari semua populasi
diabetes, faktor lingkungan diabetes, faktor lingkungan sangat berperan.
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari orang
dewasanya. Angka ini merupakan baku emas untuk membandingkan
prevalensi diabetes antar berbagai kelompok etnik di seluruh dunia. Dengan
demikian kita dapat membandingkan prevalensi di suatu negara atau suatu
kelompok etnis tertentu dengan kelompok etnis kulit putih pada umumnya.
Misalnya di negara-negara berkembang yang laju pertumbuhan ekonominya
sangat menonjol, misalnya di Singapura, prevalensi diabetes sangat
meningkat dibanding dengan 10 tahun yang lalu. Demikian pula pada
beberapa kelompok etnis di beberapa negara yang mengalami perubahan gaya
hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya karena memang
mereka lebih makmur, prevalensi diabetes bisa mencapai 35% seperti
misalnya di beberapa bangsa mikronesia dan polinesia di pasifik, Indian pima
di Amerika Serikat, orang Meksiko yang ada di Amerika serikat, bangsa
Creole di Amerika Selatan. Prevalensi tinggi juga ditemukan di Malta, Arab
Saudi, Indian Canada, dan Cina di Mauritius, Singapura dan Taiwan.
Tentang
baku
emas
yang
tadi
dibicarakan,
sebenarnya
juga
ada
43
di
negaranya,
masalah
ini
harus
dipertimbangkan.
Data terakhir adalah data dari IDF tahun 2006 seperti tampak pada gambar 1,
prevalensi di Negara-negara timur tengah paling tinggi (di atas 20%) di susul
Mexico.
Indonesia termasuk dalam kelompok dengan prevalensi yang paling rendah
saat itu. Ini mungkin karena Indonesia belum punya angka nasional resmi.
Yang lebih memprihatinkan adalah komposisi umur pasien diabetes di negara
maju kebanyakan sudah berumur 65 tahun jadi pada umur yang sudah tidak
produktif lagi, sedangkan di negara berkembang kebanyakan pasien diabetes
berumur antara 45 sampai 64 tahun, golongan umur yang masih sangat
produktif.
Diabetes di Indonesia
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai tahun delapan puluhan telah
dilaksanakan berbagai kota di Indonesia, prevalensi diabetes berkisar antara
1,5% s/d 2,3% kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6%.
Hasil penelitian epidemiologis berikutnya tahun 1993 di Jakarta (daerah
urban) membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada
tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 di
Depok, daerah sub urban di Selatan Jakarta menjadi 12,8%. Demikian pula
prevalensi DM di Ujung Pandang (daerah urban), meningkat dai 1,5% pada
44
tahun 1981 menjadi 3,5% pada tahun 1998 dan terakhir pada tahun 2005
menjadi 12,5%.
Di daerah rural yang dilakukan oleh Arifin di suatu kota kecil di Jawa
Barat angka itu hanya 1,1%. Di suatu daerah terpencil di Tanah Toraja
didapatkan prevalensi DM hanya 0,8%. Di sini jelas ada perbedaan antara
urban dengan rural, menunjukkan bahwa haya hidup mempengaruhi kejadian
diabetes. Di Jawa Timur angka itu tidak berbeda yaitu 1,43% di daerah urban
dan 1,47% di daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan tingginya prevalensi
Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM) yang sekarang dikategorikan
sebagai diabetes tipe pancreas di Jawa Timur sebesar 21,2% dari seluruh
diabetes di daerah rural.
Melihat tendensi kenaikan prevalensi diabetes secara global yang tadi
dibicarakan terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu
populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih
tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan
DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat dengan drastic yang disebabkan oleh
beberapa faktor :
1.
2.
Faktor kegemukan/obesitas
3.
4.
Makan berlebihan
Faktor demografi
Urbanisasi
perkiraan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah
5,6% juta. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini,
45
diperkirakan pada tahun 2020 nanti aka nada sejumlah 178 juta penduduk
berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan
didapatkan 8,2 juta pasien diabetes.
Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Litbang Depkes yang hasilnya baru
saja dikeluarkan bulan Desember 2008 menunjukkan bahwa prevalensi
nasional untuk TGT 10,25% dan diabetes 5,7% (1,5% terdiri dari pasien
diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru
ketahuan diabetes saat penelitian). Angka itu diambil dari hasil penelitian di
seluruh provinsi. Kalimantan Barat dan Maluku Utara menduduki peringkat
prevalensi diabetes tertinggi tingkat provinsi.
Dengan hasil penelitian ini maka kita sekarang untuk pertama kali punya
angka prevalensi nasional. Sekadar untuk perbandingan menurut IDF pada
tahun 2006 angka prevalensi Amerika Serikat 8,3% dan Cina 3,9% jadi
Indonesia berada di antaranya. Di Malaysia, Negara tetangga/serumpun
Indonesia terdekat, pada 3rd National Health and Mortality & Morbidity
Survey in Malaysia 2006 didapatkan prevalensi yang tinggi ysitu 14,9%
tetapi survey itu dilakukan pada individu di atas 30 tahun, sedangkan di
Indonesia populasi survey melibatkan individu 15 tahun ke atas.
5. Apa saja faktor-faktor predisposisi Diabetes Melitus?
Faktor Risiko yang tidak Bisa Dimodifikasi
a. Ras/etnik
Merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki ciri fisik
bawaan yang sama, pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas
tiga golongan yaitu ciri fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak, ciri
fenotipe terdiri atas ciri kualitatif dan kuantitatif, ciri kualitatif antara lain
warna kulit, warna rambut, bentuk hidung, bentuk dagu dan bentuk bibir
sementara ciri kuantitatif antara lain tinggi badan dan ukuran bentuk
kepala, ciri filogenetif yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan
perkembangan sedangkan ciri getif yaitu ciri yang didasarkan pada
keturunan darah.
46
47
perempuan < 80cm dan untuk laki-laki < 90cm. Membesarnya lingkaran
pinggang akan diikuti dengan peningkatan gula darah dan kolesterol yang
akan diikuti dengan sindroma metabolik yakni terganggunya metabolisme
tubuh dari sinilah mulai timbulnya penyakit degeneratif.
d. Riwayat Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir > 4000 gram
atau Riwayat Pernah Menderita Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
Diabetes Mellitus Gestational (DMG) adalah suatu bentuk diabetes
yang berkembang pada beberapa wanita selama kehamilan, Diabetes
gestasional terjadi karena kelenjar pankreas tidak mampu menghasilkan
insulin yang cukup untuk mengkontrol gula darah ( glukosa ) wanita hamil
tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang
dikandungnya Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah yang
menunjukkan wanita hamil tersebut mempunyai kadar gula yang tinggi
dalam darahnya dimana ia tidak pernah menderita diabetes sebelum
kehamilannya, Diabetes Mellitus Gestasional berbeda dengan diabetes
lainnya dimana gejala penyakit ini akan menghilang setelah bayi lahir,di
Indonesia insiden DMG sekitar 1,9 - 3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan
mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosaDiagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukkan wanita
hamil tersebut mempunyai kadar gula yang tinggi dalam darahnya dimana
ia tidak pernah menderita diabetes sebelum kehamilannya, Diabetes
Mellitus Gestasional berbeda dengan diabetes lainnya dimana gejala
penyakit ini akan menghilang setelah bayi lahir,di Indonesia insiden DMG
sekitar 1,9 - 3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami
DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap Diabetes
Mellitus atau gangguan toleransi glukosa.
e. Riwayat Lahir dengan Berat Badan Rendah Kurang dari 2500 gram
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah tentunya memiliki
organ yang internal yang kecil. Organ internal akhirnya membuat si anak
tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuhnya. Jika berat badan kecil maka
pankreasnya juga kecil dan tidak sempurna, sehingga tidak mampu
48
49
Lamanya manfaat olah raga akan hilang bila berhenti 3 hari, hal ini
menekankan pentingnya olah raga secara teratur dan berkesinambungan ,
agar benar-benar bermanfaat olahraga dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,
berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang panjang (Suharto, 2004).
Olahraga selama 30-40 menit dapat meningkatkan pemasukan glukosa
kedalam sel sebesar 7-20 kali lipat dibandingkan tanpa olah raga, olah raga
yang tepat untuk diabetes adalah jalan, jogging, renang, bersepeda, aerobik
Hasil penelitian Wardani (2009), aktivitas fisik rendah memiliki resiko DM
tipe 2 sebanyak 3,2 kali lebih besar dari yang melakukan aktivitas fisik
yang baik.
c. Hipertensi ( 140/90 mmhg)
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding- dinding
arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung kejaringan, tekanan darah
merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah,
tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik)
dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).
Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan
dinding pembuluh darah, mereka yang menderita hipertensi mempunyai
tinggi tekanan darah yang tidak normal, penyempitan pembuluh nadi atau
aterosklerosis merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi,
karena arteri-arteri terhalang lempengan kolesterol dalam aterosklerosis,
sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi sulit, ketika arteri-arteri
mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis darah memaksa melewati
jalan yang sempit, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi tinggi.
Menurut JNC 7 (Joint National Commite) (2003) bila tekanan
darah 140/90 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi, hipertensi atau darah
tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau kronis, hipertensi merupakan kelainan yang sulit
diketahui oleh tubuh kita sendiri, satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl)
50
1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron
(IUPAC)
dan
asam
51
52
tersebut. Insulin eksogen dan obat antidiabetik oral dapat diberikan untuk
mempertahankan kadar gula darah normal. Terapi insulin yang intensif dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien DM.
Insulin
Insulin termasuk hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari
pankreas babi maupun sapi, tetapi kini telah dapat disintesis dengan teknologi
rekombinan DNA menggunakan E.coli. Susunan asam amino insulin manusia
berbeda dengan susunan insulin hewani; insulin rekombinan dibuat sesuai
dengan susunan insulin manusia sehingga disebut sebagai human insulin. Saat
ini insulin biosintetik tersedia di Indonesia.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di dalam
pankreas dan digunakan untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah.
Sekresi insulin terdiri dari 2 komponen. Komponen pertama yaitu: sekresi
insulin basal kira-kira 1 unit/jam dan terjadi diantara waktu makan, waktu
malam hari dan keadaan puasa. Komponen kedua yaitu: sekresi insulin
prandial yang menghasilkan kadar insulin 5-10 kali lebih besar dari kadar
insulin basal dan diproduksi secara pulsatif dalam waktu 0,5-1 jam sesudah
makan dan mencapai puncak dalam 30-45 menit, kemudian menurun dengan
cepat mengikuti penurunan kadar glukosa basal. Kemampuan sekresi insulin
prandial berkaitan erat dengan kemampuan ambilan glukosa oleh jaringan
perifer.
Insulin berperan dalam penggunaan glukosa oleh sel tubuh untuk
pembentukan energi, apabila tidak ada insulin maka sel tidak dapat
menggunakan glukosa sehingga proses metabolisme menjadi terganggu.
Proses yang terjadi yaitu karbohidrat dimetabolisme oleh tubuh untuk
menghasilkan glukosa, glukosa tersebut selanjutnya diabsorbsi di saluran
pencernaan menuju ke aliran darah untuk dioksidasi di otot skelet sehingga
menghasilkan energi. Glukosa juga disimpan dalam hati dalam bentuk
glikogen kemudian diubah dalam jaringan adiposa menjadi lemak dan
trigliserida. Insulin memfasilitasi proses tersebut. Insulin akan meningkatkan
53
2.
3.
cepat yakni dalam 2-5 menit akan terjadi penurunan glukosa darah, b)
intramuskuler: penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan, c)
subkutan:
penyerapanya
tergantung
lokasi
penyuntikan,
pemijatan,
54
insulin
mengandung
25-30
IU/mg.
Salah satu insulin yang dapat menjadi pilihan untuk terapi DM yaitu
LANTUS(nama dagang) dengan nama generik insulin glargine, indikasi
dari LANTUS yaitu untuk DM tipe 1 dan tipe 2. LANTUS
dikontraindikasikan bagi pasien yang hipersensitif terhadap insulin glargine,
efek samping yang mungkin terjadi yaitu nyeri pada sisi injeksi dan
hipoglikemia. LANTUS (PT Sanofi-Aventis) bisa menjadi pilihan karena
insulin glargine telah diuji dan dinyatakan efektif dan aman untuk diberikan
kepada kasus-kasus DM tipe 1 dan tipe 2 oleh FDA dan oleh the European
Agency for the Evaluation of Medical Products. LANTUS juga memiliki
keuntungan karena memberikan kenyamanan untuk pasien dengan satu kali
suntikan per hari dan pasien dapat dengan mudah dan aman mentitrasi
LANTUS.
55
56
57
fenilalanin).
Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida
dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan
Golongan Sulfonilurea
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai
beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik
oral merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan
sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes
dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah
mengalami
ketoasidosis
sebelumnya.
Senyawa-senyawa
sulfonilurea
sebaiknya tidak diberikan pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid.
Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar
pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans pankreas
masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan
sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan
perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi
hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini
masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang
kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena
58
sulfonilurea
antara
lain:
alkohol,
insulin,
fenformin,
59
singkat.
Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan kontra
sudah
hampir
tidak
dipergunakan
lagi
antara
lain
yang
dipasarkan
setelah
1984,
antara
lain
gliburida
60
61
dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Obat-obat inhibitor
-glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk
kombinasi dengan obat hipoglikemik lainnya. Obat ini umumnya diberikan
dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai 150-600
mg/hari. Dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap kali
makan.
Efek Samping
Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan
kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan berlangsung
lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu
makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Bila
diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan insulin)
dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni,
jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini umumnya
diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap, serta
dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap kali makan.
62