Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

(GERONTIK) DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELITUS

DI RUANG YUDISTIRA RSUD KRMT WONGSONEGORO

Disusun Oleh :
Karina Dwi Hapsari
1901014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2021
A. DEFINISI DM

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
defisiensi insulin atau resistensi insulin. (Suyono, 2018).

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada


rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar
140 – 160 mg/100 ml darah . (Elizabeth J. Corwin, 2001 dalam Misdawati, 2014)

B. KLASIFIKASI
Menurut Rudijanto (2014) klasifikasi Diabetes melitus menurut American
Diabetes Association, yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini terjadi akibat kerusakan pankreas yang menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin yang absolut dan seringkali didiagnosa pada usia
anak-anak atau remaja. Kerusakan tersebut disebabkan oleh proses autoimun dan
proses yang tidak diketahui (idiopatik). Kelangsungan hidup bagi diabetisi
tipe 1 ini memerlukan asupan insulin dari luar.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Sekitar 95% penyandang diabetes merupakan penyandang diabetes melitus
tipe 2. Tingginya kadar glukosa darah disebabkan karena penurunan produksi
insulin oleh pankreas dengan latar belakang resistensi insulin. Pada tipe ini
terkadang diperlukan pemberian insulin dari luar apabila produksi insulin
oleh pankreas sudah sangat menurun, sehingga glukosa darah tidak dapat lagi
dikendalikan dengan pengaturan pola hidup sehat bersama pemberian obat-obatan
yang diminum (obat anti diabetes oral)
3. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes gestasional merupakan kelompok para ibu dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang abnormal pada saat kehamilan dan akan kembali normal
setelah melahirkan. Tipe ini merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus
pada masa mendatang.
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Hasdianah (2014) tanda dan gejala diabetes melitus dapat
digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronis, yaitu :

1. Gejala akut : Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita
lain sangat bervariasi dan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu.

a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poly), yaitu :

1) Banyak makan (poly phagia)

2) Banyak minum (poly dipsia)


3) Banyak kencing (poly uria)

b. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati akan timbul gejala : Gejala kronik yang
sering dialami oleh penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut :

1) Kesemutan
2 ) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3 ) Rasa tebal di kulit
4 ) Kram
5 ) Lelah
6 ) Mudah mengantuk
7 ) Pandangan kabur
8 ) Gatal disekitar kemaluan
9 ) Gigi mudah goyah dan lepas
10) Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan berat badan bayi ≥ 4 kg.

D . PATOFISIOLOGIS
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) dalam Nuari (2017) pada DM tipe I
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urine (glukosuria). Ekskresi
ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotic. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
(polyuria) dan rasa haus (polidipsi).

Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan


insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang
disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat


sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkatkan. Namun jika sel-sel tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Sedangkan pada diabetes gestasional terjadi
pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon- hormon plasenta. Sesudah
melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes
gestasional akan kembali normal.
E. PATHWAY
DIABETES MELITUS

Reseptor insulin Hiperglikemia Stroke hemoragik


tidak berikatan
dengan insulin Viskositas darah Perfusi jaringan otak

Glukosa tidak dapat Aliran darah melambat Nekrosis jaringan otak


masuk ke sel
Iskemik jaringan Sirkulasi anterior
Kadar gula darah
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER Afasia
Hiperglkemia
G.KOMUNIKASI VERBAL
RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN
KADAR GULA DARAH

F. PATOGENESIS
Menurut Suyono (2018) pathogenesis diabetes melitus, dibagi menjadi dua yaitu :
1. Patogenesis diabetes tipe 1
Diabetes ini terjadi karena adanya reaksi autoimun sehingga produksi
insulinnya tidak ada. Pada individu dengan diabetes tipe 1, terdapat adanya ICA
(Islet Cell Antibody) yang meningkat kadarnya oleh karena beberapa faktor
pencetus seperti infeksi virus, contohnya virus rubella, herpes, dll hingga
timbulnya peradangan pada sel beta (insulitis) yang akhirnya menyebabkan
kerusakan permanen sel beta. Namun yang diserang hanya pada sel beta, sel alfa
dan delta tetap utuh.
2. Patogenesis diabetes tipe 2
Diabetes tipe ini ditandai dengan adanya resistensi insulin. Pada stadium
prediabetes, mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian disusul oleh
peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi resistensi insulin tersebut agar
kadar glukosa darah tetap normal. Namun, lama kelamaan sel beta tidak sanggup
lagi mengkompensasi resistensi insulin itu hingga kadar glukosa darah meningkat
dan fungsi sel beta makin menurun. Saat itulah diagnosis diabetes melitus
ditegakkan. Penurunan sel beta berlangsung progresif sampai akhirnya sama
sekali tidak mampu lagi mengeksresi insulin sehingga kadar glukosa darah
semakin meningkat.
G. DATA PENUNJANG
Menurut Wijawanti (2016) ada beberapa data penunjang diabetes melitus
dengan hiperglikemia yaitu :

1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl,
2 jam setelah pemberian glukosa.

2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.

3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I

5. Elektrolit : Na normal atau meningkat atau menurun, K normal atau


peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.

6. Gas darah arteri : menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3

7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan


hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

8. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal

9. Insulin darah : menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)

10. Urine : gula dan aseton positif

11. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus)
digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007 dalam Wijayanti, 2016)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus
spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai
suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
b. Hiperglikemik
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada
rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa
sekitar 140 –160 mg /100 ml darah. Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi
insulin yang dapat disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang
berlebih, dan herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit
yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa
dalam darah meningkat.
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai
dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :

1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang


dikurangi

2) Keadaan sakit atau infeksi

3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak


terdiagnosis dan tidak diobati.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah terdiagnosa menderita diabetes
melitus.

a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi


koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.

b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata


(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.

c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi


serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran


kemih e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

J. Manajemen DM

Menurut Mahmudin (2012) tujuan utama terapi diabetes adalah dengan menormalkan
aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Merujuk pada hasil konsensus PERKENI tahun
2011 menyebutkan 5 pilar manajemen DM tipe 2, meliputi :

1. Manajemen diet

2. Latihan fisik

3. Pemantauan kadar glukosa darah dan HbA1c

4. Terapi

5. Edukasi Kesehatan DM
ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELITUS

DI RUANG YUDISTIRA RSUD KRMT WONGSONEGORO

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 57 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Kedungmundu
f. Pendidikan : SD
g. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
h. Tanggal masuk : 8 Desember 2021
i. Ruang : Yudistira
j. No. RM : 479246
k. Diagnosa : Diabetes Melitus
2. Status : Menikah
3. Riwayat Keluarga
Genogram

X *Ket

X = Pasien

4. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengeluh kelemahan anggota gerak
terutama tangan kiri , pelo dan linglung sejak 2 hari yang lalu memberat hari ini,
mual muntah disangkal. Riwayat DM tidak terkontrol
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan datang ke IGD RSUD
KRMT Wongsonegoro pada Hari Rabu,8 Desember 2021 pukul 10.45 dengan
membawa rujukan dari klinik pratama Dx Hemiparese (s) DM. Pasien mengeluh
kelemahan anggota gerak kiri tertuama tangan kanan, pelo dan linglung sejak 2
hari yang lalu memberat hari ini, mual muntah disangkal. Riwayat DM tidak
terkontrol. KU sedang, Kesadaran CM, TD : 150/89 mm/Hg, N 86: x/mnt, RR :
20 x/mnt , S : 36,5 C , SpO2 : 98% ,GDS: 294 ,Motorik atas 5555/4444
Bawah : 5555/5555
Pada pukul 14.40 wib pasien dipindahkan ke ruang Yudistira.
c. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan memiliki riawayat DM, HT
d. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada
5. Riwayat pekerjaan : Pengadaan barang dan jasa
6. Pemeriksaan kesehatan
a. TD : 150/89 x/mennit
b. N : 89 x/menit
c. Suhu : 36,5 C
d. RR : 20 x/mnt
e. SPO2 : 98%
7. Aktivitas sehari-hari

No Kegiatan Keterangan Hasil


1 Mandi  Mandiri
2 Berpakaian  Mandiri
3 Berpindah  Mandiri
4 Toileting  Mandiri
5 Makan  Mandiri
6 Kontinesia  Mandiri
Keterangan :Kemandirian dalam hal mandi,berpindah,kekamar mandi kecil,
berpakaian, dan makan

8. Tinjauan sistem
a. Keadaan umum : Sedang
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. Glasgow Coma scale :E4 M6 V5
d. Oksigen : Normal
e. Nutrisi : Kurang
f. Eliminasi : BAB ,BAK Normal
g. Aktivitas : Mandiri
h. Istirahat tidur : Tidur cukup
i. Persna hygiene : Pasien mandi,toileting secara mandiri
9. Psikologi
a. Presepsi klien : Pasien mampu mendiskusikan masalah kesehatan saat
ini yang telah diketahui
b. Konsep diri klien : Pasien mnerima masukan orang lain, pasien
mengetahui persis apa yang dinginkannya, Pasien selalu berfikir positif, mampu
menghargai diri sendiri
c. Emosi : Stabil/normal

Kuisioner Kecemasan

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
 Cemas Firasat Buruk 
 Takut Akan Pikiran Sendiri 
 Mudah Tersingggung 
2 Ketegangan
 Merasa Tegang 
 Lesu 
 Tak Bisa Istirahat Tenang
 Mudah Terkejut  
 Mudah Menangis
 Gemetar 
 Gelisah 

3 Ketakutan
 Pada Gelap 
 Pada Orang Asing 
 Ditinggal Sendiri 
 Pada Binatang Besar 
 Paa Keramaian Lalu Lintas 
 Pada Kerumunan Orang 
Banyak
4 Gangguan Tidur
 Sukar Masuk Tidur 
 Terbangun Malam Hari
 Tidak Nyenyak  
 Bangun Dengan Lesu 
 Banyak Mimpi-Mimpi 

 Mimpi Burk 
 Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
 Sukar Konsentrasi 
 Daya Ingat Buruk

6 Perasaan Depresi
 Hilangnya Minat 
 Berkurangnya Kesenangan 
Pada Hobi
 Sedih 
 Bangun Dini Hari 
 Perasaan Berubah-Ubah 
Sepanjanng Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
 Sakit Dan Nyeri Di Otot-Otot 
 Kaku 
 Kedutan Otot 
 Gigi Gemrutuk

 Suara Tidak Stabil 
8 Gejala Somatik(Sensori)
 Tinitus 
 Penglihatan Kabur 
 Muka Merah Atau Pucat
 Merasa Lemah  
 Perasaan Ditusuk-Tusuk 
9 Gejala Kardiovaskuler
 Takhikardia 
 Berdebar 
 Nyeri Di Dada 
 Denyut Nadi Mengeras
 Perasaan Lesu/Seperti Mau 
Pingsan

 Detak Jantung Berhenti
Sekejap

10 Gejala Respiratori
 Rasa Tertekan Atau Sesak Di 
Dada
 Perasaan Tercekik
 Sering Menarik Napas 
 Napas Pendek/Sesak 

11 Gejala Gastrointestinal
 Sulit Menelan 
 Perut Melilit 
 Gangguan Pencernaan 
 Nyeri Sebelum Dan Sesudah
Makan 
 Perasaan Terbakar Diperut
 Rasa Penuh Atau Kembung 

 Mual
 Muntah  
 Buang Air Besar Lembek 
 Kehilangan Berat Badan
 Suka Uang Air Besar

12 Gejala Urogenital
 Sering Buang Air Kecil 
 Tidak Dapat Menahan Air

Seni
 Amenorrhoe
 Menorhagia 
 Menjadi Dingin
 Ejakulasi Praecocks
 Ereksi Hilang 
 Impotensi
13 Gejala Otonom
 Mulut Kering 
 Muka Merah 
 Mudah Berkeringat 
 Pusing Sakit Kepala 
 Bulu-Bulu Berdiri 
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
 Gelisah 
 Tidak Tenang 
 Jari Gemetar

 Kerut Kening 
 Muka Tegang 
 Tonus Otot Meningkat

 Napas Pendek Dan Cepat 
 Muka Merah
10. Mekanisme pertahanan diri
Pasien mampu mengontrol/melindungi pikiran, diri sendiri, dan ego dari kecemasan
dan sanksi sosial.
11. Skala jatuh

No Pengkajian Skala Nilai


1 Riwayat jatu : apakah lansia pernah jatuh dalam 3 8 5
bulan terakhir
2 Diagnosa sekunder : apakah lansia memiiki lebih dari 2 5
satu penyakit
3 Alat bantu jalan : kruk/tongkat/walker 5 10
4 Terapi intravena : apakah lansia mendapat terapi 3 5
cairan/infus
5 Gaya berjalan 6 5
6 Status mental 9 30
Total = 30 resiko rendah, pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
12. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Tidak ada kelainan, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
b. Rambut : berwarna hitam , bersih, tidak rontok,
c. Mata : simetris , seklera tidak ikterik
d. Telinga : simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen, tidak ada benjolan
e. Hidung : simetris, tidak ada lesi, tidak ada polip
f. Mulut : bersih, gigi bersih, mukosa lembab/
g. Leher : kelenjar tiroid tidak ada pembengkakkan
h. Ekstremitas
Atas : tidak terdapat oedema, tidak ada nyeri, kekuatan otot skala 5/4
Bawah : tidak terdapat oedema, tidak ada nyeri, kekuatan otot skala 5/5
Kekuatan otot :
5 4
5 5

Sistem imun : normal


Genetalia : normal
4. Integumen

Aspek yang Kriteria penilaian Nilai


dinilai
1 2 3 4
Presepsi sensori Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak ada 3
sepenuhnya terbatas ringan gangguan
Kelembapan Terus Sangat Kadang Jarang 3
menerus
basah lembab basah basah
Aktifitas Bedfast chairfast Kadang jalan Lebih 3
sering jalan
Mobilitas Immobile Sangat Keterbatasan
sepenuhnya terbatas ringan
Nutrisi Sangat Kemungkinan Adekuat Sangat baik 3
buruk tidak adekuat
Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak - 2
pergeseran bermasalah menimbulkan
masalah
Note : pasien dengan total nilai <16 maka dapat dikatakan bahwa Total nilai
pasien beresiko mengalami dekubisus (pressure ulcers) 18

Status Kognitif (skore Portable Mental Status Quesionaire (SPSMQ)


Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Tanggal berapa hari ini ? - 1
2. Hari apa sekarang ? 1 -
3. Dimana anda sekarang ? 1 -
4. Berapa anak anda ? 1 -
5. Dimana alamat anda ? 1 -
6. Berapa umur anda ? - 1
7. Kapan anda dilahirkan ? 1 -
8. Siapakah presiden Indonesia sekarang ? 1 -
9. Siapa presiden sebelumnya ? - 1
10. Siapa nama kecil ibu anda ? 1 -
Total : 7 3

* ( Kesalahan 3 artinya fungsi intelektual utuh)

13. DATA PENUNJANG

1. Hasil radiologi
CT Scan Kepala 08/12/2021 12:51:05

Pemeriksaan X Foto CT Scan Kepala (non kontras)

Cortikal sulci,gyri dan cisterna normal


Tampak lesi hipodens di pariental kiri
Sistem ventrikel tak melebar.
Tak tampak mid line shifting.
Cerebellum dan batang otak baik.
Kesan :
Infark diparietal sinistra
Tak tampak tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial saat ini.

Pemeriksaan X Foto Thorax AP (Insp.Kurang)


Cor : Ukuran tak membesar, letak dan bentuk normal
Pulmo : Corakan bronchovaskuler normal
Tak tampak bercak2 diparu
Diafragma dan sinus costopherenikus baik
Tulang dan jar ,lunak baik
KESAN :
Cor : Tak membesar
Pulmo : Tak tampak kelainan
Tulang dan jar : lunak baik

2. Hasil Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HFLC 0.2 % 0.0 – 1.4
Immature Granulositik 0.0
Neutrofil 3.16 10^3/ul 1.8 – 8
NLCR 1.76
Limfosit Absolut (ALC 1.8 10^3/ul
Glukosa Darah Sewaktu 306 mg/dL 70 – 100
Calsium 1.25 mmol/L 1.00 – 1.15
Kalium 5.20 mmol/L 3.50 – 5.0
Natrium 134.0 mmol/L 135.0 - 147.0
Netrofil 58.1 % 50.0 – 70.0
MCH 18.1 Pg 26 – 34
MCHC 31.6 % 32 – 36
MCV 57.1 fL 80 – 100
Monosit 8.7 % 2.0 – 8.0
Basofil 0.4 % 0–1
Limfosit 32.2 % 25.0 – 40.0
Eosinofil 0.6 % 2–4
Hemoglobin 13.1 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 41.40 % 40 – 52
Jumlah trombosit 413 /uL 150 – 400
Jumlah Eritrosit 7.25 /uL 4.7 – 6.1
Jumlah Lekosit 5.4 /uL 3.8 – 10.6
Calsium 1.28 mmol/L 1.00 – 1.15
Kalium 4.60 mmol/L 3.50 – 5.0
Creatinin 1.0 mg/dL 0.6 – 1.1
Ureum 45.4 mg/dL 17.0 – 43.0
HBsAG Kualitatif Negatif S/CO Negatif
CKMB 38 U/L 0 – 24
Kolesterol total 175 mg/dL < 200
Asam urat 4.2 mg/dL 2.4 – 7.4
Albumin 3.9 g/Dl 3.4 – 4.8
SGPT 12 U/L 0 – 50
Trigliserida 18 U/L 0 – 50
Glukosa (POCT) 245 mg/dL <=150
Glukosa (POCT) 113 mg/dL 70 – 110
Glukosa (POCT) 309 mg/dL 70 – 110
Glukosa (POCT) 146 mg/dL 70 – 110
Glukosa (POCT) 195 mg/Dl 70 – 110
Glukosa (POCT) 227 mg/Dl 70 – 110

3. Pemberian Obat

Infus RL 20tpm
IV Mecobalamin 500 mg
Per Oral Metformin 500 mg
IV Ranitidine 2x1
IV Citicolin 2x 250mg
Per oral Fenofibrate 300mg 1x1
Per oral Fenitoin cap 2x1
14. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Resistensi Ketidakstabilan
insulin gula darah
Pasien mengatakan badan lemah dan
letih

Pasien mengatakan sering merasa haus

DO :

Pasien tampak lemah, sering minum

TD : 150/89 mm/Hg, N 86: x/mnt, RR :


20 x/mnt , S : 36,5 C , SpO2 :
98% ,GDS: 294

2. DS : Hiperglikemi Risiko perfusi


perifer tidak
Pasien mengatakan kelemahan pada
efektif
tangan kiri , terasa kebas

DO :
Pasien tampak gelisah

Kekuatan otot :
5 4

5 5

3. DS: Pasien mengatakan bicaranya susah Penurunan Gangguan


sirkulasi serebral komunikasi
DO : Pasien tampak sedikit susah
verbal
berbicara, bicara pelo , sulit
mempertahankan komunikasi

15. PRIORITAS DIAGNOSA

1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin d.d Pasien mengatakan badan lemah
dan letih , Pasien mengatakan sering merasa haus

2. Risiko perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemi d.d Pasien mengatakan kelemahan
pada tangan kiri , terasa kebas

3. Gangguan komunikasi verbal b.d Penurunan sirkulasi serebral d.d Pasien mengatakan
bicaranya susah, bicara pelo

16. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)

1. Dx 1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hiperglikemia


keperawatan 2x24 jam diharapkan
1. Identifikasi kemungkinan
kestabilan kadar glukosa darah
penyebab hiperglikemia
meningkat.Kriteria hasil :
2. Monitor kadar glukosa
1. Kesadaran meningkat
darah
2. Lelah/lesu menurun 3. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
3. Rasa haus menurun
4. Monitor intake dan
4. Kadar gukosa dalam darah
output cairan
membaik
5. Berikan asupan cairan
5. Kadar glukosa dalam urine
oral
membaik
6. Ajarkan pengelolaan
diabetes

7. Kolaborasi pemberian
insulin, cairan,

2 Dx 2 Setelah dilakukan asuhan Perawatan Sirkulasi


keperawatan 2x24 jam diharapkan
1. Identifikasi faktor resiko
perfusi perifer meningkat.Kriteria
gangguan sirkulasi
hasil :
2. Monitor panas,bengkak,
1. Denyut nadi perifer
nyeri, kemerahan pada
meningkat
ektremitas
2. Kelemahan otot menurun
3. Hindari pengukuran
3. Akral membaik tekanan darah pada
ekstremitas dengan
4. Turgor kulit membaik
keterbatan perfusi
5. Tekanan darah sistolik
4. Ajarkan program diet
membaik
untuk memperbaiki
6. Tekanan darah diastolic sirkulasi
membaik
5. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan

3 Dx 3 Setelah dilakukan asuhan Promosi Komunikasi Defisit


keperawatan 2x24 jam diharapkan Bicara
komuikasi verbal meningkat.
1. Monitor proses
Kriteria hasil : kognitif,anatomis, dan
fisiologis yang berkaitan
1. Kemampuan berbicara
dengan biacara
meningkat
2. Gunakan metode
2. Pelo menurun
komunikasi alternatif
3. Respon perilaku membaik
3. Sesuaikan gaya
4. Pemahaman komunikasi komunikasi dengan
membaik kebutuhan

4. Ulangi apa yang


disampaikan pasien

5. Anjurkan berbicara pelan

17. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA IMPEMENTASI RESPON TTD

1. Dx 1 1. Mengidentifikasi 1. DS : Pasien mengatakan suka KARINA


penyebab mengkonsumsi makanan yang
Rabu, 8
hiperglikemi manis
Desember
2021 2. Memantau DO : Pasien tampak lemah saat
peningkatan gula menjawab
08.00
darah
2. DS : Pasien mengatakan mau
3. Monitor tanda untuk dicek gula darah
dan gejala
DO : Pasien tampak tenang saat
hiperglikemia
dicek gula darahnya
4. Monitor intake
3. DS : Pasien meengatakan
dan output cairan
Sering BAK
5. Memonitor TTV
DO : Pasien tampak lemas
karena bak terus menerus

4. DS : Pasien mengatakan hari


ini sudah minum 3 gelas,
sudah BAK 3x

DO : Pasien tampak lemah,


tampak haus

5. DS : Pasien bersedia untuk di


TTV

DO ; TD : 150/89 mm/Hg, N
86: x/mnt, RR : 20 x/mnt , S :
36,5 C , SpO2 : 98%

Dx 2 1. Identifikasi faktor 1. DS : Pasien mengatakan faktor KARINA


resiko gangguan penyababnya yaitu memiliki
Rabu, 8
sirkulasi riwayat dm
Desember
2021 2. Monitor DO : Pasien tampak lemah
panas,bengkak, berbaring di bed
08.15
nyeri, kemerahan
2. DS : Pasien mengatakan tidak
pada ektremitas
ada nyeri/kemerahan/bengkak
3. Ajarkan program pada tangan kananya
diet untuk
DO: Pasien tampak glisah
memperbaiki
karena tangan kanan sering
sirkulasi
kebas
4. Informasikan tanda
3. DS : Pasien mengatakan mau
dan gejala darurat
menjalani anjuran diet dm
yang harus
dilaporkan DO : Pasien tampak faham dan
mau mengikuti anjuran untuk
diet dm

4. DS : Pasien mengatakan akan


melaporkan jika terjadi gejala
darurat pada tangan kanannya

DO : Pasien tampak mengerti


penjelasan yang diberikan

Dx 3 1. Memonitor proses 2.DS : Pasien mengatakan masih KARINA


kognitif,anatomis, bisa bicara tetapi sedikit susah
Rabu,8
dan fisiologis yang
Desember DO: Pasien tampak bicara pelo
berkaitan dengan
2021
bicara 3.DS : Pasien mengatakan ya
08.30 untuk mengulangi apa yang
2. Menggunakan
disampaikan
metode
komunikasi DO: Pasien tampak kesusahan

alternatif dalam bicara

3. Menyesuaikan
gaya komunikasi
dengan kebutuhan

4. Mengulangi apa
yang disampaikan
pasien

5. Menganjurkan
berbicara pelan

2 Dx 1 1. Memantau 1. DS : Pasien mengatakan mau KARINA


peningkatan gula untuk dicek gula darah
Kamis,9
darah
Desember DO : Pasien tampak tenang saat
2021 2. Monitor tanda dicek gula darahnya
dan gejala
10.00 2. DS : Pasien meengatakan
hiperglikemia
sudah tidak sering BAK lagi
3. Monitor intake
DO : Pasien sudah tidak
dan output cairan
tampak lemas karena bak terus
4. Memonitor TTV menerus

3. DS : Pasien mengatakan hari


ini sudah minum 3 gelas,
sudah BAK 3x

DO : Pasien sudah membaik


tidak lemah seperti kemarin

4. DS : Pasien bersedia untuk di


TTV

DO ; GDS 170 , TD : 135/80


mm/Hg, N 80: x/mnt, RR :
20 x/mnt , S : 36,5 C , SpO2 :
98%

Dx 2 1. Monitor 1. DS : Pasien mengatakan KARINA


panas,bengkak, tangan kiriya hanya sering
Kamis,9
nyeri, kemerahan kebas, tetapi sekarang sudah
Desember
pada ektremitas berkurang (hilang timbul)
2021
2. Menganjurkan DO : Pasien tampak tidak
10.15
menghindari cemas lagi karena kebas
makanan manis, ditangan berkurang
tinggi lemak
2. DS : Pasien sudah melakukan
3. Menganjurkan anjuran dari perawat untuk
sering diet dm
menggerakan
DO: Pasien tampa faham dan
ekstremitas
mau menjalankan diet dm

3. DS : Pasien mengatakan
sudah menggerakan tangan
kirinya saat kebas

DO: Pasien tampak mengerti


apabila saat kebas digerakan
tanganya

Dx 3 1. Menggunakan .2. DS : Pasien mengatakan masih


metode bisa bicara tetapi sedikit susah
Kamis,9
komunikasi
Desember alternatif DO: Pasien tampak bicara pelo
2021
2. Menyesuaikan 3.DS : Pasien mengatakan ya
10.30 gaya komunikasi untuk mengulangi apa yang
dengan kebutuhan disampaikan

3. Mengulangi apa DO: Pasien tampak kesusahan


yang disampaikan dalam bicara
pasien

4. Menganjurkan
berbicara pelan

Dx 1 1. Memantau 1. DS : Pasien mengatakan mau KARINA


peningkatan gula untuk dicek gula darah
Jumat,10
darah
Desember DO : Pasien tampak tenang saat
2021 2. Monitor tanda dicek gula darahnya GDS : 165
dan gejala
08.00 2. DS : Pasien meengatakan
hiperglikemia
sudah tidak sering BAK lagi
3. Memonitor TTV
DO : Pasien sudah tidak
tampak lemas karena bak terus
menerus

3. DS : Pasien bersedia untuk di


TTV

DO ; GDS 165 , TD : 140/78


mm/Hg, N 80: x/mnt, RR :
20 x/mnt , S : 36,5 C , SpO2 :
98%

Dx 2 1. Memonitor 1. DS: Pasien mengatakan KARINA


panas,bengkak, tangan kiriya hanya sering
Jumat,10
nyeri, kemerahan kebas, tetapi sekarang sudah
Desember
pada ektremitas berkurang (hilang timbul)
2021
2. Menganjurkan DO : Pasien tampak tidak
08.15 menghindari cemas lagi karena kebas
makanan manis, ditangan berkurang
tinggi lemak
2. DS : Pasien sudah melakukan
anjuran dari perawat untuk
diet dm

DO: Pasien tampa faham dan


mau menjalankan diet dm

Dx 3 1. Menggunakan DS : Pasien mengatakan masih KARINA


metode komunikasi bisa bicara, sudah tidak pelo lagi
Jumat,10
alternatif
Desember DO: Pasien tampak bicara tidak
2021 2. Menyesuaikan pelo lagi
gaya komunikasi
08.30 .DS : Pasien mengatakan ya untuk
dengan kebutuhan
mengulangi apa yang disampaikan
3. Mengulangi
DO: Pasien tampak sudah tidak
apa yang
kesulitan berbiacara
disampaikan pasien

4. Menganjurkan
berbicara pelan

18. EVALUASI

NO DIAGNOSA EVALUASI TTD

1. Dx 1 S: Pasien mengatakan sering haus, sering bak, KARINA

Rabu,8 O: Pasien tampak lemas, GDS 294, TD :


Desember 150/89 mm/Hg, N 86: x/mnt, RR : 20 x/mnt ,
2021 S : 36,5 C , SpO2 : 98%

08.00 A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
Dx 2 S: Pasien mengatakan lemah pada tangan KARINA
kirinya, terasa kebas
08.15
O: Pasien tampak gelisah, tampak lemah , KU :
cukup, ekstremitas atas 5555/4444

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Dx 3 S: Pasien mengatakan sedikit susah bicara KARINA

08.30 O: Pasien tampak bicara pelo, tampak sulit


mempertahankan komunikasi

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

2 Dx 1 S: Pasien mengatakan sudah tidak sering haus, KARINA


tidak sering BAK lagi
Kamis, 9
Desember O: Pasien sudah tidak tampak lemas, GDS
2021 170 , TD : 135/80 mm/Hg, N 80: x/mnt, RR :
20 x/mnt , S : 36,5 C , SpO2 : 98%
08.00
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Dx 2 S: Pasien mengatakan masih lemah pada tangan KARINA


kiriya,sudah tidak terasa kebas lagi
08.15
O: Pasien sudah tidak tampak gelisah ,
KU :baik, ekstremitas atas 5555/4444

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Dx 3 S: Pasien mengatakan sedikit susah bicara KARINA

08.30 O: Pasien tampak bicara pelo, tampak sulit


mempertahankan komunikasi

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

3. Dx 1 S: Pasien mengatakan sudah tidak sering haus, KARINA


tidak sering BAK lagi
Jumat, 10
Desember O: Pasien sudah tidak tampak lemas, GDS
2021 168 , TD : 140/78 mm/Hg, N 80: x/mnt, RR :
20 x/mnt , S : 36,5 C , SpO2 : 98%
08.00
A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

Dx 2 S: Pasien mengatakan sudah tidak lemah pada KARINA


tangan kiriya,sudah tidak terasa kebas lagi
08.15
O: Pasien sudah tidak tampak gelisah ,
KU :baik, ekstremitas atas 5555/5555

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

Dx 3 S: Pasien mengatakan sudah tidak susah bicara KARINA

08.30 O: Pasien bicara lancar, tampak bisa


mempertahankan komunikasi

A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai