B. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan
penting. Sebenarnya, pembentukan diabetes mellitus dikarenakan
produksi insulin yang kurang (yang kemudian dikenal sebagai
diabetes tipe satu ), atau jaringan tubuh kurang sensitive terhadap
insulin ( diabetes mellitus tipe dua, bentuk yang lebih umum ).
Selain itu, ada bebrapa jenis diabetes mellitus yang disebabkan oleh
resistensi insulin, tetapi diabetes ini sering terjadi pada wanita hamil.
Meskipun demikian, diabetes mellitus selama kehamilan akan
sembuh sendiri setelah persalinan. Biasanya, penderita diabetes
mellitus tipe satu membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan
penderita diabetes mellitus tipe dua hanya membutuhkan insulin bila
obatnya tidak efektif dn diobati secara oral (Adib, 2011).
Namun, pemahaman dan partisipasi pasien juga sangat
penting karena tingkat glukosa darah selalu berubah-ubah. Sebab,
kesuksesan menjaga gula darah dalam batasan normal dapat
mencegah komplikasi diabetes. Sementara itu, factor lainnya yang
dapat mengurangi komplikasi adalah berhenti merokok,
mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil,
mengontrol tekanan darah tinggi, dan melakukan olahraga secara
teratur (Adib, 2011).
Pada umumnya, penyakit diabetes terjadi jika tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula
darah yang normal. Atau, jika sel tidak memberikan respon yang
tepat terhdap insulin. Karena itu, ada dua tipe diabetes mellitus, yaitu
diabtes mellitus tipe satu (diabetes yang bergantung pada insulin )
dan diabetes mellitus tipe dua (diabetes yyang tidak bergantung pada
insulin ). Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing
diabetes mellitus (Adib, 2011).
1. Diabetes mellitus tipe satu
Penderita diabetes mellitus tipe satu menghasilkan sedikit insulin
atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Biasnya, diabetes ini
terjadi sebelum usia 30 tahun dan lebih banyak menimpa anak-
anak dan remaja. Para ilmuan percaya bahwa factor lingkungan
menyebabkan system kekebalan menghancurkan sel penghancur
insulin di pancreas. Pada umumnya, orang yang mengalami
diabetes tipe satu dikarenakan infeksi virus atau factor gizi pada
masa kanak-kanak. Sebab, 90%csel penghasil insulin (sel beta)
mengalami kerusakan permanent. Jika terjadi kekurangan insulin
yang berat maka pendarita harus mendapatkan suntikan insulin
secara teratur.
2. Diabetes mellitus tipe dua
Pada penderita diabetes mellitus tipe dua, pancreas tetap
menghasilkan insulin, namun kadarnya lebih tinggi dari normal.
Akibatnya, tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga menyebabkan kekrangan insulin cukup banyak.
Penyakit ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi
biasanya tejadi setelah usia 30 tahun. Sebenarnya, factor utama
penyebab diabetes tipe dua adalah obesitas. Karena itu, diabetes
mellitus tipe dua cenderung diturunkan secara genetic dalam
keluarga.
Biasanya, penderita diabetes mellitus tipe dua tidak
menunjukan gejala selama bebrapa tahun. Jika kekurangan insulin
semakin parah maka penderita akan sering merasa haus dan buang
air kecil. Meskipun demikian, penderita diabetes mellitus tipe dua
jarang mengalami ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat
tinggi yakni > 1.000 mg/dl yang biasanya terjadi akibat infeksi
atau obat-obatan, maka penderita akan mengalami dehidrasi berat
yang biasa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang,
dan koma hiperglikemik-hiperosmolar non ketotik (Adib, 2011)
C. Patofisiologi
1. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau
langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa
dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi
glukosa dalam darah, maka akan
muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
(diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus
(polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein
dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul
gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain
yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga
efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan
keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan
mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000).
2. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin
tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)
D. Manifestasi Klinik
Banyak penderita diabetes mellitus tipe 2 tidak merasakan gejala
apa-apa selama beberapa tahun. Gejala baru dirasakan ketika kondisi
mereka sudah parah. Untuk mewaspadai timbulnya penyakit ini, kita
perlu mengetahui tanda-tanda dan gejala-gejalanya. Kadang-kadang,
ada penderita diabetes mellitus yang sama sekali tidak meraskan
adanya keluhan. Mereka mengetahui bahwa dirinya menderita
penyakit tersebut pada saat memeriksakan kesehatan (check-up), di
mana kadar gula darahnya ternyata sangat tinggi (Khasanah, 2012).
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila
ia menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan
“keluhan trias” ini adalah banyak kencing (dalam istilah medis
dikenal dengan istilah poliuria), banyak minum (polidipsi), dan
penurunan berat badan. Selain ketiga gejala utama tersebut, ada
beberapa gejala lain yang juga sering muncul pada penderita diabetes,
di antaranya banyak makan (polifagi), air seni dikerumuni semut
karena gula keluar bersama urine (glukosuria), kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar,
gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, dan luka sukar sembuh.
Menurut Khasanah (2012), berikut penjelasan bagi munculnya
beberapa gejala tersebut.
1. Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria)
Glukosa akan turut terbawa aliran urine ketika kadar glukosa
dalam darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah
menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal melebihi
kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam tubuh.
Karena glukosa rasanya manis, maka kandungan glukosa dalam
air kencing dapat mengundang semut untuk mengerumuni urine
tersebut. Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes
mellitus disebut juga penyaking kencing manis.
2. Banyak Kencing (Poliuria)
Sehubungan dengan sifat glukosa yang menyerap air, maka
jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah glukosa yang dikeluarkan
melalui urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih daam
jumlah berlebihan, maka penderita diabetes mellitus sering
berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria).
3. Banyak Minum (Polidipsi)
Dampak dari banyak kencing adalah tubuh akan mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini akan menimbulkan
rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita diabetes
mellitus menjadi banyak minum.
4. Penurunan Berat Badan
Pada penderita diabetes mellitus, proses penyerapan glukosa ke
dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan energinya, sehingga memecah jaringan
lemak tubuh untuk diubah menjadi energi. Jika hal ini terus
terjadi dalam jangka waktu lama, maka penderita akan mengalami
penurunan berat badan.
5. Banyak Makan (Polifagi)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh penderita diabetes
mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar glukosa dalam
darah tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap kadar
gula dalam darah, sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena
tubuh kekurangan energi, tubuh akan memberika sinyal ke otak
untuk merangsang rasa lapar, sehingga menimbulkan banyak
makan.
E. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan
resiko tinggi untk DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun),
obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, Riwayat
kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4000 g, riwayat DM saat
kehamilan, dan dislipidemia(Mansjoer, A, 2007).
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu. Kadar glukosa darah puasa kemudian dapat
diikuti dengan tes toleransi glukosa oral standar. Untuk kelompok
resiko tinggi yang hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan
penyaring ulang setiap tahun.bagi pasien berusia >45 tahun tanpa
faktor resiko, pemeriksaan peyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
(Mansjoer, A, 2007).
Tabel 1.2 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatiksebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
G. Penatalaksanaan
Secara umum, pengendalian DM dimasukkan untuk
mengurangi gejala, membentuk berat badan ideal, dan mencegah
akibat lanjut atau komplikasi. Dengan demikian, prinsip dasar
manejemen pengendalian atau penanganan DM meliputi:
1. Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manejemen DM,
yang sekilas tampaknya mudah tapi kenyataannya sulit
mengendalikan diri terhadap nafsu makan.
2. Latihan jasmani
3. Perubahan perilaku risiko
4. Obat anti diabetic
5. Intervensi bedahh: sebagai pilihan terakhir, kalau memungkinkan
dengan cangkok pankreas
Tabel 1.1 Manajemen Pengendalian Diabetes
H. Prognosis
Sekitar 60% pasien DMT1 yang mendapat insulin dapat
bertahan hidup seperti orang normal. Sisanya dapat mengalami
kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan untuk meninggal
lebih cepat (Mansjoer, A, 2007).
I. Pencegahan
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang dapat
dicegah. Menurut Khasanah (2012), adapun upya-upaya yang dapat
dilakukan untuk pencegahan sebagai berikut:
1. Mengontrol berat badan atau menghindari obesitas yang
merupakan salah satu pemicu munculnya diabetes. Dengan
menjaga berat badan tetap ideal, maka risiko terkena penyakit
diabetes akan turut berkurang.
2. Mengatur asupan lemak. Batasi asupan lemak berleebih dan
perhatikan agar konsukmsi lemak tidak lebih dari 15% dari total
kecukupan energi.
3. Membatasi makanan dan minuman manis. Batasi konsumsi gula
kurang dari 15 gram sehari (setara 3 sendok makan).
4. Menerapkan pola makan dengan gizi seimbang.
5. Melakukan olahraga secara teratur
6. Jika sudah memasuki usia lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan
gula darah secara teratur.
Mengatur konsumsi Makanan sebagai Pencetus Diabetes
Mellitus. Menurut Khasanah (2012), makanan sebagai pencetus
diabetes mellitus yaitu sebagai berikut :
1. Pola Makan Tinggi Gula dan Lemak
Pada penderita diabetes mellitus, semua proses pengaturan
glukosa darah tergamggu, karena terjadinya gangguan kerja
hormon insulin. pankreas tetap menghasilkan insulin dlam
jumlah yang normal, tetapi tubuh membentuk kekebalan
terhadap efeknya. Akibatnya, terjadi peningk atan kadar glukosa
dalam darah. Diduga, kondisi ini dipicu oleh kadar lemak tubuh
yang tinggi. Semakin banyak jaringan lemak, maka jaringan
tubuh dan otot akan semakin resiten terhadap kerja insulin
terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah sentral atau
perut. Lemak ini akan memblokir kerja insulin, sehingga
glukosa tidk dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah.
2. Gemar Mengkonsumsi Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman seperti cake, manisan, ice ceram, dan
sebaginya mengandung gula yang cukup tinggi. Tingginya
asupan gula menyebabkan kadar gula dalam darah melonjak
tinggi, ditambah lagi risiko kelebihan energi yang ujung-
ujungnya menimbulkan obesitas. Orang yang mengalami obesits
memliki kadr lemak tubuh yang tinggi, sehingga dapat memicu
resistensi insulin.
3. Gemar Makan Gorengan
Karena bentuknya yang kecil, satu gorengan mungkin tidak
cukup memuaskan bagi kita. Padahal, gorengan adalah slah satu
makan yang mengandung lemak dan kolesterol yang sangat
tinggi.
4. Suka Makan Camilan yang Tidak Sehat
Kita mungkin sering mengira bahwa membatasi porsi makan
siang atau makan malam bisa menghindarkan kita dari obesitas
dan diabetes mellitus, padahal belum tentu dmekikan. Karena
belum kenyang, kita kemudian mengisi perut dengan sepotong
atau dua potong camilan yang kurang sehat, seperti biskuit dan
keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang dan kue-kue
manis lainnya mengandung kadar gula yang tinggi. Gula dan
tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peran dalam
menaikkan kadar gula dalam darah.
5. Konsumsi Soda yang Berlebihan
Penelitian membuktikan bahwa peningkatan konsumsi minuman
bersoda dapat menaikkan berat badan dan juga menaikkan risiko
terkena diabetes mellitus. Para peneliti mengatakan bahwa
kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada
dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan sumber energi
dalam bentuk cair ini juga tidak membuat kenyang, sehingga
mendorong untuk minum lebih banyak lagi.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut (Dongoes, 1999) Data bergantung pada berat dan lamanya
ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fx organ:
1. Aktivitas Atau Istirahat
Gejalanya : lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, Kram otot,
tonus otot menurun. Gangguan tidur atau istirahat
Tanda : Tachicardia dan tachipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, Letargi atau disorientasi. Koma
Penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi.
Gejala: Adanya riwayat HT; IM akut Klaudasi , kebas, dan
kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama.
Tanda: Tachicardia, perubahan TD postural: HTNadi yang
menurunDisritmiaKrekes;DVJ(GJK)Kulit panas, kering
dan kemerah-merahan; bola mata cekung.
3. Integritas ego
Gejala: stress; tergantung pada orang lain masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda: ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih(poliuria), nokturiaRasa nyeri
atau terbakar, kesulitan berkemih(infeksi), ISK
baru/berulangNyeri tekan abdomen, Diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia
berat)Urine berkabut, bau busuk (infeksi)Abdomen keras,
adanya asitesBising usus lemah dan menurun; hiperaktif
(diare)
5. Makanan / Cairan
Gejala: hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mengikuti diet;
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat, Penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu. Haus,
Penggunaan diuretik (tiazid)
6. Neurosensori
Gejala: pusing/pening, Sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan.
Tanda : disorientasi; mengantung, letargi, stupor/koma (tahap
lanjut). Gangguan memori (baru masa lalu); kacau
mental.Reflex tendon dalam (RTD) menurun
(koma)Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda: wajah mengiris dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
8. Pernafasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk, dengan /tanpa sputum
purulen ( tergantung adanya infeksi / tidak)
Tanda : lapar udara, Batuk, dengan/ tanpa sputum purulen (infeksi),
Frekuensi pernafasan
9. Keamanan
Gejala: kulit kering,gatal, ulkus kulit.
Tanda: Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya
kekuatan umum/tentang gerak, Parestesia/paralisis otot,
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
cukup tajam).
10. Seksualitas
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi)
11. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stoke,
Hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat
seperti steroid, diuretik (tiazid); dilantin dan
fenobarbarbital, (dapat meningkatkan glukosa darah)
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus dihidung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Perubahan
\
Penyimpangan KDM Sinusitis
SINUSITIS
Hipertermi Produksi
sekret
Proses meningkat
Virus memproduksi inflamasi
enzim &
neuraminidase
Akumulasi
Ujung – ujung
sekret
saraf nyeri
Silia kurang aktif
terangsang
Hidung tersumbat
Sulit tidur
Hidung berbau
Gangguan
Bersihan jalan
pola tidur
napas tidak
Perubahan status
efektif
kesehatan
Ansietas
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENGINDERAAN “ SINUSITIS” DI POLIKLINIK THT RSUD
SYEKH YUSUF GOWA
( ) ( )
( ) ( )