Anda di halaman 1dari 31

I.

KONSEP DASAR MEDIS


A. Defenisi
Kata diabetes berasal dari bahasa yunani, yakni diabainein
yang berarti tembus atau pancuran air sedangkan kata mellitus berasal
dari bahasa latin mellitus yang artinya rasa manis. Kemudian,
diabetes mellitus secara umum dikenal dengan penyakit kencing
manis yang ditandai degan hiperglikemia (peningkatan kadar gula
darah ) yang terus-menurus dan bervariasi, terutama setelah makan.
Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud diabetes mellitus
adalah keadaan hiperglikemik kronik yang disertai dengar berbagai
kelainan metabolic akibat gangguan hormonal. Dalam pemeriksaan
mikroskop electron, diketahui bahwa kelainan ini bisa menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah,
yang diseratai llitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gilu
(glukosa) darah. Diabetes mellitus merupakan penyakit di mana
tubuh si penderita tidak bisa mengontrol kadar gula darah dalam
tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan zat gula,
sehingga akan sangat menganggu sistem kerja tubuh secara
keseluruhan (Khasanah, 2012).
Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi empat tipe.
Masing-masing tipe diabetes mellitus memiliki penyebab yang
berbeda dan penanganan yang berbeda pula, meskipun gejala-gejala
yang ditunjukkan hampir sama.
Menurut Khasanah (2012), berikut penggolongan tipe-tipe
diabetes mellitus menurut dunia medis:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe ini sering disebut “diabetes mellitus
tergantung insulin”. Diabetes jenis ini disebabkan kurangnya
kemampuan tubuh dalam memproduksi insulin. Dampaknya,
insulin dalam tubuh tidak cukup untuk membawa glukosa (zat
gula) ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini terjadi karena gangguan
faktor imun atau penyakit kronis yang menyerang pankreas
sebagai pusat produksi insulin. Pengobatan diabetes mellitus tipe
ini adalah dengan cara suntik insulin seumur hidup. Penyakit ini
biasanya muncul di usia muda (di bawah 30 tahun).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe ini disebabkan karena ketidakmampuan
tubuh untuk merespon insulin yang dihasilkan pankreas. Dalam
kasus ini, jumlah insulin yang diproduksi pankreas sebenarnya
normal, hanya saja tubuh kehilangan kemampuan untuk merespon
kerja insulin. Diabetes mellitus tipe ini sering disebut “diabetes
mellitus tidak tergantung insulin”. Faktor penyebab utmanya
adalah kadar lemak dalam tubuh yang berlebihan. Diperkirakan,
90% dari seluruh kasus diabetes mellitus adalah tipe ini.
3. Diabetes Mellitus Gestational
Diabetes mellitus gestational adalah diabetes yang timbul selama
kehamilan. Biasanya, diabetes mellitus tipe ini muncul pada
kehamilan trimester kedua dan ketiga. Pada umumnya, kadar gula
darah akan normal kembali setelah melahirkan.
4. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Ada beberapa tipe diabetes yang lain, seperti diabetes mellitus
karena genetik, operasi, obat-obatan, infeksi dan sebagainya.

B. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan
penting. Sebenarnya, pembentukan diabetes mellitus dikarenakan
produksi insulin yang kurang (yang kemudian dikenal sebagai
diabetes tipe satu ), atau jaringan tubuh kurang sensitive terhadap
insulin ( diabetes mellitus tipe dua, bentuk yang lebih umum ).
Selain itu, ada bebrapa jenis diabetes mellitus yang disebabkan oleh
resistensi insulin, tetapi diabetes ini sering terjadi pada wanita hamil.
Meskipun demikian, diabetes mellitus selama kehamilan akan
sembuh sendiri setelah persalinan. Biasanya, penderita diabetes
mellitus tipe satu membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan
penderita diabetes mellitus tipe dua hanya membutuhkan insulin bila
obatnya tidak efektif dn diobati secara oral (Adib, 2011).
Namun, pemahaman dan partisipasi pasien juga sangat
penting karena tingkat glukosa darah selalu berubah-ubah. Sebab,
kesuksesan menjaga gula darah dalam batasan normal dapat
mencegah komplikasi diabetes. Sementara itu, factor lainnya yang
dapat mengurangi komplikasi adalah berhenti merokok,
mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil,
mengontrol tekanan darah tinggi, dan melakukan olahraga secara
teratur (Adib, 2011).
Pada umumnya, penyakit diabetes terjadi jika tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula
darah yang normal. Atau, jika sel tidak memberikan respon yang
tepat terhdap insulin. Karena itu, ada dua tipe diabetes mellitus, yaitu
diabtes mellitus tipe satu (diabetes yang bergantung pada insulin )
dan diabetes mellitus tipe dua (diabetes yyang tidak bergantung pada
insulin ). Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing
diabetes mellitus (Adib, 2011).
1. Diabetes mellitus tipe satu
Penderita diabetes mellitus tipe satu menghasilkan sedikit insulin
atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Biasnya, diabetes ini
terjadi sebelum usia 30 tahun dan lebih banyak menimpa anak-
anak dan remaja. Para ilmuan percaya bahwa factor lingkungan
menyebabkan system kekebalan menghancurkan sel penghancur
insulin di pancreas. Pada umumnya, orang yang mengalami
diabetes tipe satu dikarenakan infeksi virus atau factor gizi pada
masa kanak-kanak. Sebab, 90%csel penghasil insulin (sel beta)
mengalami kerusakan permanent. Jika terjadi kekurangan insulin
yang berat maka pendarita harus mendapatkan suntikan insulin
secara teratur.
2. Diabetes mellitus tipe dua
Pada penderita diabetes mellitus tipe dua, pancreas tetap
menghasilkan insulin, namun kadarnya lebih tinggi dari normal.
Akibatnya, tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga menyebabkan kekrangan insulin cukup banyak.
Penyakit ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi
biasanya tejadi setelah usia 30 tahun. Sebenarnya, factor utama
penyebab diabetes tipe dua adalah obesitas. Karena itu, diabetes
mellitus tipe dua cenderung diturunkan secara genetic dalam
keluarga.
Biasanya, penderita diabetes mellitus tipe dua tidak
menunjukan gejala selama bebrapa tahun. Jika kekurangan insulin
semakin parah maka penderita akan sering merasa haus dan buang
air kecil. Meskipun demikian, penderita diabetes mellitus tipe dua
jarang mengalami ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat
tinggi yakni > 1.000 mg/dl yang biasanya terjadi akibat infeksi
atau obat-obatan, maka penderita akan mengalami dehidrasi berat
yang biasa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang,
dan koma hiperglikemik-hiperosmolar non ketotik (Adib, 2011)
C. Patofisiologi
1. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau
langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa
dan hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi
glukosa dalam darah, maka akan
muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
(diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus
(polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein
dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul
gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang lain
yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga
efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan
keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan
mangarah terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000).
2. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin
tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk
kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)

D. Manifestasi Klinik
Banyak penderita diabetes mellitus tipe 2 tidak merasakan gejala
apa-apa selama beberapa tahun. Gejala baru dirasakan ketika kondisi
mereka sudah parah. Untuk mewaspadai timbulnya penyakit ini, kita
perlu mengetahui tanda-tanda dan gejala-gejalanya. Kadang-kadang,
ada penderita diabetes mellitus yang sama sekali tidak meraskan
adanya keluhan. Mereka mengetahui bahwa dirinya menderita
penyakit tersebut pada saat memeriksakan kesehatan (check-up), di
mana kadar gula darahnya ternyata sangat tinggi (Khasanah, 2012).
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila
ia menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan
“keluhan trias” ini adalah banyak kencing (dalam istilah medis
dikenal dengan istilah poliuria), banyak minum (polidipsi), dan
penurunan berat badan. Selain ketiga gejala utama tersebut, ada
beberapa gejala lain yang juga sering muncul pada penderita diabetes,
di antaranya banyak makan (polifagi), air seni dikerumuni semut
karena gula keluar bersama urine (glukosuria), kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar,
gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, dan luka sukar sembuh.
Menurut Khasanah (2012), berikut penjelasan bagi munculnya
beberapa gejala tersebut.
1. Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria)
Glukosa akan turut terbawa aliran urine ketika kadar glukosa
dalam darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa darah
menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal melebihi
kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam tubuh.
Karena glukosa rasanya manis, maka kandungan glukosa dalam
air kencing dapat mengundang semut untuk mengerumuni urine
tersebut. Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes
mellitus disebut juga penyaking kencing manis.
2. Banyak Kencing (Poliuria)
Sehubungan dengan sifat glukosa yang menyerap air, maka
jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah glukosa yang dikeluarkan
melalui urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih daam
jumlah berlebihan, maka penderita diabetes mellitus sering
berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria).
3. Banyak Minum (Polidipsi)
Dampak dari banyak kencing adalah tubuh akan mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini akan menimbulkan
rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita diabetes
mellitus menjadi banyak minum.
4. Penurunan Berat Badan
Pada penderita diabetes mellitus, proses penyerapan glukosa ke
dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan energinya, sehingga memecah jaringan
lemak tubuh untuk diubah menjadi energi. Jika hal ini terus
terjadi dalam jangka waktu lama, maka penderita akan mengalami
penurunan berat badan.
5. Banyak Makan (Polifagi)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh penderita diabetes
mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar glukosa dalam
darah tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap kadar
gula dalam darah, sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena
tubuh kekurangan energi, tubuh akan memberika sinyal ke otak
untuk merangsang rasa lapar, sehingga menimbulkan banyak
makan.

E. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan
resiko tinggi untk DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun),
obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, Riwayat
kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4000 g, riwayat DM saat
kehamilan, dan dislipidemia(Mansjoer, A, 2007).
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu. Kadar glukosa darah puasa kemudian dapat
diikuti dengan tes toleransi glukosa oral standar. Untuk kelompok
resiko tinggi yang hasil pemeriksaan negatif, perlu pemeriksaan
penyaring ulang setiap tahun.bagi pasien berusia >45 tahun tanpa
faktor resiko, pemeriksaan peyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun
(Mansjoer, A, 2007).

Tabel 1.2 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatiksebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Blm pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110
Cara pemeriksaan TTGO: (Mansjoer, A, 2007)Tiga hari sebelum
pemeriksaan pasien makan biasa.

1. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak


2. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
3. Periksa glukosa darah puasa.
4. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam 250 ml, lalu
minum dalam waktu 5 menit.
5. Periksa glukosa 1 jam atau 2 jam setelah beban glukosa.
6. Selama pemeriksaan , pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
WHO (1985) menganjurkan pemeriksaan standar seperti ini , tetapi kita
hanya memakai pemeriksaan glukosa darah 2 jam saja.
F. Komplikasi
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan
komplikasi jika tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah
dalam waktu yang lama bisa merusak pembuluh darah, jantung, otak,
mata, ginjal, saraf, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Menurut
Khasanah(2012), beberapa komplikasi diabetes mellitus tersebut
sebagai berikut.
1. Hipertensi dan Penyakit Jantung
Gula yang terlalu tinggi dalam darah dapat menempel pada
dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal.
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan
kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini akan memepercapat
terjadinya penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan
darah meningkat dan terjadilah hipertensi.
2. Katarak
Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang
menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata
menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya.
Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, katarak merupakan
efek sekunder yang timbul dari penyakit ini.
3. Gagal Ginjal
Gagal ginjal terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan
permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana
mestinya, yaitu untuk menyaring darah. Kaitannya dengan
penyakit diabetes mellitus, kadar gula darah yang tinggi akan
memperberat kerja ginjal dalam menyaring darah. Jika keadaan
ini terus berlanjut, maka dapat menyebakan gagal ginjal.
4. Gangguan pada Saraf
Jika saraf yang terhubung ke tangan, tngkai, dan kaki mengalami
kerusakan, maka penderita akan sering mengalami sensasi
kesemutan atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa lemah pada
lengan dan tungkai. Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan
kulit lebih sering mengalami cedera, karena penderita dapat
merasakan perubahan tekanan maupun suhu.
5. Luka yang Susah Sembuh dan Gangren
Berkurangnya aliran darah ke sel-sel kulit juga bisa menyebabkan
penderita mudah luka dan proses penyembuhan luka berjalan
lambat. Luka di kaki bisa sangat dalam dan rentan mengalami
infeksi, karena masa penyembuhannya agak lama. Dalam
beberapa kasus, sebagian tungkai si penderita harus diamputasi
untuk menyelamatkan jiwanya.

G. Penatalaksanaan
Secara umum, pengendalian DM dimasukkan untuk
mengurangi gejala, membentuk berat badan ideal, dan mencegah
akibat lanjut atau komplikasi. Dengan demikian, prinsip dasar
manejemen pengendalian atau penanganan DM meliputi:
1. Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manejemen DM,
yang sekilas tampaknya mudah tapi kenyataannya sulit
mengendalikan diri terhadap nafsu makan.
2. Latihan jasmani
3. Perubahan perilaku risiko
4. Obat anti diabetic
5. Intervensi bedahh: sebagai pilihan terakhir, kalau memungkinkan
dengan cangkok pankreas
Tabel 1.1 Manajemen Pengendalian Diabetes

Status Diabetes Tindakan Manejemen


1. Publik sehat - Edukasi, Informasi dan Kepedulian
2. Kelompok resiko - Penyaringan
- Perbaikan gaya hidup
3. Prediabetik/Sindrom metabolik - Diagnosea dini
- Pemerikasaan lab
4. Penderita Diabetes - Intervensi diet dan olahraga
-Pengobatan
- Pencegahan kemungkinan komplikasi
- Pemeriksaan khusus
5. DM di rumah sakit -Pengobatan intensif
- Perawatan khusus
- Pencegahan komplikasi
6. Kronik DM - Rehabitasi komplikasi
- Pemeriksaan periodik
Obat anti diabetic (OAD) diberikan sesuai dengan peran
masing-masing obat: (Bustam, 2007).
1. Obat yang merangsang ssel-sel beta untuk mengeluarkan insulin
(insulin secretagogue), misalnya sulphonylurea.
2. Obat yang bekerja di perifer pada otot dan lemak, mensentifkan
otot seperti Metformin.
3. Obat yang mencegah penyerapan glukosa di usus dengan
menghambat kerja enzim alpha glucosidase, misalnya
Acarbosein.aan pleura

H. Prognosis
Sekitar 60% pasien DMT1 yang mendapat insulin dapat
bertahan hidup seperti orang normal. Sisanya dapat mengalami
kebutaan, gagal ginjal kronik, dan kemungkinan untuk meninggal
lebih cepat (Mansjoer, A, 2007).

I. Pencegahan
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang dapat
dicegah. Menurut Khasanah (2012), adapun upya-upaya yang dapat
dilakukan untuk pencegahan sebagai berikut:
1. Mengontrol berat badan atau menghindari obesitas yang
merupakan salah satu pemicu munculnya diabetes. Dengan
menjaga berat badan tetap ideal, maka risiko terkena penyakit
diabetes akan turut berkurang.
2. Mengatur asupan lemak. Batasi asupan lemak berleebih dan
perhatikan agar konsukmsi lemak tidak lebih dari 15% dari total
kecukupan energi.
3. Membatasi makanan dan minuman manis. Batasi konsumsi gula
kurang dari 15 gram sehari (setara 3 sendok makan).
4. Menerapkan pola makan dengan gizi seimbang.
5. Melakukan olahraga secara teratur
6. Jika sudah memasuki usia lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan
gula darah secara teratur.
Mengatur konsumsi Makanan sebagai Pencetus Diabetes
Mellitus. Menurut Khasanah (2012), makanan sebagai pencetus
diabetes mellitus yaitu sebagai berikut :
1. Pola Makan Tinggi Gula dan Lemak
Pada penderita diabetes mellitus, semua proses pengaturan
glukosa darah tergamggu, karena terjadinya gangguan kerja
hormon insulin. pankreas tetap menghasilkan insulin dlam
jumlah yang normal, tetapi tubuh membentuk kekebalan
terhadap efeknya. Akibatnya, terjadi peningk atan kadar glukosa
dalam darah. Diduga, kondisi ini dipicu oleh kadar lemak tubuh
yang tinggi. Semakin banyak jaringan lemak, maka jaringan
tubuh dan otot akan semakin resiten terhadap kerja insulin
terutama bila lemak tubuh terkumpul di daerah sentral atau
perut. Lemak ini akan memblokir kerja insulin, sehingga
glukosa tidk dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam
peredaran darah.
2. Gemar Mengkonsumsi Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman seperti cake, manisan, ice ceram, dan
sebaginya mengandung gula yang cukup tinggi. Tingginya
asupan gula menyebabkan kadar gula dalam darah melonjak
tinggi, ditambah lagi risiko kelebihan energi yang ujung-
ujungnya menimbulkan obesitas. Orang yang mengalami obesits
memliki kadr lemak tubuh yang tinggi, sehingga dapat memicu
resistensi insulin.
3. Gemar Makan Gorengan
Karena bentuknya yang kecil, satu gorengan mungkin tidak
cukup memuaskan bagi kita. Padahal, gorengan adalah slah satu
makan yang mengandung lemak dan kolesterol yang sangat
tinggi.
4. Suka Makan Camilan yang Tidak Sehat
Kita mungkin sering mengira bahwa membatasi porsi makan
siang atau makan malam bisa menghindarkan kita dari obesitas
dan diabetes mellitus, padahal belum tentu dmekikan. Karena
belum kenyang, kita kemudian mengisi perut dengan sepotong
atau dua potong camilan yang kurang sehat, seperti biskuit dan
keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang dan kue-kue
manis lainnya mengandung kadar gula yang tinggi. Gula dan
tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peran dalam
menaikkan kadar gula dalam darah.
5. Konsumsi Soda yang Berlebihan
Penelitian membuktikan bahwa peningkatan konsumsi minuman
bersoda dapat menaikkan berat badan dan juga menaikkan risiko
terkena diabetes mellitus. Para peneliti mengatakan bahwa
kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada
dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan sumber energi
dalam bentuk cair ini juga tidak membuat kenyang, sehingga
mendorong untuk minum lebih banyak lagi.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut (Dongoes, 1999) Data bergantung pada berat dan lamanya
ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh pada fx organ:
1. Aktivitas Atau Istirahat
Gejalanya : lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, Kram otot,
tonus otot menurun. Gangguan tidur atau istirahat
Tanda : Tachicardia dan tachipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, Letargi atau disorientasi. Koma
Penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi.
Gejala: Adanya riwayat HT; IM akut Klaudasi , kebas, dan
kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama.
Tanda: Tachicardia, perubahan TD postural: HTNadi yang
menurunDisritmiaKrekes;DVJ(GJK)Kulit panas, kering
dan kemerah-merahan; bola mata cekung.
3. Integritas ego
Gejala: stress; tergantung pada orang lain masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda: ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih(poliuria), nokturiaRasa nyeri
atau terbakar, kesulitan berkemih(infeksi), ISK
baru/berulangNyeri tekan abdomen, Diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia
berat)Urine berkabut, bau busuk (infeksi)Abdomen keras,
adanya asitesBising usus lemah dan menurun; hiperaktif
(diare)
5. Makanan / Cairan
Gejala: hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mengikuti diet;
peningkatan masukan glukosa / karbohidrat, Penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu. Haus,
Penggunaan diuretik (tiazid)
6. Neurosensori
Gejala: pusing/pening, Sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan.
Tanda : disorientasi; mengantung, letargi, stupor/koma (tahap
lanjut). Gangguan memori (baru masa lalu); kacau
mental.Reflex tendon dalam (RTD) menurun
(koma)Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda: wajah mengiris dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
8. Pernafasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk, dengan /tanpa sputum
purulen ( tergantung adanya infeksi / tidak)
Tanda : lapar udara, Batuk, dengan/ tanpa sputum purulen (infeksi),
Frekuensi pernafasan
9. Keamanan
Gejala: kulit kering,gatal, ulkus kulit.
Tanda: Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya
kekuatan umum/tentang gerak, Parestesia/paralisis otot,
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
cukup tajam).
10. Seksualitas
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi)
11. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stoke,
Hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat
seperti steroid, diuretik (tiazid); dilantin dan
fenobarbarbital, (dapat meningkatkan glukosa darah)
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri berhubungan dengan NOC : NIC :


peradangan pada hidung  Pain Level, Pain Management
 Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
 Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Mampu mengontrol dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab  Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
nonfarmakologi untuk untuk mengetahui pengalaman nyeri
mengurangi nyeri, pasien
mencari bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
 Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dengan menggunakan  Evaluasi bersama pasien dan tim
manajemen nyeri kesehatan lain tentang ketidakefektifan
 Mampu mengenali kontrol nyeri masa lampau
nyeri (skala,  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
intensitas, frekuensi dan menemukan dukungan
dan tanda nyeri)  Kontrol lingkungan yang dapat
 Menyatakan rasa mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
nyaman setelah nyeri pencahayaan dan kebisingan
berkurang  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Tanda vital dalam  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
rentang normal (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada
s

2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus dihidung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan jalan napas tidak


efektif NOC: NIC :
berhubungan dengan penumpukan mucus  Respiratory status :  Kaji penumpukan secret yang ada.
Ventilation  Observasi tanda- tanda vital.
dihidung  Respiratory status : Airway  Kolaborasi dengan tim medis untuk
patency
pembersihan sekret
 Aspiration Control
Kriteria Hasil :
 mampu bernafas dengan mudah,
 Menunjukkan jalan nafas yang
normal
 Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah
factor yang dapat menghambat
jalan nafas

1. Perubahan

3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit / reaksi imun anafilaktik


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermi berhubungan dengan proses NOC: NIC :


peradangan penyakit / reaksi imun Thermoregulasi Fever treatment
anafilaktik Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering mungkin
 Suhu tubuh dalam rentang  Monitor IWL
normal  Monitor warna dan suhu kulit
 Nadi dan RR dalam rentang  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
normal  Monitor penurunan tingkat
 Tidak ada perubahan warna kesadaran
kulit dan tidak ada pusing,  Monitor WBC, Hb, dan Hct
merasa nyaman  Monitor intake dan output
 Berikan anti piretik
 Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Berikan cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Tujuan dan Kriteria Intervensi
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Hasil  Monitor VS saat pasien berbaring,
Ansietas berhubungan dengan perubahan NOC : duduk, atau berdiri
status dan kurangnya informasi - Kontrol kecemasan  NIC
Auskultasi
: TD pada kedua lengan dan
- Koping bandingkan
Anxiety Reduction (penurunan
kriteria hasil:  kecemasan)TD, nadi, RR, sebelum,
Monitor
 Klien selama, dan setelah
mampu  Gunakan aktivitas yang
pendekatan
mengidentifikasi dan menenangkan
mengungkapkan gejala  Nyatakan dengan jelas harapan
cemas terhadap pelaku pasien
 Mengidentifikasi,  Jelaskan semua prosedur dan apa
mengungkapkan dan yang dirasakan selama prosedur
menunjukkan tehnik  Temani pasien untuk memberikan
untuk mengontol cemas keamanan dan mengurangi takut
 Vital sign dalam batas  Berikan informasi faktual mengenai
normal diagnosis, tindakan prognosis
 Postur tubuh, ekspresi  Libatkan keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh dan mendampingi klien
tingkat aktivitas  Instruksikan pada pasien untuk
menunjukkan menggunakan tehnik relaksasi
berkurangnya kecemasan  Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status dan kurangnya informasi
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian obat anti cemas:
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan karena hidung tersumbat
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan pola tidur berhubungan NOC: NIC :


dengan ketidaknyamanan karena  Anxiety Control Sleep Enhancement
hidung tersumbat  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi terhadap
 Pain Level pola tidur
 Rest : Extent and Pattern - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
 Sleep : Extent ang Pattern - Fasilitasi untuk mempertahankan
Setelah dilakukan tindakan aktivitas sebelum tidur (membaca)
keperawatan selama …. gangguan - Ciptakan lingkungan yang nyaman
pola tidur pasien teratasi dengan - Kolaburasi pemberian obat tidur
kriteria hasil:
 Jumlah jam tidur dalam batas
normal
 Pola tidur,kualitas dalam batas
normal
 Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
 Mampu mengidentifikasi hal-
hal yang meningkatkan tidur
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Philadellphia.


EGC)

Corwin, Elizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologis Edisi 3. Jakarta: EGC.

Damayanti S. & Endang M. 2006. Telinga, Hidung, Kepala, Tenggorokan,Leher.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Tambayong, 2002, Patofisiologi Untuk Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

\
Penyimpangan KDM Sinusitis

Virus, bakteri (Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza,


Streptococcus group A, Staphylococcus aureus, Neisseria,
Klebsiella, Basil gram (-), Pseudomonas, fusobakteria), virus
(Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus), dan jamur.

Suhu tubuh Inflamasi pada


meningkat sinus

SINUSITIS
Hipertermi Produksi
sekret
Proses meningkat
Virus memproduksi inflamasi
enzim &
neuraminidase
Akumulasi
Ujung – ujung
sekret
saraf nyeri
Silia kurang aktif
terangsang

Nyeri Rasa tidak nyaman


karena hidung
Produksi sekret
tersumbat
tersumbat

Hidung tersumbat
Sulit tidur
Hidung berbau

Gangguan
Bersihan jalan
pola tidur
napas tidak
Perubahan status
efektif
kesehatan

Ansietas
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENGINDERAAN “ SINUSITIS” DI POLIKLINIK THT RSUD
SYEKH YUSUF GOWA

HARYANA HASBAN S.Kep


(70900115044)

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2015
RESUME KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. S DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENGINDERAAN : SINUSITIS DI
POLIKLINIK THT RSUD SYEKH YUSUF GOWA

HARYANA HASBAN S.Kep.


(70900115044)

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2015
.

Anda mungkin juga menyukai