Oleh :
2022
A. Masalah Kesehatan : Diabetes Mellitus
B. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, gangguan
kerja insulin atau keduanya dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (TH, 2019).
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologi
Menurut (Corwin, 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel- sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari
dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi
insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).Diabetes tipe II paling sering
terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya sangat tinggi).
Pohon Masalah (Pathway)
E. Pemeriksaan Diagnostik
F. Penatalaksanaan Medis
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan, pemantauan,
terapi dan pendidikan kesehatan.
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin, mineral
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
Memenuhi kebutuhan energi
Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis.
Menurunkan kadar lemak darah jika kadar lemak meningkat
2. Latihan fisik
Penderita DM membutuhkan latihan fisik untuk mengendalikan kadar
gula darahnya, sebab ketika beraktivitas fisik terjadi pertambahan penggunaan
glukosa di otot yang berkontraksi sehingga hal ini dapat menurunkan gula
dalam darah. Peningkatan kemampuan fungsional ini dapat ditingkatkan
melalui Aktivitas fisik berupa olahraga yang teratur dan terencana (Perdana
Samudera, Ida Puteri, 2019). Perbaikan dan pemeliharaan kebugaran fisik
dapat dilakukan melalui olahraga berupa latihan fisik secara terencana,
terstruktur yang dilakukan secara berkelanjutan (Amadhani, Amelia, Ivonny
M. Sapulete, 2016).
5. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
3. Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik :
Sulfonaria
Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
Biguanid
Metformin 500 mg
6. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efeksamping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi /hiperglikemi
Tindakan preventif (perawatan kaki, perawatan mata ,hygiene umum )
Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
G. Pengkajian Keperawatan
Identitas Nama, usia (DM Tipe 1 usia < 30 tahun. DM Tipe 2 usia > 30 tahun,
cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), jenis kelamin, status, agama, alamat,
tanggal : MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan
tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung
untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang
berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya
dengan aktifitas fisik yang sedikit.
Keluhan Utama
a. Kondisi Hiperglikemi
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak BAK, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi Hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
2. Meningkatkan
sirkulasi dalam
2. Anjurkan berolahraga secara darah menjadi lancar
rutin
3. Untuk
menghindari tingkat
keparahan penyakit
3. Ajarkan progran diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega 3)
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1.03119 Perawat
tindakan keperawatan Observasi :
jangka waktu 3x24 jam. 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status
defisit nutrisi
meningkat dengan 2. Identifikasi makanan yang 2. Mengetahui jenis
kriteria hasil : disukai makanan yang
3. Agar tidak
Edukasi :
mengalami
1. Anjurkan posisi duduk, jika
konstipasi
perlu
Edukasi : 1. Memungkinkan
1. Anjurkan memperbanyak penghentian
asupan cairan oral tindakan dan
mempengaruhi
kembalinya fungsi
usus normal
Kolaborasi : 1. Menjaga
1. Kolaborasi pemberian cairan keseimbangan air
IV isotonis (mis. NaCl, RL) dan garam dalam
tubuh
2. Menggani cairan
2. Kolaborasi pemberian cairan yang keluar dalam
hipotonis (mis. gukosa 2,5%, tubuh
NaCl 0,4%)
DAFTAR PUSTAKA
Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi (3 Edisi Re). Jakarta, EGC: Jakarta,EGC.
LeMone, Priscilla, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Intergumen,
Gangguan Endokrin, dan Gangguan Gastrointestinal. ( et al. 2015 Terjemahan oleh, Bhetsy
Angelina, Ed.) (Vol 2 Edis). Jakarta: EGC.
Perdana Samudera, Ida Puteri, and K. A. (2019). Perbandingan Beragam Jenis Air Minum
Terhadap Status Hidrasi Melalui Aktivitas Fisik 5000 Meter. Multilateral Jurnal
Pendidikan Jasmani Dan Olahraga 18(1). Doi: 10.20527/Multilateral.V18i1.6565.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (edisi 1). Jakarta: DPP
PPNI.
TH, M. C. R. M. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika.