Anda di halaman 1dari 23

Referat

Diabetes Melistus Pada Anak

Dini Pela 1102014076


 
Pembimbing:
dr. Sri Wahyu Herlinawati, Sp.A., M.Kes.
 
Pendahuluan

Diabetes mellitus (DM) penyakit kronik dengan insiden yang semakin


meningkat di seluruh dunia. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang
dewasa, tetapi juga pada anak. Ditandai dengan peningkatan kadar
gula darah akibat gangguan produksi insulin, gangguan kerja insulin,
atau keduanya.
Definisi
- Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik
yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta
kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin
maupun keduanya.

- Menurut WHO (2016) Diabetes adalah penyakit kronis serius


yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa),
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkannya.
Etiologi
Secara etiologi DM dapat dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM
dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain. DM tipe 1 terjadi karena
kerusakan sel β pankreas (reaksi autoimun). Sel β pankreas
merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin yang
berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila
kerusakan sel β pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM
mulai muncul. Perusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-anak
daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 sebagian
besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non
autoimun.
DM tipe 2, DM ini bervariasi mulai yang dominan resistensi
insulin, defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin.
Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja
di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel β.
Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang
cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Kegemukan
sering berhubungan dengan kondisi ini.
Epidemiologi

Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada


tahun 2018, tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1 di
Indonesia. Insiden DM tipe-1 pada anak dan remaja meningkat
sekitar tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta
penduduk pada tahun 2000 dan 2010.2-4 Data tahun 2003-
2009 menunjukkan pada kelompok usia 10-14 tahun.

in tag e
V
to!
Pho
Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan
satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut:
1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan
akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300-1200
mg/100 ml
2) Peningkatan nyata mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang
mengakibatkan aterosklerosis
3) Pengaturan protein dalam jaringan tubuh
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik

- Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan)


polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing
di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun
dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.

- Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa


panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram,
kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada
pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran
atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari 4kg.
Diagnosis
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai
berikut:

1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, nokturia, enuresis, penurunan


berat badan, polifagia, dan kadar glukosa plasma sewaktu  200 mg/ dL (11.1
mmol/L).
2. Kadar glukosa plasma puasa  126 mg/dL (7 mmol/L).
3. Kadar glukasa plasma  200 mg/dL pada jam ke-2 TTGO (Tes Tolerasansi
Glukosa Oral).
4. HbA1c >6.5% (dengan standar NGSP dan DCCT) Pada penderita yang
asimtomatis dengan peningkatan kadar glukosa plasma sewaktu (>200 mg/dL)
harus dikonfirmasi dengan kadar glukosa plasma puasa atau dengan tes
toleransi glukosa oral yang terganggu. Diagnosis tidak ditegakkan
berdasarkan satu kali pemeriksaan.
Penilaian glukosa plasma puasa :
- Normal : < 100 mg/dL
- Gangguan glukosa plasma puasa (Impaired fasting glucose =
IFG): 100–125 mg/dL
- Diabetes :  126 mg/dL

Penilaian tes toleransi glukosa oral :


- Normal : <140 mg/dL
- Gangguan glukosa plasma puasa (Impaired fasting glucose =
IFG): 140-200 mg/dL
- Diabetes :  200 mg/dL
Tatalaksana
Pemberian insulin
• Tujuan terapi insulin adalah menjamin kadar insulin yang cukup di dalam
tubuh selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sebagai insulin
basal maupun insulin koreksi dengan kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat
efek glikemik makanan.

• Bagi anak-anak sangat dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali injeksi


insulin per hari (campuran insulin kerja cepat/ pendek dengan insulin basal).

• Dosis insulin harian, tergantung pada: Umur, berat badan, status pubertas,
lama menderita, fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktifitas
harian, hasil monitoring glukosa darah dan HbA1c, serta ada tidaknya
komorbiditas
Terapi pada T1DM

Hal pertama yang harus dipahami oleh semua pihak adalah bahwa DM tipe-1
tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan
seoptimal mungkin dengan kontrol metabolik yang baik.

Pada anak dengan T1DM memiliki 5 variabel mayor dalam penatalaksanaannya


yaitu:

● Pemilihan sediaan dan tipe insulin yang diberikan


● Diet
● Olahraga dan kegiatan sehari – hari
● Manajemen stress, dan terakhir
● Pengawasan kadar glukosa dan keton dalam darah.
Terapi pada T2DM

Pada anak dengan diabetes mellitus tipe 2 terapi yang dilakukan


bervariasi bergantung pada tingkat keparahan penyakit. Bila pada
pemeriksaan HbA1c masih normal (6,2%) dan keton tidak mengalami
elevasi yang tinggi, maka terapi pilihan pertama adalah perubahan
gaya hidup, pola konsumsi dan asupan kalori dibarengi dengan
olahraga teratur ( setidaknya 30 menit per hari ). Bila terjadi
kenaikan pada saat penilaian HbA1c (6,2% - 9%) maka dapat
diberikan metformin sebagai agen hiperglikemia oral dengan dosis
awal 250mg - 500mg per hari dan bila sudah didapatkan penyesuaian
sistem pencernaan dapat ditambah menjadi 1 gram perhari.
KOMPLIKASI

150,00
Komplikasi akut diabetes mellitus : diabetes ketoacidosis dan
hiperglikemik hiperosmolar state, DKA adalah komplikasi paten dari
T1DM, walaupun begitu keadaan ini dapat terjadi juga pada diabetes
mellitus tipe 2 yang tidak mendapatkan perawatan adekuat,
sedangkan HHS lebih sering terjadi pada T2DM. Kedua keadaan ini

0
berhubungan erat dengan resistensi maupun defisiensi absolut insulin.

● Komplikasi kronis diabetes mellitus terkait dengan keadaan


hiperglikemia kronis yang mencakup kelainan non vaskular dan
kelainan vaskular, kelainan vaskular terbagi atas 2 bagian yaitu
mikrovaskular (Retinopati, nefropati, neuropati) dan makrovaskular
(penyakit jantung koroner, penyakit vaskular perifer, penyakit
vaskular cerebrospinal). Kelainan non vaskular terdiri dari
gastroparesis, kelainan kulit dan kehilangan pendengaran
Pencegahan
Pengaturan Makanan
● Penurunan berat badan perlu dilakukan pada penderita DM tipe-2
yang seringkali menderita kegemukan, sedangkan pada anak
dengan DM tipe-1, pemberian makan untuk tumbuh kembang.

Olahraga
● Olahraga sebaiknya menjadi bagian dari kehidupan setiap orang,
baik anak, remaja, maupun dewasa, baik penderita DM atau
bukan. Olahraga dapat membantu menurunkan berat badan,
mempertahankan berat badan ideal, dan meningkatkan rasa
percaya diri.
Pemantauan Mandiri
● Tujuan pemantauan mandiri pada pasien dengan DM tipe-1 adalah
mencapai target kontrol glikemik yang optimal, menghindari komplikasi
akut berupa hipoglikemia dan ketoasidosis dan komplikasi

Edukasi
● Edukasi/pendidikan merupakan unsur strategis pada pengelolaan DM tipe-
1, harus dilakukan secara terus menerus dan bertahap sesuai tingkat
pengetahuan serta status sosial penderita/keluarga.
● Sasaran edukasi adalah pasien (anak atau remaja) dan kedua orang tua,
serta pengasuhnya.
Prognosis

Prognosis akan menjadi buruk bila penyakit tidak dideteksi


secara cepat, hal ini juga akan mengakibatkan komplikasi akut
maupun kronis yang cukup berat sehingga dapat mengancam
jiwa penderita.
Kesimpulan

Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin


absolut akibat kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun.
Penderita DM tipe-1 membutuhkan suntikan insulin secara terus menerus
untuk mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal.
Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang berhubungan dengan
resistensi insulin dalam otot atau ketidak mampuan insulin
mentranspotasikan glukosa kedalam sel sehingga memicu terjadinya
pembentukan gula dihati yang mengakibatkan terjadinya keadaan
huperglikemia. Penyakit ini biasanya dialami oleh orangtua namun pada
anak penyakit ini dapat juga terjadi. Pasien anak biasanya mengalami
obesitas dan kelelahan kronis. Komplikasi yang terjadi dapat menyamai
pasien dengan T1DM apabila status hiperglikemia tidak dideteksi secara
dini.
Daftar
Pustaka
Aman B. Pulungan, Diadra Annisa, Sirma Imada. Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak : Situasi di Indonesia dan
Tata Laksana. , Vol. 20, No. 6, April 2019
Boon,N.A, Cumming,A. D, John , G : Davidson’s Principal And Practice Of Medicine 20 th edition, CHTML e-Book ,
Elsevier Inc, 2007 , available from : www.indowebster.com
Dr. dr. Eva Decroli, SpPD-KEMD FINASIM, 2019. DIABETES MELITUS TIPE 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Haryudi Aji C. 2011. Gambaran Klinis dan Laboratoris Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak Vol. 26, No. 4.
Ida Bagus Wayan Kardika, Sianny Herawati, I Wayan Putu Sutirta Yasa. PREANALITIK DAN INTERPRETASI
GLUKOSA DARAH UNTUK DIAGNOSIS DIABETES MELITUS. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.
IDAI. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI, 2020. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Anak dan Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia. Panduan Praktik Klinis
Ikatan Dokter Anak Indonesia Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak dan Remaja.
2017.
Restyana Noor Fatimah. 2015. DIABETES MELITUS TIPE 2., Volume 4 Nomor 5.
 
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai