Anda di halaman 1dari 27

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

HOME VISITE

“DIABETES MELLITUS TIPE 2 ”

OLEH :

HINDI JUANA PUTRI (2008320010)

PEMBIMBING :

dr. Yulia Afrina NST, M.K.M,Sp.KKLP

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022

1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya


hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk
memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut.
Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan
pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas
insulin pada sel target.1

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes mellitus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.2

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus


a. Diabetes Mellitus tipe-1
Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
ketidak mampuan tubuh untuk menghasilkan atau memproduksi insulin
yang diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada pancreas. Diabetes mellitus
tipe- 1 disebut dengan kondisi autoimun oleh karena sistem imun pada
tubuh menyerang sel-sel dalam pankreas yang dikira membahayakan
tubuh. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.Diabetes mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-anak tetapi
penyakit ini dapat berkembang pada orang dewasa.1
b. Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes
mellitus .Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel-β
pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin
dengan baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat
memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi terganggunya
kemampuan untuk memproduksi insulin. Pada diabetes mellitus tipe-2
tubuh kita baik menolak efek dari insulin atau tidak memproduksi insulin
yang cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa yang normal.1

2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak terdiagnosis
selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat berkembang sedikit
demi sedikit dan itu tergantung pada pasien . Diabetes tipe-2 sering terjadi
pada usia pertengahan dan orang tua, tetapi lebih umum untuk beberapa
orang obesitas yang memiliki aktivitas fisik yang kurang.1
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Definisi diabetes mellitus gestational adalah intoleransi glukosa pada
waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan
toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan.Diabetes melitus gestational
terjadi di sekitar 5–7% dari semua kasus pada kehamilan.1
d. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic pada kerja
insulin, kelainan pada sel- β, penyakit pancreas, endocrinopathies, infeksi,
dan karena obat atau zat kimia dan juga sindroma penyakit lain.

3. Epidemiologi Diabetes Mellitus


Laporan statistic dari International Diabetes Federation (IDF, 2006)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita DM di seluruh
dunia. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah penderita DM diperkirakan akan mencapai
350 juta pada tahun 2025, diantaranya 80% penderita terpusat di negara yang
penghasilannya kecil dan menengah. Dari angka tersebut berada di Asia, terutama
India, Pakistan, dan Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2003)
menyatakan kasus diabetes di Asia akan naik sampai 90% dalam 20 tahun ke
depan.3
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, dari 24417
responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami toleransi glukosa terganggu
(kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban
glukosa sebanyak 75 gram). DM lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding
dengan pria serta golongan tingkat pendidikan dan status social yang rendah.
Kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal
yang
3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

dihubungkan dengan factor resiko DM adalah obesitas, hipertensi, kurangnya


aktifitas fisik dan rendahnya konsumsi sayur dan buah.4

4. Patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2


Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
1) Resistensi insulin
Keadaan dimana kadar glukosa tinggi dan kadar insulin juga tinggi, sel
sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.5
2) Disfungsi sel ß pancreas
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
hepatic yang berlebihan, tetapi tidak terjadi perusakan sel-sel ß langerhans
secara autoimun, seperti diabetes mellitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut.5
Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe 2, sel ß menunjukkan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,
maka perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel ß pancreas.
Kerusakan sel-sel ß pancreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua factor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi
insulin.5

5. Faktor Risiko Diabetes Mellitus


Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa factor yaitu factor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan factor lain. Menurut American Diabetes
Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan factor risiko yang tidak dapat
diubah meliputi Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45
tahun, etnis, Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000gram
atau Riwayat pernah

4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

menderita DM gestasional da Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5kg).


Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25 kg/m2
atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan diet tidak sehat.6

6. Gejala Klinis Diabetes Mellitus

Gejala DM dibedskan menjadi akut dan kronik :7

1) Gejala akut DM yaitu: polifagia, polidipsi, poliurua, nafsu makan


bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-
4 minggu), mudah lelah.
2) Gejala kronik diabetes mellitus yaitu: kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau
dengan bayi berat lahir ≥4000gr.

7. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus tipe 2

Diagnosis DM tipe 2 ditengakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa


darah meliputi :2,8

1) Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam. Dilakukan pengambilan sampel darah
untuk Tes gula darah puasa setelah pasien melakukan puasa minimal 8
jam.
2) Pemeriksaan glukosa darah ≥200mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram. Pada tes TTGO
pasien melakukan puasa terlebih dahulu minimal 8 jam, setelah itu diminta
makan dan minum seperti biasanya. Selang waktu 2 jam setelah itu
dilakukan pengecekan kadar gula darah.

5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

3) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan-keluhan


(polyuria, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan). Tes gula darah
sewaktu dilakukan kapan saja tanpa mempertimbangkan puasa dan waktu
terakhir pasien makan. Tes ini dilakukan apabila terdapat gejala-gejala DM
secara umum, diantaranya polyuria, polifagia, polidipsi, berat badan
menurun, dan infeksi yang sukar sembuh.
4) Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). Tes
hemoglobin terglikasi (HbA1c) adalah pengukuran persentase gula darah
yang terikat dengan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang ada
dalam sel darah merah. Semakin tinggi hemoglobin A1c, semakin tinggi
pula tingkat gula darah.

Tabel 2.1 Cara Pelaksanaan TTOG

Sumber : WHO dalam Perkeni, 2015

6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Tabel 2.2 Diagnosis Untuk DM Cek Kadar Gula di Laboratorium

Sumber : Perkeni, 2015

8. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2

Tujuan dari penatalaksanaan pada Diabetes Mellitus tipe 2 adalah sebagai


berikut:9

1) Tujuan jangka pendek

Adalah untuk menghilangkan keluhan diabetes mellitus, memperbaiki


kualitas hidup dan mengurangi resiko komplikasi akut.

2) Tujuan jangka Panjang

Adalah untuk mencegah dan menghambat progresivitas penyulit


mikroangiopati dan makroangiopati.

3) Tujuan akhir pengelolaan

Adalah terjadi penurunan morbilitas dan mortalitas DM tipe 2.

Penatalaksanaan DM tipe 2 antara lain dengan pemberian edukasi tentang


DM, penerapan pola hidup sehat dan terapi obat antidiabetes oral sesuai dosis dan
frekuensi pemakaian. Pemberian edukasi tentang DM dilaksanakan oleh pihak

7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

pelayanan kesehatan.Penerapan pola hidup sehat meliputi terapi nutrisi dan


aktifitas fisik sehari-hari.Terapi obat antidiabetes oral dapat diberikan secara dosis
tunggal atau dosis kombinasi. Pemberian terapi obat antidiabetes oral dimulai dari
pemberian dosis obat yang rendah, kemudian dinaikkan dosis obatnya secara
bertahap berdasarkan respon kadar gula darah pasien. Pada pemberian obat
antidiabetes oral secara kombinasi menggunakan dua macam obat antidiabetes
oral yang mekanisme kerjanya berbeda sehingga terjadi efek terapi obat yang
diinginkan.Terapi penggunaan obat antidiabetes oral dapat dilihat dalam tabel
algoritma pengobatan DM tipe 2.9

8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Penatalaksanaan pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dilakukan dengan


pedoman secara non farmakologi dan farmakologi meliputi :9

1. Non farmakologi.
Penatalaksanaan DM tipe 2 secara non-farmakologi meliputi:
a. Edukasi
Pemberian edukasi meliputi antara lain pemahaman tentang penyakit,
pengendalian penyakit, komplikasi yang ditimbulkan penyakit, pemantauan
gula darah dan kemampuan merawat diri sendiri bagi penderita DM. Edukasi
dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan di berbagai pelayanan
kesehatan. Pemberian edukasi tentang pencegahan DM terdiri dari: pencegahan
secara primer yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang beresiko DM
dimana belum menderita DM, pencegahan sekunder yang diberikan kepada
kelompok masyarakat untuk mencegah dan mengobati DM secara dini dan
pencegahan tersier diberikan kepada kelompok masyarakat yang sudah
mengidap DM menahun.
b. Terapi nutrisi
Pengaturan pola makan yang baik, sehat dan seimbang akan menurunkan
berat badan, sehingga asupan glukosa ke dalam tubuh terkontrol dan
mengurangi beban kerja insulin. Pengaturan pola makan meliputi 3J (jadwal,
jenis dan jumlah). Standart yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70% total asupan energi, lemak 20-
25% total asupan energi, protein 10-15% total asupan energi, natrium <2300
mg / hari dan serat 20-35 gram / hari. Untuk menentukan status gizi
menggunakan rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus yang
dipergunakan adalah:

IMT = BB (kg) / TB (m2)

9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

c. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik meliputi kegiatan jasmani dan latihan jasmani.Pada
kegiatan jasmani sehari-hari, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga
dan melakukan aktifitas saat bekerja, yang intinya adalah menghindari
kebiasaan hidup yang kurang gerak.Sedangkan latihan jasmani, misalnya jalan
kaki cepat, bersepeda santai dan berenang. Kegiatan berolah raga dilakukan 3-5
kali selama 30 menit dalam seminggu atau sesuai dengan umur dan
kemampuan pasien DM. Pada latihan jasmasi dianjurkan terlebih dahulu
pemeriksaan cek kadar gula darah. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran tubuh juga untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitifitas insulin, sehingga dapat mengendalikan glukosa dalam darah.

2. Farmakologi
Penatalaksanaan DM tipe 2 secara farmakologi dilakukan dengan penggunaan
obat antidiabetes oral, meliputi:10
1) Golongan Sulfonilurea
Mekanisme kerja golongan ini adalah merangsang sekresi insulin di sel
beta di pankreas dengan menutup kanal K ATP yang ada di membran sel-
sel beta, sehingga memberikan efek merangsang untuk meningkatkan
sekresi insulin.Generasi pertama dari sulfonilurea adalah tolbutamide dan
klorpropamide.Generasi kedua dari sulfonilurea yang umummya
digunakan adalah gliburid atau glibenklamid, glimepirid, glipizid, glikazid
dan glikuidon.Efek samping yang umumnya terjadi dari golongan ini
adalah hipoglikemia, penambahan berat badan, sedangkan efek samping
lainnya adalah ruam kulit, pusing, gastrointestinal dan fotosensifitas. Perlu
diperhatikan pada penggunaan obat ini pada penderita ginjal, gangguan
faal hati dan usia lansia.

10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2) Golongan Meglitinid

Mekanisme kerja golongan ini sama dengan sulfonilurea yaitu dengan


merangsang insulin di sel beta di pankreas dengan menuutup kanal K ATP
yang berada di sel beta di pankreas, sehingga sekresi insulin meningkat.
Obat ini diabsorpsi sangat cepat setelah pemberian dan diekskresi secara
cepat di hati Efek samping umummya adalah hipoglikemia,
gastrointestinal dan reaksi alergi.

3) Golongan Biguanid

Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menurunkan produksi glukosa


di hepar dan meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adipose terhadap
insulin karena adanya aktivasi kinse di sel (AMP- activated protein

11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

kinase).metformin adalah obat pilihan pertama pada pasien dengan


diagnosis DM tipe 2. Efek samping dari penggunaan obat tersebut adalah
hipoglikemia, gastrointestinal, defisiensi vitamin B12 dan asidosis
laktat.Obat golongan ini adalah metformin dengan dosis 500 mg / tablet,
frekuensi pemakaian 1-3x sehari.

4) Golongan Tiazolidinedion

Mekanisme kerja dari dari golongan ini adalah meningkatkan PPARy


(Peroxisome Proliferator-activated Receptor Gamma),sehingga
meningkatkan sensitifitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang
merangsang transportasi glukosa ke sel dan jaringan tubuh. Efek samping
yang terjadi edema, gastrointestinal dan hipoglikemia.Hati-hati pada
penderita gangguan faal hati dan perlu adanya pemantauan penggunaan
obat dan faal hati secara berkala.

5) Golongan penghambat 𝛼-glikosidase

Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menghambat enzim α-


glikosidase sehingga memperlambat absopsi karbohidrat dan mencegah
peningkatan glukosa di jaringan tubuh.Efek samping yang sering terjadi
flatulen, malabsopsi dan diare (ADA, 2018).Obat golongan ini adalah
acarbose dengan dosis 50-100 mg / tablet, frekuensi pemakaian 3x
sehari.Obat ini tidak diberikan untuk pasien dengan gangguan faal hati
yang berat.

12
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

6) Golongan Penghambat DPP-4 (Dipeptidil Peptidase-4)

Mekanisme kerjanya dengan meningkatkan sekresi insulin dengan cara


menghambat sekresi glukagon dan meningkatkan sekresi insulin di sel beta
di pankreas. Efek samping yang terjadi gastrointestinal dan hipoglikemia.

7) Golongan Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-Transporter-2)

Mekanisme kerjanya adalah menghambat penyerapan kembali glukosa di


tubuli distal di ginjal.Efek samping dari obat tersebut terjadi dehidrasi,
pusing, poliurea, dan infeksi saluran kencing.Obat golongan ini merupakan
obat antidiabetes golongan terbaru.

13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

14
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

9. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe-2

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan


komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu :10

a. Komplikasi akut

 Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai


normal (<50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita
DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah
yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan
energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
 Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah
meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma
Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

b. Komplikasi Kronis

 Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler mengenai


pembuluh darah arteri besar yang akan menyebabkan
atherosklerosis,umum berkembang pada penderita DM adalah
trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami
penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
 Komplikasi mikrovaskuler, Hiperglikemia yang persisten dan
pembentukan protein yang terglikasi menyebabkan dinding pembuluh
darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil. komplikasi mikrovaskuler terutama
terjadi pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati
(kebutaan), neuropati.

15
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien (Kasmiati)

NO NAMA Kedudukan Jenis Tanggal Status Agama Keterangan


Dalam Kelamin Lahir Perkawinan
Keluarga
1 Suriani Anggota Perempuan 31-12-1969 Menikah Islam
keluarga

2. BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah Nuclear
Family. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa nuclear
family adalah keluarga inti atau keluarga dasar yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak- anaknya.

16
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

3. GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

: Laki- Laki sehat

: Perempuan Sehat

: Penderita

17
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

STATUS PENDERITA

Identitas Pasien :

Nama : Suriani
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Jl. Karya jaya
Status : menikah

Tanggal Home Visite: 22 Juni 2022

Checklist Home Visite (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

1. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) YA ( ) TIDAK (V)
- Penggunaan alat bantu YA ( ) TIDAK (V)
- Gangguan keseimbangan YA ( ) TIDAK (V)
- Gangguan sensoris YA ( ) TIDAK (V)
2. Nutrisi
Pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk berupa ikan, telur, konsumsi
sayur dan buah jarang. Diantara makan besar kadang disisipi dengan
makan snack atau cemilan lain.

Variasi dan Kualitas Makanan


a. Dapur
1. Beras : Merk Pisang
2. Ikan : ikan lele, ikan dencis, ikan gembung, teri, dll.

18
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

3. Daging: Ayam(dikonsumsi tidak menentu waktunya).


4. Sayur : Kangkung, bayam, tauge, sawi, dll.
5. Buah : Pisang, pepaya (jarang mengonsumsi buah ).
b. Kulkas
Terdapat bahan bahan makanan seperti ikan dan sayuran yang
disimpan di dalam kulkas.

Status Nutrisi

a. Berat badan : 58 kg
b. Tinggi badan : 150 cm
c. IMT : 25,7
d. Kesan : Overweight

Konsumsi Alkohol YA ( ) TIDAK (V)

3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : baik
Eksterior rumah
a. Atap : Seng
b. Pintu Rumah : Kayu
c. Dinding Rumah : Tembok
d. Jendela : Kaca + kayu. Jendela ditutup dengan gorden
e. Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
f. Halaman : (-)

Interior Rumah

a. Kepadatan : sedang
b. Kebersihan : baik
c. Kenyamanan : baik
d. Privasi : baik
e. Hewan peliharaan: tidak terdapat hewan peliharaan
f. Buku-buku : tidak ada

19
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

g. Televisi : ada
h. Pernak-pernik : tidak ada

Keselamatan dan Kesehatan Spiritual

a. Kamar mandi : bersih


b. Dapur : kotor
c. Lantai : bersih, terbuat dari keramik
d. Penvahayaan : baik
e. Listrik : baik
f. Tangga : tidak ada
g. Perabotan : ada
h. Sumber air : sumur
i. Kesehatan spiritual: beribadah di rumah
j. Pelayanan kesehatan di rumah: tidak ada

4. Orang Lain

Dukungan Sosial YA (V) TIDAK ( )

Semangat Hidup YA (V) TIDAK ( )

Sumber Penghasilan : Dari hasil kerja anak.

Sikap Pasien : Menyambut dengan ramah dan baik.

5. Medikasi

Obat Resep YA (V) TIDAK ( )

Obat nonresep YA ( ) TIDAK (V )

Suplemen diet YA ( ) TIDAK (V)

Obat tertata rapih YA ( ) TIDAK (V)

20
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Kepatuhan minum obat YA (V) TIDAK ( )

6. Pemeriksaan
Berat Badan : 65kg
Tinggi Badan : 158cm
Tekanan Darah : 150/90 mmHg (17 November 2021)
140/80 mmHg (19 November 2021)
KGD : 214 mg/dL (17 November 2021)
226 mg/dL (19 November 2021)

21
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Laporan Kasus Pasien Home Visite

Nama : Suriani
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Jl. Karya jaya
Status : menikah

1. Anamnesis Penyakit
a. Keluhan Utama : Tangan kebas-kebas
b. Telaah : Hal ini dirasakan oleh pasien kurang lebih 1 bulan ini. Tangan
kebas dirasakan hilang-timbul, memberat saat beraktivitas dan berkurang saat
beristirahat. Tangan kebas-kebas yang dirasakan pasien tidak mengganggu
aktivitasnya karena pasien masih bisa menahannya. Selain itu pasien juga
mengeluhkan sering buang air kecil terutama saat malam hari dan sering merasa
haus. Pasien juga merasa bahwa dirinya semakin kurus namun pasien tidak ingat
berat badannya berkurang berapa kilogram.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu : DM tipe 2, hipertensi
d. Riwayat pemakaian obat : Glibenclamide, Metformin, Amlodipin
e. Riwayat penyakit keluarga :-
f. Riwayat Kebiasaan : Merokok (-) Minum beralkohol (-)
g. Riwayat Gizi : Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi normal
dan lauk pauk bervariasi.
h. Riwayat Lingkungan : Lingkungan pasien tergolong bersih

22
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
1. Tekanan Darah : 150/90 mmHg (17-11-2021) ; 140/80 mmHg (19-11-2021)
2. Frek Nadi : 84x/i (17-11-2021) ; 90x/i (19-11-2021)
3. Frek Napas : 18x/i (17-11-2021) ; 20x/i (19-11-2021)
4. Suhu : 37,1 (17-11-2021) ; 36,8 (19-11-2021)
b. Status Generalisata
1. KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera icterus (-), pupil iosokor,
diameter 3mm/3mm, Refleks Cahaya (+).
4. Leher : Pembesaran KGB (-).
5. Thoraks
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama,
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru,
o Auskultasi : Versikuler pada kedua lapangan paru
6. Abdomen
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Peristaltik (+) normal
7. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

8. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Pemeriksaan Penunjang
KGD : 214 mg/dL (17-11-2021); 226 mg/dL (03-11-2021)
4. Tatalaksana dan Edukasi

23
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Terapi Medikamentosa
R/ Amlodipine Tab mg 5 No.X
S 1 dd Tab 1
R/ Glibenclamide Tab mg 5 No. X
S 1 dd Tab 1
R/ Metformin Tab mg 500 No. XX
S 2 dd Tab 1
Edukasi:

1. Minum obat teratur


2. Kurangi asupan gula
3. Batasi makanan berlemak
4. Turunkan berat badan
5. Kelola stress
6. Olahraga teratur

5. Pembahasan Kasus
DM tipe 2 merupakan kelompok penyakit metabolic kronis yang terjadi
akibat dari insensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta defisiensi
insulin relative yang menyebabkan hiperglikemia.
Faktor risiko DM tipe 2 berkaitan dengan factor risiko yang tidak dapat
diubah dan yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi usia
dan jenis kelamin. Sedangkan factor risiko yang dapat diubah diantaranya berat
badan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, serta diet tidak
sehat dan seimbang.
Gejala DM tipe 2 terdiri dari gejala klasik yaitu polifagia, polidipsi,
polyuria, serta penurunan berat badan. DM tipe 2 ditegakkan berdasarkann hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah meliputi kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dl
atau kadar glukosa darah 2 jam setelah TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) ≥200
mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl atau pemeriksaan HbA1c
≥6,5%.

24
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Penatalaksanaan DM tipe 2 antara lain dengan pemberian edukasi mengenai


DM, penerapan pola hidup sehat dan terapi obat antidiabetes oral sesuai dosis dan
frekuensi pemakaian.

DOKUMENTASI

Pemeriksaan KGD ad random

25
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

26
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

1. Kerner, W. and Brückel, J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of


Diabetes Mellitus. Exp Clin Endocrinol Diabetes, 122(07), pp.384-386.
2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
di Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia;
2021.
3. Yulianti, dkk. Diabetes Mellitus. Jakarta: Rineka Cipta. 2020
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
5. Kerner, W. and Bruckel,J. (2014). Definition, Classification and Diagnosis of
Diabetes Mellitus. Exp Clin Endocrinal Diabetes, 122(07), pp.384-386.
6. John. MF Adam. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosa Diabetes Mellitus yang
Baru. Cermin Dunia Kedokteran. 2020; 127:37-40
7. Fauci et al. Harrison’s: Principles of Internal Medicine. 17th Edition. USA :
The McGraw-Hill Companies. p.2020
8. Sudoyo, A. W.; Alwi, S.B.; Idrus; Marcellus, S. & Siti, 2019. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 1 ed. Jakarta: EGC.
9. PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, PERKENI, Jakarta.
10. American Diabetes Association, 2019. Standards of Medical Care in Diabetes-
2018 M. Matthew C. Riddle, ed., Available at: https://diabetesed.net/wp-
content/uploads/2017/12/2018-ADA-Standards-of-Care.pdf.
11. Maghfirah, S. (2013). Optimisme dan Stres pada Pasien Diabetes Melitus.
Jurnal
12. Florence, 1(2).Mahmood, K., & Ghaffar, A. (2014). The relationship between
resilience,psychological distress and subjective well being among dengue
fever survivors. Global Journal Inc. 14(10), 13-24.
13. American Diabetes Association. (2015). Diagnosis and clasification of
diabetes mellitus.
14. Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
15. Black, J.M., & Hawk, J.H. (2005). Medikal Surgical Nursing: Clinical
management for positive outcome (Vol. 1-2. 7th ed). Missouri :Elsevier
Saunders
16. Brunner & Sudarth, (2010), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
Volume I, Jakarta: EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai