[ARTIKEL REVIEW]
Abstract
Type 2 Diabetes Mellitus is a metabolic disorder that is marked by the rise in blood sugar due to a decrease in
insulin secretion by pancreatic beta cells and insulin function ordisorder (insulin resistance). Results Health
Researchin 2008, showed the incidence of diabetes mellitus in Indonesia reached 57%, while the incidence in
type 2 diabetes mellitus World is 95%. Risk factors of diabetes mellitus type 2, namely age, gender, obesity,
hypertension, genetics, diet, smoking, alcohol, lack ofactivity, waist circumference, . Treatment done by the use
of oral medication hyperglycemia and insulin as well as life style modification storeduce the incidence and
microvascular and macrovascular complications of diabetes mellitus type 2.
Abstrak
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Hasil Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 57%
sedangkan kejadian di Dunia diabetes melitus tipe 2 adalah 95%. Faktor resiko dari Diabetes melitus tipe 2
yaitu usia, jenis kelamin,obesitas,hipertensi, genetik,makanan,merokok,alkohol,kurang aktivitas,lingkar perut,
.Penatalaksanaan dilakukan dengan cara penggunaan obat oral hiperglikemi dan insulin serta modifikasi gaya
hidup untuk mengurangi kejadian dan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular dari Diabetes melitus
tipe 2 .
...
Korespondensi : Restyana Noor Fatimah | restyananoorfatimah@gmail.com
Pendahuluan ke
Diabetes Melitus adalahpenyakit
yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara
absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan
pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan
berat badan,kesemutan.2
International
DISKUSI
Definisi Diabetes Melitus Tipe 2
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin Diabetes melitus merupakan penyakit
(resistensi insulin).3 yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun
Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2 absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena
lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita pengaruh dari luar (virus,zat
lebih berisiko mengidap diabetes karena kimia,dll)
secara fisik wanita memiliki peluang b. Desensitasi atau penurunan
peningkatan indeks masa tubuh yang reseptor glukosa pada kelenjar
lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pankreas
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi c. Desensitasi atau kerusakan
DM di Indonesia membesar sampai 57%, reseptor insulin di jaringan
pada tahun 2012 angka kejadian diabetes perifer.2
melitus didunia adalah sebanyak 371 juta
jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes Patofisologi
melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi
dunia yang menderita diabetesmellitus Dalam patofisiologi DM tipe 2
dan hanya 5% dari jumlah tersebut terdapat beberapa keadaan yang
menderita diabetes mellitus tipe 1. 1,4 berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
Patogenesis 2. Disfungsi sel B pancreas
PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI ZIKIR TERHADAP GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS: LITERATURE REVIEW
Abstract
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang tidak menular yang jumlahnya kemungkinan akan mengalami peningkatan
dimasa yang akan datang. Penatalaksanaan menurunkan kadar gula darah diperlukan kombinasi farmakologis dan non-
farmakologis untuk penanganan secara mandiri supaya dapat mengurangi dosis penggunaan farmakologis kedepannya.
Tujuan literature review ini adalah untuk kajian sistematis artikel penelitian yang mengevaluasi pengaruh relaksasi otot
progresif dan zikir terhadap gula darah pada pasien diabetes melitus. Metode yang digunakan adalah literature review
dilakukan dengan memanfaatkan mesin pencari data google scholar dan wiley online yang diterbitkan pada tahun 2016-
2020 dari artikel peneliti indonesia yang dipublikasi dalam bahasa inggris. Berdasarkan hasil dan pembahasan tujuh artikel
yang direview dalam desain quasi eksperiment dididapat hasil bahwa relaksasi otot progresif dan zikir menurunkan kadar
glukosa pada post test kelompok intervensi yaitu 50,21% sedangkan pada post test kelompok kontrol 24,08% dan sisanya
kadar glukosa darah meningkat pada post test kelompok kontrol yaitu 25,71%. Berdasarkan hasil dari literature review
tujuh artikel kesimpulannya adalah terdapat pengaruh relaksasi otot progresif dan zikir pada kelompok intervensi yang
dapat menurunkan gula darah secara signifikan pada diabetes melitus.
Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease whose numbers are likely to increase in the future. Management
of lowering blood sugar levels requires a combination of pharmacological and non-pharmacological for independent
handling in order to reduce the dose of pharmacological use in the future. The purpose of this literature review is for a
systematic review of research articles that evaluate the effect of progressive muscle relaxation and dhikr on blood sugar in
patients with diabetes mellitus. The method used is a literature review conducted using Google Scholar and Wiley online
data search engines published in 2016-2020 from Indonesian researchers' articles published in English. Based on the
results and discussion of seven articles that were reviewed in the quasi-experimental design, it was found that progressive
muscle relaxation and dhikr reduced glucose levels in the posttest intervention group by 50.21% while in the posttest
control group 24.08% and the remaining blood glucose levels increased in control group post test is 25.71. Based on the
results of the literature review of seven articles the conclusion is that there is an influence of progressive muscle relaxation
and dhikr in the intervention group that can significantly reduce blood sugar in diabetes mellitus.
Korespondensi:
27
Judul penelitian, penulis Hasil/
No Tujuan penelitian Metode penelitian Sampel
dan TH temuan
4 The effectiveness of Untuk mengetahui efektivitas Desain : Quasi-Ekperimental dengan pre Jumlah sampel dalam penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ma’tsurat Dhikr in terapi dzikir ma’tsurat dalam test ini adalah 34 responden, 17 dzikir ma’tsurat berpengaruh
reducing blood sugar mengurangi kadar gula darah kelompok intervensi dan 17 signifikan terhadap penurunan kadar
levels in type 2 diabetes pada pasien diabetes melitus Variabel dependen: kadar gula darah kelompok kontrol gula darah pada pasien DM tipe 2 di
mellitus patients at tipe 2 di Rumah sakit dr. rumah sakit dr.Dradjat
Dr.Dradjat Dradjat Prawiranegara Serang Alat pengumpul data: glucometer dan Teknik pengambil sampel: Prawiranegara Serang pada tahun
prawiranegara hospital pada tahun 2018 lembar observasi purposive sampling 2018
serang in 2018
(Ernawati, Agus Durasi pemberian intervensi: 1 minggu
Sustiyono, dan Mulyati setiap pagi dan sore
2018)
5 Psikoneuroimunology Untuk mengetahui efek zikir Desain: quasi-eksperiment pre test dan Jumlah sampel penelitian ini Menunjukkan bahwa motivasi untuk
approach to improve berdasarkan post test control group adalah 19 pasien dengan teknik pulih meningkat (p= 0,001). Kadar
recovery motivation, psikoneuroimunologi (PNI) purposive sampling, 10 pasien kortisol turun (p= 0,058), dan
decrease cortisol and pada kadar glukosa darah Variabel dependen: kadar gula darah, kelompok intervensi dan 9 pasien penurunan kadar glukosa darah (p=
blood glucose of DM tipe pasien dengan diabetes tipe 2 motivasi pemulihan, kadar kortisol kelompok kontrol 0,028) setelah pemberian terapi
2 patient with dhikr dzikir pada pasien dengan diabetes
therapy, (Rifka Pahlevi, Alat pengumpul data: glucometer dan Teknik pengambil sampel: melitus tipe 2
Suhartono Taat Putra, lembar observasi, kuesioner purposive sampling
Sriyonio 2017)
Durasi pemberian intervensi: -
6 Progressive muscle Untuk mengatahui pengaruh Desain : Quasi-Ekperimental pre-post 30 sampel, di bagi 15 kelompok Hasil menunjukkan bahwa PMR
relaxation (PMR) is relaksasi otot progresif dengan kontrol group intervensi dan 15 kelompok efektif untuk menurunkan kadar gula
effective lower blood terhadap kadar gula darah kontrol darah pada pasien DM tipe 2 yang
glucose levels of patients pada penderita diabete Variabel dependen: kadar glukosa darah dirawat di rumah sakit (p value=
with type 2 diabetes melitus Teknik pengambil sampel: 0,015)
mellitus, (M. Agung Alat pengumpul data: glucometer dan random sampling
Akbar, Hema Malini, Esi lembar observasi
Afriyanti (2018)
Durasi pemberian intervensi: 25- 30
menit selama 3 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut
Judul penelitian, penulis Hasil/
No Tujuan penelitian Metode penelitian Sampel
dan TH temuan
7 Effectiveness exercises of Tujuan penelitian ini adalah Desain: Quasy Eksperimental Sampel penelitian ini adalah 18 Dalam analisis paired t-test
self-acceptence: untuk melihat analisis efek pretest- posttest with control group responden, 9 responden menunjukkan ada efek dari latihan
relaxation and dzikir for untuk latihan penerimaan kelompok intervensi dan 9 penerimaan diri untuk penurunan
reduction of blood diri: relaksasi dan dzikir Variabel dependen: kadar glukosa darah responden kelompok kontrol glukosa darah pada pasien diabetes
glucose degree to the terhadap penurunan kadar mellitus tipe 2 dengan nilai p = 0,018
patient of diabetes glukosa darah pada pasien Alat pengumpul data: glucometer dan Teknik pengambil sampel:
mellitus type 2, Mufarika diabetes melitus tipe 2 di lembar observasi random sampling
(2017) Puskesma Burneh, Kabupaten
Bangkalan Durasi pemberian intervensi:-
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
Variabel Jumlah Persentase
sampel
1. Metode penelitian Tabel 8. Variabel Independen dari
Sebagian besar metode penelitian yang Artikel yang Direview N %
2 Variabel k
inde s
pend a
s
en
i 4 57,15%
a. R o
e t
l o
a t
30
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
l
a eristik responden i
Tab
k diabetes melitus t
el 9.
t yang direview i
Kar
a
progresif
b. Terapi zikir 3 42,85% n
Jumlah
Presentase
Jumlah 7 100% Variabel sampel
a Umur
j
a. < 45 tahun 4 1,6%
e n
b. ≥ 45 tahun 156 63,7%
n g
c. Tidak 85 34,7%
i menjelaskan
d kategori umur
s
i Jumlah 245 100%
r Jenis kelamin
s
a. Laki-laki 32 13%
a e
b. Perempuan 76 31%
m v
c. Tidak 183 56%
p i
l e
i w
n
d
g
i
d a
a n
l t
a a
m r
a
p n
e y
n a
e
31
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
t l
e
k s
n e
i b
k a
n
s y
a a
m k
p
l 1
i
a
n
r
g
t
r i
a k
n e
d l
o
(
m
1
i
4
z
,
e
2
d
%
c )
o ,
n
c
t
o
r
n
o
c
32
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
s
a
m
p
l
i
n
g
s
e
b
a
n
y
a
k
a
r
t
i
k
33
Pemeriksaan
menjelaska kadar glukosa darah
n kategori pada artikel yang direview
jenis
Pemeriksaan Jumlah
kelamin Presentase
kadar sampel
Jumlah 245 100% No
glukosa N %
Pendidikan
darah
a. Tidak 6 2,45%
1 Kadar glukosa 226 92,25%
sekolah
darah
b. SD 38 15,52%
sewaktu
c. SMP 28 11,42%
Kadar glukosa
d. SMA 28 11,42%
2 darah puasa 19 7,75%
e. PT 8 3,27%
Jumlah 245 100%
f. Tidak 137 55,92%
Darah Tabel 10
menjelaska
n kategori
pendidikan
Jumlah 245 100%
PEMBAHASAN
Studi literatur yang dianalisis
berdasarkan hasil temuan semua artikel yang
direview adalah penelitian eksperimental
4 artikel (57,15%) yang membahas tentang adalah awal memasuki lansia dimana lansia
relaksasi otot progresif dan 3 artikel sudah mulai mengalami terjadi penurunan
(42,85%) yang membahas tentang terapi kerja pada pankreas ketika memproduksi
zikir. Jumlah sampel dari artikel relaksasi insulin dan ini menyebabkan terjadinya
otot progresif yaitu 71% sedangkan dari peningkat pada kadar gula darah.
terapi zikir berjumlah 29% Hasil analisis 7 artikel didapatkan bahwa
Berdasarkan 7 artikel yang telah 31% responden pada penelitian berjenis
direview ditemukan karakteristik pasien kelamin perempuan pada laki-laki didapatkan
diabetes melitus memiliki rentang usia 30 13% dan sisanya tidak dijelaskan kategori
hingga 80 dan mayoritas berusia ≥45 tahun usia. Menurut Chaidir (2017) faktor yang
(63,67%). Menurut Isnani et all (2017) menjadi resiko terjadi diabetes melitus
terjadinya peningkatan diabetes melitus karena terjadi peningkatan BMI (Body Mass
seriring dengan bertambahnya usia karena Index) secara fisik peluang terjadinya yang
disebabkan pada usia 40 tahun mulai lebih besar, Sindrom siklus bulanan
terjadinya peningkatan intoleransi glukosa. (Premenstrual syndrom), dan kehamilan ,
Ini juga sejalan dengan penelitian Chaidir penelitian di puskesmas tigo baleh
(2017) usia diabetes melitus pada usia 55-59
didapatkan bahwa terjadinya diabetes Berdasarkan hasil analisis 7 artikel
melitus paling banyak ditemukan pada pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
perempuan dibandingkan laki-laki responden yang paling banyak dilakukan yaitu 92,25%
tersebut memberikan informasi bahwa dan sisanya pemeriksaan kadar puasa 7,75%
sebelum mereka menderita diabetes melitus Karena kadar gula darah sewaktu kapan saja
responden tersebut memiliki badan yang bisa dilakukan. Analisis 7 artikel ini dapatkan
gemuk. Analisis 7 artikel didapatkan bahwa bahwa terjadi penurunan yang signifikan kadar
pendidikan SD 15,52% yang paling banyak glukosa pada dari post test kelompok
dijumpai pada responden didalam artikel intervensi yaitu 50,21% sedangkan pada post
yang direview. Ini juga sejalan dengan test kelompk kontrol 24,08% dan sisanya
penelitian Widyasari (2017) bahwa terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada
pendidikan yang rendah menyebabkan susah post test yaitu 25,71%, dari hasil ini dapat
untuk menerima informasi yang disampaikan dilihat setelah melakukan relaksasi otot dan
dari orang lain karena berdasarkan zikir kadar glukosa darah mengalami
pengalaman dan budaya pada daerah penurunan pada kelompok intervensi
setempat sedangkan untuk kelompok kontrol
mengalami peningkatan. Penurunan yang terjadi pada kelompok intervensi relaksasi
otot progresif dan terapi zikir. Ini sejalan
dengan penelitian Khusaini (2019) ketika
melakukan relaksasi otot progresif pasien
akan merasa ketegangan pada otot dan
setelah dilepaskan akan merasakan perasaan
rileks sehingga mengurangi terjadinya stres,
meningkatkan imunitas dan kualitas hidup
juga meningkat. Sedangkan terapi zikir
sejalan dengan penelitian Habibirahman
(2018) ketika hati sudah tentram sehingga
akan mendapatkan ketenangan dan
menimbulkan perasaan rileks sehingga
meningkatkan pemakaian glukosa sehingga
gula darah akan kembali dalam batas normal.
Perbedaan kadar gula darah yang
melakukan intervensi dan yang tidak
melakukan intervensi pada kelompok kontrol
sejalan dengan penelitian Adriani (2017)
bahwa ketika tubuh melakukan aktivitas akan
meningkatkan sensifitas insulin sehingga
glukosa dapat diubah menjadi sumber energi
melalui proses metabolisme, penggunaan
glukosa oleh otot akan
mengalami peningkatan saat
melakukan aktivitas fisik, dan otot akan
bereaksi mengambil glukosa di dalam
darah dan glukosa akan turun
sehingga gula darah dapat terkontrol, dan
dapat lihat bahwa penurunan kadar glukosa
darah pada kelompok intervensi karena
adanya aktifitas fisik seperti melakukan
relaksasi otot progresif dan zikir sedangkan
terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada
kelompok kontrol yaitu 25,71%, didalam hipotalamus mengeluarkan hormon sistem
artikel direview ini karena tidak adanya
aktivitas fisik yang dilakukan sehingga kadar
glukosa darah tidak dapat terkontrol dengan
baik
Hasil analisis 7 artikel bahwa semua
artikel mengatakan dapat menurunkan kadar
gula darah, pada 4 artikel yang membahas
relaksasi otot progresif terjadi penurunan
kadar gula darah disebabkan karena saat
seseorang melakukan relaksasi otot progresif
meningkatkan penyerapan glukosa oleh otot,
karena saat melakukan relaksasi otot
progresif sama dengan seseorang melakukan
aktifitas fisik. Pada saat melakukan relaksasi
otot progresif dengan cara melakukan
menegangkan dan mengendurkan otot
sekresi CRH (Corticotropin Releasing
Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic
Hormone) di hipotalamus menurun ini akan
menyebabkan aktifitas saraf simpatik juga
menurun sehingga mengeluarkan adrenalin
dan non adrenalin yang menghasilkan
perasaan rileks sehingga hormon kortisol
menurun dan pankreas menghasilkan insulin
dan gula darah mengalami penurunan.
Sedangkan berdasarkan 3 artikel tentang zikir
menjelaskan pada saat mengucapkan zikir itu
akan memberikan ketenangan dan
pendekatan pada sang pencipta,
menciptakan persepsi atau pikiran positif di
dalam tubuh maka akan menstimulasi
imunitas yang menghasilkan HPA masalah tersebut tidak dalam rentang waktu
(Hypotalamus Pitutary adrenal axis) yang 2016-2020. Selain itu saat dalam proses
sedikit sehingga kortisol juga mengalami pencarian sumber literature ketika sudah
penurunan yang mempengaruhi resistensi menemukan kata kunci yang sesuai dengan
insulin dan mencegah glukogenesis. topik tidak tersedianya jurnal penelitian
dalam full text dan tidak sedikit pula yang
KETERBATASAN harus menggunakan sistem prabayar.
Pelaksanaan penelitian ini tidak
terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan
penelitian pada variabel dalam penelitian
dengan hasil pencarian ada ribuan jurnal KESIMPULAN
sehingga mengakibatkan proses screening Berdasarkan hasil penelitian dari
yang lama dan peneliti membutuhkan tujuh artikel didapatkan bahwa terdiri dari 4
waktu dalam mengumpulkan jurnal yang artikel (57,15%) yang membahas tentang
sesuai dan berhubungan dengan masalah relaksasi otot progresif dan 3 artikel (42,85%)
yang dijadikan referensi, keterbatasan juga yang membahas tentang terapi zikir yang
terdapat pada jurnal yang terkait dengan
telah direview dalam literatur review ini senantiasa mengembangkan ilmu
menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang pengetahuan tentang relaksasi otot progresif
signifikan kadar glukosa pada post test dan zikir dalam mengontrol kadar
kelompok intervensi yaitu 50,21% sedangkan
pada post test kelompk kontrol 24,08% dan 2. Bagi Masyarakat
sisanya terjadi peningkatan kadar glukosa Hasil penelitian ini diharapkan dapam
darah pada post test yaitu 25,71%, menjadi informasi dan pengetahuan bagi
kesimpulan yang dapat diambil hasil analisis masyarakat khususnya pasien diabetes melitus
tujuh jurnal hasil penelitian bahwa relaksasi tentang pengaruh relaksasi otot progresif dan
otot progresif dan zikir yang diberikan terapi zikir terhadap kadar gula darah pada
kepada penderita diabetes melitus signifikan diabetes melitus.
dapat menurunkan kadar gula.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
SARAN Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar
1. Bagi Ilmu Keperawatan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat
Bagi ilmu keperawatan hendaknya melakukan penelitian mengenai relaksasi
otot progresif dan zikir terhadap kadar gula and recertification. (Ed. 5). Missouri:
Elsevier
darah pada pasien diabetes melitus
Avianti, N., Desmaniarti Z., Rumahorbo. H.
(2016). Progressive muscle relaxation
DAFTAR PUSTAKA
effectiveness of the Blood Sugar
patients with type 2 Diabetes. Open
Jurnal of Nursing, 6, 248-254
Akbar. M. A., Malini., H., Afriyanti. E. (2018).
Progressive muscle relaxation (PMR) is
Chaidir, R., Wahyuni, A.S., Furkhani, D.W.
effective lower blood glucose levels of
(2017). Hubungan Self care dengan
patients with type 2 diabetes mellitus.
kualitas hidup pasien diabetes melitus.
Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol 13
Journal Endurance. Vol 2(2) hal 132-144
(2) 77-83
Christensen & Kockrow. (2011). Adult health
Antoni. A .(2017). The effect of progressive
nursing. (Ed.6). USA : Mosby Elsevier.
muscle relaxation on blood glucose
levels and fatiguesymotom of people
Dafianto. R. (2016). Skripsi: pengaruh
with type 2 diabetes melitus. Jurnal
relaksasi otot progresif terhadap
Kesehatan Ilmiah Indonesia, Vol 2 (3).
resiko ulkus kaki diabetik pada pasien
diabtes melitus tipe 2 di wilayah kerja
Ashar, B.H., Miller R. G., & Sisson, S. D.
Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.
(2016). The Jhons hopkins internal
Jember : Universitas Jember.
medicine board review: certification
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2019). program to prevent diabetes
Rekapan penyakit diabetes melitus complication on dietary behavior of
kota Pekanbaru. Indonesia Adult with type 2 Diabetes
Melitus. Jurnal keperawatan
Ernawati., Sustiyono. A., dan Mulyati. (2018). profesional Indonesia. Volume 1.
The effectiveness of Ma’tsurat Dhikr in Pekanbaru: ISSN
reducing blood sugar levels in type 2
diabetes mellitus patients at Dr.Dradjat Hasneli, Y. N. (2018). Identifikasi dan analisis
prawiranegara hospital serang in 2018. sensitivitas kaki dan glukosa darah
KnE Life Sciences, 406 –412 pada pasien diabetes setelah
melakukan terapi pijat kaki alat pijat
Habibirahman, Hasneli. Y., & Amir. Y. (2018). kayu. Pekanbaru: Universitas Riau.
Efektivitas terapi zikir terhadap kadar
glukosa darah pada penderita diabetes International Diabetes Federation. (2017).
melitus tipe II. Jurnal ners Indonesia, 8 Diabetes atlas. (8th ed). Diperoleh
(2), 132-144. tanggal 12 Oktober 2019 dari
www.diabetesatlas.org.
Hasneli, Y. (2016). Pengaruh pijat kaki titik 17 Isnaini. N., Trihadi. D., Linggardini. K. (2017).
dan mendengarkan murottal al-qur’an The effect progressive muscle relaxation
terhadap kadar glukosa darah pasien exercise on blood sugar levels.
diabetes tipe 2. Pekanbaru: Tidak Internasional seminar on psychology.
dipublikasikan. individual and multi cultural social
empowerment for
Hasneli, Y. N. (2009). The effect of health
belief model based educational
achieving social harmoni. gula darah penderita diabetes di desa
Fakultas Psikologi UMP sambirejo plupuh sragen. Prodi S1
Keperawatan: Stikes kusuma husada
Junaidi. (2018). Pengaruh relaksasi otot Surakarta.
progresif terhadap penurunan kadar
gula darah pada pasien diabetes Mufarika. (2017). Effectiveness exercises of
melitus di wilayah puskesmas woha- self-acceptence: relaxation and dzikir
bima tahun 2018. Jurnal Ilmiah for reduction of blood glucose degree
Mandala Education. to the patient of diabetes mellitus type
2. 8th International Nursing Conference.
Khusaini, N.A. (2019). Pengaruh relaksasi Nursing Study Program STIKes Ngudia
otot progresif terhadap kadar gula Husada Madura, Indonesia
darah pasien diabetes melitus tipe 2 di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pahlevi. R., Putra. S. T., Sriyonio. (2017).
Naskah Publikasi. Program studi Psikoneuroimunology approach to
fakultas Ilmu kesehatan Yogyakarta improve recovery motivation, decrease
cortisol and blood glucose of DM tipe 2
Krisnatuti, D.,Yenrina, R., & Rasjmida, D. patient with dhikr therapy. Jurnal ners,
(2014). Diet sehat untuk penderita Vol.12 (1) 60-65
diabetes mellitus. Jakarta: Penebar
Swadaya. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI). ( 2015).
Lestari, D. (2016). Pengaruh kombinasi Konsesus
progresive muscle relaxation dengan pengelolaan dan pencegahan diabetes
slow deep breating terhadap kadar melitus tipe 2 di indonesia, diperoleh
tanggal 13 oktober 2019 dari Mahasiswa (JOM) Bidang
http:/pbperkeni.or.id.or.id/newperkeni Ilmu Keperawatan, 2(1),
/wpcontent/plugins/downloadattac 891-898
hments /schedules/ download-
php?d=109.
Potter & Perry. (2010). Fundamental of
nursing. Buku 1 edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit kronis yang
prevalensinya tinggi. Biaya perawatan yang dibutuhkan di Indonesia mencapai Rp. 500 milyar
per tahun, maka perlu adanya upaya untuk pencegahan penyakit tersebut. Untuk mencegah
timbulnya kasus DM tipe 2, masyarakat perlu mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian penyakit ini.
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah membuktikan faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan terhadap kejadian DM tipe- dan mengukur besarnya risiko faktor-faktor
risiko tersebut.
Metode penelitian: Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol tanpa matching. Populasi studi
adalah pasien rawat jalan di RSUP Dr. Kariadi. Jumlah sampel 60 orang dengan 30 kasus dan 20
kontrol.
Hasil penelitian: Faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah
usia≥ 45 tahun (OR=9,3; 95%CI 2,8-30,6), inaktivitas (OR 3,0; 95%CI 1,04-8,60), dan riwayat
keluarga (OR=42,3; 95%CI 9,5-187,2). Regresi logistik menunjukkan riwayat keluarga dan
kebiasaan merokok mempunyai pengaruh sebesar 75% terhadap kejadian DM tipe 2.
Kesimpulan: Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 adalah riwayat
keluarga, umur ≥45 tahun, dan inaktivitas.
ABSTRACT
Background: Type 2 Diabetes Mellitus is a chronic disease with high prevalence. In Indonesia,
the treatment funds has reached Rp. 500 billion for each year, thus preventing efforts are needed
to prevent this disease. To reach this goal, people need knowledge about risk factors related
type 2 Diabetes Mellitus evidence.
The purpose of this research: The purpose of the research was to prove the risk factors which
related the evidence of type 2 DM.
Methods: This was a case control study with 60 samples (30 cases and 30 controls).
Result: Chi square test showed that risk factors that were related with type 2 DM evidence are
age≥ 45 years old (OR=9,3; 95%CI 2,8-30,6), inactivities (OR 3,0; 95%CI 1,04-8,60), and
family history (OR=42,3; 95%CI 9,5-187,2). Logistic regression showed that family history and
smoking habit had 75% influence to type 2 DM
Conclusion: Risk factors that were related with type 2 DM evidence are age≥ 45 years old,
inactivity, and family history.
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia
dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin
secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif atau kedua-duanya. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal
sebagai insulin-dependent atau childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi
insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes,
mengakibatkan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik. Sedangkan diabetes gestasional
oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan.7 Faktor
lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 adalah perpindahan dari
pedesaan ke perkotaan atau urbanisasi yang kemudian menyebabkan perubahan gaya hidup
seseorang. Di antaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan
obesitas.8 Kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya DM tipe 2. Pada orang dewasa,
obesitas akan memiliki risiko timbulnya DM tipe 2 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang
Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktivitas fisik juga merupakan
faktor risiko mayor dalam memicu terjadinya DM.11 Latihan fisik yang teratur dapat
meningkatkan kualitas pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk
meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa.12 Hasil penelitian di Indian
Pima, orang-orang yang aktivitas fisiknya rendah 2,5 kali lebih berisiko mengalami DM
Mengingat tingginya prevalensi dan tingginya biaya perawatan untuk penderita DM yang
diperkirakan biaya perawatan minimal untuk rawat jalan di Indonesia sebesar Rp 1,5 milyar per
14
hari atau Rp 500 milyar pertahun , maka perlu adanya upaya untuk pencegahan dan
ekonomi, dan gaya hidup di samping faktor genetik dapat dilakukan upaya pencegahan. Oleh
karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian DM tipe 2. Selama ini belum banyak penelitian yang bertujuan untuk
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah penderita DM tipe 2 yang didiagnosis dokter yang bertugas di
Poliklinik Penyakit Dalam RSDK sebagai kasus dan penderita yang berobat ke Poliklinik
Penyakit Dalam RSDK yang tidak menderita DM sebagai kontrol. Data primer untuk
Data sekunder untuk mengetahui profil kesehatan responden dengan menggunakan catatan
medik.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program
SPPS for windows versi 15. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik. Data deskriptif
disajikan dengan gambar dan tabel. Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
terikat diuji dengan chi square dan untuk mengetahui masing-masing faktor risiko kejadian DM
menggunakan odds ratio. Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian
HASIL PENELITIAN
Cara pengambilan sample menggunakan purposive sampling dengan besar sampel yang
1. Analisis Deskriptif
Gambar 1.1 Distribusi jenis kelamin responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi
Rerata usia subyek penelitian adalah 47,4 ± 8,1 tahun dengan usia termuda 34
tahun dan usia tertua 67. Rerata usia kasus adalah 51,4 ± 7,3 tahun sedangkan kontrol
adalah 43,4 ± 6,8 tahun. Usia tertua kasus adalah 67 tahun, sedangkan pada kontrol
adalah 59 tahun.
Tabel 1.1 Distribusi usia responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi
Tabel 1.2 Distribusi aktivitas olahraga responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi
Tabel 1.3 Distribusi kebiasaan merokok responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi
Tabel 1.4 Distribusi riwayat keluarga responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi
Tabel 1.6 Distribusi riwayat dislipidemia responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi
Tabel 1.7 Distribusi status gizi responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi
hari sekali) kemudian data yang kurang dari median dikelompokkan menjadi
2. Analisis Analitik
Hasil analisis tabulasi silang jenis kelamin menunjukkan nilai p=0,795 dan
odds ratio (OR) sebesar 0,87. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki 0,9 kali lebih
Usia Kategor i
Tabel 1.8 Distribusi kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman manis responden
Nilai p
OR (95%
C
I
)
Respon
den
Kasus Kontrol
n % n %
≥45 tahun 24 80,00 9 30,00 0,000 9,33
< 45 tahun 6 20,00 21 70,00 (2,85-
30,60)
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Hasil tabulasi silang didapatkan nilai p=0,000 dan odds ratio (OR) sebesar
9,3. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berusia ≥45 tahun mempunyai risiko
9 kali untuk terjadinya DM tipe 2 dibandingkan dengan yang berumur kurang dari
aktivitas olahraga dibagi menjadi dua yaitu “cukup” jika responden melakukan
melakukan olahraga kurang dari 3 kali seminggu selama 30 menit dan responden
Tabel 2.3 Analisis hubungan aktivitas olah raga dengan kejadian DM tipe 2
0,038 dan odds ratio 3,00. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang kurang
Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 2,9 dan
nilai p=0,08. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan
yang tidak memiliki kebiasaan merokok meskipun secara statistik tidak bermakna.
nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga
dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM dan secara
statistik bermakna.
Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 2,00 dan
nilai p=0,190. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai riwayat
yang tidak memiliki riwayat hipertensi meskipun secara statistik tidak bermakna.
Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 1,71 dan
nilai p=0,371. Hal ini menunjukan bahwa orang yang memiliki riwayat
orang yang tidak memiliki riwayat dislipidemia meskipun secara statistik tidak
bermakna.
keluaran konsumsi zat gizi. Konsumsi makanan yang tidak seimbang yaitu
konsumsi lebih besar dari yang dikeluarkan dalam jangka waktu yang lama akan
dilihat dari indikator indeks massa tubuh (IMT). Disini IMT dibagi menjadi dua
nilai p = 0,488. Hal ini menunjukkan bahwa orang dengan status gizi overweight
memiliki risiko 2 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang status
Kejadian DM Tipe 2
Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 1,75 dan
nilai p=0,292. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan
3. Regresi Logistik
mengetahui pengaruh yang paling bermakna pada variabel bebas setelah dianalisis
bersama-sama. Variabel yang dimasukkan untuk analisis regresi logistik adalah variabel
dengan nilai p<0,25 , yaitu usia (0,00), riwayat keluarga (0,00), aktivitas olahraga,
Variabel P
Usia 0,116
Riwayat keluarga 0,000
Aktivitas olahraga 0,129
Riwayat hipertensi 0,975
Kebiasaan merokok 0,014
Berdasarkan tabel di atas yang memiliki kemaknaan adalah riwayat keluarga dan
kebiasaan merokok. Hasil regresi logistik menunjukkan R square sebesar 0,75. Hal ini
PEMBAHASAN
Hasil analisis analitik menunjukkan beberapa variabel yang diteliti ada yang
menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik yaitu usia, aktivitas olahraga, dan
riwayat keluarga sedangkan jenis kelamin, status gizi, riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia,
kebiasaan merokok, dan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis tidak memiliki
Teori mengatakan bahwa seseorang yang berusia ≥45 tahun memiliki peningkatan risiko
terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya
fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa. Namun kondisi ini ternyata tidak hanya disebabkan
oleh faktor umur saja, tetapi tergantung juga pada lamanya penderita bertahan pada kondisi
tersebut. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan kasus hingga mencapai
usia 60 tahun. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Menurut PERKENI, orang pada usia di atas 45 tahun harus dilakukan
pemeriksaan DM. 12 Pada penelitian ini, orang yang berusia ≥45 tahun lebih berisiko terkena DM
dibandingkan dengan orang berusia <45 tahun. Hal ini sesuai dengan beberapa studi
Telah diperlihatkan bahwa aktivitas fisik secara teratur menambah sensitivitas insulin dan
menambah toleransi glukosa. Baru-baru ini penelitian prospektif juga memperlihatkan bahwa
aktivitas fisik berhubungan dengan berkurangnya risiko terhadap DM tipe 2. Penelitian ini lebih
lanjut mengusulkan ada gradien risiko dengan bertambahnya aktivitas fisik. Lebih lanjut aktivitas
fisik mempunyai efek menguntungkan pada lemak tubuh, tekanan darah, dan distribusi lemak
tubuh/ berat badan, yaitu pada aspek ganda ‘sindroma metabolic kronik’, sehingga juga
mencegah penyakit kardiovaskuler. Hubungan antara inaktivasi fisik dengan DM masih terlihat,
bahkan setelah di-adjusted dengan obesitas, hipertensi, dan riwayat keluarga DM tipe 2. Dengan
demikian olahraga memiliki efek protektif yang dapat dicapai dengan pengurangan berat badan
melalui bertambahnya aktivitas fisik.19 Pada penelitian ini aktivitas olahraga < 3 kali /minggu
selama 30 menit menunjukkan risiko menderita DM lebih tinggi dari pada aktivitas olah raga
yang rutin. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
kurangnya olah raga memperlihatkan perbedaan prevalensi DM tipe-2 hingga 2-4 kali lipat.
Diabetes Melitus Tipe 2 berasal dari interaksi genetik dan berbagai faktor mental.
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. 18 Penelitian di Jepang
yang melibatkan 359 penderita DM tipe 2 dari 159 keluarga, mendukung bahwa penyakit ini
berhubungan dengan kromosom 3q, 15q, dan 20q, serta mengidentifikasi 2 loci potensial, yaitu
7p dan 11p yang mungkin merupakan risiko genetik bagi DM tipe-2 pada masyarakat jepang.
Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih berisiko
daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Hal ini selaras dengan
sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.
Variabel yang tidak terbukti memiliki hubungan yang bermakna adalah jenis kelamin,
status gizi, riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, kebiasaan merokok, dan kebiasaan
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan lebih berisiko terkena DM tipe-2
dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika yang
mengatakan bahwa jenis kelamin perempuan lebih berisiko terkena DM tipe 2 daripada laki-laki.
Namun, studi di Augsburg mendapatkan hasil insidens rate yang distandardisasi menurut umur
pada laki-laki sebesar 5,8 per-1000/orang-tahun dan 4,0 per-1000/orang-tahun pada perempuan.19
metabolisme glukosa dan peningkatan resistensi insulin yang menyebabkan peningkatan risiko
terkena DM. Hasil penelitian ini menunjukkan orang dengan kebiasaan merokok lebih berisiko
terkena DM tipe-2 walaupun secara statistik tidak signnifikan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian tersebut.
Hipertensi pada DM tipe 2 muncul bersamaan dengan atau mungkin malah mendahului
munculnya diabetes. Hal ini disebabkan pada penderita hipertensi sering ditemukan adanya
hiperinsulinemia/resistensi insulin atau yang sekarang disebut sindroma metabolik. Sehingga dari
penelitian ini diambil kesimpulan bahwa pada hipertensi esensial terdapat suatu keadaan
resistensi insulin. Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat hipertensi lebih berisiko
terkena DM tipe-2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi meskipun
secara statistik tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika yang
menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi 2,5 kali lebih sering mengalami DM tipe-2
dibanding normotensi.
Dislipidemia sering menyertai DM, baik dislipidemia primer (akibat kelainan genetik)
maupun dislipidemia sekunder (akibat DM, baik karena resistensi maupun defisiensi insulin).
Toksisitas lipid menyebabkan proses aterogenesis menjadi lebih progresif. Lipoprotein akan
mengalami perubahan akibat perubahan metabolik pada DM seperti proses glikasi serta
oksidasi. Hal ini merupakan salah satu penyebab penting meningkatnya risiko resistensi insulin
yang kemudian menjadi DM tipe 2.19 Dalam penelitian ini orang dengan riwayat dislipidemia
lebih berisiko terkena DM tipe-2 meskipun secara statistik tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan
teori tersebut.
menggambarkan penyebaran obesitas pada pasien baru yang didiagnosis DM tipe 2 mencapai
80%, dimana penyebaran obesitas dengan latar belakang populasi yang memiliki umur sama
adalah sekitar 40%. Penelitian kohort yang dilakukan oleh Cassano,et al juga menunjukkan
adanya hubungan tingkat kadar gula darah dengan obesitas.18 Suatu penelitian didapatkan
prevalensi IGT mencapai 25% pada 55 annak yang kegemukan dan 21% pada remaja yang
kegemukan Hasil penelitian menunjukkan 4% kasus diabetes tak terdeteksi pada remaja yang
kegemukan. Kesimpulan penelitian ini adalah IGT tinggi prevalensinya pada anak-anak dan
remaja yang mengalami kegemukan, tanpa tergantung kelompok etnisnya. IGT dihubungkan
dengan resistensi insulin walaupun fungsi sel-beta relatif masih terpelihara. Penelitian survei
meningkatkan risiko kejadian DM tipe 2 karena meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah.
Hasil penelitian ini menunjukkan orang yang memiliki kebiasaan sering mengonsumsi
makanan/minuman manis lebih berisiko terkena DM tipe 2 dibandingkan yang jarang meskipun
secara statistik tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan teori tersebut.
Setelah dilakukan analisis lanjut dengan regresi logistik menunjukkan bahwa faktor risiko
DM tipe 2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan zat-zat yang terdapat dalam rokok
menyebabkan gangguan metabolisme glukosa dan penelitian lain di Boston mengatakan bahwa
nikotin bisa menaikkan kadar gula darah. Semakin banyak nikotin yang masuk ke tubuh maka
DM merupakan penyakit kronik yang sulit menentukan saat awal timbul dan dengan
menggunakan rancangan studi kasus kontrol kemungkinan dijumpai adanya bias informasi
Penyakit DM tipe 2 erat sekali dengan pengukuran konsumsi makanan individu yang
kemungkinan kesalahan sering terjadi karena gangguan dan terbatasnya daya ingat, perkiraan
Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit DM tipe 2 yaitu memiliki riwayat
keluarga menderita DM, berusia ≥45, dan kurang berolahraga secara teratur.
Faktor risiko yang tidak berhubungan terhadap kejadian DM tipe 2 adalah jenis kelamin,
status gizi, riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, kebiasaan merokok, dan kebiasaan
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 yaitu memiliki riwayat
SARAN
melakukan skrining pemeriksaan laboratorium kadar gula darah terutama yang mempunyai
riwayat keluarga DM tipe 2 dan berusia ≥ 45 tahun, tidak merokok melakukan olahraga
teratur minimal 3 kali per minggu selama 30 menit dan menghindari kebiasaan merokok.
1. www.who.int/en/. World Health Organization [updated 2011; cited 2011 Jan 25]. Available
from http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
2. www.diabetesatlas.org. Brussels: International Diabetes Federation [updated 2009; cited
2011 Jan 25]. Available from http://www.diabetesatlas.org/content/what-is-diabetes
3. PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe-2 di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2006. p.1-10
4. www.diabetes.org. American Diabetes Association [updated 2010; cited 2011 Jan 25].
Available from http://www.diabetes.org/diabetes-basics/type-2/?
utm_source=WWW&utm_medium=DropDownDB&utm_content=Type2&utm_campaign=C
ON
5. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah
tahun 2006. Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
6. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil kesehatan kota Semarang tahun 2008. Semarang:
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
7. WHO. Prevention of diabetes mellitus. Technical Report Series. 1994: 11-31.
8. Satoto. Reposisioning pangan sebagai strategi KIE penanggulangan masalah gizi ganda.
Dalam: Seminar Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Gizi dan kualitas hidup.
Semarang: Lembaga Penelitian UNDIP; 1997.p. 1-4.
9. Sri K, Obesitas dan penatalaksanaan program diit. Semarang : PAM Gizi Depkes RI
Semarang; 1996.p. 1-4.
10. Italie, TB. Obesity. Dalam: Jeejeebhoy KN, editors. Current therapy in nutrition.
Philadelphia: BC Decker, Inc. Toronto; 1998.
11. Darmojo B. Peranan pola konsumsi makanan dan penyakit kardiovaskuler. Dalam: Seminar
Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Gizi dan kualitas hidup. Semarang: Lembaga
Penelitian UNDIP; 1997. p 1-2.
12. Pratiwi. Pelayanana dan penyuluhan di poliklinik gizi RS Elisabeth Semarang. Semarang:
AKZI Depkes Semarang; 1997.
13. Bennet, P. Epidemiology of type 2 diabetes mellitus. In (LeRoith et. Al, eds), Diabetes
Mellitus a Fundamenta and Clinical Text. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins;
2000. P. 544-7.
14. Tjokroprawiro A. Diabetes melitus klasifikasi, diagnosis, dan terapi. 2001. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
15. Braunwald, Fauci, Hauser, Jameson, Kasper, Longo, Loscalzo. Harrison’s principles of
internal medicine 17th Edition. United States of America; 2009
16. WHO. Definition, diagnosis, and classification of diabetes mellitus and its complications.
Geneva; 1999
17. WHO. Screening for Type 2 Diabetes. Geneva; 2003.
18. Handayani SA. Faktor-faktor resiko diabetes melitus tipe-2 di semarang dan sekitarnya
[Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003.
19. Darmono, Suhartono T, Pemayun TGD, Padmomartono FS. Naskah lengkap diabetes melitus
ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro; 2007.
20. Tjekyan S. Risiko penyakit diabetes mellitus tipe 2 di kalangan peminum kopi. Palembang:
Universitas Sriwijaya; 2007.
21. Rumyan JW, et al. Statement on hypertension in diabetes mellitus. Arch Intern Med 1987;
147: 830-42.
22. Notoatmodjo S, dkk. Pengantar perilaku, Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: FKM UI; 1985.
23. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta:
Sagung Seto; 2008
24. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta; 2005
25. http://www.detikhealth.com/read/2011/03/14/110716/1590959/763/kepulan-asap-rokok-
bisa-bikin-orang-kena-diabetes?ld991106763
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)
Association between Consumption of Dairy Product and Type 2 Diabetes Mellitus : Literature Review
DOI: https://doi.org/10.22435/mpk.v29i3.1328
Abstrak
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. DMT2 dapat
menyebabkan komplikasi di berbagai organ tubuh dan dapat meningkatkan risiko kematian.
Komplikasi yang mungkin dialami oleh penderita DMT2 ialah serangan jantung, stroke, gagal ginjal,
amputasi kaki, kebutaan, dan kerusakan saraf. Manajemen gaya hidup yang baik sangat penting
dalam penanganan DMT2, termasuk edukasi serta terapi gizi medis. Panduan pola makan untuk
penderita DMT2 bersifat individual berdasarkan prinsip 3J, yaitu jumlah asupan, jenis makanan serta
jadwal makan. Tujuan dari kajian literatur ini adalah untuk menganalisa hubungan konsumsi susu dan
produk olahannya dengan risiko DMT2. Desain penelitian ini adalah literatur review. Jenis artikel yang
digunakan ialah artikel penelitian yang dipublikasikan dari tahun 2013 sampai 2018. Artikel yang
terkumpul dari database kemudian diseleksi dengan menggunakan kriteria inklusi: 1) tujuan artikel
menganalisis hubungan asupan susu atau produk olahannya terhadap kejadian DMT2; 2) merupakan
penelitian cross-sectional;
3) responden berusia ≥18 tahun, dan diperoleh empat artikel sebagai hasil akhir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi susu dan beberapa produk olahannya, termasuk jenis produk–
produknya, bersifat protektif terhadap DMT2. Orang yang mengonsumsi susu dan produk olahannya
memiliki kadar HbA1c lebih rendah 0,6 kali dibandingkan dengan yang tidak. Namun, konsumsi susu
≤14 kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko DMT2. Kesimpulan penelitian ini adalah susu dan
beberapa produk olahannya bersifat protektif terhadap DMT2.
Kata kunci : diabetes melitus tipe 2; konsumsi susu; konsumsi produk olahan susu; dewasa
Abstract
Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease characterized by chronic hyperglycemia due
to impaired insulin secretion, insulin action, or both. T2DM can cause complications in various organs
of the body and can increase the risk of death. Complications that may be experienced by people with
T2DM are heart attack, stroke, kidney failure, leg amputation, blindness, and nerve damage. Good
lifestyle management is very important in handling T2DM, including education and medical nutrition
therapy. The dietary guidelines for people with T2DM are the amount of intake, type of food and
schedule of meals. The purpose of this literature review is to analyze the association between
consumption of dairy products with the risk of T2DM. The design of this study was Literature review.
The type of articles used were research articles published from 2013 to 2018. Articles collected from
the database were then selected using inclusion criteria: 1) the purpose of the article was to analyze
the association between the intake of milk or its processed products to the incidence of diabetes; 2)
was a cross-sectional study;
3) respondents aged ≥18 years, and obtained 4 articles as the final results. The results showed that
consumption of dairy product, including the type of products, were protective against T2DM. People
who consume dairy products have lower HbA1c levels 0,6 times than those who didn’t consume.
However, milk consumption ≤14 times a week can increase the risk of T2DM. The conclusion of this
study is that consumption of dairy products are protective against T2DM.
Keywords :type 2 diabetes mellitus; milk consumption; dairy product consumption; adult
205
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214
milk intake, milk consumption dan fermented indikator sesuai dengan standar WHO (2006),
milk. Artikel yang muncul di halaman pencarian yaitu responden yangmemilikinilai GDP ≥ 7
kemudian disaring kembali dengan mmol/L (126 mg/dL) atau GD2PP ≥11,1
menggunakan filter rentang waktu serta jenis mmol/L (200 mg/dL) atau HbA1c ≥ 6,5%.
artikel. Rentang waktu yang digunakan ialah
antara tahun 2013 sampai tahun 2018. Jenis HASIL
artikel yang digunakan ialah artikel penelitian Karakteristik Responden
(research article). Artikel yang terkumpul Penelitian ini telah dilakukan di Belanda
kemudian diseleksi kembali dengan (Bagian Utara dan Bagian Selatan), Spanyol,
menggunakan kriteria inklusi, yaitu: 1) tujuan dan Malaysia. Berdasarkan hasil penelitian, rata
artikel menganalisis hubungan asupan susu atau – rata usia responden terendah ialah Belanda
produk olahannya terhadap kejadian diabetes Bagian Utara dengan usia 45±1318 sementara
melitus; 2) merupakan penelitian cross- rata–rata usia tertinggi berada di Belanda Bagian
sectional; Selatan yaitu sebesar 63,3±7,44. 19 Rata-rata
3) responden berusia ≥18 tahun. Setelah proses Indeks Massa Tubuh (IMT) terendah terdapat
pencarian berdasarkan kata kunci, didapatkan di Belanda Bagian Utara dengan IMT 25,6±418
sebanyak 874 artikel dari seluruh database yang sedangkan tertinggi di Malaysia dengan IMT
digunakan. Kemudian dilakukan penyeleksian 29,38±6,18.20 Mayoritas responden berada pada
artikel, seperti yang terlihat pada Gambar 1, dan tingkat pendidikan secondary dengan persentase
terpilih 4 artikel yang memenuhi kriteria. 56%18 di Belanda Bagian Utara dan 48,4% 20 di
Malaysia. Namun, sebanyak 2,6% responden di
Malaysia tidak pernah mendapatkan pendidikan
formal.20 Responden di Belanda mayoritas
pernah merokok dengan persentase sebesar
56,9%19 di Belanda Bagian Selatan dan 47%18 di
Belanda Bagian Utara. Rata-rata durasi aktifitas
fisik di Belanda Bagian Selatan adalah
13,1±7,34 jam per minggu19 sedangkan di
Belanda Bagian Utara memiliki median aktifitas
fisik 5 (IQR 6)18 hari per minggu.
dengan responden yang tidak mengalami DMT2, Hubungan Konsumsi Susu dan Produk
responden diabetes melitus tipe 2 masih rendah Olahannya dengan Kejadian Diabetes
dalam mengonsumsi produk yogurt, skim, dan Terdapat hubungan yang signifikan
semi skim. 19 Di Belanda Bagian Utara, antara konsumsi total dairy dengan diabetes
responden lebih sering mengonsumsi produk melitus tipe 2 di Belanda Bagian Utara dan
semi skim dibadingkan dengan produk skim dan Belanda Bagian Selatan (p<0,05).18,19 Di
full-fat. Produk non fermentasi dikonsumsi lebih Malaysia, diabetes melitus tipe 2 berhubungan
banyak dibandingkan dengan produk dengan skor HbA1c (p<0,05).20 Di Spanyol,
fermentasi.18 Di Malaysia, konsumsi susu, dan konsumsi susu ≤14 kali dalam seminggu
produk olahannya masih rendah dibandingkan berhubungan dengan diabetes melitus (p<0,05).21
dengan asupan sayur, buah, daging, unggas, dan
ikan dengan skor Healthy Eating Index (HEI)
sebesar 3,95 dari total maksimal skor 10.20
208
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)
Di Belanda, jenis produk olahan susu dan fosfor per kalorinya. 24 Hasil penelitian
yang dikonsumsi lebih bervariasi dibandingkan menunjukkan bahwa konsumsi total dairy
dengan Malaysia dan Spanyol. Berdasarkan hasil berhubungan dengan DMT2. Hasil penelitian
penelitian di Belanda, konsumsi produk skim di Malaysia menyebutkan bahwa semakin
tidak berhubungan dengan kejadian diabetes tinggi konsumsi produk dairy, maka risiko
melitus tipe 2, baik di Belanda Bagian Utara DMT2 menurun sebesar 0,6 kali.20 Sementara
maupun Bagian Selatan (p>0,05).18,19 Hasil ini hasil penelitian di Spanyol menyebutkan
berbanding terbalik dengan produk yogurt dimana apabila konsumsi produk dairy ≤14
konsumsi yogurt berhubungan secara signifikan kali/minggu dapat meningkatkan risiko DMT2
dengan kejadian DMT2 di kedua bagian Negara 1,27 kali. 21 Di Belanda Bagian Selatan,
Belanda tersebut (p<0,05; OR<1).18,19 Kemudian mengonsumsi total dairy ≥187,6 gram/hari
pada penelitian di Belanda Bagian Utara, produk (atau setara dengan segelas susu) bersifat
buttermilk (OR > 1) dan minuman yogurt (OR<1) protektif terhadap DMT2 dibandingkan dengan
berhubungan secara signifikan dengan DMT2 di mengonsumsi ≤87,5 gram/hari.19 Namun,
Belanda Bagian Utara (p<0,05).18 Selain keempat penelitian yang dilakukan di Belanda Bagian
produk tersebut, hasil penelitian yang didapatkan Utara menyebutkan konsumsi total dairy
untuk susu dan produk olahannya masih kontra meningkatkan risiko diabetes melitus
antara Belanda Bagian Utara dan Belanda Bagian (OR>1).18 Perbedaan hasil tersebut mungkin
Selatan. Data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel terkait dengan rata-rata IMT responden.
2. Responden di Belanda Bagian Utara memiliki
rata-rata IMT yang lebih rendah (25,6±4,0)
PEMBAHASAN dibandingkan dengan responden di Belanda
Konsumsi susu dan produk olahannya Bagian Selatan (28,6±4,59), Spanyol
lebih tinggi di wilayah Eropa dibandingkan (28,1±4,8) dan Malaysia (29,38±6,18).
dengan wilayah Asia dan produk olahan susu Berdasarkan klasifikasi WHO, rata-rata IMT di
yang dikonsumsi oleh masyarakat Eropa Belanda dan Spanyol masuk ke dalam kategori
lebih bervariasi. Secara global, rata-rata gizi lebih sedangkan di Malaysia sudah masuk
konsumsi susu pada orang dewasa sebesar ke dalam kategori obesitas. 25 IMT yang tinggi
0,57 porsi per hari sedangkan di Indonesia merupakan faktor utama penyebab terjadinya
memiliki tingkat konsumsi susu terendah yaitu diabetes melitus tipe 2.26 Selain itu, kandungan
kurang dari 0,05 porsi per hari.22 Rendahnya zat gizi spesifik tertentu pada produk susu
kesadaran untuk konsumsi susu di wilayah serta sumber jenis produk olahan susu yang
Asia dapat disebabkan karena perbedaan biasa dikonsumsi juga mungkin mempengaruhi
kebiasaan dan budaya masyarakat. Kebiasaan perbedaan hasil penelitian. Oleh karena itu,
minum susu untuk budaya timur masih kurang perlu dilakukan analisis spesifik ditingkat
dibandingkan dengan budaya barat. 20 Selain itu, produk agar dapat melihat lebih dalam
faktor lain yang dapat menjadi penyebab mengenai hubungan antara konsumsi susu dan
rendahnya konsumsi susu ialah rendahnya produk olahannya dengan DMT2.
tingkat produksi susu dan produk olahannya. Keanekaragaman pengolahan produk
Hal ini disebabkan karena produksi susu susu merupakan salah satu upaya untuk
olahan segar cair, baik Ultra High Temperature meningkatkan daya tarik produk susu.
(UHT) ataupun pasteurisasi masih sedikit Beberapa produk susu berdasarkan proses
diproduksi dibandingkan dengan susu olahan pengolahan yang sering dijumpai ialah susu
bubuk. Bahan baku susu olahan dalam negeri fermentasi, berupa keju, yogurt dan minuman
diimpor dalam bentuk susu bubuk bukan susu yogurt, atau non fermentasi, berupa UHT dan
cair sehingga industri pengolahan susu dalam pasteurisasi. Pemilihan konsumsi jenis susu
negeri lebih suka memproduksi susu bubuk. 23 dan produk olahannya di masyarakat sangat
Rendahnya tingkat produksi susu bervariasi, tergantung dari kecenderungan
menyebabkan harga jual susu tinggi sehingga dan keterjangkauan masing-masing individu. 27
susu menjadi barang mewah bagi masyarakat. Konsumsi susu bersifat protektif terhadap
Susu dan produk olahannya merupakan kejadian DMT2 melalui peran protektif vitamin
sumber makanan yang mengandung tinggi D, kalsium, dan magnesium yang ada dalam
kalsium, protein, magnesium, potasium, seng, produk susu. 28 Hal ini didukung dengan studi
209
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214
kohort yang dilakukan selama lima tahun di karena adanya reseptor vitamin D di pankreas
Australia yang menyebutkan konsumsi tinggi sehingga kekurangan vitamin D dapat merusak
susu protektif terhadap risiko diabetes (OR sintesis dan sekresi insulin.38 Vitamin D
0,71).29 Begitu juga dengan penelitian case- berpartisipasi dalam aktivitas endopeptidase
control yang dilakukan kepada etnis Asia sel-β yang bergantung pada kalsium dan
menyebutkan risiko DMT2 pada orang yang dapat bertindak melalui dua jalur utama,
banyak mengonsumsi susu dibandingkan sedikit secara langsung menginduksi sel-B untuk
mengonsumsi susu ialah 0,79.30 Penelitian lain mengeluarkan insulin melalui peningkatan
juga menyebutkan mengonsumsi susu setiap hari konsentrasi kalsium intraseluler melalui
memiliki pengurangan risiko DMT2 yang cukup saluran Ca atau dengan memediasi aktivasi
signifikan (12%).12 Namun, penelitian yang sel β kalsium-dependen untuk memfasilitasi
dilakukan di Belanda menyebutkan bahwa konversi pro-insulin menjadi insulin. 39
tingginya konsumsi susu berisiko terhadap Magnesium intraselular berperan penting
kejadian DMT2 (OR>1).18,19 dalam mengatur aksi insulin, penyerapan
Perbedaan hasil konsumsi susu bisa insulin-mediated-glukosa-dan nada vaskular
diakibatkan karena perbedaan kebiasaan sehingga berkurangnya konsentrasi magnesium
jenis susu yang dikonsumsi. Jenis susu intraseluler menyebabkan kerusakan aktivitas
dapat mempengaruhi manfaat potensial susu tirosin-kinase, penurunan post-reseptorial
terhadap DMT2. 31 Penelitian yang dilakukan di dalam aksi insulin dan memburuknya resistensi
Belanda menyebutkan bahwa produk jenis full- insulin pada pasien diabetes. 40 Selain itu,
fat berisiko terhadap kejadian diabetes (OR>1) menurut Liljeberg Elmstahl and Bjorck,16
dan konsumsi susu skim protektif terhadap protein susu dapat memicu peningkatan respon
diabetes mellitus. 18,19 Sebuah penelitian insulin postpandrial dengan penurunan kadar
menyebutkan konsumsi susu yang protektif glukosa darah postpandrial.
terhadap DMT2 adalah susu jenis low-fat Yogurt dan minuman yogurt merupakan
(risiko 4% lebih rendah per 200g/hari). 32 Studi salah satu hasil fermentasi produk susu.
kohor yang dilakukan selama lima tahun di Hasil penelitian yang dilakukan di Belanda
Amerika menyebutkan bahwa asupan high-fat menyebutkan bahwa konsumsi yogurt dan
dairy dan keju menunjukkan bukti hubungan minuman yogurt berhubungan secara signifikan
dosis-respon dengan insiden DMT2(p<0,05).33 dengan DMT2. Selain itu, yogurt dan minuman
Namun, terdapat penelitian yang tidak yogurt bersifat protektif terhadap kejadian
menemukan hubungan yang signifikan antara DMT2 (OR<1). 18,19 Hasil ini sesuai dengan studi
konsumsi full-fat dairy product dengan kohort yang dilakukan selama 5 tahun di
DMT 2.14,30,34 Perbedaan hasil konsumsi susu Belanda yang menunjukkan bahwa konsumsi
berdasarkan jenisnya juga dapat dipengaruhi yogurt dapat menurunkan risiko DMT2
oleh faktor risiko DMT2 lainnya, yaitu (HR<1).41 Penelitian lain juga menyebutkan
rendahnya aktivitas fisik, usia responden, jenis orang yang mengonsumsi yogurt memiliki
kelamin, dan status gizi responden. 35 Selain itu, nilai glukosa puasa lebih redah dan cenderung
perbedaan hasil penelitian mengenai konsumsi melakukan pola diet sehat seperti
susu bisa disebabkan karena faktor asupan mengonsumsi susu rendah lemak, buah-buahan
makanan dan zat gizi lain yang dikonsumsi dan sayuran, tahu dan kacang–kacangan,
oleh responden, seperti tingginya asupan unggas, ikan dan makanan laut lainnya
lemak, minuman manis dan karbohidrat serta dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi
rendahnya konsumsi sayur-sayuran berwarna yogurt.42
hijau.36,37 Fermentasi merupakan metode biologis
Mekanisme susu dan produk olahannya dalam pengawetan makanan. Makanan yang
bersifat protektif terhadap diabetes melitus difermentasi mengurangi risiko kontaminasi
ialah karena adanya vitamin D, kalsium, ketika diperkaya antimikroba. Keuntungan
magnesium, dan protein susu. Vitamin D makanan yang difermentasi berupa rasa dan
berkorelasi positif dengan sensitivitas insulin tekstur baru yang diinginkan, tidak seperti bahan
awal.43 Studi intervensi menunjukan
210
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)
tingkat homosistein menurun secara signifikan di Indonesia masih tergolong rendah sementara
pada responden yang mengonsumsi susu jumlah penderita DMT2 semakin meningkat.
fermentasi probiotik dan konvensional.44 Penelitian mengenai hubungan DMT2 dan
Konsumsi produk olahan susu fermentasi konsumsi produk susu masih sangat jarang
yang dianjurkan ialah yang mengandung dilakukan di wilayah Asia sehingga perlu
probiotikkarena membantu menurunkan dilakukan penelitian lebih lanjut di Asia. Selain
GDP, kadar HbA1c dan nilai HOMA-IR.44,45 itu, perlu dilakukan penyebarluasan informasi
Hal ini dikarenakan probiotik memengaruhi yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi
bakteri usus untuk memproduksi polipeptida DMT2.
insulinotropik dan peptida-l seperti glukagon
sehingga menginduksi penyerapan glukosa UCAPAN TERIMA KASIH
oleh otot. 45 Selain kandungan probiotik, yogurt Terima kasih kepada dosen pembimbing
juga mengandung kalsium dan vitamin D yang akademik, dosen-dosen pengajar mata kuliah
juga membantu dalam memproteksi DMT2 khususnya mata kuliah penulisan ilmiah
(seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya). dan publikasi, serta teman-teman yang telah
Penelitian ini memiliki keterbatasan memberikan masukan dan dukungan dalam
hanya membahas empat penelitian terdahulu menyelesaikan tulisan ini.
karena masih sedikitnya penelitian yang
membahas mengenai hubungan konsumsi DAFTAR PUSTAKA
produk susu terhadap diabetes melitus. 1. Canivell S, Gomis R. Diagnosis and
Akibatnya, masih ada perbedaan hasil dari classification of diabetes mellitus.
jenis produk susu terutama produk fermentasi Diabetes Care [Internet]. 2011 Jan
dan non fermentasi. Selain itu, penelitian 1;34(Supplement_1):S62–9. Available
yang dibahas dalam kajian ini menggunakan from: http://care.diabetesjournals.org/cgi/
desain studi cross-sectional sehingga belum doi/10.2337/dc11-S062
bisa mengetahui mekanisme hubungan sebab- 2. American Diabetes Association.
akibat. Selain karena konsumsi susu, masih Standards of medical care in diabetes.
ada faktor konsumsi zat gizi lain yang juga 2018;41(January).
berperan dalam terjadinya DMT2 yang tidak 3. World Health Organization. Global report
dikontrol dalam analisis. on diabetes [Internet]. 2016. Available
from: http://apps.who.int/iris/bitstream/
KESIMPULAN handle/10665/204871/9?sequence=1
Terdapat hubungan yang signifikan 4. International Diabetes Federation. western
antara konsumsi total dairy, semi skim, full- pacific diabetes prevalence. 2017;
fat, non fermentasi, susu, keju, mentega, 5. Kementrian Kkesehatan RI. Riset
fermentasi, dan yogurt serta minuman yogurt kesehatan dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta:
dengan DMT2. Susu dan produk olahannya Badan Litbang Kesehatan; 2018.
bersifat protektif terhadap kenaikan kadar 6. International Diabetes Federation. The
HbA1c. Konsumsi susu ≤14 kali dalam IDF Diabetes Atlas , 8th Edition Country
seminggu dapat meningkatkan risiko DMT2. report 2017 & 2045 prevalence of diabetes
Produk susu yang bersifat protektif terhadap compared to other countries , 2017 Brazil
DMT2 adalah produk fermentasi, yaitu yogurt At a Glance. 2017; Available from: http://
dan minuman yogurt. diabetesatlas.org/resources/2017-atlas.
html
SARAN
7. World Health Organization. Diabetes
Berdasarkan hasil pengkajian diatas, country profiles. World Health Organ
susu dan produk olahannya bersifat protektif [Internet]. 2016;1. Available from: https://
terhadap DMT2. Namun, sangat disayangkan www.who.int/diabetes/country-profiles/
karena konsumsi susu dan produk olahannya idn_en.pdf?ua=1
211
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214
association with risk of type 2 diabetes: 44. Alihosseini N, Moahboob SA, Farrin N,
The Rotterdam Study. Nutr Metab Mobasseri M, Taghizadeh A, Ostadrahimi
Cardiovasc Dis [Internet]. AR. Effect of probiotic fermented milk
2016;26(11):987–95. (KEFIR) on serum level of insulin
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j. and homocysteine in type 2 diabetes
numecd.2016.08.003 patients. Acta Endocrinol (Copenh).
42. Wang H, Livingston KA, Fox CS, Meigs 2017;13(4):431–6.
JB, Jacques PF. Yogurt consumption 45. Ostadrahimi A, Taghizadeh A, Mobasseri
is associated with better diet quality M, Farrin N, Payahoo L, Gheshlaghi ZB,
and metabolic profile in American et al. Effect of probiotic fermented milk (
men and women. Nutr Res [Internet]. Kefir ) on glycemic control and lipid
2013;33(1):18–26. Available from: http:// profile in type 2 diabetic patients : a
dx.doi.org/10.1016/j.nutres.2012.11.009 randomized. 2015;44(2):228–37.
43. Marco ML, Heeney D, Binda S, Cifelli CJ,
Cotter PD, Foligne B, et al. ScienceDirect
health benefits of fermented foods :
microbiota and beyond. 2017;94–102.
214
Jurnal Jurnal
172 Ners dan
Ners Kebidanan, Volume
dan Kebidanan, Volume 5, Agustus 2018, hlm. 172–177 © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan
No. 2,2,Agustus
5, Nomor
2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p172 –177
sa/4.0/)
Abstrak: Pemanfaatan teknologi smartphone sebagai media promosi kesehatan terus dikembangkan
dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi ini dimanfaatkan untuk mengelola berbagai penyakit akut
dan kronis, salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Tujuan dari literature review ini adalah
untuk mendeskripsikan sebuah intervensi yang memanfaatkan teknologi sebagai alat media berupa
smartphone dalam melakukan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol glukosa diabetes tipe 2.
Pencarian database yang digunakan termasuk ProQuest, SciVerse ScienceDirect, Scopus, Pubmed,
Perpustakaan Cohcrane, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage Publications. Kata kunci yang digunakan
dalam pencarian artikel adalah diabetes tipe 2, promosi kesehatan, telemedicine, aplikasi smartphone,
berbasis web, obesitas, latihan diabetes, berjalan, kontrol glukosa dengan mendapatkan 29 artikel dan
yang digunakan hanya 14 artikel yang sesuai melalui analisis tujuan, kesesuaian topik, metode
penelitian yang digunakan, ukuran sampel, etik penelitian, hasil dari setiap artikel, serta keterbatasan
yang terjadi.Terdapat hasil yang efektif dalam pelaksanaan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol
glukosa diabetes tipe 2 dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat media seperti smartphone dan
website.
172
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 173
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Artikel Review
PenelitiJudulSampel MethodeOutput
Lari et Diabetes & Metabolic Syndrome/: Clinical 76 Kuasi Perbandingan dua kelompok menunjuk-
al. Research & Reviews Effect of electronic (46/30) ekspe- kan bahwa tidak ada perbedaan yang
(2017) education based on health promotion rimental dicatat dalam skor dukungan keluarga
model on physical activity in diabetic antara dua kelompok (p = 0,052),
patients. Diabetes & Metabolic Syndrome: namun status kesehatan, self-efficacy,
Clinical Research & Reviews, 6–11. benefit, dan dukungan teman
https://doi.org/ 10.1016/j.dsx.2017.08.013 dirasakan lebih tinggi dan hambatan
dirasakan lebih rendah pada kelompok
multimedia dibandingkan kelompok
kontrol
174 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177
Dwi et al. International Journal of Nursing Sciences 127 Cross Prediktor yang signifikan dari mana-
(2017) Predictors of diabetes self-management sectional jemen diri diabetes adalah pengobatan,
among type 2 diabetics in Indonesia/ : self-efficacy, dan pengaruh situasio-
Application theory of the health promotion nal yang dirasakan
model. International Journal of Nursing
Sciences, 4(3), 260–265. https://doi.org/
10.1016/j.ijnss.2017.06.010
Nes et al. The development and feasibility of a web- 15 Ekspe- Sebelas dari lima belas peserta yang
(2012) based intervention with diaries and rimen termasuk dalam penelitian menyelesai-
situational feedback via smartphone to kan intervensi, yang dievaluasi seba-
support self- management in patients with gai dukungan dan bermakna. Sebagian
diabetes type 2 §, 7, 1–9. https://doi.org/ besar peserta melaporkan perubahan
10.1016/j.diabres.2012.04.019 gaya hidup positif.
Jacobs et Adherence as a predictor of weight loss in 7633 Ekspe- Penggunaan aplikasi smartphone di-
a
al. (2017) commonly used smartphone application. rimen kaitkan dengan penurunan berat badan
Obesity Research & Clinical Practice, jangka pendek yang signifikan dan
pe-
11(2), 206– 214. https://doi.org/10.1016/ nurunan berat badan ini terkait
dengan
j.orcp.2016.05.001 kepatuhan
Joiner et Lifestyle interventions based on the 723 Syste- Dua puluh dua studi memenuhi kri-
al. (2015) diabetes prevention program delivered via abstrak matic teria inklusi/eksklusi, di mana 26 inter-
eHealth/ : A systematic review and meta- review vensi dievaluasi. Sampel terutama
analysis. Preventive Medicine, 100, 194– berpendidikan dasar dan berpendidikan
207.
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.04.033 tinggi. Intervensi mencakup aplikasi
berbasis Web, aplikasi telepon seluler,
pesan teks, DVD, panggilan telepon
respons suara interaktif, konferensi
video telehealth, dan programer on-
demand video
PenelitiJudulSampel MethodeOutput
luruhan pengalaman menggambarkan
persepsi tentang keseluruhan inter-
vensi; dan (d) frustasi dalam
mengelola kondisi kronis
menggambarkan kesu- litan dengan
kompleksitas manajemen T2DM dari
perspektif pasien.
Jendrike Introduction of a Novel Smartphone- 3 sistem Akurasi
Hasil dari tiga lot sistem pereaksi yang
et al. Coupled Blood Glucose Monitoring reagen sistem berbeda dalam batas akurasi dan 100%
(2017) System. hasil di dalam zona Adari grid
https://doi.org/10.1177/1932296817706594 kesalahan
Khansa et Evaluating the epic electronic medical record 31 Survey Tema yang diidentifikasi dalam hasil
al. system: A dichotomy in perspectives and dan survei kami mencakup kurangnya in-
(2015) solution recommendations. Health Policy inter- teraksi dengan penyedia layanan ke-
and Technology. https://doi.org/10.1016/ vensi sehatan, kesulitan dalam menjadwalkan
j.hlpt.2015.10.004 janji temu, kurangnya komunikasi
tepat waktu dengan penyedia layanan
kesehatan, dan tantangan dalam me-
ngelola perawatan diabetes yang
kom- pleks
Tursun- Use of social media for e-Government in 244 Syste- Hasil pencarian yang berpotensi
the 1
bayeva et public health sector/ : A systematic review abstrak matic relevan hanya 22 penelitian yang sepe-
al., (2017) of published studies. Government review nuhnya memenuhi kriteria inklusi.
Information Quarterly, 34(2), 270–282. Basis bukti sederhana ini sebagian
https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001 besar bersifat deskriptif, tidak disiplin
dan tidak memiliki kedalaman teoritis
yang terlihat di cabang penelitian
e- Government lainnya. Sebagian
besar penelitian diterbitkan dalam
limatahun terakhir di jurnal medis,
dipusatkan di twitter dan berasal dari
Negara-negara berpenghasilan tinggi
PEMBAHASAN menjan-
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 yang
efektif harus dapat membantu mengoptimalkan
kontrol glikemik dan mengarah pada perbaikan
klinis dan hasil metabolisme. Rekomendasi saat
ini didasarkan pada kesehatan prinsip makan
bagi keluarga dengan tujuan untuk berpromosi
kebiasaan hidup sehat sepanjang masa sambil
menjaga sosial dan psikologis kesejahteraan.
Asupan energi dan nutrisi penting harus dituju
untuk mempertahankan berat badan ideal,
meningkatkan kesehatan dan per- tumbuhan,
mengoptimalkan kontrol glikemik, sambil
meminimalkan risiko komplikasi kronis.
Penelitian menggunakan intervensi aplikasi
smartphone telah dijelaskan layak dan harus diuji
dalam skala besar. Aplikasi smartphone yang
dikem- bangkan sepertinya merupakan alat yang
jikan untuk mendukung pasien diabetes tipe 2
mem- buat perubahan gaya hidup yang penting.
Keefektifan intervensi eHealth berbasis DPP
pada penurunan berat badan menjadikan sebuah
penelitian rujukan untuk dilakukannya penelitian
lebih lanjut yang mengarah pada populasi ras dan
etnis yang beragam dengan tingkat pendidikan
yang terbatas. Penelitian selanjutnya juga harus
berfokus pada cara mengoptimalkan dukungan
perilaku.
Sementara banyak aplikasi smartphone
untuk weightloss, hanya ada sedikit penelitian
terkini mengenai kemampuan mereka dalam
memfasilitasi kepatuhan terhadap program
penurunan berat ba- dan. Beberapa studi yang
dipublikasikan pada umumnya menunjukkan
bahwa sistem pengiriman smartphone dikaitkan
dengan kepatuhan yang lebih besar dan
peningkatan berat badan dan hasilnya
176 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177
Nes, A. G., Dulmen, S. Van, Eide, E., & Finset, A. Pludwinski, S., Ahmad, F., Wayne, N., & Ritvo, P.
2012. The development and feasibility of a web- 2015. Participant experiences in a smartphone-
based intervention with diaries and situational based health coaching intervention for type 2
feedback via smartphone to support self- diabetes/ : A qualitative inquiry, 0(0), 1–7.
management in patients with diabetes type 2 §, 7, https://doi.org/ 10.1177/1357633X15595178
1–9. https:// doi.org/10.1016/j.diabres.2012.04.019 Tursunbayeva, A., Franco, M., & Pagliari, C. 2017.
Octa P, I., Tjahjono D.K., K., & Nuggetsiana S, A. Use of social media for e-Government in the public
2011. Pengaruh Frekuensi Konseling Gizi dan Gaya health sector/ : A systematic review of published
Hidup Terhadap Indeks Massa Tubuh, Lingkar studies. Government Information Quarterly, 34(2),
Pinggang, Tekanan Darah, dan Glukosa Darah 270–282. https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001
pada Penderita Diabetes Mellitus, 1–19.