Anda di halaman 1dari 78

Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

[ARTIKEL REVIEW]

DIABETES MELITUS TIPE 2


Restyana Noor Fatimah
Medical Faculty, Lampung University

Abstract
Type 2 Diabetes Mellitus is a metabolic disorder that is marked by the rise in blood sugar due to a decrease in
insulin secretion by pancreatic beta cells and insulin function ordisorder (insulin resistance). Results Health
Researchin 2008, showed the incidence of diabetes mellitus in Indonesia reached 57%, while the incidence in
type 2 diabetes mellitus World is 95%. Risk factors of diabetes mellitus type 2, namely age, gender, obesity,
hypertension, genetics, diet, smoking, alcohol, lack ofactivity, waist circumference, . Treatment done by the use
of oral medication hyperglycemia and insulin as well as life style modification storeduce the incidence and
microvascular and macrovascular complications of diabetes mellitus type 2.

Keywords: Definition, diabetes mellitus type 2, risk factors, treatment

Abstrak
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Hasil Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 57%
sedangkan kejadian di Dunia diabetes melitus tipe 2 adalah 95%. Faktor resiko dari Diabetes melitus tipe 2
yaitu usia, jenis kelamin,obesitas,hipertensi, genetik,makanan,merokok,alkohol,kurang aktivitas,lingkar perut,
.Penatalaksanaan dilakukan dengan cara penggunaan obat oral hiperglikemi dan insulin serta modifikasi gaya
hidup untuk mengurangi kejadian dan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular dari Diabetes melitus
tipe 2 .

Kata kunci : Definisi, diabetes Melitus tipe 2, faktor resiko, penatalaksanaan

...
Korespondensi : Restyana Noor Fatimah | restyananoorfatimah@gmail.com

Pendahuluan ke
Diabetes Melitus adalahpenyakit
yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara
absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan
pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan
berat badan,kesemutan.2
International

Diabetes Federation(IDF) menyebutkan


bahwa prevalensiDiabetes Melitus di
dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan
DM sebagai penyebab kematian urutan
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |1
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

menunjukan prevalensi DM di Indonesia


tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 membesar sampai 57%. Tingginya
angka kejadian diabetes me litus didunia prevalensi Diabetes Melitus tipe
adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana 2disebabkan oleh faktor risiko yang tidak
proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 dapat berubah misalnya jenis kelamin,
adalah 95% dari populasi dunia yang umur, dan faktor genetik yang kedua
menderita diabetes mellitus. Hasil Riset adalah faktor risiko yang dapat diubah
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, misalnya kebiasaan merokok tingkat
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, pankreas, maka diabetes mellitus tipe II
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dianggap sebagai non insulin dependent
Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang dan diabetes mellitus.6,9
umur.4,8Diabetes Mellitus disebut dengan the Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah
silent killer karena penyakit ini dapat penyakit gangguan metabolik yang di
mengenai semua organ tubuh dan tandai oleh kenaikan gula darah akibat
menimbulkan berbagai macam keluhan. penurunan sekresi insulin oleh sel beta
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain
gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit
jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi
paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke
dan sebagainya. Tidak jarang, penderita DM
yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi
pembusukan.Untuk menurunkan kejadian dan
keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka
dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya
hidup dan pengobatan seperti obat oral
hiperglikemik dan insulin .3

DISKUSI
Definisi Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus adalalah


gangguan metabolisme yang secara
genetik dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka
diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati.1,7
Diabetes Mellitus Tipe 2
merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar
insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal. Karena
insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |2
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

pankreas dan atau ganguan fungsi insulin Diabetes melitus merupakan penyakit
(resistensi insulin).3 yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun
Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2 absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena
lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita pengaruh dari luar (virus,zat
lebih berisiko mengidap diabetes karena kimia,dll)
secara fisik wanita memiliki peluang b. Desensitasi atau penurunan
peningkatan indeks masa tubuh yang reseptor glukosa pada kelenjar
lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pankreas
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi c. Desensitasi atau kerusakan
DM di Indonesia membesar sampai 57%, reseptor insulin di jaringan
pada tahun 2012 angka kejadian diabetes perifer.2
melitus didunia adalah sebanyak 371 juta
jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes Patofisologi
melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi
dunia yang menderita diabetesmellitus Dalam patofisiologi DM tipe 2
dan hanya 5% dari jumlah tersebut terdapat beberapa keadaan yang
menderita diabetes mellitus tipe 1. 1,4 berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
Patogenesis 2. Disfungsi sel B pancreas

Diabetes melitus tipe 2 bukan sel-sel B pankreas akan terjadi secara


disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, progresif seringkali akan menyebabkan
namun karena sel sel sasaran insulin gagal defisiensi insulin,sehingga akhirnya
atau tidak mampu merespon insulin penderita memerlukan insulin eksogen.
secara normal.Keadaan ini lazim disebut Pada penderita diabetes melitus tipe 2
sebagai “resistensi insulin”.1,8 Resistensi memang umumnya ditemukan kedua
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan
dan kurang nya aktivitas fisik serta defisiensi insulin.
penuaan.Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa Faktor resiko
hepatik yang berlebihan namun tidak
terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans Peningkatan jumlah penderita DM
secara autoimun seperti diabetes melitus yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang
bersifat relatif dan tidak absolut.4,5 dapat diubah dan faktor lain. Menurut
Pada awal perkembangan diabetes American DiabetesAssociation (ADA)
melitus tipe 2, sel B menunjukan bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko
gangguan pada sekresi insulin fase yang tidak dapat diubah meliputiriwayat
pertama,artinya sekresi insulin gagal keluarga dengan DM (first degree relative),
mengkompensasi resistensi insulin. umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan
Apabila tidak ditangani dengan baik,pada bayi dengan berat
perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |3
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat 1. Obesitas (kegemukan)


pernah menderita DM gestasional dan Terdapat korelasi bermakna antara
riwayat lahir dengan beratbadan rendah obesitas dengan kadar glukosa darah,
(<2,5 kg).1,9 Faktor risiko yang pada derajat kegemukan dengan IMT >
dapatdiubah meliputi 23 dapat menyebabkan peningkatan
obesitas berdasarkan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
1,2
IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm
pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, 2. Hipertensi
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, Peningkatan tekanan darah pada
dislipidemi dan diet tidak sehat.11 hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam
Faktor lain yang terkait dengan dan air, atau meningkatnya tekanan
risiko diabetes adalah penderita dari dalam tubuh pada sirkulasi
polycystic ovarysindrome (PCOS), pembuluh darah perifer.
penderita sindrom metabolikmemiliki 3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
riwatyat toleransi glukosa terganggu Seorang yang menderita Diabetes
(TGT) atau glukosa darah puasa Mellitus diduga mempunyai gen
terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
riwayat penyakit kardiovaskuler seperti merupakan gen resesif. Hanya orang
stroke, PJK, atau peripheral rrterial yang bersifat homozigot dengan gen
Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor resesif tersebut yang menderita
stres, kebiasaan merokok, jenis Diabetes Mellitus.
2,4,5
kelamin,konsumsi kopi dan kafein. 4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan 7. Alkohol dan Rokok
kenaikan kadar lemak darah Perubahan-perubahan dalam gaya
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hidup berhubungan dengan
hubungan antara kenaikan plasma peningkatan frekuensi DM tipe 2.
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 Walaupun kebanyakan peningkatan ini
mg/dl) sering didapat pada pasien dihubungkan dengan peningkatan
Diabetes. obesitas dan pengurangan ketidak
5. Umur aktifan fisik, faktor-faktor lain yang
Berdasarkan penelitian, usia yang berhubungan dengan perubahan dari
terbanyak terkena Diabetes Mellitus lingkungan tradisional kelingkungan
adalah > 45 tahun. kebarat- baratan yang meliputi
6. Riwayat persalinan perubahan-perubahan dalam konsumsi
Riwayat abortus berulang, melahirkan alkohol dan rokok, juga berperan dalam
bayi cacat atau berat badan bayi > peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan
4000gram menganggu metabolisme gula darah
6. Faktor Genetik terutama pada penderita DM, sehingga
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis akan mempersulit regulasi gula darah
dan berbagai faktor mental Penyakit ini dan meningkatkan tekanan darah.
sudah lama dianggap berhubungan Seseorang akan meningkat tekanan
dengan agregasi familial. Risiko darah apabila mengkonsumsi etil
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara
akan meningkat dua sampai enam kali dengan 100 ml proof wiski, 240
lipat jika orang tua atau saudara
kandung mengalami penyakitini.
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |4
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

ml wine atau 720 ml.


Faktor resiko penyakit tidak menular, Gejala kronik diabetes melitus
termasuk DM Tipe 2, dibedakan yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
menjadi dua. Yang pertama adalah seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di
faktor risiko yang tidak dapat berubah kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
misalnya umur, faktor genetik, pola pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah
makan yang tidak seimbang jenis dan mudah lepas, kemampuan seksual
kelamin, status perkawinan, tingkat menurun bahkan pada pria bisa terjadi
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, keguguran atau kematian janin dalam
Indeks Masa Tubuh. 2,5 kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari 4kg.
Gejala klinis
Diagnosis
Gejala diabetes melitus dibedakan
menjadi akut dan kronik Keluhan dan gejala yang khas
Gejala akut diabetes melitus yaitu ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
: Poliphagia (banyak makan) sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa
polidipsia (banyak minum), >126 mg/dl sudah cukup untuk
Poliuria (banyak kencing/sering kencing menegakkan diagnosis DM. Untuk
di malam hari), nafsu makan bertambah diagnosis DM dan gangguan toleransi
namu berat badan turun dengan cepat glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2
(5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), jam setelah beban glukosa. Sekurang-
mudah lelah.
kurangnya diperlukan kadar glukosa darah Pemeriksaan penyaring dapat
2 kali abnormal untuk konfirmasi dilakukan melalui pemeriksaan kadar
diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang darah puasa, kemudian dapat diikuti
abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO)
pada keadaan khas hiperglikemia dengan standar
dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat . Penatalaksanaan diabetes melitus
Ada perbedaan antara uji
diagnostik DM dan pemeriksaan Prinsip penatalaksanaan diabates
penyaring. Uji diagnostik dilakukan pada melitus secara umum ada lima sesuai
mereka yang menunjukkan gejala DM, dengan Konsensus Pengelolaan DM di
sedangkan pemeriksaan penyaring Indonesia tahun 2006 adalah untuk
bertujuan untuk mengidentifikasi mereka meningkatkan kualitas hidup pasien DM.
yang tidak bergejala, tetapi punya resiko Tujuan Penatalaksanaan DM adalah
2
DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih, :
hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat Jangka pendek : hilangnya keluhan
abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 dan tanda DM, mempertahankan rasa
gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau nyaman dan tercapainya target
trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostik pengendalian glukosa darah.
dilakukan pada mereka yang positif uji Jangka panjang: tercegah dan
penyaring.11 terhambatnya progresivitas penyulit

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |5


Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

mikroangiopati, makroangiopati dan menggunakan obat penurun glukosa


neuropati. darah atau insulin. Standar yang
Tujuan akhir pengelolaan adalah dianjurkan adalah makanan dengan
turunnya morbiditas dan mortalitas DM. komposisi yang seimbang dalam hal
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%
dilakukan pengendalian glukosa darah, danprotein 10-15%. Untuk menentukan
tekanan darah, berat badan dan profil status gizi, dihitung dengan BMI (Body
lipid,melalui pengelolaan pasien secara Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh
holistik dengan mengajarkan perawatan (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
mandiri dan perubahan perilaku. merupupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi
1. Diet orang dewasa, khususnya yang
Prinsip pengaturan makan pada berkaitan dengan kekurangan dan
penyandang diabetes hampir sama kelebihan berat badan. Untuk
dengan anjuran makan untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat
masyarakat umum yaitu makanan dihitung dengan rumus
yang seimbang dan sesuai dengan berikut:
kebutuhan kalori dan zat gizi masing- BeratBadan (Kg)
masing individu. Pada penyandang IMT = ------------------------------------------------
diabetes perlu ditekankan pentingnya Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m)
keteraturan makan dalam hal jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, 2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
terutama pada mereka yang
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4
kali seminggu) selama kurang lebih 30 4. Obat : oral hipoglikemik, insulin
menit, yang sifatnya sesuai dengan Jika pasien telah melakukan
Continous, Rhythmical, Interval, pengaturan makan dan latihan fisik
Progresive, Endurance (CRIPE). tetapi tidak berhasil mengendalikan
Training sesuai dengan kemampuan kadar gula darah maka
pasien. Sebagai contoh adalah olah dipertimbangkan pemakaian obat
raga ringan jalan kaki biasa selama 30 hipoglikemik
menit.
Hindarkan kebiasaan hidup yang Obat – Obat Diabetes Melitus
kurang gerak atau bermalasmalasan.
a. Antidiabetik oral
3. Pendidikan Kesehatan Penatalaksanaan pasien DM dilakukan
Pendidikan kesehatan sangat penting dengan menormalkan kadar gula darah
dalam pengelolaan. Pendidikan dan mencegah komplikasi. Lebih khusus
kesehatan pencegahan primer harus lagi dengan menghilangkan
diberikan kepada kelompok gejala,optimalisasi parameter
masyarakat resiko tinggi. Pendidikan metabolik, dan mengontrol berat
kesehatan sekunder diberikan kepada badan. Bagi pasien DM tipe 1
kelompok pasien DM. Sedangkan penggunaan insulin adalah terapi
pendidikan kesehatan untuk utama. Indikasi antidiabetik oral
pencegahan tersier diberikan kepada terutama ditujukan untuk penanganan
pasien yang sudah mengidap DM
dengan penyulit menahun.
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |6
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

pasien DM tipe 2 ringan sampai termasuk golongan sulfonilurea,


sedang yang gagal dikendalikan biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan
dengan pengaturan asupan energi dan insulin sensitizing.3
karbohidrat serta olah raga. Obat
golongan ini ditambahkan bila setelah b. Insulin
4-8 minggu upaya diet dan olah raga Insulin merupakan protein kecil dengan
dilakukan, kadar gula darah tetap di berat molekul 5808 pada manusia.
atas 200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Insulin mengandung 51 asam amino
Jadi obat ini bukan menggantikan yang tersusun dalam dua rantai yang
upaya diet, melainkan membantunya. dihubungkan dengan jembatan
Pemilihan obat antidiabetik oral yang disulfide, terdapat perbedaan asam
tepat sangat menentukan amino kedua rantai tersebut. Untuk
keberhasilan terapi diabetes. pasien yang tidak terkontrol dengan
Pemilihan terapi menggunakan diet atau pemberian hipoglikemik oral,
antidiabetik oral dapat dilakukan kombinasi insulin dan obat-obat lain
dengan satu jenis obat atau bisa sangat efektif. Insulin kadangkala
kombinasi. Pemilihan dan penentuan dijadikan pilihan sementara, misalnya
regimen antidiabetik oral yang selama kehamilan. Namun pada pasien
digunakan harus mempertimbangkan DM tipe 2 yang memburuk,
tingkat keparahan penyakit DM serta penggantian insulin total menjadi
kondisi kesehatan pasien secara kebutuhan. Insulin merupakan hormon
umum termasuk penyakit-penyakit yang mempengaruhi metabolisme
lain dan komplikasi yang ada. Dalam karbohidrat maupun metabolisme
hal ini obat hipoglikemik oral adalah
protein dan lemak. Fungsi insulin DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2
antara lain menaikkan pengambilan kali per minggu, Kadar gula darah
glukosa ke dalam sel–sel sebagian yang terlalu rendah menyebabkan
besar jaringan, menaikkan penguraian sel-sel otak tidak mendapat
glukosa secara oksidatif, menaikkan pasokan energi sehingga tidak
pembentukan glikogen dalam hati dan berfungsi bahkan dapat
otot serta mencegah penguraian mengalami kerusakan.
glikogen, menstimulasi pembentukan - Hiperglikemia, hiperglikemia
protein dan lemak dari glukosa. adalah apabila kadar gula darah
meningkat secara tiba-tiba, dapat
Komplikasi diabetes melitus berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang berbahaya,
Diabetes yang tidak terkontrol antara lain ketoasidosis diabetik,
dengan baik akan menimbulkan Koma Hiperosmoler Non Ketotik
komplikasi akut dan kronis. Menurut (KHNK) dan kemolakto asidosis.
PERKENI komplikasi DM dapat dibagi b. Komplikasi Kronis
menjadi dua kategori, yaitu :5,11 - Komplikasi makrovaskuler,
komplikasi makrovaskuler
a. Komplikasi akut yangumum berkembang pada
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa penderita DM adalah trombosit
darah seseorang di bawahnilai otak (pembekuan darah pada
normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia sebagian otak), mengalami
lebih sering terjadi pada penderita
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |7
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

penyakit jantung koroner (PJK), premodial pada penyakit DM misalnya


gagal jantung kongetif, dan adalah menciptakan prakondisi
stroke. sehingga masyarakat merasa bahwa
- Komplikasi konsumsi makan kebarat-baratan adalah
mikrovaskuler, komplikasi suatu pola makan yang kurang baik,
mikrovaskuler terutama terjadi pola hidup santai atau kurang aktivitas,
pada penderita DM tipe 1 seperti dan obesitas adalah kurang baik bagi
nefropati, diabetik retinopati kesehatan.
(kebutaan), neuropati, dan
amputasi Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah
Pencegahan upaya yang ditujukan pada orang-
orang yang termasuk kelompok
Pencegahan penyakit diabetes melitus risiko tinggi, yaitu mereka yang belum
dibagi menjadi empat bagian yaitu7: menderita DM, tetapi berpotensi
untuk menderita DM diantaranya :
Pencegahan Premordial a. Kelompok usia tua (>45tahun)
Pencegahan premodial adalah b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman
upaya untuk memberikan kondisi pada atau IMT>27 (kglm2))
masyarakat yang memungkinkan c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
penyakit tidak mendapat dukungan dari d. Riwayat keiuarga DM
kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi
lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan lahir > 4000 gr.
dengan multimitra. Pencegahan f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau
Trigliserida>250mg/dl). Dalam pengelolaan pasien DM, sejak
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa awal sudah harus diwaspadai dan
tergangu (GDPT) sedapat mungkin dicegah
kemungkinan terjadinya penyulit
Untuk pencegahan primer harus menahun. Pilar utama pengelolaan DM
dikenai faktor-faktor yang berpengaruh meliputi:
terhadap timbulnya DM dan upaya a. penyuluhan
untuk menghilangkan faktor-faktor b. perencanaan makanan
tersebut. Oleh karena sangat penting c. latihan jasmani
dalam pencegahan ini. Sejak dini d. obat berkhasiat hipoglikemik.
hendaknya telah ditanamkan
pengertian tentang pentingnya Pencegahan Tersier
kegiatan jasmani teratur, pola dan Pencegahan tersier adalah upaya
jenis makanan yang sehat menjaga mencegah terjadinya kecacatan lebih
badan agar tidak terlalu gemuk:, dan lanjut dan merehabilitasi pasien sedini
risiko merokok bagi kesehatan. mungkin, sebelum kecacatan tersebut
menetap. Pelayanan kesehatan yang
Pencegahan Sekunder holistik dan terintegrasi antar disiplin
Pencegahan sekunder adalah terkait sangat diperlukan, terutama
upaya mencegah atau menghambat dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli
timbulnya penyulit dengan tindakan sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit
deteksi dini dan memberikan jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan
pengobatan sejak awal penyakit. lain-lain.3,6
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |8
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

SIMPULAN indeks masa tubuh yang lebih besar.


Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe pada tahun 2008 prevalensi DM di
2) adalah penyakit gangguan metabolik Indonesia membesar hingga 57%.
yang di tandai oleh kenaikan gula darah Peningkatan Kejadian Diabetes Melitus
akibat penurunan sekresi insulin oleh sel tipe 2 di timbulkan oleh faktor faktor
beta pankreas dan atau ganguan fungsi seperti riwayat diabetes melitus dalam
insulin yang terjadi melalui 3 cara yaitu keluarga, umur, Obesitas, tekanan darah
rusaknya sel-sel B pankreas karena tinggi, dyslipidemia, toleransi glukosa
pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll), terganggu, kurang aktivitas, riwayat DM
penurunan reseptor glukosa pada pada kehamilan. Untuk menegakkan
kelenjar pankreas, atau kerusakan diagnosis
reseptor insulin di jaringan perifer. Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu
Penderita diabetes melitus biasanya ditemukan keluhan dan gejala yang khas
mengeluhkan gejala khas seperti dengan hasil pemeriksaan glukosa darah
poliphagia (banyak makan), polidipsia sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa
(banyak minum), poliuria (banyak >126 mg/dl. Penatalaksanaan Diabetes
kencing/sering kencing di malam hari) Melitus dapat dilakukan dengan pemilihan
nafsu makan bertambah namun berat obat oral hiperglikemik dan insulin serta
badan turun dengan cepat (5-10 kg modifikasi gaya hidup seperti diet , dan
dalam waktu 2-4 minggu) mudah lelah, olahraga teratur untuk menghindari
dan kesemutan. Kejadian DM Tipe 2 komplikasi seperti ketoasidosis diabetik,
lebih banyak terjadi pada wanita sebab koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK)
wanita memiliki peluang peningkatan dan kemolakto asidosis, penyakit jantung
koroner,gagal jantung kongetif, stroke, [dissertation]. Universitas Diponegoro
nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), (Semarang). 2008.
neuropati, dan ulkus diabetikum. 6. Slamet S. Diet pada diabetes Dalam Noer
dkk.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
III.Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.
DAFTAR PUSTAKA 7. Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan
1. Bennett,P.EpidemiologyofType2DiabetesMi Tradisional Bali sebagai Faktor Risiko Diabetes
llitus.InLeRoithet.al, Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala
DiabetesMillitusaFundamentalandClinical
Husada”. 2009;6(1);75-81.
Text.Philadelphia:LippincottWilliam&Wilkin
s.2008;43(1): 544-7. 8. Teixeria L. Regular physical exercise training
2. Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko assists in preventing type 2 diabetes
Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas development: focus on its antioxidant and anti-
Tanrutedong, Sidenreg Rappan,. Jurnal Ilmiah inflammantory properties. Biomed Central
Nasional;2010 [cited 2010 feb 17]. Available Cardiovascular Diabetology.2011; 10(2);1-15.
from 9. Wild S , Roglic G, GreenA, Sicree R, king
:http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID= H.Global prevalence of diabetes: estimates for
61&src=a&id=186192 the year 2000 and projections for 2030.
3. Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care Diabetic care. 2004;27(3);1047-53.
untuk Penyakit Diabetes Melitus. 2005. 10. Yaturu, S. Obesity and type 2 diabetes. Journal
4. Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn of DiabetesMellitus. 2011; 1(4);10-6.
Risk of Clinic Type Diabetes. A,erican Journal 11. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW,
of Epidemiology.2003;15(1);150-9. Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S,
5. Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus
Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |9
Restyana Noor F|Diabetes Melitus Tipe 2

III, edisi kelima. Jakarta: Interna publishing,


2009.h.1961.
12. PB PERKENI. Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta; 2011.
13. Ibrahim ZS.Pengaruh senam kakiterhadap
peningkatan sirkulasi darah kakipasien
diabates melitus tipe 2 Di RSUPFatmawati
Jakarta Tahun 2012 [skripsi]. Jakarta:
Universitas PembangunanNasional Veteran;
2012.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 2015 |10


Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI ZIKIR TERHADAP GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS: LITERATURE REVIEW

EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION AND ZIKIR THERAPY ON BLOOD


SUGAR AMONG PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS: A LITERATURE REVIEW

Siti Munira1, Yesi Hasneli1, Fathra Annis Nauli1


Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau

Abstract
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang tidak menular yang jumlahnya kemungkinan akan mengalami peningkatan
dimasa yang akan datang. Penatalaksanaan menurunkan kadar gula darah diperlukan kombinasi farmakologis dan non-
farmakologis untuk penanganan secara mandiri supaya dapat mengurangi dosis penggunaan farmakologis kedepannya.
Tujuan literature review ini adalah untuk kajian sistematis artikel penelitian yang mengevaluasi pengaruh relaksasi otot
progresif dan zikir terhadap gula darah pada pasien diabetes melitus. Metode yang digunakan adalah literature review
dilakukan dengan memanfaatkan mesin pencari data google scholar dan wiley online yang diterbitkan pada tahun 2016-
2020 dari artikel peneliti indonesia yang dipublikasi dalam bahasa inggris. Berdasarkan hasil dan pembahasan tujuh artikel
yang direview dalam desain quasi eksperiment dididapat hasil bahwa relaksasi otot progresif dan zikir menurunkan kadar
glukosa pada post test kelompok intervensi yaitu 50,21% sedangkan pada post test kelompok kontrol 24,08% dan sisanya
kadar glukosa darah meningkat pada post test kelompok kontrol yaitu 25,71%. Berdasarkan hasil dari literature review
tujuh artikel kesimpulannya adalah terdapat pengaruh relaksasi otot progresif dan zikir pada kelompok intervensi yang
dapat menurunkan gula darah secara signifikan pada diabetes melitus.

Kata kunci: Diabetes melitus, Relaksasi otot progresif, terapi zikir

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease whose numbers are likely to increase in the future. Management
of lowering blood sugar levels requires a combination of pharmacological and non-pharmacological for independent
handling in order to reduce the dose of pharmacological use in the future. The purpose of this literature review is for a
systematic review of research articles that evaluate the effect of progressive muscle relaxation and dhikr on blood sugar in
patients with diabetes mellitus. The method used is a literature review conducted using Google Scholar and Wiley online
data search engines published in 2016-2020 from Indonesian researchers' articles published in English. Based on the
results and discussion of seven articles that were reviewed in the quasi-experimental design, it was found that progressive
muscle relaxation and dhikr reduced glucose levels in the posttest intervention group by 50.21% while in the posttest
control group 24.08% and the remaining blood glucose levels increased in control group post test is 25.71. Based on the
results of the literature review of seven articles the conclusion is that there is an influence of progressive muscle relaxation
and dhikr in the intervention group that can significantly reduce blood sugar in diabetes mellitus.

Keywords: Dhikr therapy, diabetes melltius, Proggressive muscle relaxation

Korespondensi:

* Siti Munira, Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau.


Email : Sitimunirapku@gmail.com
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

Latar Belakang 80% pada negara berkembang yang akan


Diabetes melitus adalah penyakit serius atau terjadi tahun 2025 (WHO, 2016).
kronis saat insulin didalam tubuh tidak bisa International Diabetes Federation (IDF)
digunakan secara efektif atau saat insulin melaporkan bahwa pada tahun 2017 dengan
(sebuah hormon yang mengatur gula dalam rentang umur 20-79 tahun sekitar 425 juta
darah atau glukosa) tidak dapat di produksi orang dewasa hidup dengan diabetes dan
dengan cukup oleh pankreas (World Health pada tahun 2045 diperkirakan akan
Organization (WHO), 2016). Diabetes melitus meningkat menjadi 629 juta. Indonesia
(DM) merupakan kelainan sekresi insulin, menempati peringkat keenam untuk
kerja insulin atau kedua-duanya dengan prevalensi tertinggi tingkat dunia pada
karakteristik hiperglikemia pada suatu penderita diabetes yaitu berjumlah 10 juta
kelompok penyakit metabolik (Perkeni, kasus (IDF, 2017).
2015). Data dari Pelayanan Kesehatan Dinas
Penyakit metabolik yang menahun yang Kesehatan Pekanbaru pada tahun 2018 di
sudah menjadi penyakit mendunia bagi dapatkan bahwa penyakit DM berada pada
kesehatan masyarakat yaitu DM. DM terdiri peringkat ke-3 setelah infeksi saluran
dari dua tipe, yaitu tipe DM tipe 1 dan DM pernafasan akut (ISPA) dan hipertensi dari 10
tipe 2 (Christensen & Koekrow, 2011). DM besar kunjungan kasus penyakit tidak
tipe 1 disebut sebagai diabetes onset pada menular di puskesmas se-kota Pekanbaru
anak-anak atau diabetes dengan dengan jumlah 19.093 orang .dimana
ketergantungan insulin, ditandai dengan Puskesmas Rejosari Pekanbaru pada tahun
kurangnya produksi insulin dalam tubuh, 2019 berada pada peringkat pertama untuk
sedangkan DM tipe 2 disebut sebagai jumlah kunjungan penderita DM dengan
diabetes onset non-insulin-dependent atau jumlah kunjungan 1.048 orang dari 10
diabetes dewasa yang di tandai dengan tidak penyakit terbesar tahun 2019 (Dinas
efektifnya penggunaan insulin didalam tubuh Kesehatan Kota Pekanbaru, 2019).
(WHO, 2016). DM tipe 2 ini adalah paling Komplikasi pada DM dapat timbul karena
banyak dijumpai dimasyarakat yaitu 90-95% gula darah tidak dapat terkontrol dengan
dari seluruh kasus DM (Ashar, Miller & baik maka akan menyebabkan terjadi
Sisson, 2016). komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.
Prevalensi kasus DM di dunia semakin menyebabkan retinopati, nefropati, dan
meningkat, World Health Organization neuropati ini disebut dengan komplikasi
(WHO) memprediksi akan muncul kasus baru mikrovaskuler, sedangkan jika yang terkena
23
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

adalah pembuluh DM terdiri dari membantu gula darah dan


darah arteri yang farmakologis dan seseorang tersebut metabolisme
lebih besar dapat non farmakologis. menjadi rileks, insulin, melalui
terjadi Terapi non pelepasan hormon
meningkatkan
atreosklorosis farmakologis stres atau kortisol
yang akan adalah terapi yang (Zainuddin, 2015).
ketenangan,
berdampak sebagian besar Stres
menurunkan
penyakit jantung tidak memerlukan menyebabkan
kecemasan, stres
koroner, obat- obatan, produksi
atau marah.
hipertensi, stroke, terapi non berlebihan pada
Kondisi stres
dan gangguan farmakologis hormon glukagon
menyebakan kadar
pada kaki tersebut meliputi dan kortisol.
gula darah tidak
(Krisnatuti, relaksasi, olahraga, Hormon ini
dapat terkontrol.
Yenrina, & pijat, do’a , meningkatkan
Sehingga tingginya
Rasjmida, 2014).. hynotherapy, dan produksi glukosa
tingkat stres pada
Tingginya kadar lain-lain (Potter & oleh hati dan
seseorang akan
gula darah Perry, 2010). menganggu
memperburuk
penderita DM Salah satu terapi penggunaan
kadar gula
akan menjadi non farmakologis glukosa dalam
darahnya karena
masalah yang yang dapat jaringan otot serta
stres yang tinggi
paling serius jika diberikan pada akan lemak dengan cara
mempengaruhi
tidak dikontrol penderita DM melawan kerja
kadar
dengan baik. adalah relaksasi insulin (Tandra,
Diperlukan otot progresif dan 2009).
penatalaksanaan terapi zikir. Terapi Perasaan rileks
yang tepat supaya relaksasi otot bagi penderita DM
gula darah dapat progresif adalah membuat tubuh
dikontrol dengan terapi yang melepaskan
baik untuk diberikan dengan hormon endorphin
mencegah cara management yang dapat
terjadinya stress sehingga menenangkan
komplikasi DM. dengan cara sistem saraf
Penatalaksanaan tersebut akan sehingga hormon
24
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

stres menurun (Habibirahman, progressive muscle terhadap


terjadi karena 2018). Terapi zikir relaxation dengan penurunan kadar
pelepasan berarti mengingat slow deep gula darah.
hormon Allah, dengan breathing Penelitian Safitri,
endorphin yang mengingat Allah terhadap kadar Armiyati, dan
dapat kita akan gula darah Astuti (2013)
menghambat merasakan penderita diabetes tentang pengaruh
produksi penjagaan dan melitus di desa kombinasi relaksasi
epineprin dan pengawasan-Nya Sambirejo Plupu nafas dalam dan
kortisol sehingga sehingga kita Sregen di dapatkan meditasi dzikir
sekresi insulin menjadi tenang hasil sebesar 0.016 terhadap kadar
lebih banyak dan (Saleh, 2018). < 0.05 maka Ho di gula darah pada
dapat Ketenangan yang tolak dan Ha pasien DM tipe II
menurunkan membuat menjadi diterima berarti menunjukkan ada
kadar gula darah rileks ini dapat ada pengaruh perbedaan yang
pada saat menghambat kombinasi signifikan antara
melakukan korteks adrenal progressive muscle kelompok yang
relaksasi otot untuk melepaskan relaxation dengan diberikan
progresif (Yanti, hormon kortisol, slow deep perlakuan dengan
2012). penurunan breathing nilai p = 0,00 (p <
Selain relaksasi hormon kortisol terhadap kadar 0,05) dengan
otot progresif akan gula darah kelompok kontrol
terapi zikir juga menghambat penderita diabetes tidak diberikan
dapat digunakan proses melitus di desa perlakuan dengan
untuk relaksasi gluconeogenesis Sambirejo Plupu nilai (p > 0,05).
yang dapat dan Sregen. Penelitian Selain itu Penelitian
memberikan meningkatkan yang telah yang dilakukan
ketenangan dan pemakaian glukosa dilakukan oleh oleh
oleh sel, sehingga
ketentraman jiwa (Junaidi, 2018) Habiburahman
gula
darah kembali Lestari (2016) menjelaskan (2018) efektifitas

dalam batas meneliti tentang bahwa ada terapi zikir

normal (Dafianto, pengaruh pengaruh relaksasi terhadap kadar

2016). kombinasi otot progresif glukosa darah pada


25
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

penderita diabetes Peneliti sehingga kadar “Pengaruh


melitus tipe II melakukan studi gula darah relaksasi otot
menunjukkan pendahuluan menjadi progresif dan
signifikan bisa dengan metode meningkat, terapi zikir
membuat kadar wawancara pada mereka terhadap gula
glukosa darah 10 orang yang mengharapkan darah pada
turun secara dilakukan pada ada terapi penderita diabetes
efektif pada tanggal 21-25 alternatif yang melitus”
penderita DM tipe oktober 2019 mudah untuk
II dengan nilai p penderita pengontrolan gula METODE
PENELITIAN
value (0,001) < α diabetes di darah. Maka
Cara
(0,05). Puskesmas dengan
Pencarian
Rejosari diperoleh melakukan
Literatur (google
10 orang relaksasi otot
scholar, dan Wiley
responden progresif dengan
Online) dengan
penderita cara merilekskan
menggunakan
diabetes belum tubuh dan terapi
kata kunci
mengetahui zikir dengan
Proggresive
tentang pengaruh ucapan mengingat
Muscle Relaxation,
relaksasi otot Allah menjadi
Dhikr therapy,
progresif dan tenang ini mudah
Blood Sugar,
terapi zikir dilakukan maka
Diabetes Mellitus.
terhadap gula peneliti tertarik
Batasan waktu
darah dan mereka melakukan
pencarian artikel
mengatakan literature review
(mulai tahun 2016
bahwa sudah dengan judul
sampai 2020).
melakukan
PICOS
berbagai cara dan
Kriteria Inklusi
Tabel 4.
mengontrol jam
Kriteria Populasi Pasien diabetes Pe
makan tetapi melitus dan tid
Inklusi berisko diabetes de
kadangkala jenuh
Eklusi melitus da
dengan cara yang dia
Berdasarkan
dilakukan
26
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

Penelitian tentang pengaruh relaksasi didapatkan penelitian


Intervensi relaksasi
otot progresif dan dari pencarian literature review
progresif
terapi zikir terapi zikir situs Google ini.
Comparasi Control group terhadap gula Scholar yaitu 32 Informasi data
darah pada artikel, dan pada yang dianalisis
Outcomes Mengetahui
pengaruh relaksasi penderita diabetes situs Wiley disajikan dalam
otot progresif
melitus. Online yaitu 1 tabel yang berisi
terapi
terhadap kadar Dalam artikel. Pencarian tentang nama
glukosa pada pengumpulan
artikel artikel tersebut penulis, tahun,
Studi Kuantitatif didapatkan dilakukan dengan judul artikel,
Design Quasy eksperiment
sebanyak 33 artikel kata kunci tujuan dalam
yang diantaranya
“Proggresive artikel, metode

HASIL Muscle penelitian, sampel


PENELITIAN Relaxation, Dhikr dan hasil temuan
Pada bab ini therapy, Blood dalam artikel.
akan dijelaskan Sugar, Diabetes
mengenai hasil Mellitus”. Cara
dan analisa data pencarian dilihat
menggunakan dari judul dan
tujuh artikel abstrak, kemudian
peneliti Indonesia peneliti menilai
yang secara rinci judul
dipublikasikan dan abstrak
dalam bahasa tersebut.
inggris yang Pencarian artikel
memiliki dua tema yang dilakukan
yaitu pengaruh untuk
relaksasi otot mendapatkan
progresif terhadap literatur yang
gula darah dan membahas topik
pengaruh zikir yang sesuai
terhadap gula dengan tujuan
darah. kedua tema penelitian yang
tersebut ada dalam
mengeidentifikasi
27
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

Judul penelitian, penulis Hasil/


No Tujuan penelitian Metode penelitian Sampel
dan TH temuan
1 Progressive muscle Penelitian ini untuk mengukur Desain : Quasy Eksperiment dengan Jumlah sampel 48 responden, 24 Ada perbedaan yang signifikan
relaxation effectiveness efektifitas relaksasi otot pre dan post test randomized control kelompok eksperimen dan 24 antara rata-rata kadar gula darah
of the Blood Sugar progresif terhadap gula darah group design kelompok kontrol pasien diabetes tipe 2 pada
patients with type 2 pada penderita diabetes kelompok perlakuaan dan kelompok
Diabetes (Nani Avianti, mellitus type 2 Variabel dependen: kadar gula darah Teknik pengambilan sampel: kontrol dengan nilai p = 0,000 (p <
Desmaniarti Z., Hotma randomized control 0,05).
Rumahorbo 2016) Alat pengumpul data: glucometer
dan lembar observasi

Durasi pemberian intervensi: 25- 30


menit 3 hari berturut-turut selama 6
kali setiap pagi dan malam
2 The effect progressive untuk mengetahui efek Desain : Quasy Eksperimen dengan pre 30 sampel dibagi menjadi dua Ada signifikan perbedaan dalam
muscle relaxation latihan relaksasi otot dan post dengan control group kelompok intervensi 15 latihan sebelum dan sesudah dengan
exercise on blood sugar progresif pada kadar gula responden dan kelompok kontrol nilai p pada kelompok intervensi p:
levels, (Nur Isnaini, Dayat darah Variabel dependen: kadar gula darah 15 responden 0,001. Tidak ada perbedaan yang
Trihadi, Kris Linggardini signifikan pada pre dan post pada
(2017) Alat pengumpul data: glucometer dan Teknik pengambilan sampel: kelompok kontrol dengan p: 0,291
lembar observasi consecutive sampling

Durasi pemberian intervensi: 15 menit 3


hari berturut-turut
3 The effect of progressive Mengamati efek PMR pada Desain: Quasy eksperimental Pretest- 66 sampel di bagi menjadi dua Ada beberapa perbedaan yang
muscle relaxation on kadar glukosa darah dan Posttest Design dengan control group kelompok, yaitu 33 kelompok signifikan pada kadar glukosa darah
blood glucose levels and gejela kelelahan pada intervensi dan 33 kelompok dan gejala kelelahan sebelum dan
fatiguesymotom of penderita diabetes melitus Variabel dependen: kadar glukosa darah kontrol sesudah memberikan PMR kepada
people with type 2 dan gejala kedua kelompok intervensi dengan =
diabetes melitus (Adi Teknik pengambil sampel: 19.335. p < 0,001 ; t= 43, 57, p
antoni 2017) Alat pengumpul data: glucometer, consecutive sampling <0,001; dan kelompok kontrol t=
lembar observasi, kuesioner piper skla 10.053, p < 0,001 ; t = 1,73, p= 0,093
kelelahan

Durasi pemberian intervensi: 15 menit 2


kali sehari 3 hari berturut-turut

27
Judul penelitian, penulis Hasil/
No Tujuan penelitian Metode penelitian Sampel
dan TH temuan
4 The effectiveness of Untuk mengetahui efektivitas Desain : Quasi-Ekperimental dengan pre Jumlah sampel dalam penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ma’tsurat Dhikr in terapi dzikir ma’tsurat dalam test ini adalah 34 responden, 17 dzikir ma’tsurat berpengaruh
reducing blood sugar mengurangi kadar gula darah kelompok intervensi dan 17 signifikan terhadap penurunan kadar
levels in type 2 diabetes pada pasien diabetes melitus Variabel dependen: kadar gula darah kelompok kontrol gula darah pada pasien DM tipe 2 di
mellitus patients at tipe 2 di Rumah sakit dr. rumah sakit dr.Dradjat
Dr.Dradjat Dradjat Prawiranegara Serang Alat pengumpul data: glucometer dan Teknik pengambil sampel: Prawiranegara Serang pada tahun
prawiranegara hospital pada tahun 2018 lembar observasi purposive sampling 2018
serang in 2018
(Ernawati, Agus Durasi pemberian intervensi: 1 minggu
Sustiyono, dan Mulyati setiap pagi dan sore
2018)
5 Psikoneuroimunology Untuk mengetahui efek zikir Desain: quasi-eksperiment pre test dan Jumlah sampel penelitian ini Menunjukkan bahwa motivasi untuk
approach to improve berdasarkan post test control group adalah 19 pasien dengan teknik pulih meningkat (p= 0,001). Kadar
recovery motivation, psikoneuroimunologi (PNI) purposive sampling, 10 pasien kortisol turun (p= 0,058), dan
decrease cortisol and pada kadar glukosa darah Variabel dependen: kadar gula darah, kelompok intervensi dan 9 pasien penurunan kadar glukosa darah (p=
blood glucose of DM tipe pasien dengan diabetes tipe 2 motivasi pemulihan, kadar kortisol kelompok kontrol 0,028) setelah pemberian terapi
2 patient with dhikr dzikir pada pasien dengan diabetes
therapy, (Rifka Pahlevi, Alat pengumpul data: glucometer dan Teknik pengambil sampel: melitus tipe 2
Suhartono Taat Putra, lembar observasi, kuesioner purposive sampling
Sriyonio 2017)
Durasi pemberian intervensi: -
6 Progressive muscle Untuk mengatahui pengaruh Desain : Quasi-Ekperimental pre-post 30 sampel, di bagi 15 kelompok Hasil menunjukkan bahwa PMR
relaxation (PMR) is relaksasi otot progresif dengan kontrol group intervensi dan 15 kelompok efektif untuk menurunkan kadar gula
effective lower blood terhadap kadar gula darah kontrol darah pada pasien DM tipe 2 yang
glucose levels of patients pada penderita diabete Variabel dependen: kadar glukosa darah dirawat di rumah sakit (p value=
with type 2 diabetes melitus Teknik pengambil sampel: 0,015)
mellitus, (M. Agung Alat pengumpul data: glucometer dan random sampling
Akbar, Hema Malini, Esi lembar observasi
Afriyanti (2018)
Durasi pemberian intervensi: 25- 30
menit selama 3 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut
Judul penelitian, penulis Hasil/
No Tujuan penelitian Metode penelitian Sampel
dan TH temuan
7 Effectiveness exercises of Tujuan penelitian ini adalah Desain: Quasy Eksperimental Sampel penelitian ini adalah 18 Dalam analisis paired t-test
self-acceptence: untuk melihat analisis efek pretest- posttest with control group responden, 9 responden menunjukkan ada efek dari latihan
relaxation and dzikir for untuk latihan penerimaan kelompok intervensi dan 9 penerimaan diri untuk penurunan
reduction of blood diri: relaksasi dan dzikir Variabel dependen: kadar glukosa darah responden kelompok kontrol glukosa darah pada pasien diabetes
glucose degree to the terhadap penurunan kadar mellitus tipe 2 dengan nilai p = 0,018
patient of diabetes glukosa darah pada pasien Alat pengumpul data: glucometer dan Teknik pengambil sampel:
mellitus type 2, Mufarika diabetes melitus tipe 2 di lembar observasi random sampling
(2017) Puskesma Burneh, Kabupaten
Bangkalan Durasi pemberian intervensi:-
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1
Variabel Jumlah Persentase
sampel
1. Metode penelitian Tabel 8. Variabel Independen dari
Sebagian besar metode penelitian yang Artikel yang Direview N %

digunakan adalah Quasy-eksperiment yaitu a. Relaksasi 174 71


otot
Variabel Presentase
sebanyak 100%. progresif 71 29
b. TerapiJumlah
zikir
Jumlah 245 100%
sampel
Tabel 7. Jenis Sampling Penelitian Artikel
N %
yang Direview
Berdasar
1 Jenis
Sampling kan dari tabel 8
jumlah variabel
yang didalam
artikel
didapatkan
jumlah
keseluruhan
yaitu (n=245)
dengan jumlah
sampel dalam
artikel yang
melakukan
relaksasi otot
progresif yaitu
174 pasien (71%)
a. Randomized 1 14,2 % sedangkan untuk
control
b. Consecutive 2 28,6 % sampel dalam
sampling
c. Purposive 2 28,6% artikel terapi zikir
sampling
d. Random 2 28,6% yaitu 71 pasien
sampling
Jumlah 7 100 % (29%).

2 Variabel k
inde s
pend a
s
en
i 4 57,15%
a. R o
e t
l o
a t

30
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

l
a eristik responden i
Tab
k diabetes melitus t
el 9.
t yang direview i
Kar
a
progresif
b. Terapi zikir 3 42,85% n
Jumlah
Presentase
Jumlah 7 100% Variabel sampel

Hasil dari keseluruhan terdapat 4 y N %

a Umur
j
a. < 45 tahun 4 1,6%
e n
b. ≥ 45 tahun 156 63,7%
n g
c. Tidak 85 34,7%
i menjelaskan
d kategori umur
s
i Jumlah 245 100%

r Jenis kelamin
s
a. Laki-laki 32 13%
a e
b. Perempuan 76 31%
m v
c. Tidak 183 56%
p i

l e

i w

n
d
g
i

d a

a n

l t

a a

m r
a
p n
e y
n a
e

31
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

t l
e
k s

n e

i b

k a
n
s y
a a
m k
p
l 1

i
a
n
r
g
t

r i

a k

n e

d l

o
(
m
1
i
4
z
,
e
2
d
%

c )

o ,

n
c
t
o
r
n
o
c
32
Munira, Hasneli, Nauli / Jurnal Ilmu Keperawatan (2020) 8:1

e tehnik random sampling 2 artikel (28,6%).


c
u 2. Sampel penelitian
t
i
v
e

s
a
m
p
l
i
n
g

s
e
b
a
n
y
a
k

a
r
t
i
k

33
Pemeriksaan
menjelaska kadar glukosa darah
n kategori pada artikel yang direview
jenis
Pemeriksaan Jumlah
kelamin Presentase
kadar sampel
Jumlah 245 100% No
glukosa N %
Pendidikan
darah
a. Tidak 6 2,45%
1 Kadar glukosa 226 92,25%
sekolah
darah
b. SD 38 15,52%
sewaktu
c. SMP 28 11,42%
Kadar glukosa
d. SMA 28 11,42%
2 darah puasa 19 7,75%
e. PT 8 3,27%
Jumlah 245 100%
f. Tidak 137 55,92%
Darah Tabel 10
menjelaska
n kategori
pendidikan
Jumlah 245 100%

Berdasarkan tabel 9 mengenai krakteristik


reponden, berdasarkan dari 7 artikel yang
direview total keseluruhan responden
berjumlah (n= 245) sebanyak 156 (63,67%)
berusia ≥ 45 tahun, sedangkan kategori usia <
45 tahun sebanyak 4 (1,6 %). Berdasarkan jenis
kelamin juga diketahui dari total keseluruhan
responden yang berjumlah (n= 245)
sebanyak
32 pasien (13%) berjenis kelamin laki- laki
sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak
76 orang (31%). Sedangkan berdasarkan
pendidikan diketahui dari total keseluruhan
reponden berjumlah (n= 245) yang paling
banyak yaitu pendidikan SD Sebanyak 38
pasien (15,52 %)
3. Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa
Tabel 10 berisikan penjelasan 226 pasien (92, 25%)
mengenai pemeriksaan kadar glukosa darah
dengan keselurahan jumlah responden (n= Tabel 11
245) yang ada di dalam artikel yang direview Hasil kadar glukosa darah pre- post test
didapatkan yang paling banyak melakukan setelah relaksasi otot progresif dan terapi zikir
pemeriksaan kadar glukosa sewaktu yaitu pada artikel direview

4 Post kelompok 123 50,21% dengan desain Quasy-eksperiment yang


intervensi Jumlahrelaksasi otot
membahas tentang pengaruh Presentase
Peningkatan No Kadar Glukosa Darah sampel
progresif dan terapi zikir terhadap kadar gula
1 Pre kelompok kontrol 0 0 N %
darah. Penelitian yang dianalisis ini adalah 7
Post kelompok Peningkatan
2 kontrol 63 25,71%
artikel
1 berasal dari
Pre Indonesia yang
kelompok 0 terdiri0 dari
Penurunan intervensi
Pre kelompok kontrol 2 Post kelompok 0 0
3 Post kelompok 0 0 intervensi
kontrol Penurunan
4 59 24,08% 3 Pre kelompok 0 0
Jumlah 245 100% intervensi

Tabel 11 berisikan tentang kadar


glukosa darah pre test dan post test dimana
didapat hasil secara keseluruhan berjumlah
(n =245), dimana didapat hasil penurunan
kadar glukosa darah dari pre test ke post test
kelompok intervensi 123 pasien (50,21%) dan
terjadi peningkatan kadar glukosa darah dari
pre test ke post test kelompok kontrol
berjumlah 63 pasien (25,71%) sedangkan
untuk penurunan kadar glukosa darah dari
pre test ke post test pada kelompok kontrol
berjumlah 59 pasien (24,08%)

PEMBAHASAN
Studi literatur yang dianalisis
berdasarkan hasil temuan semua artikel yang
direview adalah penelitian eksperimental
4 artikel (57,15%) yang membahas tentang adalah awal memasuki lansia dimana lansia
relaksasi otot progresif dan 3 artikel sudah mulai mengalami terjadi penurunan
(42,85%) yang membahas tentang terapi kerja pada pankreas ketika memproduksi
zikir. Jumlah sampel dari artikel relaksasi insulin dan ini menyebabkan terjadinya
otot progresif yaitu 71% sedangkan dari peningkat pada kadar gula darah.
terapi zikir berjumlah 29% Hasil analisis 7 artikel didapatkan bahwa
Berdasarkan 7 artikel yang telah 31% responden pada penelitian berjenis
direview ditemukan karakteristik pasien kelamin perempuan pada laki-laki didapatkan
diabetes melitus memiliki rentang usia 30 13% dan sisanya tidak dijelaskan kategori
hingga 80 dan mayoritas berusia ≥45 tahun usia. Menurut Chaidir (2017) faktor yang
(63,67%). Menurut Isnani et all (2017) menjadi resiko terjadi diabetes melitus
terjadinya peningkatan diabetes melitus karena terjadi peningkatan BMI (Body Mass
seriring dengan bertambahnya usia karena Index) secara fisik peluang terjadinya yang
disebabkan pada usia 40 tahun mulai lebih besar, Sindrom siklus bulanan
terjadinya peningkatan intoleransi glukosa. (Premenstrual syndrom), dan kehamilan ,
Ini juga sejalan dengan penelitian Chaidir penelitian di puskesmas tigo baleh
(2017) usia diabetes melitus pada usia 55-59
didapatkan bahwa terjadinya diabetes Berdasarkan hasil analisis 7 artikel
melitus paling banyak ditemukan pada pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
perempuan dibandingkan laki-laki responden yang paling banyak dilakukan yaitu 92,25%
tersebut memberikan informasi bahwa dan sisanya pemeriksaan kadar puasa 7,75%
sebelum mereka menderita diabetes melitus Karena kadar gula darah sewaktu kapan saja
responden tersebut memiliki badan yang bisa dilakukan. Analisis 7 artikel ini dapatkan
gemuk. Analisis 7 artikel didapatkan bahwa bahwa terjadi penurunan yang signifikan kadar
pendidikan SD 15,52% yang paling banyak glukosa pada dari post test kelompok
dijumpai pada responden didalam artikel intervensi yaitu 50,21% sedangkan pada post
yang direview. Ini juga sejalan dengan test kelompk kontrol 24,08% dan sisanya
penelitian Widyasari (2017) bahwa terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada
pendidikan yang rendah menyebabkan susah post test yaitu 25,71%, dari hasil ini dapat
untuk menerima informasi yang disampaikan dilihat setelah melakukan relaksasi otot dan
dari orang lain karena berdasarkan zikir kadar glukosa darah mengalami
pengalaman dan budaya pada daerah penurunan pada kelompok intervensi
setempat sedangkan untuk kelompok kontrol
mengalami peningkatan. Penurunan yang terjadi pada kelompok intervensi relaksasi
otot progresif dan terapi zikir. Ini sejalan
dengan penelitian Khusaini (2019) ketika
melakukan relaksasi otot progresif pasien
akan merasa ketegangan pada otot dan
setelah dilepaskan akan merasakan perasaan
rileks sehingga mengurangi terjadinya stres,
meningkatkan imunitas dan kualitas hidup
juga meningkat. Sedangkan terapi zikir
sejalan dengan penelitian Habibirahman
(2018) ketika hati sudah tentram sehingga
akan mendapatkan ketenangan dan
menimbulkan perasaan rileks sehingga
meningkatkan pemakaian glukosa sehingga
gula darah akan kembali dalam batas normal.
Perbedaan kadar gula darah yang
melakukan intervensi dan yang tidak
melakukan intervensi pada kelompok kontrol
sejalan dengan penelitian Adriani (2017)
bahwa ketika tubuh melakukan aktivitas akan
meningkatkan sensifitas insulin sehingga
glukosa dapat diubah menjadi sumber energi
melalui proses metabolisme, penggunaan
glukosa oleh otot akan
mengalami peningkatan saat
melakukan aktivitas fisik, dan otot akan
bereaksi mengambil glukosa di dalam
darah dan glukosa akan turun
sehingga gula darah dapat terkontrol, dan
dapat lihat bahwa penurunan kadar glukosa
darah pada kelompok intervensi karena
adanya aktifitas fisik seperti melakukan
relaksasi otot progresif dan zikir sedangkan
terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada
kelompok kontrol yaitu 25,71%, didalam hipotalamus mengeluarkan hormon sistem
artikel direview ini karena tidak adanya
aktivitas fisik yang dilakukan sehingga kadar
glukosa darah tidak dapat terkontrol dengan
baik
Hasil analisis 7 artikel bahwa semua
artikel mengatakan dapat menurunkan kadar
gula darah, pada 4 artikel yang membahas
relaksasi otot progresif terjadi penurunan
kadar gula darah disebabkan karena saat
seseorang melakukan relaksasi otot progresif
meningkatkan penyerapan glukosa oleh otot,
karena saat melakukan relaksasi otot
progresif sama dengan seseorang melakukan
aktifitas fisik. Pada saat melakukan relaksasi
otot progresif dengan cara melakukan
menegangkan dan mengendurkan otot
sekresi CRH (Corticotropin Releasing
Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic
Hormone) di hipotalamus menurun ini akan
menyebabkan aktifitas saraf simpatik juga
menurun sehingga mengeluarkan adrenalin
dan non adrenalin yang menghasilkan
perasaan rileks sehingga hormon kortisol
menurun dan pankreas menghasilkan insulin
dan gula darah mengalami penurunan.
Sedangkan berdasarkan 3 artikel tentang zikir
menjelaskan pada saat mengucapkan zikir itu
akan memberikan ketenangan dan
pendekatan pada sang pencipta,
menciptakan persepsi atau pikiran positif di
dalam tubuh maka akan menstimulasi
imunitas yang menghasilkan HPA masalah tersebut tidak dalam rentang waktu
(Hypotalamus Pitutary adrenal axis) yang 2016-2020. Selain itu saat dalam proses
sedikit sehingga kortisol juga mengalami pencarian sumber literature ketika sudah
penurunan yang mempengaruhi resistensi menemukan kata kunci yang sesuai dengan
insulin dan mencegah glukogenesis. topik tidak tersedianya jurnal penelitian
dalam full text dan tidak sedikit pula yang
KETERBATASAN harus menggunakan sistem prabayar.
Pelaksanaan penelitian ini tidak
terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan
penelitian pada variabel dalam penelitian
dengan hasil pencarian ada ribuan jurnal KESIMPULAN
sehingga mengakibatkan proses screening Berdasarkan hasil penelitian dari
yang lama dan peneliti membutuhkan tujuh artikel didapatkan bahwa terdiri dari 4
waktu dalam mengumpulkan jurnal yang artikel (57,15%) yang membahas tentang
sesuai dan berhubungan dengan masalah relaksasi otot progresif dan 3 artikel (42,85%)
yang dijadikan referensi, keterbatasan juga yang membahas tentang terapi zikir yang
terdapat pada jurnal yang terkait dengan
telah direview dalam literatur review ini senantiasa mengembangkan ilmu
menunjukkan bahwa terjadi penurunan yang pengetahuan tentang relaksasi otot progresif
signifikan kadar glukosa pada post test dan zikir dalam mengontrol kadar
kelompok intervensi yaitu 50,21% sedangkan
pada post test kelompk kontrol 24,08% dan 2. Bagi Masyarakat
sisanya terjadi peningkatan kadar glukosa Hasil penelitian ini diharapkan dapam
darah pada post test yaitu 25,71%, menjadi informasi dan pengetahuan bagi
kesimpulan yang dapat diambil hasil analisis masyarakat khususnya pasien diabetes melitus
tujuh jurnal hasil penelitian bahwa relaksasi tentang pengaruh relaksasi otot progresif dan
otot progresif dan zikir yang diberikan terapi zikir terhadap kadar gula darah pada
kepada penderita diabetes melitus signifikan diabetes melitus.
dapat menurunkan kadar gula.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
SARAN Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar
1. Bagi Ilmu Keperawatan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat
Bagi ilmu keperawatan hendaknya melakukan penelitian mengenai relaksasi
otot progresif dan zikir terhadap kadar gula and recertification. (Ed. 5). Missouri:
Elsevier
darah pada pasien diabetes melitus
Avianti, N., Desmaniarti Z., Rumahorbo. H.
(2016). Progressive muscle relaxation
DAFTAR PUSTAKA
effectiveness of the Blood Sugar
patients with type 2 Diabetes. Open
Jurnal of Nursing, 6, 248-254
Akbar. M. A., Malini., H., Afriyanti. E. (2018).
Progressive muscle relaxation (PMR) is
Chaidir, R., Wahyuni, A.S., Furkhani, D.W.
effective lower blood glucose levels of
(2017). Hubungan Self care dengan
patients with type 2 diabetes mellitus.
kualitas hidup pasien diabetes melitus.
Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol 13
Journal Endurance. Vol 2(2) hal 132-144
(2) 77-83
Christensen & Kockrow. (2011). Adult health
Antoni. A .(2017). The effect of progressive
nursing. (Ed.6). USA : Mosby Elsevier.
muscle relaxation on blood glucose
levels and fatiguesymotom of people
Dafianto. R. (2016). Skripsi: pengaruh
with type 2 diabetes melitus. Jurnal
relaksasi otot progresif terhadap
Kesehatan Ilmiah Indonesia, Vol 2 (3).
resiko ulkus kaki diabetik pada pasien
diabtes melitus tipe 2 di wilayah kerja
Ashar, B.H., Miller R. G., & Sisson, S. D.
Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.
(2016). The Jhons hopkins internal
Jember : Universitas Jember.
medicine board review: certification
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2019). program to prevent diabetes
Rekapan penyakit diabetes melitus complication on dietary behavior of
kota Pekanbaru. Indonesia Adult with type 2 Diabetes
Melitus. Jurnal keperawatan
Ernawati., Sustiyono. A., dan Mulyati. (2018). profesional Indonesia. Volume 1.
The effectiveness of Ma’tsurat Dhikr in Pekanbaru: ISSN
reducing blood sugar levels in type 2
diabetes mellitus patients at Dr.Dradjat Hasneli, Y. N. (2018). Identifikasi dan analisis
prawiranegara hospital serang in 2018. sensitivitas kaki dan glukosa darah
KnE Life Sciences, 406 –412 pada pasien diabetes setelah
melakukan terapi pijat kaki alat pijat
Habibirahman, Hasneli. Y., & Amir. Y. (2018). kayu. Pekanbaru: Universitas Riau.
Efektivitas terapi zikir terhadap kadar
glukosa darah pada penderita diabetes International Diabetes Federation. (2017).
melitus tipe II. Jurnal ners Indonesia, 8 Diabetes atlas. (8th ed). Diperoleh
(2), 132-144. tanggal 12 Oktober 2019 dari
www.diabetesatlas.org.
Hasneli, Y. (2016). Pengaruh pijat kaki titik 17 Isnaini. N., Trihadi. D., Linggardini. K. (2017).
dan mendengarkan murottal al-qur’an The effect progressive muscle relaxation
terhadap kadar glukosa darah pasien exercise on blood sugar levels.
diabetes tipe 2. Pekanbaru: Tidak Internasional seminar on psychology.
dipublikasikan. individual and multi cultural social
empowerment for
Hasneli, Y. N. (2009). The effect of health
belief model based educational
achieving social harmoni. gula darah penderita diabetes di desa
Fakultas Psikologi UMP sambirejo plupuh sragen. Prodi S1
Keperawatan: Stikes kusuma husada
Junaidi. (2018). Pengaruh relaksasi otot Surakarta.
progresif terhadap penurunan kadar
gula darah pada pasien diabetes Mufarika. (2017). Effectiveness exercises of
melitus di wilayah puskesmas woha- self-acceptence: relaxation and dzikir
bima tahun 2018. Jurnal Ilmiah for reduction of blood glucose degree
Mandala Education. to the patient of diabetes mellitus type
2. 8th International Nursing Conference.
Khusaini, N.A. (2019). Pengaruh relaksasi Nursing Study Program STIKes Ngudia
otot progresif terhadap kadar gula Husada Madura, Indonesia
darah pasien diabetes melitus tipe 2 di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pahlevi. R., Putra. S. T., Sriyonio. (2017).
Naskah Publikasi. Program studi Psikoneuroimunology approach to
fakultas Ilmu kesehatan Yogyakarta improve recovery motivation, decrease
cortisol and blood glucose of DM tipe 2
Krisnatuti, D.,Yenrina, R., & Rasjmida, D. patient with dhikr therapy. Jurnal ners,
(2014). Diet sehat untuk penderita Vol.12 (1) 60-65
diabetes mellitus. Jakarta: Penebar
Swadaya. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI). ( 2015).
Lestari, D. (2016). Pengaruh kombinasi Konsesus
progresive muscle relaxation dengan pengelolaan dan pencegahan diabetes
slow deep breating terhadap kadar melitus tipe 2 di indonesia, diperoleh
tanggal 13 oktober 2019 dari Mahasiswa (JOM) Bidang
http:/pbperkeni.or.id.or.id/newperkeni Ilmu Keperawatan, 2(1),
/wpcontent/plugins/downloadattac 891-898
hments /schedules/ download-
php?d=109.
Potter & Perry. (2010). Fundamental of
nursing. Buku 1 edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.

Putri, D.M.P., & Amalia, R.N. (2019). Terapi


komplementer konsep dan aplikasi
dalam keperawatan. Yogyakarta: PT
PUSTAKA BARU

Safitri, H., Armiyati, Y., & Astuti, R. (2013).


Pengaruh kombinasi relaksasi nafas
dalam dan meditasi dzikir terhadap
kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe II di kelurahan
sendangmulyo semarang. Jurnal
keperawatan. Diperoleh tanggal 10
november 2019 dari
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/p
erawat/article/view/199/ 199.
Tandra, H. (2009). Kiss diabetes goodbye.
Surabaya: Jaring Pena

Widyasari, N. (2017). Hubungan karakteristik


responden dengan resiko diabetes
melitus dan dislipidemia kelurahan
tanah kalikedinding. Jurnal Berkala
Epidemiologi. Vol 5 (1) hal 130-141

World Health Organization. (2016). Global


report on diabetes, diperoleh tanggal
10 Oktober 2019 dari
http://www.who.int/diabetes/global-
report/en

Yanti, N. (2012). Perbandingan efektifitas


terapi zikir dengan relaksasi benson
terhadap kadar glukosa darah pasien
diabetes melitus di sumatera barat.
Tesis. Depok: Universitas Indonesia

Zainuddin, M. (2015). Hubungan stres


dengan kualitas hidup penderita
diabetes mellitus type 2. Jurnal Online
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELITUS TIPE 2
( Studi Kasus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi)

RISK FACTORS RELATED TYPE 2 DIABETES MELLITUS EVIDENCE

ARTIKEL HASIL PENELITIAN


KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran
umum

RADIO PUTRO WICAKSONO


G2A007143

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2011
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES
MELITUS TIPE 2
(Studi kasus di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang)

ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit kronis yang
prevalensinya tinggi. Biaya perawatan yang dibutuhkan di Indonesia mencapai Rp. 500 milyar
per tahun, maka perlu adanya upaya untuk pencegahan penyakit tersebut. Untuk mencegah
timbulnya kasus DM tipe 2, masyarakat perlu mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian penyakit ini.
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah membuktikan faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan terhadap kejadian DM tipe- dan mengukur besarnya risiko faktor-faktor
risiko tersebut.
Metode penelitian: Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol tanpa matching. Populasi studi
adalah pasien rawat jalan di RSUP Dr. Kariadi. Jumlah sampel 60 orang dengan 30 kasus dan 20
kontrol.
Hasil penelitian: Faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah
usia≥ 45 tahun (OR=9,3; 95%CI 2,8-30,6), inaktivitas (OR 3,0; 95%CI 1,04-8,60), dan riwayat
keluarga (OR=42,3; 95%CI 9,5-187,2). Regresi logistik menunjukkan riwayat keluarga dan
kebiasaan merokok mempunyai pengaruh sebesar 75% terhadap kejadian DM tipe 2.
Kesimpulan: Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 adalah riwayat
keluarga, umur ≥45 tahun, dan inaktivitas.

Kata kunci: faktor risiko, DM tipe-2


RISK FACTORS RELATED TYPE 2 DIABETES MELLITUS EVIDENCE

ABSTRACT

Background: Type 2 Diabetes Mellitus is a chronic disease with high prevalence. In Indonesia,
the treatment funds has reached Rp. 500 billion for each year, thus preventing efforts are needed
to prevent this disease. To reach this goal, people need knowledge about risk factors related
type 2 Diabetes Mellitus evidence.
The purpose of this research: The purpose of the research was to prove the risk factors which
related the evidence of type 2 DM.
Methods: This was a case control study with 60 samples (30 cases and 30 controls).
Result: Chi square test showed that risk factors that were related with type 2 DM evidence are
age≥ 45 years old (OR=9,3; 95%CI 2,8-30,6), inactivities (OR 3,0; 95%CI 1,04-8,60), and
family history (OR=42,3; 95%CI 9,5-187,2). Logistic regression showed that family history and
smoking habit had 75% influence to type 2 DM
Conclusion: Risk factors that were related with type 2 DM evidence are age≥ 45 years old,
inactivity, and family history.

Keywords: risk factors, type 2 DM


PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia

dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin

secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara

efektif atau kedua-duanya. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal

sebagai insulin-dependent atau childhood onset diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi

insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes,

disebabkan ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara efektif yang kemudian

mengakibatkan kelebihan berat badan dan kurang aktivitas fisik. Sedangkan diabetes gestasional

adalah hiperglikemia yang diketahui pertama kali saat kehamilan.1-4

Tingginya prevalensi DM yang sebagian besar tergolong dalam DM tipe 2 disebabkan

oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan.7 Faktor

lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 adalah perpindahan dari

pedesaan ke perkotaan atau urbanisasi yang kemudian menyebabkan perubahan gaya hidup

seseorang. Di antaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan

obesitas.8 Kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya DM tipe 2. Pada orang dewasa,

obesitas akan memiliki risiko timbulnya DM tipe 2 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang

dengan status gizi normal.9

Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktivitas fisik juga merupakan

faktor risiko mayor dalam memicu terjadinya DM.11 Latihan fisik yang teratur dapat

meningkatkan kualitas pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk

meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa.12 Hasil penelitian di Indian
Pima, orang-orang yang aktivitas fisiknya rendah 2,5 kali lebih berisiko mengalami DM

dibandingkan dengan orang-orang yang 3 kali lebih aktif.

Mengingat tingginya prevalensi dan tingginya biaya perawatan untuk penderita DM yang

diperkirakan biaya perawatan minimal untuk rawat jalan di Indonesia sebesar Rp 1,5 milyar per
14
hari atau Rp 500 milyar pertahun , maka perlu adanya upaya untuk pencegahan dan

penanggulangan penyakit tersebut. Dengan mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan

dengan DM tipe 2 berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang meliputi etnik, sosial

ekonomi, dan gaya hidup di samping faktor genetik dapat dilakukan upaya pencegahan. Oleh

karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan

dengan kejadian DM tipe 2. Selama ini belum banyak penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi epidemiologi observasional analitik yang bertujuan

menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus, dengan

menlakukan pengamatan terhadap subyek penelitian menggunakan desain studi kasus-kontrol.

Subjek penelitian adalah penderita DM tipe 2 yang didiagnosis dokter yang bertugas di

Poliklinik Penyakit Dalam RSDK sebagai kasus dan penderita yang berobat ke Poliklinik

Penyakit Dalam RSDK yang tidak menderita DM sebagai kontrol. Data primer untuk

mengetahui faktor-faktor risiko dengan menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara.

Data sekunder untuk mengetahui profil kesehatan responden dengan menggunakan catatan

medik.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program

SPPS for windows versi 15. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik. Data deskriptif

disajikan dengan gambar dan tabel. Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan

terikat diuji dengan chi square dan untuk mengetahui masing-masing faktor risiko kejadian DM

menggunakan odds ratio. Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian

DM tipe 2 dan besar risiko pengaruhnya digunakan analisis regresi logistik.

HASIL PENELITIAN

Cara pengambilan sample menggunakan purposive sampling dengan besar sampel yang

diambil adalah 30 kasus dan 30 kontrol.

1. Analisis Deskriptif

1.1 Jenis Kelamin

Gambar 1.1 Distribusi jenis kelamin responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Rerata usia subyek penelitian adalah 47,4 ± 8,1 tahun dengan usia termuda 34

tahun dan usia tertua 67. Rerata usia kasus adalah 51,4 ± 7,3 tahun sedangkan kontrol

adalah 43,4 ± 6,8 tahun. Usia tertua kasus adalah 67 tahun, sedangkan pada kontrol

adalah 59 tahun.
Tabel 1.1 Distribusi usia responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

usia Kategori Responden


Kasus Kontrol
n % n %
≥45 tahun 24 80,00 9 30,00
<45 tahun 6 20,00 21 70,00
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Tabel 1.2 Distribusi aktivitas olahraga responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Aktivitas Kategori Responden


olahraga
Kasus Kontrol
n % n %
kurang 20 66,67 12 40,00
cukup 10 33,33 18 60,00
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Tabel 1.3 Distribusi kebiasaan merokok responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Kebiasaa Kategori Responden


n Kasus Kontrol
merokok n % n %
Ya 11 36,67 5 16,67
tidak 19 63,33 25 83,33
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Tabel 1.4 Distribusi riwayat keluarga responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Riwayat Kategori Responden


Keluarga Kasus Kontrol
DM N % n %
Ya 26 86,67 4 13,33
Tidak 4 13,33 26 87,67
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Tabel 1.5 Distribusi riwayat hipertensi responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Riwayat Kategori Responden


Hiperten Kasus Kontrol
si n % n %
Ada 15 50,0 10 33,3
tidak 15 50,0 20 63,7
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Tabel 1.6 Distribusi riwayat dislipidemia responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Riwayat Kategori Responden


dislipide Kasus Kontrol
mia n % n %
Ada 9 30,00 6 20,00
Tidak 21 70,00 24 80,00
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Tabel 1.7 Distribusi status gizi responden di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Status gizi Kategori Responden


Kasus Kontrol
n % n %
overweight 6 20,00 4 13,33
normal 24 80,00 26 86,67
Jumlah 30 100,00 30 100,00

1.9 Pola Makan

Data kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman manis diperoleh dari

food frequency questionnaire. Dari data frekuensi tersebut ditentukan median (4

hari sekali) kemudian data yang kurang dari median dikelompokkan menjadi

“sering” dan yang lebih dari median dikelompokkan menjadi “jarang”.


Tabel 1.8 Distribusi kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman manis responden

di Poliklinik Rumah Sakit Dr. Kariadi

Kebiasaa Kategori Responden


n Kasus Kontrol
makan/mi n % n %
num
manis
Sering 20 66,67 16 53,33
Jarang 10 33,33 14 46,67
Jumlah 30 100,00 30 100,00

2. Analisis Analitik

2.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2.1 Analisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian DM tipe

Jenis Katego Nilai p OR


Kelami ri (95% CI)
n Respon
den
Kasus Kontrol
n % n %
Laki-laki 16 53,33 17 56,67 0,79 0,87
Perempuan 14 46,67 13 43,33 (0,31-2,42)
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Hasil analisis tabulasi silang jenis kelamin menunjukkan nilai p=0,795 dan

odds ratio (OR) sebesar 0,87. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki 0,9 kali lebih

berisiko terjadinya DM tipe 2 dibandingkan dengan perempuan meskipun secara

statistik tidak bermakna.

2.2 Hubungan antara Usia dengan Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2.2 Analisis hubungan usia dengan kejadian DM tipe

Usia Kategor i
Tabel 1.8 Distribusi kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman manis responden
Nilai p
OR (95%
C
I
)
Respon
den
Kasus Kontrol
n % n %
≥45 tahun 24 80,00 9 30,00 0,000 9,33
< 45 tahun 6 20,00 21 70,00 (2,85-
30,60)
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Hasil tabulasi silang didapatkan nilai p=0,000 dan odds ratio (OR) sebesar

9,3. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berusia ≥45 tahun mempunyai risiko

9 kali untuk terjadinya DM tipe 2 dibandingkan dengan yang berumur kurang dari

45 tahun dan secara statistik bermakna.

2.3 Hubungan Aktivitas Olah Raga dengan Kejadian DM Tipe 2

Untuk mengetahui aktivitas olahraga dengan kejadian DM tipe 2, maka

aktivitas olahraga dibagi menjadi dua yaitu “cukup” jika responden melakukan

olahraga ≥ 3 kali seminggu selama 30 menit dan “kurang” jika responden

melakukan olahraga kurang dari 3 kali seminggu selama 30 menit dan responden

yang tidak melakukan olah raga.

Tabel 2.3 Analisis hubungan aktivitas olah raga dengan kejadian DM tipe 2

Olah Kategor Nilai p OR


raga i (95% CI)
Respon
den
Kasus Kontrol
n % n %
Kurang 20 66,7 12 40,0 0,038 3,00
Cukup 10 33,3 18 60,0 (1,04-8,60)
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Hasil analisis dengan menggunakan tabulasi silang menunjukkan mereka

yang kurang berolahraga mempunyai risiko terkena DM tipe 2, dengan nilai p =

0,038 dan odds ratio 3,00. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang kurang

olahraga memiliki risiko 3 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan orang

yang cukup olahraga dan secara statistik bermakna.

2.4 Hubungan Kebiasaan merokok dengan Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2.4 Analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian DM tipe 2

Kebiasa Kategor Nilai p OR


an i (95% CI)
meroko Respon
k den
Kasus Kontrol
n % n %
Ya 11 36,67 5 16,67 0,080 2,89
Tidak 19 63,33 25 83,33 (0,86-9,75)
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 2,9 dan

nilai p=0,08. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan

merokok memiliki risiko 3 kali terjadinya DM tipe 2 dibandingkan dengan orang

yang tidak memiliki kebiasaan merokok meskipun secara statistik tidak bermakna.

2.5 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2.5 Analisis hubungan riwayat keluarga dengan kejadian DM tipe 2

Riwayat Kategori Nilai p OR


keluarga Respond (95% CI)
en
Kasus Kontrol
n % n %
Ya 26 86,67 4 13,33 0,000 42,25
Tidak 4 13,33 26 86,67 (9,53-187,22)
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 42,3 dan

nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga

menderita DM mempunyai risiko terkena DM tipe 2 sebesar 42 kali dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM dan secara

statistik bermakna.

2.6 Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2.6 Analisis hubungan jenis kelamin dengan kejadian DM tipe 2

Riwaya Kategor Nilai p OR


t i (95% CI)
hiperte Respon
nsi den
Kasus Kontrol
n % n %
Ada 15 50,00 10 33,33 0,190 2,00
Tidak 15 50,00 20 66,67 (0,70-5,67)
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 2,00 dan

nilai p=0,190. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai riwayat

hipertensi memiliki risiko 2 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan orang

yang tidak memiliki riwayat hipertensi meskipun secara statistik tidak bermakna.

2.7 Hubungan Riwayat Dislipidemia dengan Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2.7 Analisis hubungan riwayat dislipidemia dengan kejadian DM tipe 2

Riwaya Kategor Nilai p OR


t i (95% CI)
dislipid Respon
emia den
Kasus Kontrol
n % n %
Ada 9 30,00 6 20,00 0,371 1,71
Tidak 21 70,00 24 80,00
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 1,71 dan

nilai p=0,371. Hal ini menunjukan bahwa orang yang memiliki riwayat

dislipidemia mempunyai risiko 2 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan

orang yang tidak memiliki riwayat dislipidemia meskipun secara statistik tidak

bermakna.

2.8 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian DM Tipe 2

Status gizi merupakan pencerminan dari keseimbangan masukan dan

keluaran konsumsi zat gizi. Konsumsi makanan yang tidak seimbang yaitu

konsumsi lebih besar dari yang dikeluarkan dalam jangka waktu yang lama akan

menyebabkan gizi berlebih. Untuk mengetahui kegemukan atau overweight

dilihat dari indikator indeks massa tubuh (IMT). Disini IMT dibagi menjadi dua

yaitu overweight (BMI ≥23) dan normal (BMI <23).

Tabel 2.8 Analisis hubungan status gizi dengan kejadian DM tipe 2

Status Kategor Nilai p OR


gizi i (95% CI)
Respon
den
Kasus Kontrol
n % n %
overweight 6 20,00 4 13,33 0,488 1,62
Normal 24 80,00 26 86,67 (0,41-6,47)
Jumlah 30 100,00 30 100,00
Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 1,62 dan

nilai p = 0,488. Hal ini menunjukkan bahwa orang dengan status gizi overweight

memiliki risiko 2 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang status

gizinya normal meskipun secara statistik tidak bermakna.


2.9 Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Makanan/Minuman Manis dengan

Kejadian DM Tipe 2

Tabel 2.9 Analisis hubungan kebiasaan konsumsi makanan/minuman manis

dengan kejadian DM tipe 2

Kebiasa Kategor Nilai p OR


an i (95% CI)
makan/ Respon
minum den
manis Kasus Kontrol
n % n %
sering 20 66,67 16 53,33 0,292 1,75
jarang 10 33,33 14 46,67 (0,62-4,97)
Jumlah 30 100,00 30 100,00

Hasil analisis tabulasi silang didapatkan odds ratio (OR) sebesar 1,75 dan

nilai p=0,292. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan

mengonsumsi makanan/ minuman manis memiliki risiko 2 kali terjadi DM tipe 2

dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi

makanan/minuman manis meskipun secara statistik tidak bermakna.

3. Regresi Logistik

Regresi logistik digunakan untuk memperoleh model persamaan terbaik untuk

mengetahui pengaruh yang paling bermakna pada variabel bebas setelah dianalisis

bersama-sama. Variabel yang dimasukkan untuk analisis regresi logistik adalah variabel

dengan nilai p<0,25 , yaitu usia (0,00), riwayat keluarga (0,00), aktivitas olahraga,

(0,038), riwayat hipertensi (0,19), dan kebiasaan merokok (0,08).


Tabel 3.1 Analisis regresi logistik kejadian DM tipe 2

Variabel P
Usia 0,116
Riwayat keluarga 0,000
Aktivitas olahraga 0,129
Riwayat hipertensi 0,975
Kebiasaan merokok 0,014

Berdasarkan tabel di atas yang memiliki kemaknaan adalah riwayat keluarga dan

kebiasaan merokok. Hasil regresi logistik menunjukkan R square sebesar 0,75. Hal ini

berarti variabel riwayat keluarga menderita DM dan kebiasaan merokok mempengaruhi

75% terhadap variabel kejadian DM tipe 2.

PEMBAHASAN

Hasil analisis analitik menunjukkan beberapa variabel yang diteliti ada yang

menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik yaitu usia, aktivitas olahraga, dan

riwayat keluarga sedangkan jenis kelamin, status gizi, riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia,

kebiasaan merokok, dan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis tidak memiliki

kemaknaan hubungan secara statistik.

Teori mengatakan bahwa seseorang yang berusia ≥45 tahun memiliki peningkatan risiko

terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya

fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa. Namun kondisi ini ternyata tidak hanya disebabkan

oleh faktor umur saja, tetapi tergantung juga pada lamanya penderita bertahan pada kondisi

tersebut. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan kasus hingga mencapai

usia 60 tahun. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan

meningkatnya usia. Menurut PERKENI, orang pada usia di atas 45 tahun harus dilakukan
pemeriksaan DM. 12 Pada penelitian ini, orang yang berusia ≥45 tahun lebih berisiko terkena DM

dibandingkan dengan orang berusia <45 tahun. Hal ini sesuai dengan beberapa studi

epidemiologi yang mengatakan bahwa tingkat kerentanan terjangkitnya penyakit DM tipe-2

sejalan dengan bertambahnya umur.

Telah diperlihatkan bahwa aktivitas fisik secara teratur menambah sensitivitas insulin dan

menambah toleransi glukosa. Baru-baru ini penelitian prospektif juga memperlihatkan bahwa

aktivitas fisik berhubungan dengan berkurangnya risiko terhadap DM tipe 2. Penelitian ini lebih

lanjut mengusulkan ada gradien risiko dengan bertambahnya aktivitas fisik. Lebih lanjut aktivitas

fisik mempunyai efek menguntungkan pada lemak tubuh, tekanan darah, dan distribusi lemak

tubuh/ berat badan, yaitu pada aspek ganda ‘sindroma metabolic kronik’, sehingga juga

mencegah penyakit kardiovaskuler. Hubungan antara inaktivasi fisik dengan DM masih terlihat,

bahkan setelah di-adjusted dengan obesitas, hipertensi, dan riwayat keluarga DM tipe 2. Dengan

demikian olahraga memiliki efek protektif yang dapat dicapai dengan pengurangan berat badan

melalui bertambahnya aktivitas fisik.19 Pada penelitian ini aktivitas olahraga < 3 kali /minggu

selama 30 menit menunjukkan risiko menderita DM lebih tinggi dari pada aktivitas olah raga

yang rutin. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa

kurangnya olah raga memperlihatkan perbedaan prevalensi DM tipe-2 hingga 2-4 kali lipat.

Diabetes Melitus Tipe 2 berasal dari interaksi genetik dan berbagai faktor mental.

Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. 18 Penelitian di Jepang

yang melibatkan 359 penderita DM tipe 2 dari 159 keluarga, mendukung bahwa penyakit ini

berhubungan dengan kromosom 3q, 15q, dan 20q, serta mengidentifikasi 2 loci potensial, yaitu

7p dan 11p yang mungkin merupakan risiko genetik bagi DM tipe-2 pada masyarakat jepang.

Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih berisiko
daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Hal ini selaras dengan

penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan terjadinya DM tipe-2 akan meningkat dua

sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

Variabel yang tidak terbukti memiliki hubungan yang bermakna adalah jenis kelamin,

status gizi, riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, kebiasaan merokok, dan kebiasaan

mengonsumsi makanan dan minuman manis.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan lebih berisiko terkena DM tipe-2

dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika yang

mengatakan bahwa jenis kelamin perempuan lebih berisiko terkena DM tipe 2 daripada laki-laki.

Namun, studi di Augsburg mendapatkan hasil insidens rate yang distandardisasi menurut umur

pada laki-laki sebesar 5,8 per-1000/orang-tahun dan 4,0 per-1000/orang-tahun pada perempuan.19

Menurut penelitian sebelumnya, kebiasaan merokok menyebabkan gangguan

metabolisme glukosa dan peningkatan resistensi insulin yang menyebabkan peningkatan risiko

terkena DM. Hasil penelitian ini menunjukkan orang dengan kebiasaan merokok lebih berisiko

terkena DM tipe-2 walaupun secara statistik tidak signnifikan. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian tersebut.

Hipertensi pada DM tipe 2 muncul bersamaan dengan atau mungkin malah mendahului

munculnya diabetes. Hal ini disebabkan pada penderita hipertensi sering ditemukan adanya

sekumpulan kelainan lainnya seperti: obesitas sentral, dislipidemi, hiperurisemi dan

hiperinsulinemia/resistensi insulin atau yang sekarang disebut sindroma metabolik. Sehingga dari

penelitian ini diambil kesimpulan bahwa pada hipertensi esensial terdapat suatu keadaan

resistensi insulin. Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat hipertensi lebih berisiko

terkena DM tipe-2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi meskipun
secara statistik tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika yang

menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi 2,5 kali lebih sering mengalami DM tipe-2

dibanding normotensi.

Dislipidemia sering menyertai DM, baik dislipidemia primer (akibat kelainan genetik)

maupun dislipidemia sekunder (akibat DM, baik karena resistensi maupun defisiensi insulin).

Toksisitas lipid menyebabkan proses aterogenesis menjadi lebih progresif. Lipoprotein akan

mengalami perubahan akibat perubahan metabolik pada DM seperti proses glikasi serta

oksidasi. Hal ini merupakan salah satu penyebab penting meningkatnya risiko resistensi insulin

yang kemudian menjadi DM tipe 2.19 Dalam penelitian ini orang dengan riwayat dislipidemia

lebih berisiko terkena DM tipe-2 meskipun secara statistik tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan

teori tersebut.

Obesitas merupakan faktor utama dari insiden DM tipe 2. Penelitian Denmark

menggambarkan penyebaran obesitas pada pasien baru yang didiagnosis DM tipe 2 mencapai

80%, dimana penyebaran obesitas dengan latar belakang populasi yang memiliki umur sama

adalah sekitar 40%. Penelitian kohort yang dilakukan oleh Cassano,et al juga menunjukkan

adanya hubungan tingkat kadar gula darah dengan obesitas.18 Suatu penelitian didapatkan

prevalensi IGT mencapai 25% pada 55 annak yang kegemukan dan 21% pada remaja yang

kegemukan Hasil penelitian menunjukkan 4% kasus diabetes tak terdeteksi pada remaja yang

kegemukan. Kesimpulan penelitian ini adalah IGT tinggi prevalensinya pada anak-anak dan

remaja yang mengalami kegemukan, tanpa tergantung kelompok etnisnya. IGT dihubungkan

dengan resistensi insulin walaupun fungsi sel-beta relatif masih terpelihara. Penelitian survei

komunitas di Bahrain menemukan bahwa kegemukan merupakan satu-satunya faktor yang

berhubungan dengan diabetes.19 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian


sebelumnya dimana status gizi yang berlebih meningkatkan risiko terjadinya DM tipe-2

meskipun secara statistik tidak bermakna.

Teori menyebutkan bahwa seringnya mengonsumsi makanan/minuman manis akan

meningkatkan risiko kejadian DM tipe 2 karena meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah.

Hasil penelitian ini menunjukkan orang yang memiliki kebiasaan sering mengonsumsi

makanan/minuman manis lebih berisiko terkena DM tipe 2 dibandingkan yang jarang meskipun

secara statistik tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan teori tersebut.

Setelah dilakukan analisis lanjut dengan regresi logistik menunjukkan bahwa faktor risiko

mempunyai riwayat keluarga menderita DM dan kebiasaan merokok mempengaruhi kejadian

DM tipe 2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengatakan zat-zat yang terdapat dalam rokok

menyebabkan gangguan metabolisme glukosa dan penelitian lain di Boston mengatakan bahwa

nikotin bisa menaikkan kadar gula darah. Semakin banyak nikotin yang masuk ke tubuh maka

kadar gula darahnya akan semakin tinggi.

Terdapat beberapa keterbatasan penelitian, yaitu

 DM merupakan penyakit kronik yang sulit menentukan saat awal timbul dan dengan

menggunakan rancangan studi kasus kontrol kemungkinan dijumpai adanya bias informasi

berupa recall bias karena keterbatasan daya ingat responden.

 Penyakit DM tipe 2 erat sekali dengan pengukuran konsumsi makanan individu yang

kemungkinan kesalahan sering terjadi karena gangguan dan terbatasnya daya ingat, perkiraan

yang tidak tepat dalam menentukan frekuensi makanan yang dikonsumsi.


SIMPULAN

 Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit DM tipe 2 yaitu memiliki riwayat

keluarga menderita DM, berusia ≥45, dan kurang berolahraga secara teratur.

 Faktor risiko yang tidak berhubungan terhadap kejadian DM tipe 2 adalah jenis kelamin,

status gizi, riwayat hipertensi, riwayat dislipidemia, kebiasaan merokok, dan kebiasaan

mengonsumsi makanan dan minuman manis.

 Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 yaitu memiliki riwayat

keluarga menderita DM dan kebiasaan merokok.

 Riwayat keluarga menderita DM dan kebiasaan merokok mempengaruhi kejadian DM

tipe 2 sebesar 75%.

SARAN

 Pencegahan ditujukan untuk masyarakat yang termasuk risiko tinggi yaitu

melakukan skrining pemeriksaan laboratorium kadar gula darah terutama yang mempunyai

riwayat keluarga DM tipe 2 dan berusia ≥ 45 tahun, tidak merokok melakukan olahraga

teratur minimal 3 kali per minggu selama 30 menit dan menghindari kebiasaan merokok.

 Dilakukan penelitian lebih lanjut di masyarakat agar generalisasi hasil penelitian

pada populasi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. www.who.int/en/. World Health Organization [updated 2011; cited 2011 Jan 25]. Available
from http://www.who.int/topics/diabetes_mellitus/en/
2. www.diabetesatlas.org. Brussels: International Diabetes Federation [updated 2009; cited
2011 Jan 25]. Available from http://www.diabetesatlas.org/content/what-is-diabetes
3. PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe-2 di Indonesia.
Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2006. p.1-10
4. www.diabetes.org. American Diabetes Association [updated 2010; cited 2011 Jan 25].
Available from http://www.diabetes.org/diabetes-basics/type-2/?
utm_source=WWW&utm_medium=DropDownDB&utm_content=Type2&utm_campaign=C
ON
5. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah
tahun 2006. Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
6. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil kesehatan kota Semarang tahun 2008. Semarang:
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
7. WHO. Prevention of diabetes mellitus. Technical Report Series. 1994: 11-31.
8. Satoto. Reposisioning pangan sebagai strategi KIE penanggulangan masalah gizi ganda.
Dalam: Seminar Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Gizi dan kualitas hidup.
Semarang: Lembaga Penelitian UNDIP; 1997.p. 1-4.
9. Sri K, Obesitas dan penatalaksanaan program diit. Semarang : PAM Gizi Depkes RI
Semarang; 1996.p. 1-4.
10. Italie, TB. Obesity. Dalam: Jeejeebhoy KN, editors. Current therapy in nutrition.
Philadelphia: BC Decker, Inc. Toronto; 1998.
11. Darmojo B. Peranan pola konsumsi makanan dan penyakit kardiovaskuler. Dalam: Seminar
Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Gizi dan kualitas hidup. Semarang: Lembaga
Penelitian UNDIP; 1997. p 1-2.
12. Pratiwi. Pelayanana dan penyuluhan di poliklinik gizi RS Elisabeth Semarang. Semarang:
AKZI Depkes Semarang; 1997.
13. Bennet, P. Epidemiology of type 2 diabetes mellitus. In (LeRoith et. Al, eds), Diabetes
Mellitus a Fundamenta and Clinical Text. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins;
2000. P. 544-7.
14. Tjokroprawiro A. Diabetes melitus klasifikasi, diagnosis, dan terapi. 2001. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
15. Braunwald, Fauci, Hauser, Jameson, Kasper, Longo, Loscalzo. Harrison’s principles of
internal medicine 17th Edition. United States of America; 2009
16. WHO. Definition, diagnosis, and classification of diabetes mellitus and its complications.
Geneva; 1999
17. WHO. Screening for Type 2 Diabetes. Geneva; 2003.
18. Handayani SA. Faktor-faktor resiko diabetes melitus tipe-2 di semarang dan sekitarnya
[Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003.
19. Darmono, Suhartono T, Pemayun TGD, Padmomartono FS. Naskah lengkap diabetes melitus
ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro; 2007.
20. Tjekyan S. Risiko penyakit diabetes mellitus tipe 2 di kalangan peminum kopi. Palembang:
Universitas Sriwijaya; 2007.
21. Rumyan JW, et al. Statement on hypertension in diabetes mellitus. Arch Intern Med 1987;
147: 830-42.
22. Notoatmodjo S, dkk. Pengantar perilaku, Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: FKM UI; 1985.
23. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta:
Sagung Seto; 2008
24. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta; 2005
25. http://www.detikhealth.com/read/2011/03/14/110716/1590959/763/kepulan-asap-rokok-
bisa-bikin-orang-kena-diabetes?ld991106763
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)

Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya


dengan Diabetes Melitus Tipe 2 : Review Literatur

Association between Consumption of Dairy Product and Type 2 Diabetes Mellitus : Literature Review

Fildzah Badzlina1* dan Triyanti2


1
Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Sujudi, Pondok Cina,
Kota Depok, Jawa Barat, Indonesia
2
Dosen Pengajar Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr.
Sujudi, Pondok Cina, Kota Depok, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondensi Penulis : fildzah.badzlina71@ui.ac.id

Submitted: 07-02-2019, Revised: 21 05-2019, Accepted: 24-09-2019

DOI: https://doi.org/10.22435/mpk.v29i3.1328

Abstrak
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. DMT2 dapat
menyebabkan komplikasi di berbagai organ tubuh dan dapat meningkatkan risiko kematian.
Komplikasi yang mungkin dialami oleh penderita DMT2 ialah serangan jantung, stroke, gagal ginjal,
amputasi kaki, kebutaan, dan kerusakan saraf. Manajemen gaya hidup yang baik sangat penting
dalam penanganan DMT2, termasuk edukasi serta terapi gizi medis. Panduan pola makan untuk
penderita DMT2 bersifat individual berdasarkan prinsip 3J, yaitu jumlah asupan, jenis makanan serta
jadwal makan. Tujuan dari kajian literatur ini adalah untuk menganalisa hubungan konsumsi susu dan
produk olahannya dengan risiko DMT2. Desain penelitian ini adalah literatur review. Jenis artikel yang
digunakan ialah artikel penelitian yang dipublikasikan dari tahun 2013 sampai 2018. Artikel yang
terkumpul dari database kemudian diseleksi dengan menggunakan kriteria inklusi: 1) tujuan artikel
menganalisis hubungan asupan susu atau produk olahannya terhadap kejadian DMT2; 2) merupakan
penelitian cross-sectional;
3) responden berusia ≥18 tahun, dan diperoleh empat artikel sebagai hasil akhir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi susu dan beberapa produk olahannya, termasuk jenis produk–
produknya, bersifat protektif terhadap DMT2. Orang yang mengonsumsi susu dan produk olahannya
memiliki kadar HbA1c lebih rendah 0,6 kali dibandingkan dengan yang tidak. Namun, konsumsi susu
≤14 kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko DMT2. Kesimpulan penelitian ini adalah susu dan
beberapa produk olahannya bersifat protektif terhadap DMT2.
Kata kunci : diabetes melitus tipe 2; konsumsi susu; konsumsi produk olahan susu; dewasa

Abstract
Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease characterized by chronic hyperglycemia due
to impaired insulin secretion, insulin action, or both. T2DM can cause complications in various organs
of the body and can increase the risk of death. Complications that may be experienced by people with
T2DM are heart attack, stroke, kidney failure, leg amputation, blindness, and nerve damage. Good
lifestyle management is very important in handling T2DM, including education and medical nutrition
therapy. The dietary guidelines for people with T2DM are the amount of intake, type of food and
schedule of meals. The purpose of this literature review is to analyze the association between
consumption of dairy products with the risk of T2DM. The design of this study was Literature review.
The type of articles used were research articles published from 2013 to 2018. Articles collected from
the database were then selected using inclusion criteria: 1) the purpose of the article was to analyze
the association between the intake of milk or its processed products to the incidence of diabetes; 2)
was a cross-sectional study;
3) respondents aged ≥18 years, and obtained 4 articles as the final results. The results showed that
consumption of dairy product, including the type of products, were protective against T2DM. People
who consume dairy products have lower HbA1c levels 0,6 times than those who didn’t consume.
However, milk consumption ≤14 times a week can increase the risk of T2DM. The conclusion of this
study is that consumption of dairy products are protective against T2DM.
Keywords :type 2 diabetes mellitus; milk consumption; dairy product consumption; adult

205
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214

PENDAHULUAN meningkat menjadi $ 490 miliar pada tahun


Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) 2030.8 Beban ekonomi yang dialami oleh
merupakan penyakit metabolik yang ditandai Amerika pada tahun 2017 sebesar US$327
dengan terjadinya hiperglikemia kronis akibat milyar, dengan US$237 milyar akibat biaya
gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau medis dan US$90 milyar akibat kehilangan
keduanya.1 DMT2 terjadi karena kehilangan sel produktivitas.9 Indonesia diperkirakan akan
β pankreas secara progresif yang mengalami kerugian akibat DMT2 sebesar US$
dilatarbelakangi oleh resistensi insulin. DMT2 0,2 triliun dari tahun 2012-2030.10
didiagnosis berdasarkan kadar glukosa darah, Penanganan DMT2 membutuhkan
dimana glukosa darah puasa (GDP) sebesar strategi perawatan khusus secara berkelanjutan.
≥126 mg/dL atau glukosa darah 2 jam post- Manajemen gaya hidup yang baik sangat penting
prandial (GD2PP) sebesar ≥200 mg/dL selama dalam penanganan DMT2, termasuk edukasi
tes toleransi glukosa oral (TTGO) 75 g. DMT2 serta terapi gizi medis. Panduan pola makan
juga dapat didiagnosa dengan menggunakan untuk penderita DMT2 bersifat individual
HbA1c dengan nilai sebesar ≥ 6.5% (48 berdasarkan prinsip 3J, yaitu jumlah asupan,
mmol/mol).2 jenis makanan dan jawal makan. (11) Beberapa
Secara global, prevalensi DMT2 penelitian menyebutkan bahwa konsumsi susu
meningkat dari 4,7% tahun 1980 menjadi 8,5% dan produk olahannya protektif terhadap
tahun 2014 dengan peningkatan tercepat terjadi kejadian DMT2.12–14 Hasil meta-analisis tiga
di negara yang memiliki pendapatan menengah penelitian kohort di Inggris dengan jumlah
ke bawah.3 Di wilayah Pasifik Barat, Indonesia sampel lebih dari 50.000 orang dewasa
menempati peringkat kedua sebagai negara menyebutkan banyak mengonsumsi yogurt dapat
dengan jumlah penderita diabetes terbanyak menurunkan risiko DMT2. 15 Kandungan
dengan jumlah penderita 10.578.401 jiwa. 4 Di protein, lemak, vitamin D, dan mineral lainnya
Indonesia, terjadi peningkatan prevalensi berkontribusi terhadap penurunan risiko DMT2
penderita DMT2 menurut konsensus dan regulasi glukosa darah.16 Di Indonesia,
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) proporsi penduduk yang mengonsumsi susu dan
dari 6,9 pada tahun 2013 menjadi 10,9% pada olahannya masih tergolong rendah, yaitu 3,2%
tahun 2018.5 International Diabetes Federation untuk susu bubuk, 2,6% untuk susu cair dan
memperkirakan, pada tahun 2045 jumlah 1,8% untuk olahan susu.17
penderita DMT2 di Indonesia meningkat Studi ini merupakan studi literatur yang
menjadi sekitar 16.650.500 (14.596.000- membahas mengenai hubungan konsumsi susu
18.241.500) jiwa.6 dan produk olahannya dengan risiko DMT2.
Semua jenis DMT2 dapat menyebabkan Tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisis
komplikasi di berbagai organ tubuh dan dapat apakah konsumsi susu dan produk olahannya
meningkatkan risiko kematian. Komplikasi berhubungan dengan kejadian DMT2. Kajian
yang mungkin dialami oleh penderita DMT2 ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
ialah serangan jantung, stroke, gagal ginjal, masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi susu
amputasi kaki, kebutaan, dan kerusakan saraf. dan produk olahannya agar dapat menurunkan
3
Hal tersebut dikarenakan hiperglikemia risiko DMT2.
kronis dapat menyebabkan kerusakan jangka
panjang, disfungsi dan kegagalan berbagai METODE
kelenjar, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, Desain yang digunakan dalam penelitian
dan pembuluh darah.2 Pada tahun 2012, DMT2 ini adalah review literatur. Pencarian artikel
menyebabkan 1,5 juta orang meninggal dan 2,2 yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan
juta meninggal akibat komplikasi. 3 Kematian beberapa database, yaitu Ebscohost, Proquest,
akibat DMT2 di Indonesia pada tahun 2012 PubMed, ScienceDirect, Scopus,
sebesar 6%.7 Taylor&Francis, dan Wiley Online. Kata kunci
Diabetes melitus juga meningkatkan yang digunakan untuk mencari artikel tersebut
beban ekonomi negara. Pada tahun 2010, ialah diabetes type 2, dairy, dairy consumption,
diabetes melitus menyumbang 12% ($ 376 dairy intake, milk,
miliar) dari pengeluaran kesehatan negara dan
diperkirakan
206
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)

milk intake, milk consumption dan fermented indikator sesuai dengan standar WHO (2006),
milk. Artikel yang muncul di halaman pencarian yaitu responden yangmemilikinilai GDP ≥ 7
kemudian disaring kembali dengan mmol/L (126 mg/dL) atau GD2PP ≥11,1
menggunakan filter rentang waktu serta jenis mmol/L (200 mg/dL) atau HbA1c ≥ 6,5%.
artikel. Rentang waktu yang digunakan ialah
antara tahun 2013 sampai tahun 2018. Jenis HASIL
artikel yang digunakan ialah artikel penelitian Karakteristik Responden
(research article). Artikel yang terkumpul Penelitian ini telah dilakukan di Belanda
kemudian diseleksi kembali dengan (Bagian Utara dan Bagian Selatan), Spanyol,
menggunakan kriteria inklusi, yaitu: 1) tujuan dan Malaysia. Berdasarkan hasil penelitian, rata
artikel menganalisis hubungan asupan susu atau – rata usia responden terendah ialah Belanda
produk olahannya terhadap kejadian diabetes Bagian Utara dengan usia 45±1318 sementara
melitus; 2) merupakan penelitian cross- rata–rata usia tertinggi berada di Belanda Bagian
sectional; Selatan yaitu sebesar 63,3±7,44. 19 Rata-rata
3) responden berusia ≥18 tahun. Setelah proses Indeks Massa Tubuh (IMT) terendah terdapat
pencarian berdasarkan kata kunci, didapatkan di Belanda Bagian Utara dengan IMT 25,6±418
sebanyak 874 artikel dari seluruh database yang sedangkan tertinggi di Malaysia dengan IMT
digunakan. Kemudian dilakukan penyeleksian 29,38±6,18.20 Mayoritas responden berada pada
artikel, seperti yang terlihat pada Gambar 1, dan tingkat pendidikan secondary dengan persentase
terpilih 4 artikel yang memenuhi kriteria. 56%18 di Belanda Bagian Utara dan 48,4% 20 di
Malaysia. Namun, sebanyak 2,6% responden di
Malaysia tidak pernah mendapatkan pendidikan
formal.20 Responden di Belanda mayoritas
pernah merokok dengan persentase sebesar
56,9%19 di Belanda Bagian Selatan dan 47%18 di
Belanda Bagian Utara. Rata-rata durasi aktifitas
fisik di Belanda Bagian Selatan adalah
13,1±7,34 jam per minggu19 sedangkan di
Belanda Bagian Utara memiliki median aktifitas
fisik 5 (IQR 6)18 hari per minggu.

Jumlah Penderita Diabetes


Berdasarkan hasil penelitian, jumlah
orang dengan DMT2 di Belanda Bagian Utara
adalah 1.305 dari 112.086 responden18 dan
125 dari 3.451 responden19 di Belanda Bagian
Selatan. Di Malaysia, sebanyak 155 responden
merupakan penderita DMT2 dengan rata-rata
lamanya penderita DMT2 10,4±10,7 tahun 20 dan
sebanyak 478 dari 5.076 responden di Spanyol
mengalami diabetes melitus.21

Konsumsi Susu dan Produk Olahannya


Gambar 1. Bagan Pencarian Artikel Di Belanda Bagian Selatan, rata-rata
asupan susu dan produk olahannya ialah sebesar
Sampel penelitian diambil dari 119±93 gram per hari. Keju dikonsumsi oleh
masyarakat dan pasien rawat jalan. Variabel semua responden dan yogurt sekitar 80%
independen yang akan dibahas merupakan responden. Lebih dari 50% responden
total konsumsi susu dan produk olahannya mengonsumsi susu. Buttermilk dan minuman
atau konsumsi produk olahan susu yang yogurt dikonsumsi oleh
diukur dengan menggunakan Food Frequency <35% responden. Namun, apabila dibandingkan
Questionnaire (FFQ). Variabel dependen yang
dibahas merupakan DMT2 dengan
menggunakan
207
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214

Tabel 1. Karakteristik Responden


Brouwer-brolsma Shu, Chan and
Eussen et al., 2016 Ortega et al., 2013
Karakteristik et al., 2018 Huang, 2017
(Belanda Selatan) 19 (Spanyol)21
Responden (Belanda Utara) 18 (Malaysia) 20
Jumlah responden 3.451 112.086 155 5.076
Usia 63,3±7,44 45±13 53±9,4 55,5±15,5
IMT 28,6±4,59 25,6±4 29,38±6,18 28,1±4,8
Tingkat Pendidikan
- Tidak pernah
- Primary - -
- Secondary - 2,6% -
- Tertiary 2% 20% -
- Lainnya 56% 48,4%
40% 29% 19%
2% -
Merokok
- Tidak Pernah 33,3% 32% -
- Pernah dan sudah berhenti -
- Perokok 56,9% 47% -

9,76% 21% 19%

Durasi Aktifitas Fisik 13,1±7,34 (jam/ 5 (IQR 6) hari/


- 1 kali/minggu
minggu) minggu

Tabel 2. Hubungan Asupan Susu dan Produk Olahannya dengan DMT2


Diabetes Melitus
Eussen et al Brouwer-brolsma et Shu, Chan and Ortega et al.
Produk (Belanda Selatan)19 al. (Belanda Utara)18 Huang (Malaysia)20 (Spanyol)21
DMT2 DMT2 HbA1c DMT2
p-value p-value p-value p-value
Total dairy (all dairy <0,01 0,002 0,008
product)
Dairy product (≤14 kali 0,04
dalam seminggu)
Full-fat 0,07 < 0,0001
Semi skim 0,03 0,18
Skim 0,42 0,44
Fermentasi < 0.01 0,98
Non Fermentasi 0,89 0,001
Susu 0,74 0,003
Keju 0,61 < 0,0001
Yogurt < 0,01 0,03
Buttermilk 0,02
Minuman Yogurt < 0,0001

dengan responden yang tidak mengalami DMT2, Hubungan Konsumsi Susu dan Produk
responden diabetes melitus tipe 2 masih rendah Olahannya dengan Kejadian Diabetes
dalam mengonsumsi produk yogurt, skim, dan Terdapat hubungan yang signifikan
semi skim. 19 Di Belanda Bagian Utara, antara konsumsi total dairy dengan diabetes
responden lebih sering mengonsumsi produk melitus tipe 2 di Belanda Bagian Utara dan
semi skim dibadingkan dengan produk skim dan Belanda Bagian Selatan (p<0,05).18,19 Di
full-fat. Produk non fermentasi dikonsumsi lebih Malaysia, diabetes melitus tipe 2 berhubungan
banyak dibandingkan dengan produk dengan skor HbA1c (p<0,05).20 Di Spanyol,
fermentasi.18 Di Malaysia, konsumsi susu, dan konsumsi susu ≤14 kali dalam seminggu
produk olahannya masih rendah dibandingkan berhubungan dengan diabetes melitus (p<0,05).21
dengan asupan sayur, buah, daging, unggas, dan
ikan dengan skor Healthy Eating Index (HEI)
sebesar 3,95 dari total maksimal skor 10.20

208
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)

Di Belanda, jenis produk olahan susu dan fosfor per kalorinya. 24 Hasil penelitian
yang dikonsumsi lebih bervariasi dibandingkan menunjukkan bahwa konsumsi total dairy
dengan Malaysia dan Spanyol. Berdasarkan hasil berhubungan dengan DMT2. Hasil penelitian
penelitian di Belanda, konsumsi produk skim di Malaysia menyebutkan bahwa semakin
tidak berhubungan dengan kejadian diabetes tinggi konsumsi produk dairy, maka risiko
melitus tipe 2, baik di Belanda Bagian Utara DMT2 menurun sebesar 0,6 kali.20 Sementara
maupun Bagian Selatan (p>0,05).18,19 Hasil ini hasil penelitian di Spanyol menyebutkan
berbanding terbalik dengan produk yogurt dimana apabila konsumsi produk dairy ≤14
konsumsi yogurt berhubungan secara signifikan kali/minggu dapat meningkatkan risiko DMT2
dengan kejadian DMT2 di kedua bagian Negara 1,27 kali. 21 Di Belanda Bagian Selatan,
Belanda tersebut (p<0,05; OR<1).18,19 Kemudian mengonsumsi total dairy ≥187,6 gram/hari
pada penelitian di Belanda Bagian Utara, produk (atau setara dengan segelas susu) bersifat
buttermilk (OR > 1) dan minuman yogurt (OR<1) protektif terhadap DMT2 dibandingkan dengan
berhubungan secara signifikan dengan DMT2 di mengonsumsi ≤87,5 gram/hari.19 Namun,
Belanda Bagian Utara (p<0,05).18 Selain keempat penelitian yang dilakukan di Belanda Bagian
produk tersebut, hasil penelitian yang didapatkan Utara menyebutkan konsumsi total dairy
untuk susu dan produk olahannya masih kontra meningkatkan risiko diabetes melitus
antara Belanda Bagian Utara dan Belanda Bagian (OR>1).18 Perbedaan hasil tersebut mungkin
Selatan. Data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel terkait dengan rata-rata IMT responden.
2. Responden di Belanda Bagian Utara memiliki
rata-rata IMT yang lebih rendah (25,6±4,0)
PEMBAHASAN dibandingkan dengan responden di Belanda
Konsumsi susu dan produk olahannya Bagian Selatan (28,6±4,59), Spanyol
lebih tinggi di wilayah Eropa dibandingkan (28,1±4,8) dan Malaysia (29,38±6,18).
dengan wilayah Asia dan produk olahan susu Berdasarkan klasifikasi WHO, rata-rata IMT di
yang dikonsumsi oleh masyarakat Eropa Belanda dan Spanyol masuk ke dalam kategori
lebih bervariasi. Secara global, rata-rata gizi lebih sedangkan di Malaysia sudah masuk
konsumsi susu pada orang dewasa sebesar ke dalam kategori obesitas. 25 IMT yang tinggi
0,57 porsi per hari sedangkan di Indonesia merupakan faktor utama penyebab terjadinya
memiliki tingkat konsumsi susu terendah yaitu diabetes melitus tipe 2.26 Selain itu, kandungan
kurang dari 0,05 porsi per hari.22 Rendahnya zat gizi spesifik tertentu pada produk susu
kesadaran untuk konsumsi susu di wilayah serta sumber jenis produk olahan susu yang
Asia dapat disebabkan karena perbedaan biasa dikonsumsi juga mungkin mempengaruhi
kebiasaan dan budaya masyarakat. Kebiasaan perbedaan hasil penelitian. Oleh karena itu,
minum susu untuk budaya timur masih kurang perlu dilakukan analisis spesifik ditingkat
dibandingkan dengan budaya barat. 20 Selain itu, produk agar dapat melihat lebih dalam
faktor lain yang dapat menjadi penyebab mengenai hubungan antara konsumsi susu dan
rendahnya konsumsi susu ialah rendahnya produk olahannya dengan DMT2.
tingkat produksi susu dan produk olahannya. Keanekaragaman pengolahan produk
Hal ini disebabkan karena produksi susu susu merupakan salah satu upaya untuk
olahan segar cair, baik Ultra High Temperature meningkatkan daya tarik produk susu.
(UHT) ataupun pasteurisasi masih sedikit Beberapa produk susu berdasarkan proses
diproduksi dibandingkan dengan susu olahan pengolahan yang sering dijumpai ialah susu
bubuk. Bahan baku susu olahan dalam negeri fermentasi, berupa keju, yogurt dan minuman
diimpor dalam bentuk susu bubuk bukan susu yogurt, atau non fermentasi, berupa UHT dan
cair sehingga industri pengolahan susu dalam pasteurisasi. Pemilihan konsumsi jenis susu
negeri lebih suka memproduksi susu bubuk. 23 dan produk olahannya di masyarakat sangat
Rendahnya tingkat produksi susu bervariasi, tergantung dari kecenderungan
menyebabkan harga jual susu tinggi sehingga dan keterjangkauan masing-masing individu. 27
susu menjadi barang mewah bagi masyarakat. Konsumsi susu bersifat protektif terhadap
Susu dan produk olahannya merupakan kejadian DMT2 melalui peran protektif vitamin
sumber makanan yang mengandung tinggi D, kalsium, dan magnesium yang ada dalam
kalsium, protein, magnesium, potasium, seng, produk susu. 28 Hal ini didukung dengan studi

209
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214

kohort yang dilakukan selama lima tahun di karena adanya reseptor vitamin D di pankreas
Australia yang menyebutkan konsumsi tinggi sehingga kekurangan vitamin D dapat merusak
susu protektif terhadap risiko diabetes (OR sintesis dan sekresi insulin.38 Vitamin D
0,71).29 Begitu juga dengan penelitian case- berpartisipasi dalam aktivitas endopeptidase
control yang dilakukan kepada etnis Asia sel-β yang bergantung pada kalsium dan
menyebutkan risiko DMT2 pada orang yang dapat bertindak melalui dua jalur utama,
banyak mengonsumsi susu dibandingkan sedikit secara langsung menginduksi sel-B untuk
mengonsumsi susu ialah 0,79.30 Penelitian lain mengeluarkan insulin melalui peningkatan
juga menyebutkan mengonsumsi susu setiap hari konsentrasi kalsium intraseluler melalui
memiliki pengurangan risiko DMT2 yang cukup saluran Ca atau dengan memediasi aktivasi
signifikan (12%).12 Namun, penelitian yang sel β kalsium-dependen untuk memfasilitasi
dilakukan di Belanda menyebutkan bahwa konversi pro-insulin menjadi insulin. 39
tingginya konsumsi susu berisiko terhadap Magnesium intraselular berperan penting
kejadian DMT2 (OR>1).18,19 dalam mengatur aksi insulin, penyerapan
Perbedaan hasil konsumsi susu bisa insulin-mediated-glukosa-dan nada vaskular
diakibatkan karena perbedaan kebiasaan sehingga berkurangnya konsentrasi magnesium
jenis susu yang dikonsumsi. Jenis susu intraseluler menyebabkan kerusakan aktivitas
dapat mempengaruhi manfaat potensial susu tirosin-kinase, penurunan post-reseptorial
terhadap DMT2. 31 Penelitian yang dilakukan di dalam aksi insulin dan memburuknya resistensi
Belanda menyebutkan bahwa produk jenis full- insulin pada pasien diabetes. 40 Selain itu,
fat berisiko terhadap kejadian diabetes (OR>1) menurut Liljeberg Elmstahl and Bjorck,16
dan konsumsi susu skim protektif terhadap protein susu dapat memicu peningkatan respon
diabetes mellitus. 18,19 Sebuah penelitian insulin postpandrial dengan penurunan kadar
menyebutkan konsumsi susu yang protektif glukosa darah postpandrial.
terhadap DMT2 adalah susu jenis low-fat Yogurt dan minuman yogurt merupakan
(risiko 4% lebih rendah per 200g/hari). 32 Studi salah satu hasil fermentasi produk susu.
kohor yang dilakukan selama lima tahun di Hasil penelitian yang dilakukan di Belanda
Amerika menyebutkan bahwa asupan high-fat menyebutkan bahwa konsumsi yogurt dan
dairy dan keju menunjukkan bukti hubungan minuman yogurt berhubungan secara signifikan
dosis-respon dengan insiden DMT2(p<0,05).33 dengan DMT2. Selain itu, yogurt dan minuman
Namun, terdapat penelitian yang tidak yogurt bersifat protektif terhadap kejadian
menemukan hubungan yang signifikan antara DMT2 (OR<1). 18,19 Hasil ini sesuai dengan studi
konsumsi full-fat dairy product dengan kohort yang dilakukan selama 5 tahun di
DMT 2.14,30,34 Perbedaan hasil konsumsi susu Belanda yang menunjukkan bahwa konsumsi
berdasarkan jenisnya juga dapat dipengaruhi yogurt dapat menurunkan risiko DMT2
oleh faktor risiko DMT2 lainnya, yaitu (HR<1).41 Penelitian lain juga menyebutkan
rendahnya aktivitas fisik, usia responden, jenis orang yang mengonsumsi yogurt memiliki
kelamin, dan status gizi responden. 35 Selain itu, nilai glukosa puasa lebih redah dan cenderung
perbedaan hasil penelitian mengenai konsumsi melakukan pola diet sehat seperti
susu bisa disebabkan karena faktor asupan mengonsumsi susu rendah lemak, buah-buahan
makanan dan zat gizi lain yang dikonsumsi dan sayuran, tahu dan kacang–kacangan,
oleh responden, seperti tingginya asupan unggas, ikan dan makanan laut lainnya
lemak, minuman manis dan karbohidrat serta dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi
rendahnya konsumsi sayur-sayuran berwarna yogurt.42
hijau.36,37 Fermentasi merupakan metode biologis
Mekanisme susu dan produk olahannya dalam pengawetan makanan. Makanan yang
bersifat protektif terhadap diabetes melitus difermentasi mengurangi risiko kontaminasi
ialah karena adanya vitamin D, kalsium, ketika diperkaya antimikroba. Keuntungan
magnesium, dan protein susu. Vitamin D makanan yang difermentasi berupa rasa dan
berkorelasi positif dengan sensitivitas insulin tekstur baru yang diinginkan, tidak seperti bahan
awal.43 Studi intervensi menunjukan

210
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)

tingkat homosistein menurun secara signifikan di Indonesia masih tergolong rendah sementara
pada responden yang mengonsumsi susu jumlah penderita DMT2 semakin meningkat.
fermentasi probiotik dan konvensional.44 Penelitian mengenai hubungan DMT2 dan
Konsumsi produk olahan susu fermentasi konsumsi produk susu masih sangat jarang
yang dianjurkan ialah yang mengandung dilakukan di wilayah Asia sehingga perlu
probiotikkarena membantu menurunkan dilakukan penelitian lebih lanjut di Asia. Selain
GDP, kadar HbA1c dan nilai HOMA-IR.44,45 itu, perlu dilakukan penyebarluasan informasi
Hal ini dikarenakan probiotik memengaruhi yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi
bakteri usus untuk memproduksi polipeptida DMT2.
insulinotropik dan peptida-l seperti glukagon
sehingga menginduksi penyerapan glukosa UCAPAN TERIMA KASIH
oleh otot. 45 Selain kandungan probiotik, yogurt Terima kasih kepada dosen pembimbing
juga mengandung kalsium dan vitamin D yang akademik, dosen-dosen pengajar mata kuliah
juga membantu dalam memproteksi DMT2 khususnya mata kuliah penulisan ilmiah
(seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya). dan publikasi, serta teman-teman yang telah
Penelitian ini memiliki keterbatasan memberikan masukan dan dukungan dalam
hanya membahas empat penelitian terdahulu menyelesaikan tulisan ini.
karena masih sedikitnya penelitian yang
membahas mengenai hubungan konsumsi DAFTAR PUSTAKA
produk susu terhadap diabetes melitus. 1. Canivell S, Gomis R. Diagnosis and
Akibatnya, masih ada perbedaan hasil dari classification of diabetes mellitus.
jenis produk susu terutama produk fermentasi Diabetes Care [Internet]. 2011 Jan
dan non fermentasi. Selain itu, penelitian 1;34(Supplement_1):S62–9. Available
yang dibahas dalam kajian ini menggunakan from: http://care.diabetesjournals.org/cgi/
desain studi cross-sectional sehingga belum doi/10.2337/dc11-S062
bisa mengetahui mekanisme hubungan sebab- 2. American Diabetes Association.
akibat. Selain karena konsumsi susu, masih Standards of medical care in diabetes.
ada faktor konsumsi zat gizi lain yang juga 2018;41(January).
berperan dalam terjadinya DMT2 yang tidak 3. World Health Organization. Global report
dikontrol dalam analisis. on diabetes [Internet]. 2016. Available
from: http://apps.who.int/iris/bitstream/
KESIMPULAN handle/10665/204871/9?sequence=1
Terdapat hubungan yang signifikan 4. International Diabetes Federation. western
antara konsumsi total dairy, semi skim, full- pacific diabetes prevalence. 2017;
fat, non fermentasi, susu, keju, mentega, 5. Kementrian Kkesehatan RI. Riset
fermentasi, dan yogurt serta minuman yogurt kesehatan dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta:
dengan DMT2. Susu dan produk olahannya Badan Litbang Kesehatan; 2018.
bersifat protektif terhadap kenaikan kadar 6. International Diabetes Federation. The
HbA1c. Konsumsi susu ≤14 kali dalam IDF Diabetes Atlas , 8th Edition Country
seminggu dapat meningkatkan risiko DMT2. report 2017 & 2045 prevalence of diabetes
Produk susu yang bersifat protektif terhadap compared to other countries , 2017 Brazil
DMT2 adalah produk fermentasi, yaitu yogurt At a Glance. 2017; Available from: http://
dan minuman yogurt. diabetesatlas.org/resources/2017-atlas.
html
SARAN
7. World Health Organization. Diabetes
Berdasarkan hasil pengkajian diatas, country profiles. World Health Organ
susu dan produk olahannya bersifat protektif [Internet]. 2016;1. Available from: https://
terhadap DMT2. Namun, sangat disayangkan www.who.int/diabetes/country-profiles/
karena konsumsi susu dan produk olahannya idn_en.pdf?ua=1

211
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214

8. Barik A, Mazumdar S, Chowdhury A, 17. Kementerian Kesehatan Republik


Rai RK. Physiological and behavioral Indonesia. Buku survei konsumsi makanan
risk factors of type 2 diabetes mellitus in individu dalam studi diet total. Jakarta:
rural India. BMJ Open Diabetes Res Care Badan Penelitian dan Pengembangan
[Internet]. 2016 Aug 2;4(1):e000255. Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Available from: http://drc.bmj.com/lookup/ 2014.
doi/10.1136/bmjdrc-2016-000255 18. Brouwer-brolsma EM, Sluik D, Singh-
9. Yang W, Dall TM, Beronjia K, Lin J, povel CM, Feskens EJM. Dairy product
Semilla AP, Chakrabarti R, et al. Economic consumption is associated with pre-
costs of diabetes in the U.S. in 2017. diabetes and newly diagnosed type 2
Diabetes Care. 2018;41(5):917–28. diabetes in the Lifelines Cohort Study.
10. Bloom DE, Chen S, McGovern M, Prettner 2018;442–55.
K, Candeias V, Bernaert A, et al. 19. Eussen SJPM, Dongen MCJM Van,
Economics of diseases in Indonesia. 2015. Wijckmans N, Biggelaar L Den, Elferink
11. American Diabetes Association. 4. SJWHO, Singh-povel CM, et al.
Lifestyle management: standards of Consumption of dairy foods in relation to
medical care in diabetes 2018. Diabetes impaired glucose metabolism and type 2
Care. 2018;41(January):S38–50. diabetes mellitus : the Maastricht Study.
12. Talaei M, Pan A, Yuan JM, Koh WP. Dairy 2016;1453–61.
intake and risk of type 2 diabetes. Clin 20. Shu PS, Chan YM, Huang SL. Higher
Nutr [Internet]. 2018;37(2):712–8. body mass index and lower intake of dairy
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j. products predict poor glycaemic control
clnu.2017.02.022 among Type 2 Diabetes patients in
13. Zong G, Sun Q, Yu D, Zhu J, Sun L, Ye X, Malaysia. 2017;1–16. Available from:
et al. Dairy consumption, type 2 diabetes, http://dx.doi.
and changes in cardiometabolic traits: A org/10.1371/journal.pone.0172231
prospective cohort study of middle-aged 21. Ortega E, Franch J, Castell C, Goday
and older chinese in Beijing and Shanghai. A, Ribas-Barba L, Soriguer F, et al.
Diabetes Care. 2014;37(1):56–63. Mediterranean diet adherence in
14. Soedamah-Muthu SS, Masset G, Verberne individuals with prediabetes and unknown
L, Geleijnse JM, Brunner EJ. Consumption diabetes : the diabetes study. 2013;339–46.
of dairy products and associations with 22. Singh GM, Micha R, Khatibzadeh S, Shi
incident diabetes, CHD and mortality P, Lim S, Andrews KG, et al. Global,
in the Whitehall II study. Br J Nutr. regional, and national consumption of
2013;109(4):718–26. sugar-sweetened beverages, fruit juices,
15. Chen M, Sun Q, Giovannucci E, and milk: A systematic assessment of
Mozaffarian D, Manson JE, Willett WC, beverage intake in 187 countries. PLoS
et al. Dairy consumption and risk of type One. 2015;10(8):1–20.
2 diabetes: 3 cohorts of US adults and 23. Agustina T. Outlook susu komoditas
an updated meta-analysis. BMC Med pertanian subsektor peternakan. Jakarta:
[Internet]. 2014;12(1):215. Available from: Pusat Data dan Informasi Pertanian
http://www.epistemonikos.org/documents/ Sekretariat Jendral Kementerian Pertanian;
cba7b33e297ef521b3d2dbf6af4be2 2016. 70 p.
59911c1330 24. Rozenberg S, Body J-JJ, Bruyère O,
16. Lacroix IME, Li-Chan ECY. Investigation Bergmann P, Brandi ML, Cooper C, et al.
of the putative associations between dairy Effects of dairy products consumption on
consumption and incidence of type 1 and health: benefits and beliefs---a commentary
type 2 diabetes. Crit Rev Food Sci Nutr. from the belgian bone club and the
2014;54(4):411–32. european society for clinical and economic
aspects of osteoporosis, osteoarthritis and
musculoskeletal diseases. calcif tissue int
212
Hubungan antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya......(Fildzah Badzlina dan Triyanti)

[Internet]. 2016 Jan;98(1):1–17. Available jn.nutrition.org/ lookup/ doi/10.3945/


from: https://doi.org/10.1007/s00223-015- jn.117.253401
0062-x 34. O’Connor LM, Lentjes MAH, Luben RN,
25. Lim JU, Lee JH, Kim JS, Hwang Y Il, Khaw KT, Wareham NJ, Forouhi NG.
Kim TH, Lim SY, et al. Comparison of Dietary dairy product intake and incident
world health organization and Asia-Pacific type 2 diabetes: A prospective study using
body mass index classifications in COPD dietary data from a 7-day food diary.
patients. Int J COPD. 2017;12:2465–75. Diabetologia. 2014;57(5):909–17.
26. Gray N, Picone G, Sloan F, Yashkin A. 35. Kautzky-Willer A, Harreiter J, Pacini
The relationship between BMI and onset G. Sex and gender differences in risk,
of diabetes mellitus and its complications. pathophysiology and complications of
South Med J. 2015;108(1):29–36. type 2 diabetes mellitus. Endocr Rev.
27. Prentice AM. Dairy products in global 2016;37(3):278–316.
public health. Am J Clin Nutr. 36. Ley SH, Hamdy O, Mohan V, Hu FB.
2014;99(5):1212–6. Prevention and management of type
28. Weaver CM. How sound is the science 2 diabetes: dietary components and
behind the dietary recommendations for nutritional strategies. Lancet [Internet].
dairy? Am J Clin Nutr. 2014;99(5). 2014;383(9933):1999–2007. Available
29. Grantham NM, Magliano DJ, Hodge from: http://dx.doi.org/10.1016/S0140-
A, Jowett J, Meikle P, Shaw JE. The 6736(14)60613-9
association between dairy food intake and 37. Li M, Fan Y, Zhang X, Hou W, Tang Z.
the incidence of diabetes in Australia: the Fruit and vegetable intake and risk of
Australian Diabetes Obesity and Lifestyle type 2 diabetes mellitus: Meta-analysis
Study (AusDiab). Public Health Nutr. of prospective cohort studies. BMJ Open.
2013;16(2):339–45. 2014;4(11).
30. Moslehi N, Shab-Bidar S, Mirmiran P, 38. Al-Shoumer KA. Is there a relationship
Sadeghi M, Azizi F. Associations between between vitamin D with insulin resistance
dairy products consumption and risk of and diabetes mellitus? World J Diabetes
type 2 diabetes: Tehran lipid and glucose [Internet]. 2015;6(8):1057. Available from:
study. Int J Food Sci Nutr. http://www.wjgnet.com/1948-9358/full/
2015;66(6):692–9. v6/i8/1057.htm
31. Díaz-López A, Bulló M, Martínez- 39. Valdes-Ramos R, Laura G-L, Elina M-
González MA, Corella D, Estruch R, C, Donaji B-A. Vitamins and Type
Fitó M, et al. Dairy product consumption 2 diabetes mellitus. endocrine, metab
and risk of type 2 diabetes in an elderly immune disord targets [Internet].
Spanish Mediterranean population at 2015;15(1):54–63. Available from:
high cardiovascular risk. Eur J Nutr. http://www.eurekaselect.com/openurl/
2016;55(1):349–60. content.php?genre=article&issn=1871-
32. Gijsbers L, Ding EL, Malik VS, Goede J 5303&volume=15&issue=1&spage=54
de, Geleijnse JM, Soedamah-Muthu SS. 40. Barbagallo M, Dominguez LJ. Magnesium
Consumption of dairy foods and diabetes and type 2 diabetes. World J Diabetes
incidence: a dose-response meta-analysis [Internet]. 2015;6(10):1152. Available
of observational studies. Am J Clin Nutr. from: http://www.wjgnet.com/1948-9358/
2017;:1111–1124. full/v6/i10/1152.htm
33. Hruby A, Ma J, Rogers G, Meigs JB, 41. Brouwer-Brolsma EM, van Woudenbergh
Jacques PF. Associations of dairy intake GJ, Oude Elferink SJWH, Singh-Povel
with incident prediabetes or diabetes in CM, Hofman A, Dehghan A, et al. Intake of
middle-aged adults vary by both dairy different types of dairy and its prospective
type and glycemic status. J Nutr [Internet].
2017;jn253401. Available from: http://
213
Media Litbangkes, Vol. 29 No. 3, September 2019, 205 – 214

association with risk of type 2 diabetes: 44. Alihosseini N, Moahboob SA, Farrin N,
The Rotterdam Study. Nutr Metab Mobasseri M, Taghizadeh A, Ostadrahimi
Cardiovasc Dis [Internet]. AR. Effect of probiotic fermented milk
2016;26(11):987–95. (KEFIR) on serum level of insulin
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j. and homocysteine in type 2 diabetes
numecd.2016.08.003 patients. Acta Endocrinol (Copenh).
42. Wang H, Livingston KA, Fox CS, Meigs 2017;13(4):431–6.
JB, Jacques PF. Yogurt consumption 45. Ostadrahimi A, Taghizadeh A, Mobasseri
is associated with better diet quality M, Farrin N, Payahoo L, Gheshlaghi ZB,
and metabolic profile in American et al. Effect of probiotic fermented milk (
men and women. Nutr Res [Internet]. Kefir ) on glycemic control and lipid
2013;33(1):18–26. Available from: http:// profile in type 2 diabetic patients : a
dx.doi.org/10.1016/j.nutres.2012.11.009 randomized. 2015;44(2):228–37.
43. Marco ML, Heeney D, Binda S, Cifelli CJ,
Cotter PD, Foligne B, et al. ScienceDirect
health benefits of fermented foods :
microbiota and beyond. 2017;94–102.

214
Jurnal Jurnal
172 Ners dan
Ners Kebidanan, Volume
dan Kebidanan, Volume 5, Agustus 2018, hlm. 172–177 © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan
No. 2,2,Agustus
5, Nomor
2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p172 –177
sa/4.0/)

LITERATURE REVIEW: PEMANFAATAN MEDIA PROMOSI


KESEHATAN (SMARTPHONE) DALAM MENCEGAH
DAN MENGENDALIKAN KADAR GULA DIABETES TIPE
2
(Literature Review: Utilization of Health Promotion Media
(Smartphone) To Prevent and Control Glucose Type 2
Diabetes)

Arief Andriyanto, Rina Nur Hidayati


Community Nursing Department, STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
email: ners.arif91@gmail.com

Abstract: Utilization of smartphone technology as a health promotion media has continued to be


developed in the past few decades. This technology is used to manage various acute and chronic
diseases, one of which is diabetes mellitus. The purpose of this literature review was to describe an
intervention that utilizes technology as a media tool in the form of a smartphone in promoting health
prevention and glucose control of type 2 diabetes. The database searches used include ProQuest,
SciVerse ScienceDirect, Scopus, Pubmed, Cohcrane library, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage Publica-
tions. Keywords used in the search of the article was diabetes type 2, health promotion, telemedicine,
smartphone applications, web based, obesity, diabetes exercise, walking, glucose control by getting 29
articles and only 14 articles that were used through goal analysis, topic suitability , research methods
used, sample size, research ethics, the results of each article, and limitations that occur.There were
effective results in the implementation of health promotion prevention and glucose control of type 2
diabetes by utilizing technology as a media tool such as smartphones and websites.

Keywords: Health Promotion, Smartphone, Glucose, Type 2 Diabetes

Abstrak: Pemanfaatan teknologi smartphone sebagai media promosi kesehatan terus dikembangkan
dalam beberapa dekade terakhir. Teknologi ini dimanfaatkan untuk mengelola berbagai penyakit akut
dan kronis, salah satunya adalah penyakit diabetes melitus. Tujuan dari literature review ini adalah
untuk mendeskripsikan sebuah intervensi yang memanfaatkan teknologi sebagai alat media berupa
smartphone dalam melakukan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol glukosa diabetes tipe 2.
Pencarian database yang digunakan termasuk ProQuest, SciVerse ScienceDirect, Scopus, Pubmed,
Perpustakaan Cohcrane, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage Publications. Kata kunci yang digunakan
dalam pencarian artikel adalah diabetes tipe 2, promosi kesehatan, telemedicine, aplikasi smartphone,
berbasis web, obesitas, latihan diabetes, berjalan, kontrol glukosa dengan mendapatkan 29 artikel dan
yang digunakan hanya 14 artikel yang sesuai melalui analisis tujuan, kesesuaian topik, metode
penelitian yang digunakan, ukuran sampel, etik penelitian, hasil dari setiap artikel, serta keterbatasan
yang terjadi.Terdapat hasil yang efektif dalam pelaksanaan promosi kesehatan pencegahan dan kontrol
glukosa diabetes tipe 2 dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat media seperti smartphone dan
website.

Kata kunci: Promosi Kesehatan, Smartphone, Glukosa, Diabetes Tipe 2

172
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 173

PENDAHULUAN hatan di masyarakat, namun penerapannya tidak


Prevalensi diabetes melitus menurut WHO di akan efektif jika fitur didalam aplikasi tidak
Indonesia mengalami peningkatan secara update sesuai dengan kebutuhan masyarakat
signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dalam mem- pertahankan perubahan perilaku.
mendatang. Indonesia mengalami peningkatan Sebuah studi mela- porkan bahwa aplikasi
jumlah penderita diabetes mellitus juga dapat dilihat smartphone dan layanan pesan diringkas dalam
dari perbandingan data Riset Kesehatan Dasar satu aplikasi yang dinamakan “smartAPPetite”
(Riskesdas) pada tahun 2007 sebanyak 5,7% yang menggunakan tahapan peru- bahan perilaku
penderita menjadi 6,9% pende- rita atau sekitar 9,1 yang divalidasi dalam perilaku diet sehat
juta di tahun 2013. (Gilliland et al., 2015).
Penyakit diabetes melitus akan memberikan Manfaat media smartphone terhadap
se- buah dampak terhadap kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2, antara lain;
penderitanya. Masalah akan bertambah menjadi penderita memi- liki pengetahuan yang baik untuk
serius apabila penderita diabetes mellitus memiliki mendapatkan informasi kesehatan secara
gaya hidup yang menetap dengan mengkonsumsi langsung, penderita memiliki kesempatan
tinggi lemak dan makanan tinggi gula, kurangnya langsung untuk belajar dan melatih dirinya dalam
aktivitas fisik, serta tidak dapat mempertahankan melakukan pencegahan. Hasil dari literatur review
berat badan yang ideal (Al-Khalifa, Mathew, Al- dapat menjadi saran kepada tenaga kesehatan
Zaid, Mathew, & Dashti, 2009). khususnya perawat, pemerintah dan lembaga
Upaya peningkatan kualitas hidup manusia swadaya masyarakat dalam memilih media
ada- lah menguatkan pelayanan kesehatan yang promosi kesehatan pada penderita diabetes mellitus
menca- kup upaya promotif dan preventif. Salah tipe 2.
satu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
tenaga kese- hatan adalah komunikasi informasi BAHAN DAN METODE
dan edukasi yang efektif melalui promosi kesehatan Metode yang digunakan dalam literatur
dengan meman- faatkan teknologi sebagai alat review ini menggunakan strategi secara
media berupa smart- phone mengenai penanganan komprehensif, se- perti pencarian artikel dalam
diabetes melitus agar tidak berkelanjutan pada database jurnal pene- litian, pencarian melalui
komplikasi. internet, tinjauan ulang artikel. Pencarian database
Pelayanan yang diberikan secara yang digunakan meliputi ProQuest, SciVerse
komprehensif dan berkualitas kepada pasien ScienceDirect, Scopus, Pubmed, Cohcrane
diabetes mellitus menggunakan media library, EBSCOhost, ClinicalKey, Sage
smartphone berupa aplikasi merupakan metode Publications. Kata kunci yang digunakan dalam
untuk meningkatkan kesadaran pasien diabetes pencarian artikel yaitu diabetes type 2, health
mellitus agar dapat merubah pola makan dan gaya promotion, telemedicine, smart- phone
hidup menjadi lebih sehat sehingga dapat applications, web based, obesity, diabetes
memperbaiki berat badan, lingkar pinggang, exercise, walking, glucose control. Terdapat 29
tekanan darah, dan yang paling utama dapat me- artikel yang diperoleh dan 14 artikel dianalisis
ngontrol kadar glukosa darah (Octa dkk, 2011). mela- lui analisis tujuan, kesesuaian topik, metode
Aplikasi yang terdapat didalam smartphone penelitian yang digunakan, ukuran sampel, etik
adalah alat yang paling efektif untuk promosi penelitian, hasil dari setiap artikel, serta
kese- keterbatasan yang terjadi.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Artikel Review

PenelitiJudulSampel MethodeOutput
Lari et Diabetes & Metabolic Syndrome/: Clinical 76 Kuasi Perbandingan dua kelompok menunjuk-
al. Research & Reviews Effect of electronic (46/30) ekspe- kan bahwa tidak ada perbedaan yang
(2017) education based on health promotion rimental dicatat dalam skor dukungan keluarga
model on physical activity in diabetic antara dua kelompok (p = 0,052),
patients. Diabetes & Metabolic Syndrome: namun status kesehatan, self-efficacy,
Clinical Research & Reviews, 6–11. benefit, dan dukungan teman
https://doi.org/ 10.1016/j.dsx.2017.08.013 dirasakan lebih tinggi dan hambatan
dirasakan lebih rendah pada kelompok
multimedia dibandingkan kelompok
kontrol
174 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177

Peneliti Judul Sampel Methode Output


Davis et Patient Education and Counseling Patient 51 Descrip- Peningkatan self-efficacy dikaitkan
al. (2017) adoption of an internet based diabetes tive dengan penurunan kekhawatiran ten-
medication tool to improve adherence/ : A tang pengobatan (r = 0,64)
pilot study. Patient Education and
Counseling, 100(1), 174–178. https://
doi.org/10.1016/j.pec.2016.07.024

Dwi et al. International Journal of Nursing Sciences 127 Cross Prediktor yang signifikan dari mana-
(2017) Predictors of diabetes self-management sectional jemen diri diabetes adalah pengobatan,
among type 2 diabetics in Indonesia/ : self-efficacy, dan pengaruh situasio-
Application theory of the health promotion nal yang dirasakan
model. International Journal of Nursing
Sciences, 4(3), 260–265. https://doi.org/
10.1016/j.ijnss.2017.06.010

Nes et al. The development and feasibility of a web- 15 Ekspe- Sebelas dari lima belas peserta yang
(2012) based intervention with diaries and rimen termasuk dalam penelitian menyelesai-
situational feedback via smartphone to kan intervensi, yang dievaluasi seba-
support self- management in patients with gai dukungan dan bermakna. Sebagian
diabetes type 2 §, 7, 1–9. https://doi.org/ besar peserta melaporkan perubahan
10.1016/j.diabres.2012.04.019 gaya hidup positif.

Kamboj Pokémon GO/ : An innovative smartphone Deskrip- Pokémon GO mencontohkan aplikasi


& gaming application with health benefits. tif smartphone yang sangat sukses yang
Krishna Primary Care Diabetes, 11(4), 397–399. mempromosikan kesehatan secara
(2017) https://doi.org/10.1016/j.pcd.2017.03.008 khusus dengan memberikan latihan
ber-
jalan kaki yang paling efektif.

Jacobs et Adherence as a predictor of weight loss in 7633 Ekspe- Penggunaan aplikasi smartphone di-
a
al. (2017) commonly used smartphone application. rimen kaitkan dengan penurunan berat badan
Obesity Research & Clinical Practice, jangka pendek yang signifikan dan
pe-
11(2), 206– 214. https://doi.org/10.1016/ nurunan berat badan ini terkait
dengan
j.orcp.2016.05.001 kepatuhan

Joiner et Lifestyle interventions based on the 723 Syste- Dua puluh dua studi memenuhi kri-
al. (2015) diabetes prevention program delivered via abstrak matic teria inklusi/eksklusi, di mana 26 inter-
eHealth/ : A systematic review and meta- review vensi dievaluasi. Sampel terutama
analysis. Preventive Medicine, 100, 194– berpendidikan dasar dan berpendidikan
207.
https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.04.033 tinggi. Intervensi mencakup aplikasi
berbasis Web, aplikasi telepon seluler,
pesan teks, DVD, panggilan telepon
respons suara interaktif, konferensi
video telehealth, dan programer on-
demand video

Pludwinski Participant experiences in a smartphone- 11 Kuali- Analisis data kualitatif menghasilkan


et al., based health coaching intervention for type tatif derivasi empat tema utama yang
meng-
(2017) 2 diabetes/ : A qualitative inquiry, 0(0), 1– gambarkan pengalaman peserta: (a)
7.
https://doi.org/10.1177/1357633X15595178 smartphone dan perangkat lunak, men-
jelaskan penggunaan smartphone sehu-
bungan dengan perubahan perilaku
kesehatan; (b) pelatih kesehatan
meng-
gambarkan bagaimana hubungan
antara klien / pelatih kesehatan dibantu
oleh penggunaan smartphone; (c)
kese-
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 175

PenelitiJudulSampel MethodeOutput
luruhan pengalaman menggambarkan
persepsi tentang keseluruhan inter-
vensi; dan (d) frustasi dalam
mengelola kondisi kronis
menggambarkan kesu- litan dengan
kompleksitas manajemen T2DM dari
perspektif pasien.
Jendrike Introduction of a Novel Smartphone- 3 sistem Akurasi
Hasil dari tiga lot sistem pereaksi yang
et al. Coupled Blood Glucose Monitoring reagen sistem berbeda dalam batas akurasi dan 100%
(2017) System. hasil di dalam zona Adari grid
https://doi.org/10.1177/1932296817706594 kesalahan

Khansa et Evaluating the epic electronic medical record 31 Survey Tema yang diidentifikasi dalam hasil
al. system: A dichotomy in perspectives and dan survei kami mencakup kurangnya in-
(2015) solution recommendations. Health Policy inter- teraksi dengan penyedia layanan ke-
and Technology. https://doi.org/10.1016/ vensi sehatan, kesulitan dalam menjadwalkan
j.hlpt.2015.10.004 janji temu, kurangnya komunikasi
tepat waktu dengan penyedia layanan
kesehatan, dan tantangan dalam me-
ngelola perawatan diabetes yang
kom- pleks

Tursun- Use of social media for e-Government in 244 Syste- Hasil pencarian yang berpotensi
the 1
bayeva et public health sector/ : A systematic review abstrak matic relevan hanya 22 penelitian yang sepe-
al., (2017) of published studies. Government review nuhnya memenuhi kriteria inklusi.
Information Quarterly, 34(2), 270–282. Basis bukti sederhana ini sebagian
https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001 besar bersifat deskriptif, tidak disiplin
dan tidak memiliki kedalaman teoritis
yang terlihat di cabang penelitian
e- Government lainnya. Sebagian
besar penelitian diterbitkan dalam
limatahun terakhir di jurnal medis,
dipusatkan di twitter dan berasal dari
Negara-negara berpenghasilan tinggi

PEMBAHASAN menjan-
Penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 yang
efektif harus dapat membantu mengoptimalkan
kontrol glikemik dan mengarah pada perbaikan
klinis dan hasil metabolisme. Rekomendasi saat
ini didasarkan pada kesehatan prinsip makan
bagi keluarga dengan tujuan untuk berpromosi
kebiasaan hidup sehat sepanjang masa sambil
menjaga sosial dan psikologis kesejahteraan.
Asupan energi dan nutrisi penting harus dituju
untuk mempertahankan berat badan ideal,
meningkatkan kesehatan dan per- tumbuhan,
mengoptimalkan kontrol glikemik, sambil
meminimalkan risiko komplikasi kronis.
Penelitian menggunakan intervensi aplikasi
smartphone telah dijelaskan layak dan harus diuji
dalam skala besar. Aplikasi smartphone yang
dikem- bangkan sepertinya merupakan alat yang
jikan untuk mendukung pasien diabetes tipe 2
mem- buat perubahan gaya hidup yang penting.
Keefektifan intervensi eHealth berbasis DPP
pada penurunan berat badan menjadikan sebuah
penelitian rujukan untuk dilakukannya penelitian
lebih lanjut yang mengarah pada populasi ras dan
etnis yang beragam dengan tingkat pendidikan
yang terbatas. Penelitian selanjutnya juga harus
berfokus pada cara mengoptimalkan dukungan
perilaku.
Sementara banyak aplikasi smartphone
untuk weightloss, hanya ada sedikit penelitian
terkini mengenai kemampuan mereka dalam
memfasilitasi kepatuhan terhadap program
penurunan berat ba- dan. Beberapa studi yang
dipublikasikan pada umumnya menunjukkan
bahwa sistem pengiriman smartphone dikaitkan
dengan kepatuhan yang lebih besar dan
peningkatan berat badan dan hasilnya
176 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 172–177

harus diinterpretasikan dengan hati-hati karena Education and Counseling. https://doi.org/


masalah metodologis. 10.1016/j.pec.2018.03.020
Terdapat beberapa bukti terbatas yang D’Souza, M. S., Ruppert, S. D., Parahoo, K., Karkada,
mendukung keefektifan aplikasi diabetes untuk S. N., Amirtharaj, A., Jacob, D., … Al Salmi, N.
memperbaiki kontrol glikemik untuk orang dewasa M. D. (2016). Foot care behaviors among adults
dengan diabetes tipe 2. Temuan sangat menyaran- with type 2 diabetes. Primary Care Diabetes,
kan bahwa upaya untuk meningkatkan kepuasan 10(6), 442–451.
pengguna, diperlukannya untuk memasukkan https://doi.org/10.1016/j.pcd.2016.04.002
Davis, S. A., Carpenter, D., Cummings, D. M., Lee,
prinsip-prinsip perubahan perilaku kesehatan
C., Blalock, S. J., Scott, J. E., … Sleath, B. 2017.
yang telah ada dan cocokkan aplikasi dengan Patient Education and Counseling Patient
karakteristik pengguna, karena akan adoption of an internet based diabetes medication
meningkatkan dampak terapeutik aplikasi tool to improve adherence/ : A pilot study. Patient
diabetes. Education and Counseling, 100(1), 174–178.
Aplikasi ponsel cerdas kemungkinan harus https://doi.org/ 10.1016/j.pec.2016.07.024
melakukan peninjauan ulang catatan glukosa Dwi, A., Amatayakul, A., & Karuncharernpanit, S.
secara online serta penyedia harus 2017. International Journal of Nursing Sciences
mempertimbangkan untuk menerapkan intervensi Predictors of diabetes self-management among type
berbasis teknologi ini di klinik untuk mengatasi 2 diabetics in Indonesia/ : Application theory of
the health promotion model. International Journal
masalah umumyang dimiliki pasien dengan
of Nursing Sciences, 4(3), 260–265.
melakukan pengelolaan sendiri atau secara https://doi.org/10.1016/ j.ijnss.2017.06.010
mandiri. Gilliland, J., Sadler, R., Clark, A., Connor, C. O.,
Milczarek, M., & Doherty, S. 2015. Using a
SIMPULAN DAN SARAN Smartphone Application to Promote Healthy
Simpulan Dietary Behaviours and Local Food
Consumption, 2015. https://
Pemanfaatan alat teknologi ponsel cerdas doi.org/10.1155/2015/841368
(smartphone) dapat berfungsi sebagai alat untuk Jacobs, S., Radnitz, C., & Hildebrandt, T. 2017.
meningkatkan hasil kesehatan melalui aplikasi Adherence as a predictor of weight loss in a
yang berisi informasi kesehatan terkait diabetes commonly used smartphone application.
mellitus, video edukasi pencegahan diabetes, Obesity Research & Clinical Practice, 11(2),
video terapi modalitas pengendalian glukosa, 206– 214. https://doi.org/
permainan poke- mon go untuk meningkatkan 10.1016/j.orcp.2016.05.001
Jendrike, N., Baumstark, A., Chen, C., Rittmeyer, D.,
aktivitas fisik, panduan diet sehat untuk
Haug, C., & Freckmann, G. 2017. Introduction of a
pengendalian berat badan sesuai dengan IMT, Novel Smartphone- Coupled Blood Glucose
menu profil riwayat penderita diabetes mellitus. Monitoring System.
https://doi.org/10.1177/1932296817706594 Joiner, K. L.,
Saran Nam, S., & Whittemore, R. 2017. Lifestyle
Ponsel cerdas (smartphone) berisi aplikasi interventions based on the diabetes prevention
program delivered via eHealth/ : A systematic review
dapat digunakan petugas kesehatan implementasi
and meta-analysis. Preventive Medicine, 100, 194–
program pencegahan dan pengendalian diabetes
207. https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.04.033
mellitus. Kamboj, A. K., & Krishna, S. G. 2017. Pokémon GO/ :
An
DAFTAR RUJUKAN innovative smartphone gaming application with
Al-Khalifa, A., Mathew, T. C., Al-Zaid, N. S., Mathew, health benefits. Primary Care Diabetes, 11(4),
E., & Dashti, H. M. 2009. Therapeutic role of 397– 399. https://doi.org/10.1016/j.pcd.2017.03.008
low- carbohydrate ketogenic diet in diabetes. Khansa et al. 2015. Evaluating the epic electronic
Nutrition, 25(11–12), 1177–1185. medical record system: A dichotomy in
https://doi.org/10.1016/ j.nut.2009.04.004 perspectives and solution recommendations.
Chai, S., Yao, B., Xu, L., Wang, D., Sun, J., Yuan, N., … Health Policy and Technology.
Ji, https://doi.org/10.1016/j.hlpt.2015.10. 004.
L. 2018. Patient Education and Counseling The Lari, H., Tahmasebi, R., & Noroozi, A. 2017. Diabetes
effect of diabetes self-management education & Metabolic Syndrome/ : Clinical Research &
on psychological status and blood glucose in Reviews Effect of electronic education based on
newly diagnosed patients with diabetes type 2. health promotion model on physical activity in
Patient diabetic patients. Diabetes & Metabolic
Syndrome: Clinical Research & Reviews, 6–11.
https://doi.org/10.1016/ j.dsx.2017.08.013
Andriyanto, Hidayati, Literature Review: Pemanfaatan Media ... 177

Nes, A. G., Dulmen, S. Van, Eide, E., & Finset, A. Pludwinski, S., Ahmad, F., Wayne, N., & Ritvo, P.
2012. The development and feasibility of a web- 2015. Participant experiences in a smartphone-
based intervention with diaries and situational based health coaching intervention for type 2
feedback via smartphone to support self- diabetes/ : A qualitative inquiry, 0(0), 1–7.
management in patients with diabetes type 2 §, 7, https://doi.org/ 10.1177/1357633X15595178
1–9. https:// doi.org/10.1016/j.diabres.2012.04.019 Tursunbayeva, A., Franco, M., & Pagliari, C. 2017.
Octa P, I., Tjahjono D.K., K., & Nuggetsiana S, A. Use of social media for e-Government in the public
2011. Pengaruh Frekuensi Konseling Gizi dan Gaya health sector/ : A systematic review of published
Hidup Terhadap Indeks Massa Tubuh, Lingkar studies. Government Information Quarterly, 34(2),
Pinggang, Tekanan Darah, dan Glukosa Darah 270–282. https://doi.org/10.1016/j.giq.2017.04.001
pada Penderita Diabetes Mellitus, 1–19.

Anda mungkin juga menyukai