Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP DM JUVENIL (DM TIPE I)

Dosen Pengampuh : Ibu, Dr. Andi Fatmawati, M.Kep.,Ns,Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

NI MADE SEPTIANI
AFNI SAFITRI SALEH
SUCI RAMADHANI YUSDAR
MINARNI MATOLAI
RAHMAYANI

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Keperawatan Anak tentang “DM I (DM JUVENIL’’ ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana dan dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-ide serta gagasannya sehingga makalah ini dapat disusun
dengan baik dan rapi, meskipun masih banyak kekurangan di dalam makalah ini.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
bahasa yaitu, Ibu Andi Fatmawati atas arahan serta bimbingannya kami dapat
menyelesaikan makalah pada waktu yang telah ditentukan.
Sehingga harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman pembaca sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah Keperawatan Anak ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan, saran-saran serta kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Palu, 22 januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PEMBAHASAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

B. KLASIFIKASI

A.ETIOLOGI

B. PATOFISIOLOGI

C. PATHWAY

D.MANIFESTASI KLINIS

E. KOMPLIKASI

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus saat ini bukan hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi
sudah menyerang anak-anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes pada anak sulit
dideteksi sejak dini bahkan sejak bayi sekalipun. Menurut ahli, tidak ada tanda-
tanda khusus dari bayi yang dapat membuktikan bahwa seorang anak nantinya
akan menderita diabetes. “Biasanya anak akan ketahuan menderita diabetes pada
usia 7 tahun keatas, Diabetes pada anak dapat pula menyebabkan kematian dan
dapat mengganggu proses tumbuhkembangnya.
Anak yang terkena DM hendaknya menjalani terapi insulin daripada
mengkonsumsi obatobatan. Anak yang menderita diabetes ini juga perlu dijaga
pola makannya dan olahraga secara teratur. Luszy mengakui anak-anak memang
agak sulit untuk diatur pola makannya apalagi sekarang ini kehadiran makanan
cepat saji sangat digemari oleh anak-anak. Di sinilah perlu peran orang tua,
keluarga dan guru dalam membantu anak untuk bisa memperhatikan pola makan
yang baik. Secara umum di dunia terdapat 15 ka¬sus per 100.000 individu
pertahun yang men-derita DM tipe 1. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM
pada umur 20 tahun nantinya. Insiden DM tipe 1 pa¬da anak-anak di dunia
tentunya berbeda. Terdapat 0.61 kasus per 100.000 anak di Cina, hingga 41.4
kasus per 100.000 anak di Finlandia. Angka ini sangat bervariasi, terutama
tergantung pada ling¬kungan tempat tinggal. Ada kecenderung¬an semakin jauh
dari khatulistiwa, angka kejadiannya akan semakin tinggi. Meski belum
ditemukan angka kejadian IDDM di Indonesia, namun angkanya cenderung lebih
rendah dibanding di negara-negara eropa. Diabetes adalah sebuah penyakit serius,
dan ketika penyakit ini menyerang anak-anak, ini bisa menjadi lebih berbahaya
dan mengancam nyawa. Juvenile Diabetes adalah penyakit yang telah menyerang
banyak anak-anak di seluruh dunia. Pengobatan harus dimulai sesegera mungkin
untuk anak-anak seperti itu, namun mereka harus hidup bermasalah sepanjang
hidup mereka. Jika seseorang dapat mengetahui gejala dengan cepat dan diagnosa
dapat terselesaikan pada tahap awal, maka penyakit juga dapat lebih cepat diatasi.
Di bawah ini disebutkan 8 (delapan) gejala teratas Diabetes pada anak-anak
(Juvenile Diabetes) yang dapat membantu orang tua untuk mengetahui bahwa
anak mereka mungkin menderita diabet, tapi semoga saja tidak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu DM Juvenile ?
2. Apa saja klasisfikasi DM Juvenile ?
3. Apa Penyebab DM Juvenile ?
4. Bagaimana Cara Penularannya ?
5. Apa Saja tanda dan gejalanya ?
6. Apa saja komplikasinya ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi Diabetes juvenile

2. Untuk Mengetahui Klasifikasi DM Juvenile

3. Mengetahui penyebab Diabetes juvenile

4. Untuk Mengetahui cara penularannya

5. Mengetahui tanda dan gejala Diabetes juvenile

6. Mengetahui penatalaksanaa dan komplikasi Diabetes juvenile


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya
adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon
insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga
diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-
perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang
timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara lain
adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) yang
lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh
karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan
peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan
pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK)
Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674
data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh
melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter
anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes
Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan
Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga
kerjasama dengan perawat edukator National University Hospital Singapura
untuk memperoleh data penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang
menjalani pengobatannya di Singapura. Data lain dari sebuah penelitian unit
kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruh wilayah Indonesia pada awal
Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitus usia
anak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak.
Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam
beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes
Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh dua anak
diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010)
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di
Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya
risiko anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada Diabetes Mellitus
merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan
atau keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian.Diabetes
Mellitustipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh
dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya
sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut,
sesak nafas, bahkan koma.
Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin
terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian(Pulungan, 2010).

B. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang
terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM
tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi
akibat resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah
normal atau bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan
sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis
nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk.
2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
4. Diabetes mellitus kehamilan

C. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui beberapa faktor.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

D. Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas.
Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok
(mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau
oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang
disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan
dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi
terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagi pula, gen-gen HLA
yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik
atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu
yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi
respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau
yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika
pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi
insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali.
Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya
penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida),
peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya
glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino,
laktat, dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon,
epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein,
trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya
terjadi lipogenesis namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan
badan keton.Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak
dapat diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL ginjal tidak
dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria.
Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan
poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urin, terutama
natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan
asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation)
pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas
dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan
karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma
meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah (Tandra,2007).
E. Pathway
Reaksi autoimun

Sel pancreas hancur

Definisi insulin
hiperglikemia Katabolisme protein meningkat...........................
liposis meningkat

fleksibilitas darah merah pembatasan diet penurunan BB

pelepasan O2 intake tidak adekuat resiko nutrisi


kurang

hipoksia perifer poliuria deficit volume cairan

nyeri perfusi jaringan perifer tidak efektif

F. Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a) Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b) Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe
1 pada anak.
c) Polidipsia
d) Poliphagia
e) Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f) Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g) Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
h) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
i) Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan
diagnosis. Fase ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi
maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut
penyakit ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan
terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih
menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan.
Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara
teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan
penyuluhan pada penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan
berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase
ini terjadi kekurangan insulin endogen.

G. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
menyerang beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak
menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi
ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):

Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :


1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah
kurang dari  80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional,
mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen
sehingga mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak.
Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan
dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena
latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi,
dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering
timbul adalah:
1) Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan
yang besar)
2) Minum banyak, kencing banyak
3) Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat
dan dalam, serta berbau aseton
4) Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita
koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi
setelah tahun ke-5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik
dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
1. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2. Katarak
3. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
4. Hepatomegali

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4.
Bukan Belum DM
DM pasti
DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
<110 110-199 >200
Plasma vena
<90 90-199 >200
Darah
Kapiler
Kadar glukosa
<110 110-125 >126
darah puasa
<90 90-109 >110
Plasma vena
Darah
Kapiler

b.   Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok


c.    Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d.   Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e.    Elektrolit :
1) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
f.  Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g.  Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h.  Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
i.   Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (pada tipe
1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody . (autoantibody)
j.  Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
k. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat
I. Penatalaksanaan Medis
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan / mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan 
jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut
dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin.
Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan
dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan
mandiri.
Tabel Kriteria pengendalian DM.
Baik Sedang Buruk

Glukosa darah
plasma vena 80-109 110-139 >140
(mg/dl) 110-159 160-199 >200
- puasa
-2 jam
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total <200 200-239 >240
(mg/dl)
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL >45 35-45 <35
(mg/dl)
Trigliserida
(mg/dl) <200 <200- >250
- tanpa PJK <150 249 >200
- dengan PJK <150-
199
BMI/IMT
18,9- >25atau
- perempuan 23,9 23-25 <18,5
- laki-laki 20 -24,9 25-27 >27
atau
<20
Tekanan darah <140/9 140- >160/95
(mmHg) 0 160/90-
95

Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang


mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak
insulin. Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki
keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll,
stabilisasi penyakit  dengan insulin, menyusun pola diet, dan
penyuluhan kepada penyandang DM / keluarga mengenai pentignya
pemantauan penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa
darah, urin, pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan
diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status
metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai
dalam penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1.      Bebas dari gejala penyakit
2.      Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3.      Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4.  Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi
dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5.  Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun
oleh lingkungan
6.  Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak
dapat memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus
mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi.
Tujuan terapi insulin ini terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau
mendekati normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada
diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama
bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan
glukosa. Secara terus menerus pankreas melepaskan insulin pada saat makan
atau tidak. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan membantu
penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati
akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga
glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar yang normal.

Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan


sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya
jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah
kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau
suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai
secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak
(tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).

Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni:

1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)


2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
b. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak                  60 – 70 %
2) Protein sebanyak                          10 – 15 %
3) Lemak sebanyak                           20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal =
(TB-100)-10%, sehingga didapatkan:
1)      Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2)      Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3)      Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4)      Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan
kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg
BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk
pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah)
dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas
dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak   20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak    25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
c. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit
dan olah raga berat jogging.
d. Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas
hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).

J. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan a. Timbang berat
kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24jam akan badan tiap hari
berhubungan dengan didapatkan hasil : b. Berikan
defisiensi oral/ - Nutrisi terpenuhi makanan cair
penurunan intake - Tidak terjadi penurunan 20% yang
oral ditandai dengan - Berat badan meningkat mengandung
mengeluh mual- zat makanan
muntah, intake tidak dan elektrolit
adekuat, penurunan dengan segera
nafsu makan, lemah, jika pasien
tonus otot menurun dapat
mentoleransin
ya melalui
pemberian
makanan
melalui oral
c. Observasi
tanda-tanda
hipoglikemia
seperti
perubahan
tingkat
kesadaran,
kulit dingin
nadi cepat,
sakit kepala
dan pandangan
berkurang-
kunang.
d. Ajarkan pasien
dan keluarga
bagaimana
membuat jadw
makan sesuai
dengan diet
Diabetes
Mellitus tipe
e. Berikan
pengobatan
insulin secara
teratur dengan
metode I.V
secara intermit
atau secara
kontinue
f. Kolaborasi
pemeriksaan
glukosa test,
glukosa serum,
aseton, pH, dan
HCO3, kelola
pemberian
insulin, konsul
dengan ahli giz

2 Kekurangan volume Setelah dilakukan perawatan 1. Pantau tan


cairan berhubungan selama 1x24 jam akan vital.
dengan osmotik, mendapatkan hasil: 2. Kaji suhu, war
kehilangan gastrik - Keseimbangan intake dan kulit d
berlebihan, masukan output dalam 24 jam kelembaban.
yang terbatas. - Berat badan stabil 3. Pantau masuk
dan pengeluar
catat bj urin.
4. Ukur BB seti
hari.
5. Pertahankan
cairan  25
cc/hari ji
pemasukan
secara oral sud
dapat diberikan
6. Tingkatkan
lingkungan ya
nyaman selim
dengan selim
tipis.
7. Catat hal-h
yang dilapork
seperti mu
nyeri abdom
muntah, diste
lambung.
8. Berikan tera
cairan sesu
indikasi.
9. Pasang sela
NGT d
lakukan
penghisapan
sesuai deng
indikasi.

3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1.  Kaji tingk


kulit berhubungan selama 4x24 jam diharapkan rasa gatal ya
dengan luka, integritas kulit membaik dan dirasakan klien
mencetuskan reaksi tidak terjadi perusakan kulit 2. Observasi lu
imun dan kriteria hasil lecet.
peradangan terjadi perbaikan status 3. Anjurkan pa
metabolik yang dilakukan oleh klien unt
gula darah dalam batas normal menggunakan
pakaian ya
longgar d
bahan ya
lembut d
menyerap
keringat.
4. Berikan
perawatan ku
dengan menab
salicyl talk.
5. Beri penjelas
pada klien b
daerah yang ga
jangan digaru
dan jelask
penyebab ra
gatal.

4 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampu


diri berhubungan perawatan selama 3x24 jam klien dala
dengan kelemahan kebutuhan perawatan diri menolong
fisik, energi klien terpenuhi dengan kriteria dirinya send
menurun, dan : seperti man
metabolisme - Klien dapat melakukan dan gosok gigi
menurun perawatan diri (mandi, gosok 2. Berikan bantu
gigi) secara mandiri. sesuai
-  Badan klien bersih, rambut kebutuhan.
bersih, kuku pendek dan 3. Berikan
bersih. dukungan ji
klien berusa
untuk melakuk
perawatan diri.
4. Jelaskan pa
klien d
keluarga tenta
pentingnya per
nal
hygiene. Seper
mandi dan gos
gigi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh
karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan
peranan penting dalam kehidupan penderita.
Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus
dilakukan untuk menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang
dapat mengakibatkan kematian. Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang
anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang
tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis
seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma.
Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
Faktor-faktor Imunologi Adanya respons autotoimun yang merupakan
respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.

Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/546534822lLAPORAN-PENDAHULUAN-
DIABETES-MELLITUS-JUVENILE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.N

DENGAN KASUS DM TIPE 1 (DM JUVENIL)

DI RUANGAN KIRANA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
 Pasien
a. Nama Pasien : Ny. N
b. Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Desember 1960
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Status Perkawinan : Kawin
h. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
i. Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta
j. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus 51
k. No.RM : 009973
l. Tanggal Masuk RS : 29 Juni 2018
 Penanggung Jawab/ Keluarga
a. Nama : Bp. R
b. Umur : 69 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Buruh
e. Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta
f. Hubungan dengan pasien : Suami
g. Status perkawinan : Nikah
2. Riwayat Kesehatan
 Kesehatan Pasien
1. Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluhkan badan lemas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan masuk RS :
Pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing, buang air besar
cair sudah 5 kali, pasien mempunyai riwayat DM 3 tahun yang
lalu.
3. Riwayat kesehatan pasien :
Pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing sejak 3 hari yang
lalu, buang air besar cair 5 kali dalam sehari. Pada tanggal 29 Juni
2019 pasien berobat di Poli Dalam di RS Dr. Soetarto Yogyakarta
kemudian pasien menjalani rawat inap di bangsal Kirana.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien
berobat rutin di Puskesmas, mendapatkan terapi metformin dan
glimipirid
b. Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat
rutinnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
turunan.
B. Kesehatan Fungsional
 Aspek Fisik-Biologis
1. Nutrisi
 Sebelum sakit
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi
pasien berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien minum 8-10
gelas perhari(1500-2000cc) berupa air putih.Pasien selalu minum teh
manis setiap hari.
 Selama sakit
Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis setengah porsi.
Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk.
Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-2000cc) berupa air
putih.
2. Pola Eliminasi
 Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses
lunak berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil lancar kurang
lebih sebanyak 5-6 kali.

 Selama sakit
Selama dirumah sakit pasien buang air besar cair 5 kali
dalamsehari sekali. Terdapat ampas. Warna kuning bau khas feses.
Untuk buang air kecil pasien lancarr sehari 5-6 kali sehari. Urine
berwarna kuning jernih.
3. Pola Aktivitas
 Sebelum sakit
Keadaan aktivitas sehari-hari Pasien setiap hari bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi
mandi, makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien melakukannya
secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu, Keadaan
pernafasan Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur,
Keadaan kardiovaskuler Pasien mengatakan tidak mempunyai
penyakit jantung.
 Selama sakit
Keadaan aktivitas sehari-hari 55 Pasien setiap hari bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari
meliputi mandi, makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien dibantu
oleh anaknya, Keadaan pernafasan Pasien bernafas menggunakan
hidung, pernafasan teratur, Keadaan kardiovaskuler Pasien
mengatakan tidak berdebar-debar setelah melakukan aktivitas.
4. Kebutuhan Istirahat-tidur
 Sebelum sakit
Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien tercukupi, pasien
biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.
 Selama sakit
Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola
tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah Sakit pasien lebih banyak
waktunya untuk istirahat.
5. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan Pasien
mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di puskesmas
terdekat. Pasien belum mengerti tentang pengobatan rutin tentang
penyakitnya.
b. Pola hubungan Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami
c. Koping atau toleransi stres Pengambilan keputusan dalam
menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak keluarga, terutama
suami pasien dan pasien.
d. Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
1. Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar
penuh)
2. Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancer
3. Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
4. Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
5. Pengetahuan pasien terhadap penyakit : Pasien mengatakan
paham mengenai penyakit yang dideritanya.
6. Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang
disarankan oleh keluarganya.
 Konsep diri
1. Gambaran diri Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit
terganggu dalam menjalankan aktivitas karena merasa lemas.
2. Harga diri Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan terhadap hidupnya
3. Peran diri Pasienmengakui perannya sebagai seorang ibu rumah
tangga, pasien mengatakan bahwaingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga.
4. Ideal diri Pasien lebih menurut pada keluarganya
5. Identitas diri Pasien mengenali siapa dirinya
6. Seksual
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
7. Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien
memahami hal-hal yang baik dan yang benar
8. Aspek Lingkungan Fisik
Rumah pasien berada di pedesaan.
C. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Status Gizi : TB = 155cm BB = 60 kg

IMT = 24,97 kg/m2 3)

 Tanda Vital

TD = 100/70 mmHg

Nadi = 88 x/menit

Suhu = 36,2 oC

RR = 22 x/menit

 Skala Nyeri
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.
 Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
 Kulit
Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi,
pertumbuhan rambut merata. Turgor kulit baik.
 Kepala
1) Rambut : Rambut lurus, rambut hitam terdapat uban, dan berambut
tebal.Rambut tertata rapi. b)Mata : Konjungtiva tidak anemis,
dilatasi pupil normal, reflek pupil baik, sklera baik
2) Hidung : Normal dan simetris tidak terdapat lesi.
3) Telinga : Kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan cairan
4) Mulut : Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna
putih kekuningan, mukosa bibir lembab, tidak berbau mulut
 Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
 Tengkuk
Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.
 Thorax
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit
merata
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris
3) Perkusi : suara sonor
4) Auskultasi : suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler
 Kardivaskuler
1) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut
merata
2) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri.
3) Perkusi : Suara redup
4) Auskultasi : Suara S1 dan S2
 Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, kulit berwarna sawo
matang.
 Abdomen
1) Inspeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak
terdapat bekas luka.
2) Auskultasi : Peristaltik usus 38 kali permenit, terdengar jelas
3) Perkusi : Terdengar hasil ketukan tympani‖ di semua kuadran
abdomen
4) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,, tidak terdapat edema, tidak
terdapat massa dan benjolan yang abnormal
 Panggul
Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata kecoklatan, tidak
terdapat lesi, pertumbuhan rambut tipis merata
 Anus dan rectum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan. Warna merah tua.
 Genetalia
Pada Perempuan Genetalia pasien normal, tidak ada luka.

 Ekstremitas
1) Atas : Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa.
Kekuatan otot 5. Tangan kiri terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm.
2) Bawah : Kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi
kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat edema,kekuatan
otot 5. Kuku pada jari kaki terlihat bersih
D. Analisa Data

Data Masalah Penyebab


DS : resiko gangguan ketidakpatuhan dalam
 Pasien mengatakan ketidakseimbangan kadar pengobatan
lemas dan pusing glukosa darah
Pasien mengatakan
nafsumakan
berkurang, pasien
hanya habis
setengah porsi dari
diet RS Pasien
mengatakan
mempunyai riwayat
penyakit DM sejak
3 tahun yang lalu
Anak
 pasien mengatakan
pasien kontrol rutin
di puskesmas,
namun pasien
terkadang lupa
untuk meminum
obat rutinnya
DO :
 GDS 529 mg/dL
 Pasien tampak
lemas
DS : defisit perawatan diri Kelemahan fisik
 Pasien mengatakan
lemas dan pusing
 Pasien mengatakan,
untuk mandi,
makan, minum
danke kamar mandi
dibantu oleh
anaknya
DO :
 Pasien tampak
lemah
 TD 100/70 mmHg
DS : - Resiko infeksi prosedure invasif
DO :
 Terpasang infus
NaCl 0,9% di
punggung tangan
kiri pasien sejak
tanggal 29 Juni
2018

E. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai
dengan :
DS : Pasien mengatakan lemas dan pusing Pasien mengatakan, untuk
mandi, makan, minum danke kamar mandi dibantu oleh anaknya
DO : Pasien tampak lemah TD 100/70 mmHg
2. Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah dengan
factor risikoketidakpatuhandalam pengobatan, ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan lemas dan pusing Pasien mengatakan nafsumakan
berkurang, pasien hanya habis setengah porsi dari diet RS Pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu
Anak pasien mengatakan pasien kontrol rutin di puskesmas, namun pasien
terkadang lupa untuk meminum obat rutinnya
DO : GDS 529 mg/dL Pasien tampak lemas
3. Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive
DS : -
DO : Terpasang infus NaCl 0,9% dipunggung tangan kiri pasien sejak
tanggal 29 Juni 2018

F. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli 2018
2018 14.00 2018 14.00 2018 14.00 14.00 WIB
WIB Risiko WIB WIB a. Pasien patuh
gangguan Setelah a. Monitor dalam pengobatan.
ketidakseimba dilakukan tingkat b. Pasien
ngan kadar asuhan kepatuhan mengetahui
glukosa darah keperawatan pasien dalam pengobatan DM
dengan factor selama 3 x 24 pengobatan c. Pasien dan
risiko jam, risiko b. Pendidikan keluarga dapat
ketidakpatuha ketidakstabilan Kesehatan mengelola
n dalam kadar glukosa tentang pengobatan DM
pengobatan darah teratasi pengobatan selama di rumah
dengan kriteria DM d. Novorapid
: c. Ajarkan injeksi sebagai
a. Pasien pasien dan pengganti fungsi
mengat keluarga cara insulin dalam
akan penggunaan tubuh untuk
bersedi injeksi menstabilkan
a patuh novorapid kadar glukosa
dalam selama dirumah dalam darah
pengob d. Kolaborasi
atan dengan dokter
b. GDS pemberian
c. Pasien injeksi
dapat novorapid 3x12
meruba unit/SC
h pola
hidup
DM
d. Pasien
dan
keluarg
a dapat
mengel
ola
terapi
pengob
atan
DM
selama
diruma
h
Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli 2018
2018 14.00 2018 09.00 2018 09.00 09.00 WIB
WIB WIB WIB a. Mengidenti
Risiko Infeksi Setelah a. Pantau fikasi
berhubungan dilakukan tanda- tanda-tanda
dengan asuhan tanda peradangan
procedure keperawatan vital terutama
invasive selama 3 x 24 b. Lakuka bila suhu
jam infeksi n tubuh
tidak terjadi perawat meningkat.
dengan an b. Mengendal
kriteria: terhada ikan
a. Tidak ada p penyebaran
tanda-tanda prosedu mikroorgan
infeksi (dolor, r invasif isme
kalor, rubor, seperti patogen.
tumor, fungtio infus, c. Untuk
laesa) kateter, mengurang
b. Luka bersih, drainase i risiko
tidak lembab luka infeksi
dan tidak c. Jika nosokomial
kotor. ditemuk .
c. Balutan an tanda d. Penurunan
infus bersih, infeksi Hb dan
tidak, lembab, kolabor peningkata
dan tidak kotor asi n jumlah
d. Tanda-tanda untuk leukosit
vital dalam pemerik dari normal
batas normal. saan bisa terjadi
(TD: 110- darah, akibat
120/60-80 seperti terjadinya
mmHg, N: 60- Hb dan proses
100 x/mnt, RR: leukosit infeksi
16- 20x/mnt, S d. Kelola e. Antibiotik
:36- 36,5°C). untuk mencegah
pemberi perkemban
an gan
antibioti mikroorgan
k isme
ceftriax patogen.
one 1
gr/24
jam
Defisit Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli Senin, 2 Juli 2018
perawatan diri 2018 09.00 2018 09.00 09.00 WIB 1.
berhubungan WIB WIB Mengetahui
dengan nyeri, Setelah 1. Observasi keadekuatan
kelemahan dilakukan tingkat pasien dalam
tindakan kemandirian melakukan
keperawatan pasien dalam personal hygiene
selama 3x24 melakukan 2. Sebagai upaya
jam, personal menjaga
diharapkan hygiene kebersihan tubuh
kebutuhan 2. Berikan Air pasien
personal hangat 3. Menekankan
hygiene pasien 3. Motivasi pentingnya
dapat terpenuhi pasien untuk kebersihan tubuh
dengan kriteria personal agar tidak terjadi
hasil hygiene 2 kali komplikasi atau
- kebersihan sehari pagi dan infeksii
pasien terjaga sore nosokomial
- pasien tidak 4. Motivasi
bau keluarga untuk
menjaga
kebersihan diri
dan lingkungan
ketika
membesuk

G. Catatan Perkembangan
Nama pasien :Ny.N
Nomor CM :009973
Ruang :Kirana
Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar
glukosa darah berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan

Hari/tanggal Pelaksanaan Evaluasi


Senin, 2 Juli 2018 Jam 10.00 Menanyakan Jam 10.10
tingkat kepatuhan pasien S : Pasien mengatakan
dalam pengobatan selalu kontrol rutin ke
Jam 10.10 Mengajarkan puskesmas Anak
pasien tentang pengobatan pasien mengatakan
DM terkadang pasien lupa
Jam 11.30 Melakukan meminum obat
kolaborasi dengan dokter rutinnya
pemberian injeksi O : Obat rutin
novorapid 3x12 unit metformin dalam
Jam 18.00 Melakukan sebulan masih tersisa
kolaborasi dengan dokter Jam 10.20
pemberian injeksi S : Pasien mengatakan
novorapid 3x12 unit bersedia untuk berobat
rutin
O : Pasien memahami
apabila harus berobat
rutin
Jam 11.40
S : Pasien mengatakan
obat sudah disuntikan
O : Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan
atas pasien
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan
selalu kontrol rutin ke
puskesmas Anak
pasien mengatakan
terkadang pasien lupa
meminum obat
rutinnya Pasien
mengatakan obat
sudah disuntikan
O : Obat rutin
metformin dalam
sebulan masih tersisa
Pasien memahami
apabila harus berobat
rutin Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan
atas pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
Kelola pemberian
injeksi novorapid 12
unit/SC
Jam 18.40
S : Pasien mengatakan
obat sudah disuntikan
O : Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan
atas pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi Kelola
pemberian injeksi
novorapid 12 unit/SC
Selasa, 3 Juli Jam 06.00 Melakukan Jam 06.10
2018 kolaborasi dengan dokter S:
pemberian injeksi -Pasien mengatakan
novorapid 3x12 unit dan obat sudah disuntikan
mengajarkan pasien dan Keluarga
keluarga untuk -pasien mengatakan
memberikan novorapid belum berani
12unit/ SC menyuntikkan obatnya
Jam 11.30 Melakukan O : Injeksi novorapid
kolaborasi dengan dokter 12 unit/SC berhasil
pemberian injeksi diberikan di lengan
novorapid 3x16 unit dan atas pasien
mengajarkan pasien dan A : Risiko
keluarga untuk ketidakstabilan kadar
memberikan novorapid glukosa dalam darah
16unit/ SC teratasi sebagian
Jam 11.30 Melakukan P : Lanjutkan
kolaborasi dengan dokter intervensi Kolaborasi
pemberian injeksi dengan dokter
novorapid 3x16 unit dan pemberian injeksi
mengajarkan pasien dan novorapid 12 unit/SC
keluarga untuk Jam 11.40
memberikan novorapid S : -Pasien
16unit/ SC mengatakan lemas
Jam 18.00 Melakukan berkurang
kolaborasi dengan dokter -Pasien mengatakan
pemberian injeksi obat sudah disuntikan
novorapid 3x16 unit dan Keluarga
mengajarkan pasien dan -pasien mengatakan
keluarga untuk mau belajar
memberikan novorapid menyuntikkan obatnya
16unit/ SC O : Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan
atas pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
-Kolaborasi dengan
dokter pemberian
injeksi novorapid 12
unit/SC
Jam 11.40
S : Pasien mengatakan
lemas berkurang
Pasien mengatakan
obat sudah disuntikan
Keluarga pasien
mengatakan mau
belajar menyuntikkan
obatnya
O : Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan
atas pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi Kolaborasi
dengan dokter
pemberian injeksi
novorapid 12 unit/SC
Jam 18.10
S : Pasien mengatakan
badan sudah enakan
Pasien mengatakan
obat sudah disuntikan
Keluarga pasien
mengatakan mau
belajar menyuntikkan
obatnya
O : Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan
atas pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
-Kolaborasi dengan
dokter pemberian
injeksi novorapid 12
unit/SC
Rabu, 4 Juli 2018 Jam 11.30 Melakukan Jam 11.40
kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan
pemberian injeksi lemas berkurang
novorapid 3x16 unit dan Pasien mengatakan
mengajarkan pasien dan obat sudah disuntikan
keluarga untuk Keluarga pasien
memberikan novorapid mengatakan sudah
16unit/ SC bisa menyuntikkan
obatnya.
O : Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan
atas pasien Keluarga
mampu mengelola
novorapid injeksi
dengan benar
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi
P : Hentikan intervensi

Catatan Perkembangan
Nama pasien :Ny.N
Nomor CM :009973
Ruang :Kirana
Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar
glukosa darah berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan

Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi


Senin, 2 Juli Jam 10.00 Menanyakan Jam 10.10
2018 tingkat kepatuhan pasien S : Pasien mengatakan
dalam pengobatan selalu kontrol rutin ke
Jam 10.10 Mengajarkan puskesmas Anak pasien
pasien tentang mengatakan terkadang
pengobatan DM pasien lupa meminum
Jam 11.30 Melakukan obat rutinnya
kolaborasi dengan dokter O : Obat rutin metformin
pemberian injeksi dalam sebulan masih
novorapid 3x12 unit tersisa
Jam 18.00 Melakukan Jam 10.20
kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan
pemberian injeksi bersedia untuk berobat
novorapid 3x12 unit rutin
O : Pasien memahami
apabila harus berobat
rutin
Jam 11.40
S : Pasien mengatakan
obat sudah disuntikan
O : Injeksi novorapid 12
unit/SC berhasil
diberikan di lengan atas
pasien
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan
selalu kontrol rutin ke
puskesmas Anak pasien
mengatakan terkadang
pasien lupa meminum
obat rutinnya Pasien
mengatakan obat sudah
disuntikan
O : Obat rutin metformin
dalam sebulan masih
tersisa Pasien memahami
apabila harus berobat
rutin Injeksi novorapid
12 unit/SC berhasil
diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-Kelola pemberian
injeksi novorapid 12
unit/SC
Jam 18.40
S : Pasien mengatakan
obat sudah disuntikan
O : Injeksi novorapid 12
unit/SC berhasil
diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kelola pemberian injeksi
novorapid 12 unit/SC
Selasa, 3 Juli Jam 06.00 Melakukan Jam 06.10
2018 kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan
pemberian injeksi obat sudah disuntikan
novorapid 3x12 unit dan Keluarga pasien
mengajarkan pasien dan mengatakan belum berani
keluarga untuk menyuntikkan obatnya
memberikan novorapid O : Injeksi novorapid 12
12unit/ SC unit/SC berhasil
Jam 11.30 Melakukan diberikan di lengan atas
kolaborasi dengan dokter pasien
pemberian injeksi A : Risiko
novorapid 3x16 unit dan ketidakstabilan kadar
mengajarkan pasien dan glukosa dalam darah
keluarga untuk teratasi sebagian
memberikan novorapid P : Lanjutkan intervensi
16unit/ SC Kolaborasi dengan dokter
Jam 11.30 Melakukan pemberian injeksi
kolaborasi dengan dokter novorapid 12 unit/SC
pemberian injeksi Jam 11.40
novorapid 3x16 unit dan S : Pasien mengatakan
mengajarkan pasien dan lemas berkurang Pasien
keluarga untuk mengatakan obat sudah
memberikan novorapid disuntikan Keluarga
16unit/ SC pasien mengatakan mau
Jam 18.00 Melakukan belajar menyuntikkan
kolaborasi dengan dokter obatnya
pemberian injeksi O : Injeksi novorapid 12
novorapid 3x16 unit dan unit/SC berhasil
mengajarkan pasien dan diberikan di lengan atas
keluarga untuk pasien
memberikan novorapid A : Risiko
16unit/ SC ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dengan dokter
pemberian injeksi
novorapid 12 unit/SC
Jam 11.40
S : Pasien mengatakan
lemas berkurang Pasien
mengatakan obat sudah
disuntikan Keluarga
pasien mengatakan mau
belajar menyuntikkan
obatnya
O : Injeksi novorapid 12
unit/SC berhasil
diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dengan dokter
pemberian injeksi
novorapid 12 unit/SC
Jam 18.10
S : Pasien mengatakan
badan sudah enakan
Pasien mengatakan obat
sudah disuntikan
Keluarga pasien
mengatakan mau belajar
menyuntikkan obatnya
O : Injeksi novorapid 12
unit/SC berhasil
diberikan di lengan atas
pasien
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Kolaborasi dengan dokter
pemberian injeksi
novorapid 12 unit/SC
Rabu, 4 Juli Jam 11.30 Melakukan S : Pasien mengatakan
2018 kolaborasi dengan dokter lemas berkurang Pasien
pemberian injeksi mengatakan obat sudah
novorapid 3x16 unit dan disuntikan Keluarga
mengajarkan pasien dan pasien mengatakan sudah
keluarga untuk bisa menyuntikkan
memberikan novorapid obatnya.
16unit/ SC O : Injeksi novorapid 12
unit/SC berhasil
diberikan di lengan atas
pasien Keluarga mampu
mengelola novorapid
injeksi dengan benar
A : Risiko
ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah
teratasi
P : Hentikan intervensi

Nama pasien :Ny.N


Nomor CM :009973
Ruang :Kirana
Diagnosa keperawatan : Risiko infeksi dengan factor risiko
prosedure invasive

Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi


Senin, 2 Juli Jam 09.00 Melakukan Jam 09.10
2018 kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan
pemberian antibiotik tidak sakit saat obat
ceftriaxone 1 gram/12jam/ disuntikkan
IV O : Injeksi ceftriaxone 1
Jam 20.50 Melakukan gram berhasil
kolaborasi dengan dokter disuntikkan melalui
pemberian antibiotic kateter infus pasien
ceftriaxone 1 gram/12jam/ ditangan kiri
IV Jam 14.00
S : Pasien mengatakan
tidak sakit saat obat
disuntikkan
O : Injeksi ceftriaxone1
gram berhasil
disuntikkan melalui
kateter infus pasien
ditangan kiri
A : Risiko infeksi
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Jam 21.00
S : Pasien mengatakan
tidak sakit saat obat
disuntikkan
O : Injeksi ceftriaxone 1
gram berhasil
disuntikkan melalui
kateter infus pasien
ditangan kiri
Jam 21.00
S : Pasien mengatakan
tidak sakit saat obat
disuntikkan
O : Injeksi ceftriaxone 1
gram berhasil
disuntikkan melalui
kateter infus pasien
ditangan kiri
A : Risiko infeksi
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Selasa, 3 Juli Jam 08.00 Melakukan Jam 08.10
2018 dressing infus S : Pasien mengatakan
Jam 09.00 Melakukan infusnya tidak terasa
kolaborasi dengan dokter gatal
pemberian antibiotic O : Tidak nampak tanda-
ceftriaxone 1 gram/12jam/ tanda infeksi pada
IV pemasangan infus
ditangan kiri pasien
Jam 09.10
S : Pasien mengatakan
tidak sakit saat obat
disuntikkan
O : Injeksi ceftriaxone 1
gram berhasil
disuntikkan melalui
kateter infus pasien
ditangan kiri Jam 14.00
S : Pasien mengatakan
infusnya tidak terasa
gatal
O : Tidak Nampak
tanda-tanda infeksi pada
pemasangan infus
ditangan kiri pasien,
Injeksi ceftriaxone 1
gram berhasil
disuntikkan melalui
kateter infus pasien
ditangan kiri
A : Risiko infeksi
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 4 Juli Jam 09.00 Melakukan Jam 09.10
2018 kolaborasi dengan dokter S : Pasien mengatakan
pemberian antibiotic tidak sakit saat obat
ceftriaxone 1 gram/12jam/ disuntikkan
IV O : Injeksi ceftriaxone 1
Jam 1300 Melakukan aff gram berhasil
infus disuntikkan melalui
kateter infus pasien
ditangan kiri
Jam.13.20
S : Pasien mengatakan
terasa lega setelah infus
dilepas
O : infus NaCl 0,9% tpm
berhasil diaff
Jam 14.00
S : Pasien mengatakan
tidak sakit saat obat
disuntikkan, Pasien
mengatakan terasa lega
setelah infus dan kateter
dilepas
O : Injeksi ceftriaxone 1
gram berhasil
disuntikkan melalui
kateter infus pasien
ditangan kiri, Kateter
infus berhasil diaff
A : Risiko infeksi
teratasi
P : Hentikan intervensi,
pasien BLPL

Nama pasien :Ny.N


Nomor CM :009973
Ruang :Kirana
Diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik

Hari/Tanggal Pelaksanaan Evaluasi


Senin, 2 Juli Jam 16.00 Mengobservasi Jam 16.10
2018 tingkat kemandirian S : Pasien mengatakan
pasien dalam melakukan mandi dibantu oleh
personal hygiene anaknya karena masih
Jam 16.10 Memotivasi terasa pusing
pasien untuk personal O : Pasien tampak lemah
hygiene 2 kali sehari, pagi dan pucat
dan sore Jam 16.20
S : Pasien mengatakan
mandi sehari sekali pada
pagi hari, karena pasien
tidak bisa mandi sendiri,
harus dibantu oleh
anaknya
O : Wajah pasien
nampak berminnyak dan
kulitnya terasa lengket
Jam 16.20
S : Pasien mengatakan
mandi dibantu oleh
anaknya karena masih
terasa pusing Pasien
mengatakan mandi sehari
sekali pada pagi hari,
karena pasien tidak bisa
mandi sendiri, harus
dibantu oleh anaknya
O : Pasien tampak lemah
dan pucat Wajah pasien
nampak berminnyak dan
kulitnya terasa lengket
A : Defisit perawatan diri
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Selasa, 3 Juli Jam 07.00 Mengobservasi Jam 07.10
2018 tingkat kemandirian S : Pasien mengatakan
pasien dalam melakukan masih agak lemas
personal hygiene O : TTD 110/70 mmHg
Jam 07.10 Memotivasi Jam 07.20
pasien untuk personal S : Pasien mengatakan
hygiene 2 kali sehari, pagi sudah mandi, dan
dan sore bersedia mandi 2 kali
Jam 16.00 Mengobservasi sehari pagi ini sama nanti
tingkat kemandirian sore
pasien dalam melakukan O : Pasien tampak bersih
personal hygiene dan pakiannya rapi
Jam 16.10 Memotivasi Jam 16.20
pasien untuk personal S : Pasien mengatakan
hygiene 2 kali sehari, pagi masih agak lemas Pasien
dan sore mengatakan sudah
mandi, dan bersedia
mandi 2 kali sehari pagi
ini sama nanti sore
O : Pasien tampak bersih
dan pakiannya rapi
Terpasang verban ransel
di bahu kanan pasien
A : Defisit perawatan diri
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Jam 16.10
S : Pasien belajar mandi
sendiri
O : Pasien tampak lebih
bugar
Jam 16.20
S : Pasien mengatakan
sudah mandi,
O : Pasien tampak bersih
dan pakiannya rapi
Jam 16.20
S : Pasien belajar mandi
sendiri Pasien
mengatakan sudah
mandi,
O : Pasien tampak bersih
dan pakiannya rapi
Pasien tampak lebih
bugar
A : Defisit perawatan
teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai