DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
NI MADE SEPTIANI
AFNI SAFITRI SALEH
SUCI RAMADHANI YUSDAR
MINARNI MATOLAI
RAHMAYANI
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
A.ETIOLOGI
B. PATOFISIOLOGI
C. PATHWAY
D.MANIFESTASI KLINIS
E. KOMPLIKASI
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus saat ini bukan hanya menyerang orang dewasa saja, tetapi
sudah menyerang anak-anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes pada anak sulit
dideteksi sejak dini bahkan sejak bayi sekalipun. Menurut ahli, tidak ada tanda-
tanda khusus dari bayi yang dapat membuktikan bahwa seorang anak nantinya
akan menderita diabetes. “Biasanya anak akan ketahuan menderita diabetes pada
usia 7 tahun keatas, Diabetes pada anak dapat pula menyebabkan kematian dan
dapat mengganggu proses tumbuhkembangnya.
Anak yang terkena DM hendaknya menjalani terapi insulin daripada
mengkonsumsi obatobatan. Anak yang menderita diabetes ini juga perlu dijaga
pola makannya dan olahraga secara teratur. Luszy mengakui anak-anak memang
agak sulit untuk diatur pola makannya apalagi sekarang ini kehadiran makanan
cepat saji sangat digemari oleh anak-anak. Di sinilah perlu peran orang tua,
keluarga dan guru dalam membantu anak untuk bisa memperhatikan pola makan
yang baik. Secara umum di dunia terdapat 15 ka¬sus per 100.000 individu
pertahun yang men-derita DM tipe 1. Tiga dari 1000 anak akan menderita IDDM
pada umur 20 tahun nantinya. Insiden DM tipe 1 pa¬da anak-anak di dunia
tentunya berbeda. Terdapat 0.61 kasus per 100.000 anak di Cina, hingga 41.4
kasus per 100.000 anak di Finlandia. Angka ini sangat bervariasi, terutama
tergantung pada ling¬kungan tempat tinggal. Ada kecenderung¬an semakin jauh
dari khatulistiwa, angka kejadiannya akan semakin tinggi. Meski belum
ditemukan angka kejadian IDDM di Indonesia, namun angkanya cenderung lebih
rendah dibanding di negara-negara eropa. Diabetes adalah sebuah penyakit serius,
dan ketika penyakit ini menyerang anak-anak, ini bisa menjadi lebih berbahaya
dan mengancam nyawa. Juvenile Diabetes adalah penyakit yang telah menyerang
banyak anak-anak di seluruh dunia. Pengobatan harus dimulai sesegera mungkin
untuk anak-anak seperti itu, namun mereka harus hidup bermasalah sepanjang
hidup mereka. Jika seseorang dapat mengetahui gejala dengan cepat dan diagnosa
dapat terselesaikan pada tahap awal, maka penyakit juga dapat lebih cepat diatasi.
Di bawah ini disebutkan 8 (delapan) gejala teratas Diabetes pada anak-anak
(Juvenile Diabetes) yang dapat membantu orang tua untuk mengetahui bahwa
anak mereka mungkin menderita diabet, tapi semoga saja tidak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu DM Juvenile ?
2. Apa saja klasisfikasi DM Juvenile ?
3. Apa Penyebab DM Juvenile ?
4. Bagaimana Cara Penularannya ?
5. Apa Saja tanda dan gejalanya ?
6. Apa saja komplikasinya ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi Diabetes juvenile
A. Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya
adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon
insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga
diikuti dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-
perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang
timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara lain
adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) yang
lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh
karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan
peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan
pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK)
Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674
data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh
melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter
anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes
Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan
Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga
kerjasama dengan perawat edukator National University Hospital Singapura
untuk memperoleh data penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang
menjalani pengobatannya di Singapura. Data lain dari sebuah penelitian unit
kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruh wilayah Indonesia pada awal
Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitus usia
anak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak.
Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam
beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes
Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh dua anak
diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010)
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di
Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya
risiko anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada Diabetes Mellitus
merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan
atau keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian.Diabetes
Mellitustipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh
dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya
sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut,
sesak nafas, bahkan koma.
Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin
terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian(Pulungan, 2010).
B. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang
terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM
tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi
akibat resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah
normal atau bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan
sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis
nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk.
2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
4. Diabetes mellitus kehamilan
C. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui beberapa faktor.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
D. Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas.
Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok
(mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau
oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang
disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan
dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi
terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagi pula, gen-gen HLA
yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik
atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu
yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi
respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau
yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika
pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi
insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali.
Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya
penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida),
peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya
glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino,
laktat, dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon,
epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein,
trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya
terjadi lipogenesis namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan
badan keton.Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak
dapat diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL ginjal tidak
dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria.
Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan
poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urin, terutama
natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan
asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation)
pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas
dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan
karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma
meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah (Tandra,2007).
E. Pathway
Reaksi autoimun
Definisi insulin
hiperglikemia Katabolisme protein meningkat...........................
liposis meningkat
F. Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a) Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b) Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe
1 pada anak.
c) Polidipsia
d) Poliphagia
e) Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f) Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g) Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
h) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
i) Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan
diagnosis. Fase ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi
maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut
penyakit ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan
terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih
menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan.
Pada fase ini perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara
teratur untuk memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan
penyuluhan pada penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan
berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase
ini terjadi kekurangan insulin endogen.
G. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
menyerang beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak
menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi
ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4.
Bukan Belum DM
DM pasti
DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
<110 110-199 >200
Plasma vena
<90 90-199 >200
Darah
Kapiler
Kadar glukosa
<110 110-125 >126
darah puasa
<90 90-109 >110
Plasma vena
Darah
Kapiler
Glukosa darah
plasma vena 80-109 110-139 >140
(mg/dl) 110-159 160-199 >200
- puasa
-2 jam
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total <200 200-239 >240
(mg/dl)
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL >45 35-45 <35
(mg/dl)
Trigliserida
(mg/dl) <200 <200- >250
- tanpa PJK <150 249 >200
- dengan PJK <150-
199
BMI/IMT
18,9- >25atau
- perempuan 23,9 23-25 <18,5
- laki-laki 20 -24,9 25-27 >27
atau
<20
Tekanan darah <140/9 140- >160/95
(mmHg) 0 160/90-
95
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni:
J. Intervensi Keperawatan
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/document/546534822lLAPORAN-PENDAHULUAN-
DIABETES-MELLITUS-JUVENILE
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.N
DI RUANGAN KIRANA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pasien
a. Nama Pasien : Ny. N
b. Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Desember 1960
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Status Perkawinan : Kawin
h. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
i. Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta
j. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus 51
k. No.RM : 009973
l. Tanggal Masuk RS : 29 Juni 2018
Penanggung Jawab/ Keluarga
a. Nama : Bp. R
b. Umur : 69 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Buruh
e. Alamat : Cokrokusuman Yogyakarta
f. Hubungan dengan pasien : Suami
g. Status perkawinan : Nikah
2. Riwayat Kesehatan
Kesehatan Pasien
1. Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengeluhkan badan lemas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Alasan masuk RS :
Pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing, buang air besar
cair sudah 5 kali, pasien mempunyai riwayat DM 3 tahun yang
lalu.
3. Riwayat kesehatan pasien :
Pasien mengatakan badan terasa lemas, pusing sejak 3 hari yang
lalu, buang air besar cair 5 kali dalam sehari. Pada tanggal 29 Juni
2019 pasien berobat di Poli Dalam di RS Dr. Soetarto Yogyakarta
kemudian pasien menjalani rawat inap di bangsal Kirana.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu, pasien
berobat rutin di Puskesmas, mendapatkan terapi metformin dan
glimipirid
b. Anak pasien mengatakan terkadang pasien lupa meminum obat
rutinnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pihak keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
turunan.
B. Kesehatan Fungsional
Aspek Fisik-Biologis
1. Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi
pasien berupa nasi sayur dan lauk.Kemudian pasien minum 8-10
gelas perhari(1500-2000cc) berupa air putih.Pasien selalu minum teh
manis setiap hari.
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien makan 3x sehari, habis setengah porsi.
Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan lauk.
Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-2000cc) berupa air
putih.
2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses
lunak berwarna kuning kecoklatan. Buang air kecil lancar kurang
lebih sebanyak 5-6 kali.
Selama sakit
Selama dirumah sakit pasien buang air besar cair 5 kali
dalamsehari sekali. Terdapat ampas. Warna kuning bau khas feses.
Untuk buang air kecil pasien lancarr sehari 5-6 kali sehari. Urine
berwarna kuning jernih.
3. Pola Aktivitas
Sebelum sakit
Keadaan aktivitas sehari-hari Pasien setiap hari bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi
mandi, makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien melakukannya
secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu, Keadaan
pernafasan Pasien bernafas menggunakan hidung, pernafasan teratur,
Keadaan kardiovaskuler Pasien mengatakan tidak mempunyai
penyakit jantung.
Selama sakit
Keadaan aktivitas sehari-hari 55 Pasien setiap hari bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari
meliputi mandi, makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien dibantu
oleh anaknya, Keadaan pernafasan Pasien bernafas menggunakan
hidung, pernafasan teratur, Keadaan kardiovaskuler Pasien
mengatakan tidak berdebar-debar setelah melakukan aktivitas.
4. Kebutuhan Istirahat-tidur
Sebelum sakit
Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien tercukupi, pasien
biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam.
Selama sakit
Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola
tidurnya di rumah sakit. Selama di Rumah Sakit pasien lebih banyak
waktunya untuk istirahat.
5. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan Pasien
mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di puskesmas
terdekat. Pasien belum mengerti tentang pengobatan rutin tentang
penyakitnya.
b. Pola hubungan Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama suami
c. Koping atau toleransi stres Pengambilan keputusan dalam
menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak keluarga, terutama
suami pasien dan pasien.
d. Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
1. Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar
penuh)
2. Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancer
3. Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
4. Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
5. Pengetahuan pasien terhadap penyakit : Pasien mengatakan
paham mengenai penyakit yang dideritanya.
6. Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang
disarankan oleh keluarganya.
Konsep diri
1. Gambaran diri Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit
terganggu dalam menjalankan aktivitas karena merasa lemas.
2. Harga diri Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan terhadap hidupnya
3. Peran diri Pasienmengakui perannya sebagai seorang ibu rumah
tangga, pasien mengatakan bahwaingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga.
4. Ideal diri Pasien lebih menurut pada keluarganya
5. Identitas diri Pasien mengenali siapa dirinya
6. Seksual
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya
7. Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien
memahami hal-hal yang baik dan yang benar
8. Aspek Lingkungan Fisik
Rumah pasien berada di pedesaan.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Status Gizi : TB = 155cm BB = 60 kg
Tanda Vital
TD = 100/70 mmHg
Nadi = 88 x/menit
Suhu = 36,2 oC
RR = 22 x/menit
Skala Nyeri
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.
Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
Kulit
Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi,
pertumbuhan rambut merata. Turgor kulit baik.
Kepala
1) Rambut : Rambut lurus, rambut hitam terdapat uban, dan berambut
tebal.Rambut tertata rapi. b)Mata : Konjungtiva tidak anemis,
dilatasi pupil normal, reflek pupil baik, sklera baik
2) Hidung : Normal dan simetris tidak terdapat lesi.
3) Telinga : Kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan cairan
4) Mulut : Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna
putih kekuningan, mukosa bibir lembab, tidak berbau mulut
Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
Tengkuk
Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.
Thorax
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit
merata
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada simetris
3) Perkusi : suara sonor
4) Auskultasi : suara trakheal, bronkhial, bronko vesikuler
Kardivaskuler
1) Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut
merata
2) Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri.
3) Perkusi : Suara redup
4) Auskultasi : Suara S1 dan S2
Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, kulit berwarna sawo
matang.
Abdomen
1) Inspeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak
terdapat bekas luka.
2) Auskultasi : Peristaltik usus 38 kali permenit, terdengar jelas
3) Perkusi : Terdengar hasil ketukan tympani‖ di semua kuadran
abdomen
4) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,, tidak terdapat edema, tidak
terdapat massa dan benjolan yang abnormal
Panggul
Bentuk panggul normal, warna kulit panggul merata kecoklatan, tidak
terdapat lesi, pertumbuhan rambut tipis merata
Anus dan rectum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan. Warna merah tua.
Genetalia
Pada Perempuan Genetalia pasien normal, tidak ada luka.
Ekstremitas
1) Atas : Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa.
Kekuatan otot 5. Tangan kiri terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm.
2) Bawah : Kedua telapak kaki kanan dan kiri tidak terjadi
kelemahan, anggota gerak lengkap, tidak terdapat edema,kekuatan
otot 5. Kuku pada jari kaki terlihat bersih
D. Analisa Data
E. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai
dengan :
DS : Pasien mengatakan lemas dan pusing Pasien mengatakan, untuk
mandi, makan, minum danke kamar mandi dibantu oleh anaknya
DO : Pasien tampak lemah TD 100/70 mmHg
2. Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah dengan
factor risikoketidakpatuhandalam pengobatan, ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan lemas dan pusing Pasien mengatakan nafsumakan
berkurang, pasien hanya habis setengah porsi dari diet RS Pasien
mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM sejak 3 tahun yang lalu
Anak pasien mengatakan pasien kontrol rutin di puskesmas, namun pasien
terkadang lupa untuk meminum obat rutinnya
DO : GDS 529 mg/dL Pasien tampak lemas
3. Risiko infeksi dengan factor risiko procedure invasive
DS : -
DO : Terpasang infus NaCl 0,9% dipunggung tangan kiri pasien sejak
tanggal 29 Juni 2018
F. Perencanaan Keperawatan
G. Catatan Perkembangan
Nama pasien :Ny.N
Nomor CM :009973
Ruang :Kirana
Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar
glukosa darah berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan
Catatan Perkembangan
Nama pasien :Ny.N
Nomor CM :009973
Ruang :Kirana
Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar
glukosa darah berhubungan dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan