Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II

(JUVENILLE DIABETES)
Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Matakuliah Keperawatan Anak II
Program Studi Ilmu Keperawatan Alih Jenjang Semester 1

Dosen Pengampu :
1. Erni Samutri, S. Kep., Ns., M. Kep
2. Wahyuningsih, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun oleh : kelompok 4


1. Mega Fitrianingsih (200101408)
2. Muhlisin.S. (200101409)
3. Nidya Elma Viany (200101410)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH swt. Yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluanini tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik. Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan pada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad saw. Yang kita nanti-nantikan di hari akhir nanti.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak dan
khususnya kepada dosen matakuliah keperawatan anak II ibu Erni Samutri,S.
Kep.,Ns.,M.Kep dan ibu Wahyuningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kepyang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, penulisan makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Terima kasih

Yogyakarta, Oktober 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................
B. Klasifikasi....................................................................................................
C. Etiologi.........................................................................................................
D. Patofisiologi.................................................................................................
E. Pathway........................................................................................................
F. Manifestasi klinis.........................................................................................
G. Komplikasi...................................................................................................
H. Pemeriksaan penunjang...............................................................................
I. Penatalaksanaan medis................................................................................
J. Asuhan keperawatan....................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
DM tipe1 sering ditemui pada masa kanak-kanak, remaja dan semua
umur. Diabetes melitus tipe 1 merupakan salah satu penyakit kronis yang
sampai saat ini belum dapat disembuhkan. Diabetes melitus yang tidak
mendapat tatalaksana yang baik dapat menyebabkan beberapa komplikasi,
baik komplikasi jangka pendek seperti hipoglikemi dan hiperglikemi ataupun
komplikasi jangka panjang berupa nefropati dan retinopati yang secara
langsung akan mempengaruhi kualitas hidup (Hockenbery, M., J., & Wilson,
2013).
Penyakit kronik didefinisikan sebagai suatu kondisi yang memerlukan
monitoring jangka panjang atau minimal selama 6 bulan dan memerlukan
manajemen khusus untuk mengontrol gejala yang terjadi baik karena
gangguan fisik, kognitif, psikososial maupun sosial (Bowden, V.R., &
2Greenberg, 2010). Salah satu penyakit kronik yang saat ini menjadi
perhatian serius dalam pelayanan kesehatan Indonesia adalah penyakit
diabetes mellitus, khususnya diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1).
Berdasarkan data dari Persi, kasus diabetes di Indonesia saat ini
menduduki peringkat keempat terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan
India dengan jumlah penderitadiabetes pada tahun 2003 adalah 13,7 juta
orang dan pada tahun 2030 diperkirakan akan bertambah menjadi 20,1 juta
penderita dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2
persen di rural, Sementara itu, berdasarkan laporan, kasus diabetes tipe1 pada
anak di awal tahun 1990, dalam kurun waktu satu tahun ditemukan sekitar 10
kasus. Sejak tahun 2000-an hampir setiap bulan terdapat kasus baru DM tipe
1 dan pada tahun 2009 setiap bulan terdapat lebih dari 2 kasus baru yang
terdeteksi(Izn, 2011; Pulungan, 2009).
Pengelolaan DM tipe 1 berdasarkan konsensus nasional adalah
mengoptimalkan kualitas hidup penderita. Kompleksitas permasalahan yang
terjadi pada anak DM tipe 1 dapat berakibat munculnya permasalah gangguan
fisik, psikologis maupun sosial yang dapat mengganggu aktivitas anak baik di
rumah maupun di sekolah. Anak mungkin akan mengalami keterlambatan
dalam mengikuti kegiatan di sekolah karena anak diharuskan istirahat di
rumah. Anak juga mungkin mengalami stres dan rendah diri karena
memerlukan pengobatan insulin sepanjang hidupnya. (IDAI, 2009).
Penelitian tentang kualitas hidup anak penderita diabetes tipe1 di
Indonesia masih jarang peneliti temukan, oleh karena itu penellitian ini sangat
penting dilakukan sebagai bahan kajian yang komprehensif dalam
memberikan asuhan keperawatan anak dengan diabetes tipe1 beserta
keluarganya.

B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian diabetes mellitus (juvenile diabetes) pada anak?
b. Sebutkan klasifikasi dari diabetes mellitus pada anak?
c. Apa saja penyebab dari diabetes mellitus pada anak?
d. Bagaimana patofisiologi penyakit diabetes mellitus?
e. Apa saja pathway dari diabetes mellitus?
f. Apa manifestasi klinis diabetes mellitus pada anak?
g. Komplikasi apa saja yang ditimbulkan dari diabetes mellitus pada anak?
h. Apa saja pemeriksaan pemeriksaan penunjang diabetes mellitus pada anak?
i. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit diabetes mellitus pada anak
j. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak penderita penyakit
diabetes mellitus?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman
mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus.
2. Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus.
2. Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.
3. Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
4. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
5. Mengetahui pathway/pathoflow diabetes mellitus.
6. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
7. Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus.
9. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes
mellitus.
10. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetes tipe Juvenil (juvenile type), yaitu diabetes yang biasanya
dijumpai pada anak-anak atau dewasa muda. Tipe ini menyebabkan kelenjar
pankreas tidak mampumembentuk hormon insulin, sehingga mengobatinya
diperlukan suntikan hormoninsulin dari luar.Diabetes jenis pertama (Type 1
diabetes) juga dikenali sebagai diabetes tergantung insulin (IDDM– Insulin
Dependent Diabetes Mellitus) atau diabetes awal remaja. Pengidap diabetes
tergantung insulin dapat hidup normal apabila menerima suntikan insulin,
tetapi akan berbahaya jika tidak mendapat suntikan insulin dalamwaktu yang
singkat, karena penguraian sumber bahan tenaga lain oleh badan seperti lemak
untuk mengantikan tenaga dari glukosa. Penguraian sumber bahan tenaga akan
menghasilkan bahan sampingan seperti keton yang menyebabkan keadaan
hiperglisemia (hyperglycemia). Keton merupakan molekul asid yang mampu
menyebabkan kegagalan metabolis medan sel tubuh gagal berfungsi. Keadaan
ini akan mengakibatkan pengidap kencing manis menjadi koma dan menemui
maut jika tidak dirawat.
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutamadi beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti
dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan,
gaya hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga
tak luput dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang timbul dari perubahan
gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara lain adalah semakin
meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih dikenal oleh
masyarakat awam sebagai kencing manis.
Diabetes jenis pertama terbentuk apabila sistem imunisasi badan
memusnahkansel beta kelenjar pankreas, satu-satunya jenis sel yang
menghasilkan hormon insulinyang digunakan untuk membantu glukosa masuk
sel yang digunakan untuk tenaga.Diabetes ini sering dijumpai pada golongan
anak-anak dan remaja yang memerlukanbeberapa suntikan insulin setiap hari,
atau menggunakan cadangan insulin, untuk terushidup.Penderitayang berisiko
mengidap kencing manis jenis I adalah serangan systemimunisasisendiri
(autoimmune), genetik, dan alam sekeliling.Pengidapdiabetestergantung insulin
perlu disuntik sebelum makan dan kadangkala insulin tambahanperlu disuntik
pada waktu malam sebelum tidur. Kekurangan dan kelebihan kadar guladalam
darah dapat menyebabkan hal burukterjadipada pederita diabetes, karena
terlalubanyak insulin diambil atau disuntik, keadaannyabisa hipoglisemia
disebabkankekurangan glukosa
Diabetes Mellitusadalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh
karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan
penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di
seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi
Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang
Diabetes Mellitustipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerjasama
berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrinolog
anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan
Keluarga Penyandang Diabetes MellitusAnak dan Remaja (IKADAR),
penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerjasama dengan perawat
edukator National University HospitalSingapura untuk memperoleh data
penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya
di Singapura.Data lain dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi
endokrinologi anak di seluruhwilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012
menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitususia anak-anak juga usia
remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak
FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak
yang terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir
ini. Tahun 2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40%
dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh duaanak diantaranya terkena Diabetes
Mellitustipe 2.(Pulungan, 2010)
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitusyang cukup signifikan di
Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko
anak terkena Diabetes Mellitus.Deteksi dini pada Diabetes Mellitusmerupakan
hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian.Diabetes
Mellitustipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter
karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada
gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas,
bahkan koma. Dengan deteksi dini,pengobatan dapat dilakukan sesegera
mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitussehingga dapat menurunkan
risiko kecacatan dan kematian. (Pulungan, 2010).

B. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetesdan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang
terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe
1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat
resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau
bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi
insulin lainnya seperti obesitas,hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi
ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
4. Diabetes mellitus kehamilan
C. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.

D. Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga
mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus,
seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen
kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang
dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang
mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat
menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus.
Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan
terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang
merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada
pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika
pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi
insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan
jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan
glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida), peningkatan
glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya
glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari
asam amino, laktat, dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone
(glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan
protein, trigliserida, asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu.
Seharusnya terjadi lipogenesis namun yang terjadi adalah lipolisis yang
menghasilkan badan keton.Glukosamenjadi menumpuk dalam peredaran darah
karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL
ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul
glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan
menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urin,
terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan
peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell
starvation) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas
dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan
karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma
meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah (Tandra,2007).

E. Pathway

Reaksi

Sel pancreas hancur

Definisi insulin

Katabolisme protein Liposismeningkat


Hiperglikemia meningkat
meningkat

pembatasan diet penurunan BB


fleksibilitas darah merah

Resiko nutrisi kurang


Intake tidak adekuat
Pelepasan o2
kurang

Hipoksia perifer poliuria Deficit volume cairan

Nyeri perfusi jaringan perifer tidak


efektif
F. Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a) Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl).
b) Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1
pada anak.
c) Polidipsia
d) Poliphagia
e) Penurunan berat badan, Malaise atau kelemahan
f) Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g) Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
h) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
i) Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase
ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit
ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan
hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini
perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk
memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada
penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti
penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini
terjadi kekurangan insulin endogen.

G. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
menyerang beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak
menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi
ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):
Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing,
dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah kurang dari  80
mg/dl.Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah marah, lelah,
keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga
mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik
disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu
tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik
yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan
biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul
adalah:
 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang
besar)
 Minum banyak, kencing banyak
 Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan
dalam, serta berbau aseton
 Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita
koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah
tahun ke-5)berupa :
1. Mikroangiopati :retinopati, nefropati, neuropati.Nefropati diabetik
dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati: gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
1. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2. Katarak
3. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
4. Hepatomegali

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)4.

Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-109 >110

b.   Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok


c.    Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d.   Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e.    Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun
f.   Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g.   Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h.   Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
i.    Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (pada
tipe 1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody . (autoantibody)
j.    Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
k.   Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
I. Penatalaksanaan Medis
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk
menghilangkan/mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan 
jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan
dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk
mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk
pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.

Tabel Kriteria pengendalian DM.


Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena
(mg/dl) 80-109 110-139 >140
- puasa 110-159 160-199 >200
-2 jam
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
- tanpa PJK <200 <200-249 >250
- dengan PJK <150 <150-199 >200
BMI/IMT
- perempuan 18,9-23,9 23-25 >25atau
- laki-laki 20 -24,9 25-27 <18,5
>27 atau <20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/90- >160/95
95

Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang


mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin.
Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan
asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi
penyakit  dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan kepada
penyandang DM/keluarga mengenai pentignya pemantauan penyakitnya
secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin, pemakaian insulin
dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolik
dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak:
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4.   Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi
dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5.   Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun
oleh lingkungan/
6.   Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pemberian insulin
Regimen insulin bersifat individual, yaitu menyesuaikan usia, berat
badan, lama menderita, target kontrol glikemik, pola hidup, dan
komorbiditas. Regimen yang disarankan adalah basal bolus yang
diberikan dengan pompa atau insulin subkutan minimal 2 kali/hari
dengan menggunakan insulin basal dan insulin kerja cepat atau pendek
karena paling menyerupai sekresi insulin fisiologis.8 Kebutuhan insulin
basal harian adalah berkisar antara 30% (jika menggunakan insulin
reguler) sampai 50% (jika menggunakan insulin kerja cepat) dari total
kebutuhan insulin. Pada pasien dengan insulin reguler, perbandingan
insulin basal lebih kecil karena insulin reguler juga memberikan efek
basal. Dosis insulin sisanya disesuaikan untuk dosis preprandial dengan
insulin kerja cepat.
Penentuan dosis insulin kerja cepat dapat menggunakan rasio insulin
terhadap karbohidrat yang dihitung dengan menggunakan rumus 500,
yaitu 500 dibagi dosis insulin harian total. Hasil yang didapatkan adalah
berapa jumlah gram karbohidrat yang dapat dicakup oleh 1 unit insulin.
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus
mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi.
Tujuan terapi insulin ini terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau
mendekati normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada
diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama
bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa
menaikan glukosa. Secara terus menerus pankreas melepaskan insulin
pada saat makan atau tidak. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan
membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin
turun. Maka hati akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke
darah sehingga glukosa darah dipertahankan tetap dalam kadar yang
normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan
sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya
jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah
kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau
suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai
secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem
tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja
insulin tersebut, yakni :
1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
b. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
1. Karbohidrat sebanyak                  60 – 70 %
2. Protein sebanyak                          10 – 15 %
3. Lemak sebanyak                           20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress
akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan
jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-
10%, sehingga didapatkan:
1. Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2. Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3. Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4. Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan
kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg
BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk
pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah)
dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
1. Makanan pagi sebanyak   20%
2. Makanan siang sebanyak 30%
3. Makanan sore sebanyak    25%
4. 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
c. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30
menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga
berat jogging.
d. EdukasI
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas
hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002).

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan
umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari. fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan
alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Data Subjektif yg mungkin timbul :
1. Klien mengeluh sering kesemutan. Klien mengeluh sering
kesemutan.
2. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari.
3. Klien mengeluh sering merasa haus.
4. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5. Klien mengeluh merasa lemah.
6. Klien mengeluh pandangannya kabur Klien mengeluh pandangannya
kabur.
Data Objektif :
1. Klien tampak lemas.
2. Terjadi penurunan berat badan
3. Tonus otot menurun
4. Terjadi atropi otot
5. Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6. Tampak adanya luka ganggren
7. Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. dan respon
verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi
yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada
DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/tinggi/
hipertensi.
1. Pulse rate Pulse rate
2. Respiratory rate Respiratory rate
3. Suhu Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
1. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam,
tampak adanya retinopati, nopati, kekaburan pandangan.
2. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru. Palpasi : kulit teraba
kering, tonus otot menurun.
3. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah. Auskultasi : adanya
peningkatan tekanan darah.
Pemeriksaan penunjang :
1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Glukosa darah : meningkat
200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Natrium : mungkin normal, meingkat, atau menurun
6. Kalsium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
7. Fosfor: lebih sering menurun
8. Hemoglobin glikosilat: kadarnyameningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
9. Gas Darah Arteri : Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada penurunan pada HCO3
(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
10. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis:
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
11. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
12. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
13. Insulin darah: mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada ( pada
tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya
(endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang, sekunder
terhadap pembentukan antibody ( autoantibody).
14. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
15. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
16. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita seperti penyakit klien
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya,
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.

Hal-hal yangbiasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes


mellitus:

1. aktivitas/istirahat
Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun
2. sirkulasi
3. Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
4. Integritas ego
stress, ansietas
5. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria), diare Perubahan
pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
6. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
7. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
8. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
9. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / Batuk
dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) tidak)
10. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2. Masalah keperawatan dari kajian 13 domain


a. Mk : resiko ketidakseimbangan kadar gula darah
Domain 2 & kelas 4
b. Mk : kelelahan
Domain 4 & kelas 1
c. Ketidakseimbangan nutrisi
Domain 2 & kelas 1
d. Resiko infeksi
Domain 11 & kelas 1
e. Resiko cidera
Domain 11 & kelas 2

3. Diagnosa Keperawatan
Penegakkan diagnosis KAD salah satunya dapat dilihat dari gejala klinis
KAD. Gejala klinis KAD pada anak yang dapat ditemukan adalah
dehidrasi, nafas cepat dalam, mual, muntah, nyeri perut seperti akut
abdomen, penurunan kesadaran progresif, leukositosis, shift to the left,
peningkatan amilase non spesifik, demam (bila terdapat infeksi)6 disertai
dengan gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsi, serta penurunan berat
badan yang progresif.9 Gejala tidak khas yang menyerupai penyakit lain
yaitu gastroenteritis, akut abdomen, keracunan, gangguan SSP, sindrom
uremik, dan lain-lain :
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi:
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan penyakit
diabetes mellitus
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik
ditandai dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak
bergairah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan
pasien menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah,
konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
tidak adekuat (penurunan fungsi limfosit).
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.

4. Rencana Keperawatan
a. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan
penyakit melitus .
Intervensi :
1. Monitor kadar gula darah
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Berikan terapi insulin sesuai program kepada pasien dan keluarga
mengenai pencegahan dan pengenalan tanda-tanda hiperglikemia
dan hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan tanda
hiperglikemia
5. Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap dietnya
b. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik
ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi /tidak
bergairah.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
2. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
3. Monitor TTV
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena factor
biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan
pasienmenurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah,
konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl.
Intervensi :
1. monitor berat badan tiap hari
2. ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkonsumsi makanan
3. berikan terapi insulin sesuai dengan program
4. kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
5. libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai indikasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan fungsi limfosit).
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien
sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
4. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam

e. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.


Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
3. Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori

5. Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara
mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
(Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.

Asuhan Keperawatan Kasus


Seorang Anak Laki – laki berusia 10 Tahun baru saja di diagnosa
Diabetes Melitus Tipe 1 Masuk untuk di rawat di bangsal anak Rumah
Sakit, Hasil Anamnesis anak mengatakan bahwa ia tidak nafsu makan,
banyak minum, banyak kencing, berat badan turun, enuresis. Ia juga
mudah tersinggung, tidak mudah perhatian lama ketika mengikuti
pelajaran di sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, kalau
ada luka sukar sembuh, dan mudah terserang flu.
Dari Hasil pemeriksaan fisik di dapat BB : 25,5 Kg, PB : 135
Cm, Suhu : 37,4°C, Nadi : 88x/Menit, Respirasi : 24x/Menit, TD : 110/70
mmHg. Turgor Kulit kembali segera, kulit kering, membrane mukosa
lembab. Hasil Pemeriksaan Laboraturium menunjukkan Hb : 11,2 gr/ dl,

Hematokrit : 30%, Eritrosit : 4,0(x10⁶/uL), Trombosit : 210000/mm3,


Leukosit 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.
Orang Tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak
percaya ketika anaknya di diagnosa Diabetes Melitus Tipe -1. Padahal
tidak ada anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus. Mereka tidak
paham tentang Diabetes Melitus Tipe -1 dan cara perawatannya terutama
setelah pulang dari rumah sakit. Orang tua khawatir memikirkan tentang
masa depan anaknya. Terapi/ instruksi Medis yang di berikan saat ini :
Cek gula darah 2x/ Hari, Insulin 2 Unit dari U 100 sebelum makan.

1. Pengkajian :
Identitas :
Nama : An. X
Umur : 10 Tahun
Jenis Kelamin : Lakui - Laki
Keluhan Utama : Banyak Makan, Banyak Minum, dan Banyak Kencing
Riwayat Keluarga : -
Riwayat Kesehatan Sekarang : Diabetes Melitus Tipe -1
Hasil Pemeriksaan : BB : 25,5 Kg, PB : 135 Cm, Suhu : 37,4°C, Nadi :
88x/Menit, Respirasi : 24x/Menit, TD : 110/70 mmHg, Turgor Kulit
kembali segera, kulit kering, membrane mukosa lembab
Hasil Pemeriksaan Laboraturium Menunjukkan : Hb : 11,2 gr/ dl,

Hematokrit : 30%, Eritrosit : 4,0(x10⁶/uL), Trombosit : 210000/mm3,


Leukosit 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.
2. Aktivitas / istirahat (Doengoes, 1993)
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur / istirahat.
Tanda: a) Takikardi dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan
aktivitas
b) Letargi / disorientasi, koma
c) Penurunan kekuatan otot
3. Sirkulasi
Gejala:Adanya riwayat hipertensi : IM akut.
Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali,
penyembuhan yang lama
Tanda: a) Takikardi
b) Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
c) Nadi yang menurun
d) Disritmia
4. Integritas ego
Gejala : a) Stress, tergantung pada orang lain.
b) Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
5. Eliminasi
Gejala : a) Perubahan pola kemih (poliuria) nokturia.
b) Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang
c) Nyeri tekan
d) Diare lancer
Tanda : a) Urine encer, pucat, kuning, poliuri
b) Urine berkabut
c) Abdomen keras, adanya asites
d) Makanan / cairan
Gejala: a) Hilang nafsu makan.
b) Mual/muntah
c) Tidak mengikuti diet
d) Penurunan BB
Tanda: a) Kulit bersisik, turgor jelek.
b) Keluarkan / distensi abdomen, muntah
c) Pembesaran tiroid
d) Neurosensori
e) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-hati
f) Pernafasan
Gejala: Merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulen
Tanda: Lapar udara, frekuensi pernafasan
g) Keamanan
Gejala:Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: a) Demam, diaforesis
b) Kulit rusak, lesi / ulserasi

Analisa Data

N Data Etiologi Masalah


o
1 DS Intake nutrisi kurang Nutrisi kurang
- anakmengatakan tidak dari kebutuhan
nafsu makan Peningkatan HCL tubuh
- DO
BB=25,5kg, Mual
PB= 135cm
suhu=37,4c Anoreksia
nadi=88kali/menit,
respirasi= 24 kali/menit,
tekanandarah=110/70mm Nutrisi kurang dari
Hg. kebutuhan
Kulit kering,membrane
mukosalembab.
2 DS : Peningkatan kadar Kerusakan
-  kalau adaluka gula dalam darah. integritas kulit
sukarsembuh ↓
DO : Penebalan membran
 Tampak kulit bersisik dasar kapiler.
 Klien tampakmenggaruk ↓
badannya Gangguan sirkulasi
darah perifer

Gangguan hantaran
elektrolit

Kerusakan sel endotel

Mencetuskan reaksi
imun dan peradangan

Luka

Kerusakan integritas
kulit
3 DS: Intake nutrisi menurun Defisit perawatan
- Klien mengatakan      ↓ diri
tubuhnya terasa lelah Metabolisme menurun
DO : ↓
Tercium bau tak sedap saat Energi menurun
berbicara/ bau keton ↓
- Kebutuhan ADL seperti makan Kelemahan fisik
minum mandi klien dibantu ↓
oleh keluarga dan perawat Defisit perawatan diri

1. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/
penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake
tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan
gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka, mencetuskan reaksi
imun dan peradangan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, energi
menurun, dan metabolisme menurun
2. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


O KEPERAWATAN
1 Nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang berat badan tiap hari 1. Memberikan informasi tentang
tubuh berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 2. Berikan makanan cair yang kebutuhan nutrisi
defisiensi oral/ penurunan jam akan didapatkan hasil: mengandung zat makanan dan 2. Pemberian makanan melalui
intake oral ditandai dengan - Nutrisi terpenuhi elektrolit dengan segera jika oral lebih baik diberikan pada
mengeluh mual-muntah, - Tidak terjadi penurunan pasien dapat mentoleransinya klien sadar dan fungsi
intake tidak adekuat, 20% melalui pemberian makanan gastrointestinal baik.
penurunan nafsu makan, - Berat badan meningkat melalui oral 3. Pada metabolism kaborhidrat
lemah, tonus otot menurun 3. Observasi tanda-tanda (gula darah akan berkurang
hipoglikemia seperti dan sementara tetap
perubahan tingkat kesadaran, diberikan tetap diberikan
kulit dingin, nadi cepat, sakit insulin, maka terjadi
kepala dan pandangan hipoglikemia terjadi tanpa
berkurang-kunang. memperlihatkan perubahan
4. Ajarkan pasien dan keluarga tingkat kesadaran
bagaimana membuat jadwal 4. N
makan sesuai dengan diet 5. Insulin regular memiliki
Diabetes Mellitustipe 1 awitan cepat dan dengan
5. Berikan pengobatan insulin cepat pula membantu
secara teratur dengan metode memindahkan glukosa ke
I.V secara intermiten atau dalam sel. Pemberian melalui
secara continue IV karena absorpsi dari
6. Kolaborasi pemeriksaan jaringan subkutan sangat
glukosa test, glukosa serum, lambat.
aseton, pH, dan HCO3, kelola 6. Gula darah menurun
pemberian insulin, konsul perlahan dengan penggunaan
dengan ahli gizi. cairan dan terapi insulin
terkontrol sehingga glukosa
dapat masuk ke dalam sel
dan digunakan untuk sumber
kalori. Saat ini, kadaar aseton
menurun dan asidosis dapat
dikoreksi

2 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1.  Kaji tingkat rasa gatal 1. Untuk mengetahui gatal yang
berhubungan dengan luka, selama 4x24 jam yang dirasakan klien. dirasakan dan seberapa besa
mencetuskan reaksi imun dan diharapkan integritas kulit 2. Observasi luka lecet. tingkat gatal yg di rasakan
peradangan membaik dan tidak terjadi 3. Anjurkan pada klien 2. Mencegah terjadinya infeksi
perusakan kulit untuk menggunakan 3. Menurunkan iritasi dermal
kriteria hasil pakaian yang longgar dari 4. Untuk Menghilangkan
terjadi perbaikan status bahan yang lembut dan kekeringan pada kulit dan
metabolik yang dilakukan menyerap keringat. robekan pada kulit
oleh gula darah dalam 4. Berikan perawatan kulit 5. Menurunkan resiko cedera
batas normal dengan menaburi salicyl pada kulit oleh karena
talk. garukan
5. Beri penjelasan pada
klien bila daerah yang
gatal jangan digaruk, dan
jelaskan penyebab rasa
gatal.

3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Menetukan bantuan yang
berhubungan dengan perawatan selama 3x24 menolong dirinya sendiri, seperti akan di lakukan oleh perawat
kelemahan fisik, energi jam kebutuhan perawatan mandi dan gosok gigi. 2. Agar kebutuhan cepeat
menurun, dan metabolisme diri klien terpenuhi dengan 2. Berikan bantuan sesuai terpenuhi
menurun kriteria : kebutuhan. 3.
- Klien dapat 3. Berikan dukungan jika klien 4. Agar pasien dankluarga
melakukan berusaha untuk melakukan mengetahui betapa
perawatan diri perawatan diri. pentingnya kebersihan diri
(mandi, gosok gigi) 4. Jelaskan pada klien dan keluarga dan megetahui aspek
secara mandiri. tentang pentingnya personal kebersihan diri
-  Badan klien bersih, hygiene. Seperti mandi dan
rambut bersih, gosok gigi.
kuku pendek dan
bersih.

3. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi paraf


o
1 Nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Melibatkan keluarga dalam Tanggal 17 Agustus 2020 Pukul 13.30
tubuh berhubungan dengan perencanaan makanan ini WIB
defisiensi oral/ penurunan sesuai indikasi S :  Klien mengatakan masih
intake oral ditandai dengan 2. Menimbang berat badan terasa mual
mengeluh mual-muntah, intake sesuai indukasi O : BB: 27 kg
tidak adekuat, penurunan nafsu 3. Menentukan program diet - hanya menghabiskan ¼ porsi
makan, lemah, tonus otot dan pola makanan pasien - napsu makan menurun
menurun dan bandingkan dengan A:  
makanan yang dapat Masalah belum teratasi
dihabiskan pasien P:
4. Mengidentivikasi makanan Intervensi dilanjutkan
yang dikehendaki /disukai
pasien.
5. Melibatkan keluaga klien
dalam perencanaan
6. Memberi insulin 4 unit

2 Kerusakan integritas kulit 1. Mengkaji tingkat rasa gatal 18 Agustus 2017 Pukul 13.00 WIB
jaringan  berhubungan dengan gatal yang dirasakan klien
reaksi imun dan peradangan 2. Mengobservasi adanya luka S: 
lecet Klien mengatakan gatalnya berkurang
3. Menganjurkan pada klien pada badanya
untuk memakai pakain yang O:
longgar dari bahan yang Tampak kulit bersisik
lembut dan mudah menyerap Klien tampakmenggaruk badannya
keringat A:
4. Memberikan perawatan kulit Masalah teratasi sebagian
dengan menaburi minyak P:
kayu putih Intervensi dilanjutkan
5. Menjelaskan kepada klien
bila daerah yang gatal jangan
digaruk dan menjelaskan
penyebab rasa gatal

3 Defisit perawatan diri 1. Mengkaji kemampuan Tanggal 19 Agustus 2020


berhubungan dengan 2. Klien dalam menolong Pukul 13.00 WIB
kelemahan fisik, energi dirinya sendiri seperti S: Klien masih terbatas pergerakannya.
menurun, dan metabolisme mandi,oral hygine . O: Badan klien teraba   lembab
menurun 3. Memandikan klien di tempat Kuku jari tangan tampak panjang dan
tidur dengan di lap dan kotor
memberi makan klien. Tangan kiri masih terpasang infus
4. Memberi dukungan jika A:
klien melakukan perawatan Masalah belum teratasi
sendiri P:
5. Jelaskan kepada klien bahwa Intervensi dilanjutkan
pentingnya oral hygine
seperti mandi atau gosok gigi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan remaja. Perlu
kewaspadaan pada tenaga medis mengenai penyakit ini maupun komplikasi
yang mungkin terjadi yang seringkali salah diagnosis. Keterlambatan dalam
diagnosis akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa penderita DM tipe 1.

B. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan pendahuluan
ini, supaya dapat menjadi laporan pendahuluan yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf sebesar- besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and
adolescents, basic training manual for healthcare professionals in developing
countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:
Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).
Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman
B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto
2010, h 124-161.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.
http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada
tanggal 1 Maret 2015)
Aman B. Pulungan, D. A. (2019). Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak : Situasi di
Indonesia dan Tata. 394.
Ria Janita Riduan, S. M. (2017). Penatalaksanaan KAD dan DM tipe 1 pada Anak
Usia 15 Tahun. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung , 115

Anda mungkin juga menyukai