Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan ajal
dan paIiatif 1, dengan judul “Diabetes Melitus Dengan Luka kronik” Walaupun
mungkin secara penilaian makalah ini masih belum sempurna, tetapi kami akan
terus berusaha untuk semakin memperbaikinya. Dalam kesempatan ini, tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan segala bentuk saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua terutama didunia pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan Penulisan.........................................................................
C. Metode Penulisan........................................................................
D. Sistematika Penulisan..................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan paliatif
pada Diabtes militus dengan luka kronik .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui penyakit Diabetes militus
dengan luka kronik
b. Mahasiswa/i mampu mengetahui konsep perawatan paliatif
pada klien diabetes militus dengan luka kronik
c. Mahasiswa/i mampu Asuhan keperawatan paliatif pada klien
Diabetes militus dengan luka kronik
B. Metode Penelitian
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan
menggunakan studi keperpusakaan yang ada di perpustakaan, jurnal edisi
online maupun edisi cetak, textbook, dan artikel ilmiah yang bersumber
dari internet.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian perawatan paliatif
Kata paliatif berasal dari bahasa latin “pallium”yang berate mantel
sedangkan dalam bahasa inggris “to palliate” bearti meggurangi penderita atau
memberikan kenyamanan ,perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna
mengringankan beban penderita terutama yang tidak dapat di sembuhkan ,
tindakan aktip yang di maksut ialah antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan
lain serta perbaikan dalam bidang psikologis ,sosial dan spiritual . tidak saja di
berikan kepada penderita yang tidak dapat di sembuhkan tetapi juga penderita
yang mempuyai harapan untuk sembuh bersama- sama dengan tindakan kuratif .
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal.Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami
peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.Diabetes
merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam
darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007).
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I
(insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus).Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar
glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak
ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia
(Maulana, 2009).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab mortalitas oleh karena penyakit
kardiovaskuler yang ditimbulkannya, penderita diabetes mempunyai risiko 2-3
kali lebih tinggi dibandingkan populasi non-DM (Siregar, 2010). Data terbaru dari
International Diabetes Federation ( IDF) menunjukkan jumlah penderita diabetes
untuk seluruh dunia sebanyak 285 juta otang, sebesar 7 % populasi penderita
diabetes dikalangan orang dewasa. Tingkat prevalensi diabetes tertinggi berada di
Amerika Serikat sebesar 10,2%, kemudian sebanyak 9,3% di daerah Afrika Utara
(IDF, 2009).
B. Etiologi
Menurut Rendy & Margaret (2012), penyebab Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus(NIDDM) adalah Virus dan kuman leukosit antigen tidak
nampak memainkan peran terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran
yang sangat besar. Sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight
membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat
pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat
jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat
dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang
besar. Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal.
Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olahraga dan diet.
Tahap awal tanda gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang
berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat
badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila
ditemukan peningkatan gula darah.
Menurut Smeltzer & Bare (2010), DM tipe II disebabkan kegagalan
relatif sel beta dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
C. Patofisiologi
Tubuh manusia mengubah makanan tertentu menjadi glukosa yang akan
menjadi suplai energi utama untuk tubuh. Insulin dari sel beta pankreas perlu
untuk membawa glukosa ke dalam sel-sel tubuh dimana glukosa digunakan untuk
metabolisme sel. Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi ketika sel beta pankreas
memproduksi insulin dalam jumlah sedikit. Pada keadaan normal kurang lebih
50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan
air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada
diabetes melitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisensi insulin
yang disebabkan oleh pola makan, faktor genetik, obesitas, dll. Sehingga
penerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan
ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah
sehingga terjadi hiperglikemia (Jackson, 2014). Ketika hiperglikemi, aliran darah
menjadi lambat terutama pada jaringan perifer yang membuat pasien akan merasa
kebas atau kesemutan pada kakinya. Hal ini juga dapat menandakan bahwa pada
kaki pasien terjadi iskemik jaringan sehingga jika terdapat luka pada kaki tersebut
biasanya pasien tidak sadar. Menurunnya sirkulasi ke jaringan perifer, dapat
menghambat proses penyembuhan luka sehingga menimbulkan kematian jaringan.
Naiknya kadar glukosa dalam darah menjadi sinyal bagi pasien untuk
meningkatkan asupan cairan dalam upaya mendorong glukosa keluar dari tubuh
dalam urin. Pasien kemudian menjadi haus dan urinasi meningkat. Sel-sel menjadi
kekurangan energi karena kurangnya glukosa dan memberi sinyal pada pasien
untuk makan sehingga nafsu makan pasien meningkat (Jackson, 2014). Ketika sel-
sel tersebut kekurangan energi, maka akan terjadi peningkatan katabolisme
protein untuk memenuhi kebutuhan energi pada sel tersebut. Hal ini membuat
sinyal pada pasien untuk makan dan minum (polidipsi dan polifagi), sehingga
cenderung menyebabkan pasien menjadi obesitaas. Peningkatan katabolisme
protein pada pasien juga sering disertai dengan penurunan anabolisme protein
yang dapat menyebabkan kerusakan antibodi. Hal ini berdampak pada penurunan
kekebalan tubuh pasien, dan meningkatkan resiko infeksi yang ditandai dengan
munculnya gejala infeksi, salah satunya hipertermi
Pada Diabetes Mellitus tipe 2 juga terjadi peningkatan liposis, sehingga
asam lemak bebas meningkat dalam tubuh yang membuat tubuh bersifat asam.
Jika hal ini terus menerus meningkat, ketoasidosis dapat terjadi dengan disertai
beberapa gejala seperti mual, muntah, napas bau keton. Pada fase ini biasanya
terjadi penurunan berat badan pada paisen sebagai akibat dari defisit nutrisi.
D. Manifestasi Klinis
Tiga hal yang tidak bisa di pisahkan dari gejala klasik diabetes mellitus
adalah polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum) dan polyphagia
(banyak makan). Terjadi polyuria karena hal ini berkaitan dengan kadar gula yang
tinggi diatas 160-180 mg/dl maka glukosa akan sampai ke urin tetapi jika tambah
tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah
besar glukosa yang hilang. Gula bersifat menarik air sehingga bagi penderitanya
akan mengalami polyuria atau kencing banyak. Terjadi polydipsia karena di awali
dari banyaknya urin yang keluar maka tubuh mengadakan mekanisme lain untuk
menyeimbangkannya yakni dengan banyak minum. Diabetes akan selalu
menginginkanminumansegarsertadinginuntukmenghindaridaridehidrasi.Terjadi
polyphagia karena insulin yang bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang akhirnya energi yang dibentuk pun kurang. Inilah mengapa orang
merasakan kurangnya tenaga akhirnya diabetes melakukan kompensasi yakni
dengan banyak makan (Novitasari, 2012). Pasien dengan diabetes tipe 1 sering
memperlihatkan awitan gejala yang eksplosif dengan polidipsia, poliuria,
turunnya berat badan, polifagia, lemah, somnolen yang terjadi selama beberapa
hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul
ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak mendapatkan pengobatan segera.
Terapi insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan umumnya
penderita peka terhadap insulin. Sebaliknya, pasien dengan diabetes tipe 2
mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya
dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes
toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien tersebut mungkin
menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak
mengalami ketoasidosis karena ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun
hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk
menghambat ketoasidosis. Kalau hiperglikemia berat dan pasien tidak berespons
terhadap terapi diet atau terhadap obat-obat hipoglikemik oral, mungkin
diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar glukosanya. Pasien ini
biasanya memperlihatkan kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin. Kadar
insulin pada pasien sendiri mungkin berkurang, normal atau malahan tinggi, tetapi
tetap tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal.
Penderita juga reisten terhadap insulin eksogen (Sylvia & Lorraine, 2014).
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purwanto (2016), pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
adalah:
1. Gula darah
a. Gula darah sewaktu (random) >200 mg/dl
b. Gula darah puasa (nucher)>140 mg/dl
c. Gula darah 2 jam pp (post prandial) >200 mg/dl
2. Aseton plasma (aseton)
Hasil positif secaramencolok.
3. Osmolaritas serum
Meningkat > 330mOsm/lt
4. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosismetabolik)
5. Alkalosisrespiratorik
6. Trombosit darah
Mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
menunjukkan respon terhadap stres atauinfeksi.
7. Ureum atau kreatinin
Meningkat atau normal lochidrasi atau penurunan fungsi ginjal
8. Amilase darah:
Meningkat > pankacatitisakut.
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I), normal sampai
meningkat (Tipe II) yang mengindikasikan insufisiensiinsulin.
10. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
11. Urine: gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat
12. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK dan infeksiluka.
F. Penatalaksanaan
Menurut Perkeni (2011) dalam pengelolaan atau tatalaksana diabetes
mellitus, terdapat empat pilar yang harus dilakukan dengan tepat yaitu:
1. Pendidikan atau edukasi
Peran perawat sebagai educator dimana pembelajaran merupakan health
education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat
pencegahan. Perawat harus mampu memberikan edukasi kesehatan dalam
pencegahan penyakit, pemulihan, penyusunan program health education serta
memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan. Agar perawat dapat
bertindak sesuai perannya sebagai educator pada pasien dan keluarga, maka
perawat harus memiliki pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengajaran dan
pembelajaran (Bastable, 2014).
Tujuan edukasi kesehatan adalah membantu individu mencapai tingkat
kesehatan yang optimal melalui tindakannya sendiri. Metode dalam
pelaksanaan edukasi juga ikut berperan penting. Metode edukasi yang
digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Metode
edukasi dibagimenjadi 3 yaitu metode edukasi untuk individual, metode
edukasi untuk kelompok, dan metode edukasi untuk massa. Selain
menggunakan metode yang tepat, sebagai intervensi yang terstruktur, maka
edukasi membutuhkan persiapan media dalam pelaksanaannya sehingga dapat
meningkatkan efektifitas edukasi. Secara umum orang mempergunakan tiga
metode dalam belajar yaitu visuali, auditory, kinesthetic (Widiastuti, 2012).
2. Terapi gizimedis
Pengelolaan diet pada penderita diabetes mellitus sangat penting. Tujuan
dari pengelolaan diet ini adalah untuk membantu penderita memperbaiki gizi
dan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik yaitu ditunjukkan
pada pengendalian glukosa, lipid dan tekanan darah. Penatalaksanaan diet bagi
penderita diabetes tipe 2 ini merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes
mellitus secara total (Waspadji, 2010).
Standar dan prinsip diet diabetes mellitus tipe 2 menurut Waspadji
(2010), standar diet diabetes melitus diberikan pada penderita diabetes mellitus
atau pasien sehat yang bukan penderita diabetes mellitus sesuai kebutuhannya.
Terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi, yaitu diet diabetes
mellitus 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 2300, dan 2500 kalori. Secara
umum standar diet 1100 kalori sampai dengan 1500 kalori untuk pasien
diabetes yang gemuk. Diet 1700 sampai dengan 1900 kalori untuk pasien
diabetes dengan berat badan normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500
kalori untuk pasien diabetes kurus.
Penatalaksanaan diet ini meliputi 3 hal utama yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh penderita diabetes mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis
makanan, dan jadwal makanan (Perkeni, 2011). Penatalaksanaan diet pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 berfokus pada pembatasan jumlah energi,
karbohidrat, lemak jenuh dan natrium (ADA,2011).
a) Jumlahmakanan
Soewondo& Pramono (2011) menyatakan bahwa jumlah kalori yang
dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus dalam sehari terbagi dalam 3
besar dan 3 kecil, dengan ketentuan sarapan pagi 20% dari jumlah kalori,
cemilan diantara sarapan pagi dan makan siang 10% makan siang dari
jumlah kalori, makan siang 25% dari jumlah kalori, cemilan diantara makan
siang dan makan malam 10% dari jumlah kalori, makan malam 25% dari
jumlah kalori dan cemilan sebelum tidur 10% dari jumlah kalori.
BB ideal = (TB dalam cm - 100) – 10% kg
b) Jenismakanan
Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang mengandung
banyak karbohidrat sederhana, makanan yang mengandung banyak
kolesterol, lemak trans, dan lemak jenuh serta tinggi natrium. Makanan yang
mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, dan sari buah
harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti
buncis, kacang panjang, wortel, daun singkong dan bayam harus dibatasi
tidak boleh dalam jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti
nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi.
Sayuran yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori
rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak, selada air, jamur
kuping, dan tomat (ADA,2010).
Selain itu, pasien diabetes harus membatasi makanan dari jenis gula,
minyak dan garam. Banyak penderita diabetes melitus tipe 2 mengeluh
karena makanan yang tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi
sehingga sering terasa membosankan. Untuk itu, agar ada variasi dan tidak
menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan makanan penukar,
kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya
(Perkeni, 2011).
1) Jenis bahan makanan yang dianjurkan: sumber protein hewani: ayam
tanpa kulit, ikan dan putih telur, sumber protein nabati: tempe,
tahu,kacang-kacangan, (kacang ijo, kacang merah, kacang kedelai),
sayuran yang bebas dikonsumsi: oyong, ketimun, labu air, lobak, selada
air, jamur kuping dan tomat, buah-buahan: jeruk siam, apel, pepaya,
melon, jambu air, salak, semangka, belimbing, susu rendah lemak.
2) Jenis bahan makanan yang diperbolehkan tetapi dibatasi, yaitu: sumber
karbohidrat kompleks: padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-
umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan sagu, sayuran tinggi
karbohidrat: buncis, kacang panjang, wortel, daun singkong, bayam,
daun katuk, daun pepaya, melinjo, nangka muda dan tauge, buah-buahan
tinggi kalori: nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat,sawo.
3) Jenis bahan makanan yang harus dihindari: sumber karbohidrat
sederhana: gula pasir, gula jawa, gula batu, madu, sirup, cake, permen,
minuman ringan, selai, dan lain-lain, makanan mengandung asam lemak
jenuh: mentega, santan, kelapa, keju krim, minyak kelapa dan minyak
kelapa sawit, makanan mengandung lemak trans: margarin, makanan
mengandung kolesterol tinggi: kuning telur, jeroan, lemak daging, otak,
durian, susu full cream, makanan mengandung natrium tinggi: makanan
berpengawet, ikan asin, telur asin, abon,kecap.
c) Jadwalmakan
Pada penderita diabetes melitus, pengaturan jadwal makan juga penting
karena berkaitan dengan kadar glukosa darah (ADA, 2010).
3. Latihanjasmani atau olahraga
Kegiatan jasmani sehari-hari yang dilakukan secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes tipe 2. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang teratur dapat menyebabkan
kontraksi otot meningkat, sehingga permeabilitas membran sel terhadap
glukosa meningkat dan resistensi insulin berkurang. Ada beberapa latihan
jasmani yang disarankan bagi penderita diabetes melitus, diantaranya: jalan,
bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
4. Intervensifarmakologis
Penderita diabetes melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin
setiap hari. Penderita diabetes melitus tipe 2, umumnya perlu minum obat
antidiabetes secara oral atau tablet. Penderita diabetes memerlukan suntikan
insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet
(Perkeni,2011).
a) Obat Hipoglikemik Oral(OHO)
Merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh
dokter khusus bagi diabetesi. Obat penurun glukosa darah bukanlah hormon
insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja melalui beberapa cara
untuk menurunkan kadar glukosa darah (Perkeni, 2011).
b) Insulin
Insulin merupakan basis pengobatan penderita diabetes melitus tipe I
yang harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis preparat, dosis
insulin, waktu dan cara penyuntikan insulin, serta penyimpanan insulin
(Suyono, 2011).
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi:
a. Identitaspasien
b. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan atau alasan masuk Rumah Sakit
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton, pernapasan kussmaul, gangguan pada pola tidur,
poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakitkepala.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya penyakit
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3) Riwayat PenyakitDahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
4) Riwayat PenyakitKeluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari
4 kg, riwayat glukosuria selama stres (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
5) Riwayatpsikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakitpenderita.
c. Pola aktivitas sehari-hari
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain.
d. Polaeliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan sulit kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri,
dan lain-lain), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,
masalah bau badan, perspirasi berlebih.
e. Polamakan
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan
kulit, makanankesukaan.
f. Personalhygiene
Menggambarkan kebersihan dalam merawat diri yang mencakup, mandi,
bab, bak dan lain-lain.
g. Pemeriksaanfisik
1) KeadaanUmum
Meliputi keadaan penderita tampak lemah atau pucat. Tingkat
kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi.
2) Tanda-tandaVital
Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan reguler
ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan, respiration rate (RR)
normal 16-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi
reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat atau lemah.
Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi.
3) Pemeriksaan Kepala danleher
a) Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital di
bagianposterior
b) Rambut: biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c) Mata: simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya, terdapat
gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopatidiabetik.
d) Telinga: fungsi pendengaran mungkin menurun.
e) Hidung: adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf
hidung menurun.
f) Mulut: mukosa bibirkering.
g) Leher: tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
h. PemeriksaanDada
1) Pernafasan: sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan
tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan
(jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas
berbauaseton.
2) Kardiovaskuler: takikardia atau nadi menurun, perubahan TD postural,
hipertensi disritmia dankrekel.
i. PemeriksaanAbdomen
Adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi abdomen, suara bising
usus yangmeningkat.
j. PemeriksaanReproduksi
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan
sulit orgasme pada wanita.
k. PemeriksaanIntegumen
Biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama sembuh. Kulit
kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung sembuh. Adanya
akral dingin, capillarry refill kurang dari 3 detik, adanya pitting edema.
l. PemeriksaanEkstremitas
Kekuatan otot dan tonus otot melemah. Adanya luka pada kaki atau kaki
diabetik.
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan muncul sesuai kasus yang telah
diberikan dan sudah disesuaikan dengan SDKI (2016), sebagai berikut:
a) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.
b) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi.
c) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
d) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, peningkatan laju
metabolisme.
e) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis, peningkatan
kebutuhan metabolisme.
f) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif (diuresis osmotik).
3. Perencanaan Keperawatan
a) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.
Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya 1. Penurunan berat badan
keperawatan selama 3 x 24 penurunan BB dan menunjukkan terjadinya
jam diharapkan glukosa glukosa darah. gangguan metabolisme.
darah kembali stabil 2. Monitor glukosa 2. Pengecekan setiap 4-6 jam
dengan kriteria hasil: darah setiap 4-6 jam. biasanya cukup untuk
1. Pasien mampu menentukan koreksi dosis
mendemonstrasikan insulin.
bagaimana cara 3. Pantau intake dan 3. Mengetahui keseimbangan
memeriksa kadar output cairan tubuh cairan
glukosa darah yang
benar. 4. Pantau tanda dan 4. Pengenalan dini dan
2. Kadar glukosa darah gejala hiperglikemia pengobatan hiperglikemia
dalam rentang normal: seperti poliuria, dapat mencegah
Kadar gula darah polidipsia, polifagia perkembangan menjadi
sewaktu 100-130 ketoasidosis atau
mg/dL, kadar gula darah hiperglikemia
puasa 80-126 mg/dL, hiperosmolar.
dan kadar gula darah 2 5. Kolaborasi 5. Keton dapat menunjukkan
Jam PP 120- 160 pemeriksaan urine terjadinya ketoasidosis.
mg/dL. untuk keton jika kadar
3. Status nutrisi adekuat: glukosa darah >300
•Tidak terjadi mg/dL.
mual/muntah
•Tidak terjadi
penurunan BB.
4. Tidak mengalami pusing
dan lemas
5. Mampu berpartisipasi
dalam program terapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit paliatif merupakan suatu penyakit dengan keadaan sulit atau
susah untuk di sembuhkan dan memerlukan pengobatan dalam jangka
waktu lama, tinggi nya jumlah penderita penyakit paliatif yaitu dengan
jumlah 8,2 kematian di sebabkaan oleh kanker dan diabetes
militus ,meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit paliatif baik pada
dewasa maupun anak-anak memerlukan perawatan dan pelayanan
kesehatan paliatif seperti dengan mengunakan bibilioterapi islam
dan untuk penyakit diabetes militus ini menghruskan penderita nya untuk
selalu memonitor diri akan kondisi gula darah setiap harinya sesering
mungkin ,dari hasil penelitian ,dapat di tarik sebuah kesimpulan yakni
pederita diabetes militus membutuhkan fitur tambahan berupa persentase
hipoglisemia ,normal ,karena untuk mengetahui diabetes tife 2 di samping
kadar glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi
B. Saran
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun kebijakan pengembangan
pelayanan perawatan paliatif ,sehingga perawat dapat di tingkat kan di
seluruh tingkat layanan kesehatan ,agar penatalaksanaan pasien terminal
menjadi lebih efektif dan efesien serta pelayanan yang lebih baik dapat
terwujud sesuai dengan pedoman perawatan paliatif yang sudah di
tetetapkan.
Daftar Pustaka
Bastable, S. B. (2014). Perawat Sebagai Pendidik; Prinsip-prinsip Pengajaran
dan Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Damayanti, Sari. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai Penyakit (Penyebab, Gejala, Penularan,
Pengobatan, Pemulihan dan pencegahan). Bandung: Alfabeta.
Jackson, Donna. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Kowalak, Jennifer P. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nanda International. (2015). Diagnosa keperawatan: definisi dan klasifikasi
2015-2016. Jakarta: EGC.
Novitasari, Retno. (2012). Diabetes Melitus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, Amin Huda. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2011). Konsesus
pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia.Jakarta.
Price Sylvia A & Wilson Lorraine M. (2014). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Rendy & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer Suzanne C & Bare Brenda G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G., Hinkle Janice L & Cheever Kerry H.
(2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed. 12. Jakarta:
EGC.
Soewondo, P & Pramono, L.A. (2011). Prevalence, Characteristic, and
Predictors of PreDiabetes in Indonesia. Jakarta: Departement of Internal
Medicine, Faculty of Medicine of University Indonesia.
Suyono, S. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Penyakit dalam FK-UI.
Waspadji, S. (2010).Diabetes melitus: mekanisme dasar dan pengelolaannya
yang rasional, dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu sebagai
Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Widyastuti, W. (2012). Hubungan antara Depresi dengan Kepatuhan Diit
Penderita Diabetes Mellitus di Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.
4 (1): 5-6.