Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

DIABETES MELITUS TIPE II

Disusun oleh kelompok 4:

Desra Gunawan (821191011)


Atika Salsadina (821191014)
Malinda wati (821191004)
Choetizah (821191025)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATANYAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
KOTA PONTIANAK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan ajal
dan paIiatif 1, dengan judul “Diabetes Melitus Dengan Luka kronik” Walaupun
mungkin secara penilaian makalah ini masih belum sempurna, tetapi kami akan
terus berusaha untuk semakin memperbaikinya. Dalam kesempatan ini, tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ns.Nur Pratiwi M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah


Keperawatan ajal dan paliatif 1.
2. Kepada teman-teman yang selalu mendukung dan membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai pada
waktunya.
3. Dan Kepada kedua orang tua kami, yang selalu mendoakan kami
dalam segala hal apapun.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan segala bentuk saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua terutama didunia pendidikan.

Pontianak, 17 oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan Penulisan.........................................................................
C. Metode Penulisan........................................................................
D. Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................

A. Definisi Diabetes Melitus............................................................


B. Etiolgi..........................................................................................
C. Patofisiologi................................................................................
D. Manifesstasi Klinis......................................................................
E. Pemeriksaan Penunjang...............................................................
F. Penatalaksanaan..........................................................................
G. Asuhan Keperawatan...................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan paliatif
pada Diabtes militus dengan luka kronik .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui penyakit Diabetes militus
dengan luka kronik
b. Mahasiswa/i mampu mengetahui konsep perawatan paliatif
pada klien diabetes militus dengan luka kronik
c. Mahasiswa/i mampu Asuhan keperawatan paliatif pada klien
Diabetes militus dengan luka kronik
B. Metode Penelitian
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan
menggunakan studi keperpusakaan yang ada di perpustakaan, jurnal edisi
online maupun edisi cetak, textbook, dan artikel ilmiah yang bersumber
dari internet.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian perawatan paliatif
Kata paliatif berasal dari bahasa latin “pallium”yang berate mantel
sedangkan dalam bahasa inggris “to palliate” bearti meggurangi penderita atau
memberikan kenyamanan ,perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna
mengringankan beban penderita terutama yang tidak dapat di sembuhkan ,
tindakan aktip yang di maksut ialah antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan
lain serta perbaikan dalam bidang psikologis ,sosial dan spiritual . tidak saja di
berikan kepada penderita yang tidak dapat di sembuhkan tetapi juga penderita
yang mempuyai harapan untuk sembuh bersama- sama dengan tindakan kuratif .
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal.Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami
peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.Diabetes
merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak
memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam
darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007).
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I
(insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus).Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar
glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak
ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia
(Maulana, 2009).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab mortalitas oleh karena penyakit
kardiovaskuler yang ditimbulkannya, penderita diabetes mempunyai risiko 2-3
kali lebih tinggi dibandingkan populasi non-DM (Siregar, 2010). Data terbaru dari
International Diabetes Federation ( IDF) menunjukkan jumlah penderita diabetes
untuk seluruh dunia sebanyak 285 juta otang, sebesar 7 % populasi penderita
diabetes dikalangan orang dewasa. Tingkat prevalensi diabetes tertinggi berada di
Amerika Serikat sebesar 10,2%, kemudian sebanyak 9,3% di daerah Afrika Utara
(IDF, 2009).

Berdasarkan trend statistik selama 10 tahun terakhir IDF memprediksi bahwa


Indonesia akan berada pada peringkat ke enam dengan jumlah penderita mencapai
12 juta jiwa pada tahun 2030 (IDF, 2011). Peningkatan jumlah penderita diabetes
ini 90% hingga 95% adalah diabetes mellitus tipe II.Diabetes mellitus tipe II ini
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau karena gangguan sekresi
insulin (Smeltzer & Bare, 2013). Di Indonesia, diabetes mellitus berada diurutan 4
penyakit kronis berdasarkan pravalensinya. Data Riskesdas tahun 2013,
menyatakan prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus adalah 1,5%. Merujuk
kepada prevalensi nasional, Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM
sebanyak 1,3%. Dimana Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi yang
ada di Indonesia. Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64
tahun dengan prevalensi sebesar 4,8% (Kemenkes, 2013)
BAB ll
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin dan kerja insulin (Smeltzer et al, 2013; Kowalak, 2011). Diabetes melitus
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi, kadar gula darah akan
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa
darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110 mg/dL
darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam
setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun mengandung
karbohidrat (Irianto, 2015).
DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes
(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas
biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan
diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih
sering terjadi pada individu obesitas. Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar
belakang kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin. Resistensi
insulin awalnya belum menyebabkan DM secara klinis. Sel beta pankreas masih
dapat melakukan kompensasi bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi
secara berlebihan sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan
normalisasi kadar glukosa darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus
menyebabkan kelelahan sel beta pankreas yang disebut dekompensasi,
mengakibatkan produksi insulin yang menurun secara absolut. Kondisi resistensi
insulin diperberat oleh produksi insulin yang menurun, akibatnya kadar glukosa
darah semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria diagnosa DM (Damayanti,
2015).
Resistensi insulin utamanya dihasilkan dari kerusakan genetik dan
selanjutnya oleh faktor lingkungan. Ketika glukosa intrasel meningkat, maka
asam lemak bebas (Free Fatty Acid- FFAs) disimpan, namun ketika glukosa
menurun maka FFAs masuk ke sirkulasi sebagai substrat dari produksi glukosa.
Pada kondisi normal, insulin memicu sintesa trigliserida dan menghambat lipolisis
postprandial. Glukosa diserap ke dalam jaringan adiposa dan sirkulasi FFAs
mempunyai efek yang bahaya pada produksi glukosa dan sensitifitas insulin,
peningkatan glukosa darah pun ikut berperan. Pada tipe ini terjadi kehilangan sel
beta pankreas lebih dari 50% (Damayanti,2015).

B. Etiologi
Menurut Rendy & Margaret (2012), penyebab Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus(NIDDM) adalah Virus dan kuman leukosit antigen tidak
nampak memainkan peran terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran
yang sangat besar. Sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight
membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat
pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat
jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat
dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang
besar. Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal.
Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olahraga dan diet.
Tahap awal tanda gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang
berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat
badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila
ditemukan peningkatan gula darah.
Menurut Smeltzer & Bare (2010), DM tipe II disebabkan kegagalan
relatif sel beta dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi
insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.

C. Patofisiologi
Tubuh manusia mengubah makanan tertentu menjadi glukosa yang akan
menjadi suplai energi utama untuk tubuh. Insulin dari sel beta pankreas perlu
untuk membawa glukosa ke dalam sel-sel tubuh dimana glukosa digunakan untuk
metabolisme sel. Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi ketika sel beta pankreas
memproduksi insulin dalam jumlah sedikit. Pada keadaan normal kurang lebih
50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan
air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada
diabetes melitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisensi insulin
yang disebabkan oleh pola makan, faktor genetik, obesitas, dll. Sehingga
penerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan
ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah
sehingga terjadi hiperglikemia (Jackson, 2014). Ketika hiperglikemi, aliran darah
menjadi lambat terutama pada jaringan perifer yang membuat pasien akan merasa
kebas atau kesemutan pada kakinya. Hal ini juga dapat menandakan bahwa pada
kaki pasien terjadi iskemik jaringan sehingga jika terdapat luka pada kaki tersebut
biasanya pasien tidak sadar. Menurunnya sirkulasi ke jaringan perifer, dapat
menghambat proses penyembuhan luka sehingga menimbulkan kematian jaringan.
Naiknya kadar glukosa dalam darah menjadi sinyal bagi pasien untuk
meningkatkan asupan cairan dalam upaya mendorong glukosa keluar dari tubuh
dalam urin. Pasien kemudian menjadi haus dan urinasi meningkat. Sel-sel menjadi
kekurangan energi karena kurangnya glukosa dan memberi sinyal pada pasien
untuk makan sehingga nafsu makan pasien meningkat (Jackson, 2014). Ketika sel-
sel tersebut kekurangan energi, maka akan terjadi peningkatan katabolisme
protein untuk memenuhi kebutuhan energi pada sel tersebut. Hal ini membuat
sinyal pada pasien untuk makan dan minum (polidipsi dan polifagi), sehingga
cenderung menyebabkan pasien menjadi obesitaas. Peningkatan katabolisme
protein pada pasien juga sering disertai dengan penurunan anabolisme protein
yang dapat menyebabkan kerusakan antibodi. Hal ini berdampak pada penurunan
kekebalan tubuh pasien, dan meningkatkan resiko infeksi yang ditandai dengan
munculnya gejala infeksi, salah satunya hipertermi
Pada Diabetes Mellitus tipe 2 juga terjadi peningkatan liposis, sehingga
asam lemak bebas meningkat dalam tubuh yang membuat tubuh bersifat asam.
Jika hal ini terus menerus meningkat, ketoasidosis dapat terjadi dengan disertai
beberapa gejala seperti mual, muntah, napas bau keton. Pada fase ini biasanya
terjadi penurunan berat badan pada paisen sebagai akibat dari defisit nutrisi.

D. Manifestasi Klinis
Tiga hal yang tidak bisa di pisahkan dari gejala klasik diabetes mellitus
adalah polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum) dan polyphagia
(banyak makan). Terjadi polyuria karena hal ini berkaitan dengan kadar gula yang
tinggi diatas 160-180 mg/dl maka glukosa akan sampai ke urin tetapi jika tambah
tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah
besar glukosa yang hilang. Gula bersifat menarik air sehingga bagi penderitanya
akan mengalami polyuria atau kencing banyak. Terjadi polydipsia karena di awali
dari banyaknya urin yang keluar maka tubuh mengadakan mekanisme lain untuk
menyeimbangkannya yakni dengan banyak minum. Diabetes akan selalu
menginginkanminumansegarsertadinginuntukmenghindaridaridehidrasi.Terjadi
polyphagia karena insulin yang bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang akhirnya energi yang dibentuk pun kurang. Inilah mengapa orang
merasakan kurangnya tenaga akhirnya diabetes melakukan kompensasi yakni
dengan banyak makan (Novitasari, 2012). Pasien dengan diabetes tipe 1 sering
memperlihatkan awitan gejala yang eksplosif dengan polidipsia, poliuria,
turunnya berat badan, polifagia, lemah, somnolen yang terjadi selama beberapa
hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi sakit berat dan timbul
ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak mendapatkan pengobatan segera.
Terapi insulin biasanya diperlukan untuk mengontrol metabolisme dan umumnya
penderita peka terhadap insulin. Sebaliknya, pasien dengan diabetes tipe 2
mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya
dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes
toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien tersebut mungkin
menderita polidipsia, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak
mengalami ketoasidosis karena ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun
hanya relatif. Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk
menghambat ketoasidosis. Kalau hiperglikemia berat dan pasien tidak berespons
terhadap terapi diet atau terhadap obat-obat hipoglikemik oral, mungkin
diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar glukosanya. Pasien ini
biasanya memperlihatkan kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin. Kadar
insulin pada pasien sendiri mungkin berkurang, normal atau malahan tinggi, tetapi
tetap tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal.
Penderita juga reisten terhadap insulin eksogen (Sylvia & Lorraine, 2014).

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Purwanto (2016), pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
adalah:
1. Gula darah
a. Gula darah sewaktu (random) >200 mg/dl
b. Gula darah puasa (nucher)>140 mg/dl
c. Gula darah 2 jam pp (post prandial) >200 mg/dl
2. Aseton plasma (aseton)
Hasil positif secaramencolok.
3. Osmolaritas serum
Meningkat > 330mOsm/lt
4. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosismetabolik)
5. Alkalosisrespiratorik
6. Trombosit darah
Mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
menunjukkan respon terhadap stres atauinfeksi.
7. Ureum atau kreatinin
Meningkat atau normal lochidrasi atau penurunan fungsi ginjal
8. Amilase darah:
Meningkat > pankacatitisakut.
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I), normal sampai
meningkat (Tipe II) yang mengindikasikan insufisiensiinsulin.
10. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
11. Urine: gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat
12. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK dan infeksiluka.

F. Penatalaksanaan
Menurut Perkeni (2011) dalam pengelolaan atau tatalaksana diabetes
mellitus, terdapat empat pilar yang harus dilakukan dengan tepat yaitu:
1. Pendidikan atau edukasi
Peran perawat sebagai educator dimana pembelajaran merupakan health
education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat
pencegahan. Perawat harus mampu memberikan edukasi kesehatan dalam
pencegahan penyakit, pemulihan, penyusunan program health education serta
memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan. Agar perawat dapat
bertindak sesuai perannya sebagai educator pada pasien dan keluarga, maka
perawat harus memiliki pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengajaran dan
pembelajaran (Bastable, 2014).
Tujuan edukasi kesehatan adalah membantu individu mencapai tingkat
kesehatan yang optimal melalui tindakannya sendiri. Metode dalam
pelaksanaan edukasi juga ikut berperan penting. Metode edukasi yang
digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Metode
edukasi dibagimenjadi 3 yaitu metode edukasi untuk individual, metode
edukasi untuk kelompok, dan metode edukasi untuk massa. Selain
menggunakan metode yang tepat, sebagai intervensi yang terstruktur, maka
edukasi membutuhkan persiapan media dalam pelaksanaannya sehingga dapat
meningkatkan efektifitas edukasi. Secara umum orang mempergunakan tiga
metode dalam belajar yaitu visuali, auditory, kinesthetic (Widiastuti, 2012).
2. Terapi gizimedis
Pengelolaan diet pada penderita diabetes mellitus sangat penting. Tujuan
dari pengelolaan diet ini adalah untuk membantu penderita memperbaiki gizi
dan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik yaitu ditunjukkan
pada pengendalian glukosa, lipid dan tekanan darah. Penatalaksanaan diet bagi
penderita diabetes tipe 2 ini merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes
mellitus secara total (Waspadji, 2010).
Standar dan prinsip diet diabetes mellitus tipe 2 menurut Waspadji
(2010), standar diet diabetes melitus diberikan pada penderita diabetes mellitus
atau pasien sehat yang bukan penderita diabetes mellitus sesuai kebutuhannya.
Terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi, yaitu diet diabetes
mellitus 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 2300, dan 2500 kalori. Secara
umum standar diet 1100 kalori sampai dengan 1500 kalori untuk pasien
diabetes yang gemuk. Diet 1700 sampai dengan 1900 kalori untuk pasien
diabetes dengan berat badan normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500
kalori untuk pasien diabetes kurus.
Penatalaksanaan diet ini meliputi 3 hal utama yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh penderita diabetes mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis
makanan, dan jadwal makanan (Perkeni, 2011). Penatalaksanaan diet pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 berfokus pada pembatasan jumlah energi,
karbohidrat, lemak jenuh dan natrium (ADA,2011).
a) Jumlahmakanan
Soewondo& Pramono (2011) menyatakan bahwa jumlah kalori yang
dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus dalam sehari terbagi dalam 3
besar dan 3 kecil, dengan ketentuan sarapan pagi 20% dari jumlah kalori,
cemilan diantara sarapan pagi dan makan siang 10% makan siang dari
jumlah kalori, makan siang 25% dari jumlah kalori, cemilan diantara makan
siang dan makan malam 10% dari jumlah kalori, makan malam 25% dari
jumlah kalori dan cemilan sebelum tidur 10% dari jumlah kalori.
BB ideal = (TB dalam cm - 100) – 10% kg

Pada laki-laki yang tingginya <160 cm atau perempuan yang tingginya


150 cm, berlaku rumus:
BB ideal = (TB dalam cm – 100) – 1 kg

b) Jenismakanan
Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang mengandung
banyak karbohidrat sederhana, makanan yang mengandung banyak
kolesterol, lemak trans, dan lemak jenuh serta tinggi natrium. Makanan yang
mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, dan sari buah
harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti
buncis, kacang panjang, wortel, daun singkong dan bayam harus dibatasi
tidak boleh dalam jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti
nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi.
Sayuran yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori
rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak, selada air, jamur
kuping, dan tomat (ADA,2010).
Selain itu, pasien diabetes harus membatasi makanan dari jenis gula,
minyak dan garam. Banyak penderita diabetes melitus tipe 2 mengeluh
karena makanan yang tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi
sehingga sering terasa membosankan. Untuk itu, agar ada variasi dan tidak
menimbulkan kebosanan, dapat diganti dengan makanan penukar,
kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya
(Perkeni, 2011).
1) Jenis bahan makanan yang dianjurkan: sumber protein hewani: ayam
tanpa kulit, ikan dan putih telur, sumber protein nabati: tempe,
tahu,kacang-kacangan, (kacang ijo, kacang merah, kacang kedelai),
sayuran yang bebas dikonsumsi: oyong, ketimun, labu air, lobak, selada
air, jamur kuping dan tomat, buah-buahan: jeruk siam, apel, pepaya,
melon, jambu air, salak, semangka, belimbing, susu rendah lemak.
2) Jenis bahan makanan yang diperbolehkan tetapi dibatasi, yaitu: sumber
karbohidrat kompleks: padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-
umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan sagu, sayuran tinggi
karbohidrat: buncis, kacang panjang, wortel, daun singkong, bayam,
daun katuk, daun pepaya, melinjo, nangka muda dan tauge, buah-buahan
tinggi kalori: nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat,sawo.
3) Jenis bahan makanan yang harus dihindari: sumber karbohidrat
sederhana: gula pasir, gula jawa, gula batu, madu, sirup, cake, permen,
minuman ringan, selai, dan lain-lain, makanan mengandung asam lemak
jenuh: mentega, santan, kelapa, keju krim, minyak kelapa dan minyak
kelapa sawit, makanan mengandung lemak trans: margarin, makanan
mengandung kolesterol tinggi: kuning telur, jeroan, lemak daging, otak,
durian, susu full cream, makanan mengandung natrium tinggi: makanan
berpengawet, ikan asin, telur asin, abon,kecap.

c) Jadwalmakan
Pada penderita diabetes melitus, pengaturan jadwal makan juga penting
karena berkaitan dengan kadar glukosa darah (ADA, 2010).
3. Latihanjasmani atau olahraga
Kegiatan jasmani sehari-hari yang dilakukan secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes tipe 2. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang teratur dapat menyebabkan
kontraksi otot meningkat, sehingga permeabilitas membran sel terhadap
glukosa meningkat dan resistensi insulin berkurang. Ada beberapa latihan
jasmani yang disarankan bagi penderita diabetes melitus, diantaranya: jalan,
bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
4. Intervensifarmakologis
Penderita diabetes melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin
setiap hari. Penderita diabetes melitus tipe 2, umumnya perlu minum obat
antidiabetes secara oral atau tablet. Penderita diabetes memerlukan suntikan
insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet
(Perkeni,2011).
a) Obat Hipoglikemik Oral(OHO)
Merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh
dokter khusus bagi diabetesi. Obat penurun glukosa darah bukanlah hormon
insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja melalui beberapa cara
untuk menurunkan kadar glukosa darah (Perkeni, 2011).
b) Insulin
Insulin merupakan basis pengobatan penderita diabetes melitus tipe I
yang harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis preparat, dosis
insulin, waktu dan cara penyuntikan insulin, serta penyimpanan insulin
(Suyono, 2011).

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut NANDA (2015), fase pengkajian merupakan sebuah komponen
utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,
mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data. Pengumpulan data
antara lain meliputi:
a. Identitaspasien
b. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan atau alasan masuk Rumah Sakit
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton, pernapasan kussmaul, gangguan pada pola tidur,
poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakitkepala.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya penyakit
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3) Riwayat PenyakitDahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

4) Riwayat PenyakitKeluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari
4 kg, riwayat glukosuria selama stres (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
5) Riwayatpsikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakitpenderita.
c. Pola aktivitas sehari-hari
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain.
d. Polaeliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan sulit kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri,
dan lain-lain), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,
masalah bau badan, perspirasi berlebih.
e. Polamakan
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual/muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah/penyembuhan
kulit, makanankesukaan.
f. Personalhygiene
Menggambarkan kebersihan dalam merawat diri yang mencakup, mandi,
bab, bak dan lain-lain.
g. Pemeriksaanfisik
1) KeadaanUmum
Meliputi keadaan penderita tampak lemah atau pucat. Tingkat
kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi.
2) Tanda-tandaVital
Tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi. Pernapasan reguler
ataukah ireguler, adanya bunyi napas tambahan, respiration rate (RR)
normal 16-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi
reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat atau lemah.
Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi.
3) Pemeriksaan Kepala danleher
a) Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital di
bagianposterior
b) Rambut: biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c) Mata: simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya, terdapat
gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopatidiabetik.
d) Telinga: fungsi pendengaran mungkin menurun.
e) Hidung: adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf
hidung menurun.
f) Mulut: mukosa bibirkering.
g) Leher: tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.
h. PemeriksaanDada
1) Pernafasan: sesak nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan
tergantung ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan
(jika kadar kalium menurun tajam), RR > 24 x/menit, nafas
berbauaseton.
2) Kardiovaskuler: takikardia atau nadi menurun, perubahan TD postural,
hipertensi disritmia dankrekel.
i. PemeriksaanAbdomen
Adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi abdomen, suara bising
usus yangmeningkat.
j. PemeriksaanReproduksi
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria, dan
sulit orgasme pada wanita.
k. PemeriksaanIntegumen
Biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama sembuh. Kulit
kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung sembuh. Adanya
akral dingin, capillarry refill kurang dari 3 detik, adanya pitting edema.
l. PemeriksaanEkstremitas
Kekuatan otot dan tonus otot melemah. Adanya luka pada kaki atau kaki
diabetik.

2. Diagnosa Keperawatan
Berikut ini adalah diagnosa keperawatan muncul sesuai kasus yang telah
diberikan dan sudah disesuaikan dengan SDKI (2016), sebagai berikut:
a) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.
b) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi.
c) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
d) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, peningkatan laju
metabolisme.
e) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis, peningkatan
kebutuhan metabolisme.
f) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif (diuresis osmotik).

3. Perencanaan Keperawatan
a) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.
Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya 1. Penurunan berat badan
keperawatan selama 3 x 24 penurunan BB dan menunjukkan terjadinya
jam diharapkan glukosa glukosa darah. gangguan metabolisme.
darah kembali stabil 2. Monitor glukosa 2. Pengecekan setiap 4-6 jam
dengan kriteria hasil: darah setiap 4-6 jam. biasanya cukup untuk
1. Pasien mampu menentukan koreksi dosis
mendemonstrasikan insulin.
bagaimana cara 3. Pantau intake dan 3. Mengetahui keseimbangan
memeriksa kadar output cairan tubuh cairan
glukosa darah yang
benar. 4. Pantau tanda dan 4. Pengenalan dini dan
2. Kadar glukosa darah gejala hiperglikemia pengobatan hiperglikemia
dalam rentang normal: seperti poliuria, dapat mencegah
Kadar gula darah polidipsia, polifagia perkembangan menjadi
sewaktu 100-130 ketoasidosis atau
mg/dL, kadar gula darah hiperglikemia
puasa 80-126 mg/dL, hiperosmolar.
dan kadar gula darah 2 5. Kolaborasi 5. Keton dapat menunjukkan
Jam PP 120- 160 pemeriksaan urine terjadinya ketoasidosis.
mg/dL. untuk keton jika kadar
3. Status nutrisi adekuat: glukosa darah >300
•Tidak terjadi mg/dL.
mual/muntah
•Tidak terjadi
penurunan BB.
4. Tidak mengalami pusing
dan lemas
5. Mampu berpartisipasi
dalam program terapi

b) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia.


Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi status 1. Mengetahui adanya tanda-
keperawatan selama 3 x 24 hidrasi (kelembapan tanda dehidrasi
jam diharapkan dapat membran mukosa,
mempertahankan sirkulasi TD, ortostatik, dan
perifer efektif dengan keadekuatan dinding
kriteria hasil: nadi)
1. Denyut nadi perifer 2. Monitor albumin, 2. Mengetahui perkembangan
teraba kuat dan reguler ureum, total protein, klien, karena perubahan
2. Oedem tidak terjadi dan serum osmolalitas dan albumin, ureum, total
luka tidak tambah parah. urine. protein, serum osmolalitas
3. Tidak ada tanda-tanda dan urine menandakan
dehidrasi adanya masalah
3. Observasi tanda-tanda 3. Mengantisipasi terjadinya
cairan berlebihan atau edema
retensi (Central
Venous Pressure
(CVP) meningkat,
adema, distensi vena
leher dan asites).
4. Pertahankan intake 4. Agar nutrisi dalam tubuh
dan output secara klien tercukupi
adekuat

c) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi.


Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi terhadap 1. Hangat dan pelunakan
keperawatan selama 3 x 24 eritema dan kepucatan adalah tanda kerusakan
jam diharapkan dapat dan palpasi area jaringan
mempertahankan keutuhan sekitar terhadap
kulit dengan kriteria hasil: kehangatan dan
1. Klien mau berpartisipasi pelunakan jaringan
terhadap pencegahan tiap merubah posisi
luka 2. Anjurkan untuk 2. Meningkatkan aliran darah
2. Klien mengetahui melakukan latihan
penyebab dan cara ROM dan mobilisasi
pencegahan luka jika mungkin
3. Tidak ada tanda-tanda 3. Ganti posisi setiap 2 3. Menghindari tekanan dan
kemerahan atau luka jam meningkatkan aliran darah

4. Lakukan massage 4. Menghindari kerusakan


pada daerah yang pada kapiler
menonjol yang baru
mengalami tekanan
pada waktu merubah
posisi
5. Jaga kebersihan kulit 5. Mempertahankan keutuhan
dan seminimal kulit
mungkin hindari
trauma, panas
terhadap pada kulit

d) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, peningkatan laju


metabolisme.
Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda 1. Respon abnormal meliputi
keperawatan selama 3 x 24 vital, catat adanya nadi, tekanan darah, dan
jam diharapkan suhu dalam perubahan TD pernafasan yang meningkat
rentang normal dengan ortostatik dan sebagai data dasar
kriteria hasil: untuk intervensi
1. Suhu tubuh dalam selanjutnya.
rentang normal 2. Anjurkan pasien 2. Mencegah terjadinya
2. Nadi dan respirasi untuk banyak minum dehidrasisewaktu panas
dalam rentang normal 3. Anjurkan pasien 3. Meminimalisir produksi
3. Tidak ada perubahan untuk banyak istirahat panas yangdiproduksi oleh
warna kulit dan tidak tubuh
pusing 4. Anjurkan pasien 4. Membantu mempermudah
untuk memakai penguapan panas
pakaianyang tipis
5. Beri kompres hangat 5. Mempercepat dalam
di beberapa penurunan produksi panas
bagiantubuh
6. Kolaborasi atau 6. Paracetamol dapat
delegatif dalam menurunkan panas
pemberian obat sesuai
indikasi, contohnya:
paracetamol

e) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis, peningkatan


kebutuhan metabolisme.
Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda 1. Respon abnormal meliputi
keperawatan selama 3 x 24 vital, catat adanya nadi, tekanan darah, dan
jam diharapkan resiko perubahan TD pernafasan yang meningkat
defisit nutrisi teratasi ortostatik dan sebagai data dasar
dengan kriteria hasil: untuk intervensi
1. Berat badan ideal sesuai selanjutnya.
dengan tinggi badan 2. Kaji nadi perifer, 2. Untuk mengetahui tanda-
2. Mampu pengisian kapiler, tanda hypoksia.
mengidentifikasi turgor kulit dan
kebutuhan nutrisi membran mukosa
3. Tidak ada tanda-tanda 3. Pantau intake dan 3. Mengetahui keseimbangan
malnutrisi output cairan tubuh cairan
4. Tidak terjadi penurunan 4. Pertahankan untuk 4. Memehuhi cairan tubuh
berat badan memberikan cairan yang seimbang
paling sedikit 2500
ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi
jantung
5. Catat hal-hal seperti 5. Mengetahui tingkat
mual, muntah dan pemenuhan nutrisi.
distensi lambung.
6. Observasi adanya 6. Mengatahui adanya
kelelahan yang kekurangan oksigen.
meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi
tidak teratur.

f) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif (diuresis osmotik).
Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda 1. Respon abnormal meliputi
keperawatan selama 3 x 24 vital, catat adanya nadi, tekanan darah, dan
jam diharapkan resiko perubahan TD pernafasan yang meningkat
ketidakseimbangan cairan ortostatik dan sebagai data dasar
dapat teratasi dengan untuk intervensi
kriteria hasil: selanjutnya.
1. Pasien menunjukkan 2. Kaji nadi perifer, 2. Untuk mengetahui tanda-
dehidrasi yang adekuat pengisian kapiler, tanda hypoksia.
dibuktikan oleh tanda turgor kulit dan
vital stabil membran mukosa
2. nadi perifer dapat 3. Pantau intake dan 3. Mengetahui keseimbangan
diraba, output cairan tubuh cairan
3. turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, 4. Pertahankan untuk 4. Memehuhi cairan tubuh
4. haluaran urin tepat memberikan cairan yang seimbang
secara individu dan paling sedikit 2500
kadar elektrolit dalam ml/hari dalam batas
batas normal/intake yang dapat ditoleransi
output seimbang dan jantung
intake out seimbang. 5. Catat hal-hal seperti 5. Mengetahui tingkat
mual, muntah dan pemenuhan nutrisi.
distensi lambung.
6. Observasi adanya 6. Mengatahui adanya
kelelahan yang kekurangan oksigen.
meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi
tidak teratur.

H. Konsep keperawatan paliatif pasien DM luka kronik


1. Perawat memberikan support
Prinsip perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan pasien dan keluarga
dalam hal ini perawat paliatif bukan hanya memberikan tindakan pengobatan
kepada pasien tetapi juga memberikan support kepada pasien dan keluarga
memberikan semangat hidup kepada pasien yang mengalami penyakit yang
sulit untuk sembuh ,
2. Perawatan luka pada pasien DM
a. Pengertian perawatan luka DM
Ganguan integritas jaringan adalah keadaan di mana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami kerusakan jaringan
membarane,kornea,integumen,atau subkutan (Nurarif 2015) ganguan
integritas jaringan dapat di sebabkan oleh ulkus diabetes ,Ulkus Kaki
Diabetes (UKD) ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi seriyus akibat
diabetes upaya yang di lakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat
di perlukan intervensi perawat luka yang efektif dan efesien perawatan luka
adalah membersihkan luka ,mengobati luka,menutup luka dengan
memperhatikan teknik steril (Ghopar, 2012)
b. Tindakan perawatan luka
Sebelum perawat melakukan perawatan luka ,perawat terlebih dahulu
menyiapkan alat-alat yang akan di gunakan serta mebawanya keruang
pasien ,kemudia perawat paliatif menjelaskan ,terlebihan dahulu tindakan
yang akan di lakukan pada pasien setelah pasien dan keluarga pasien mengerti
dan menyetujui dengan tindakan yang akan di lakukan ,perawat langsung
melakukan perawatan luka pada saat melakukan perawatan luka ,perawat
tidak mengunakan teknik steril tetapi mengunakan teknik bersih hanya saja
alat yang di gunakan untuk perawatan luka steril berhubung megunakan
teknik bersih ,perawat tidak mempersiapkan sarung tangan steril pada saat
perawatan luka kemudian perawat juga tidak mengunakan kassa untuk satu
kali usapan pada saat di lakukan perawatan luka dapat di lihat bahwa pasien
mengalami luka kronik .perawat memberisihkan luka dengan NaCl untuk
membersihkan luka pasien dan mengoleskan luka dengan madu lalu menutup
kembali luka dengan pembalut luka yang baru .
c. Alat dan bahan perawatan luka
Menurut Ghofar (2012) alat dan bahan yang digunakan pada saat perawatan
luka
a. Satu set perawatan luka steril/bak steril:
1) Sarung tangan
2) Pinset anatomis
3) Pinset chirurgis
4) Gunting jaringan
5) Kassa steril
6) Kom berisi larutan pembersih (normal salin 0,9%)
b. Alat non steril:
1) Sarung tangan non steril
2) Cairan Nacl 0,9%
3) Pengalas sesuai luas luka
4) Kapas alkohol
5) Korentang
6) Perlak atau penghalas
7) Bengkok
8) Kom berisi lysol 1%
9) Gunting verban/plester
10) Verban
11) Plester
12) Schort
13) Masker
14) Obat sesuai program terapi
15) Tempat sampah
Contoh kasus
Seorang laki-laki umur 60 tahun tempat tanggal lahir Pontianak 15-
september 1959 ,status perkawinan kawin ,pendidikan terakhir
smp .beragama islam ,perkerjaan sehari-hari karyawan
swasta ,beralamatkan di pontianak barat . dengan diagnosa diabetes militus
pasien mengatakan bahwa dia terkena diabetes militus sejak tahun 2012,
selama terkena diabetes militus pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan yang dapat mengontrol gulanya serta tidak menjaga pola makannya
,pasien mengatakan awal timbulnya luka di mulai pada tahun 2018 saat
kaki kanan pasien tepatnya di jari kelingking gatal dan pasien
mengaruknya terus- menerus hingga luka ,lama kelamaan luka tersebut
makin melebar dan akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke rumah
sakit,dan dokter menyarankan untuk di amputasi karena luka sudah sangat
parah .dan setelah di amputasi luka pasien mengalami pendarahan
Pada saat perawat paliatif melakukan pengkajian di dapatkan hasil
terdapat luka post amputasi pada kaki kanan luka tampak basah ,terdapat
pendarahan ,dan terdapat gengren ,luka pasien sedikit berbau ,luas luka
panjang 15 cm dan lebar 2 cm luka tampak kemerahan batasan luka
menyatu dengan dengan dasar luka ,tidak terdapat jaringan
nekrotik ,terdapat pendarahan lebih dari 23% dan membasahi 75% dari
balutan warna kulit sekitar luka hitam dan merah .

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit paliatif merupakan suatu penyakit dengan keadaan sulit atau
susah untuk di sembuhkan dan memerlukan pengobatan dalam jangka
waktu lama, tinggi nya jumlah penderita penyakit paliatif yaitu dengan
jumlah 8,2 kematian di sebabkaan oleh kanker dan diabetes
militus ,meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit paliatif baik pada
dewasa maupun anak-anak memerlukan perawatan dan pelayanan
kesehatan paliatif seperti dengan mengunakan bibilioterapi islam

dan untuk penyakit diabetes militus ini menghruskan penderita nya untuk
selalu memonitor diri akan kondisi gula darah setiap harinya sesering
mungkin ,dari hasil penelitian ,dapat di tarik sebuah kesimpulan yakni
pederita diabetes militus membutuhkan fitur tambahan berupa persentase
hipoglisemia ,normal ,karena untuk mengetahui diabetes tife 2 di samping
kadar glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi

B. Saran
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun kebijakan pengembangan
pelayanan perawatan paliatif ,sehingga perawat dapat di tingkat kan di
seluruh tingkat layanan kesehatan ,agar penatalaksanaan pasien terminal
menjadi lebih efektif dan efesien serta pelayanan yang lebih baik dapat
terwujud sesuai dengan pedoman perawatan paliatif yang sudah di
tetetapkan.

Daftar Pustaka
Bastable, S. B. (2014). Perawat Sebagai Pendidik; Prinsip-prinsip Pengajaran
dan Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Damayanti, Sari. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Irianto, K. (2015). Memahami Berbagai Penyakit (Penyebab, Gejala, Penularan,
Pengobatan, Pemulihan dan pencegahan). Bandung: Alfabeta.
Jackson, Donna. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Kowalak, Jennifer P. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nanda International. (2015). Diagnosa keperawatan: definisi dan klasifikasi
2015-2016. Jakarta: EGC.
Novitasari, Retno. (2012). Diabetes Melitus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, Amin Huda. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2011). Konsesus
pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia.Jakarta.
Price Sylvia A & Wilson Lorraine M. (2014). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Rendy & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer Suzanne C & Bare Brenda G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G., Hinkle Janice L & Cheever Kerry H.
(2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed. 12. Jakarta:
EGC.
Soewondo, P & Pramono, L.A. (2011). Prevalence, Characteristic, and
Predictors of PreDiabetes in Indonesia. Jakarta: Departement of Internal
Medicine, Faculty of Medicine of University Indonesia.
Suyono, S. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Penyakit dalam FK-UI.
Waspadji, S. (2010).Diabetes melitus: mekanisme dasar dan pengelolaannya
yang rasional, dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu sebagai
Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Widyastuti, W. (2012). Hubungan antara Depresi dengan Kepatuhan Diit
Penderita Diabetes Mellitus di Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.
4 (1): 5-6.

Anda mungkin juga menyukai