Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DIABETES MELITUS

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II)

Dosen Pengampu : Ns. Dwi Agustina, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB.

Disusun Oleh:

1. Abigail Wedelia NIM 201811002


2. Aulia Fathania NIM 201811008
3. Mayangsari Prihatiningrum NIM 201811019
4. Muhammad Fadhli Saputra NIM 201811022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAKARTA


Jln. Raya PKP Kelapa Dua Wetan
Kelurahan Kelapa Dua. Kecamatan Ciracas. Jakarta Timur 13730
Telp. & fax 021 22852216
Email : stikesjayakarta@gmail.com
2020
KATA PENGHANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan piji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus untuk
menambah pengetahuan. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan keperawatan pada
pasien diabetes melitus dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Jakarta, 27 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum...........................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................4
2.1 Pengertian..........................................................................................................4
2.2 Etiologi Diabetes Melitus..................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis.............................................................................................6
2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus..........................................................................7
2.5 Penatalaksanaan...............................................................................................9
2.6 Asuhan Keperawatan.....................................................................................10
BAB III...........................................................................................................................28
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................28
BAB IV............................................................................................................................40
PEMBAHASAN.............................................................................................................40
BAB IV............................................................................................................................44
PENUTUP.......................................................................................................................44
4.1 Kesimpulan......................................................................................................44
4.2 Saran................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................- 1 -

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes merupakan salah satu dari empat prioritas Penyakit Tidak
Menular. Diabetes merupakan penyebab utama untuk kebutaan, serangan
jantung, stroke, gagal gijal dan amputasi kaki. 80% kejadian Diabetes
dapat dicegah, lakukan upaya pencegahan sekarang. Diabetes dapat
dicegah atau kejadiannya dapat ditunda. Dengan tatalaksana pengobatan
yang optimum, diabetes dapat dikontrol dan orang dengan diabetes dapat
berumur panjang dan hidup sehat. (dalam artikel Fakta dan Angka
Diabetes Kementerian Kesehatan RI, 2017)

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pancreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas
yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus
dan prevalansi diabetes terus meningkat selama beberapa decade terakhir.
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes
pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980.
Prevelensi diabetes di dunia dengan usia yang distandarisasi) telah
meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat 4,7%
menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan
peningkatan faktor resiko terkait seperti kelebihan berat badan atau
obesitas. Selama beberapa decade terakhir, prevalansi diabetes meningkat
lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di
negara berpenghasilan tinggi.
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah
yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta
kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler dan

1
2

lainnya. Emmpat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi
sebelum usia 70 tahun. Presentase kematian yang disebabkan oleh diabetes
yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara-negara
berpenghasil rendah dan menengah daripada di negara-negara
berpenghasilan tinggi. (WHO, 2018)

Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh dunia untuk


prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia bersama dengan China,
India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi
orang dengan diabetes sebesar 10 juta (IDF Atlas, 2015). Diabetes dangan
Komplikasi merupakan Penyebab Kematian tertinggi ketiga di indonesia
(SRS, 2014). 2/3 orang dengan diabetes di Indonesia tidak mengetahui
dirinya memiliki diabetes dan berpotensi untuk mengakses layanan
kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan komplikasi). Prevalensi
berat badan berlebihan atau overweight (13,5% Riskesdas 2013) dan
obesitas (15,4% Riskesdas 2013) yag merupakan salah satu faktor resiko
terbesar diabetes meningkat terus dibandingkan Riskesdas 2007 dan 2010.
(dalam artikel Faktor dan Angka Diabetes Kemenkes RI, 2017)

Penelitian yang dilakukan Trinawati, Shara Kurnia. dkk. (2013) Diabetes


melitus seringkali tidak terdeteksi sebelum diagnosis dilakukan, sehingga
morbiditas (terjadinya peyakit atau kondisi yang mengubah kesehtan dan
kualitas hidup) dan mortalitas (kematian) dini terjadi pada kasus yang
tidak terdeteksi. Diabetes melitus merupakan suatu keadaan hiperglikemik
kronis dan perlahan namun pasti akan merusak jaringan dalam tubuh jika
tidak ditangani secara tepat dan serius. Dengan ditemukannya beberapa
faktor predisposisi terjadinya diabetes melitus diantaranya faktor genetic,
faktor lingkungan, faktor kegemukan, faktor demografi, dan lainnya. Maka
faktor-faktor tersebut mempengaruhi seseorang akan menglami diabetes
melitus tipe 1 atau diabetes melitus tipe 2.
3

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes
melitus.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menjelaskan tentang:
a. Pengertian Diabetes Melitus
b. Etiologi Diabetes Melitus
c. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
d. Patofisiologi Diabetes Melitus
e. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
f. Teori Asuhan Keperawatan Dibetes Melitus
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pancreas
tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormone
yang mengatur gula darah. Hiperglikemia atau peningkatan gula darah
adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke
waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama
saraf dan pembuluh darah. Yang paling umum adalah diabetes melitus tipe
2, biasanya pada orag dewasa yang terjadi ketika tubuh menjadi resisten
terhadap insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin. Diabetes melitus
tipe 1 atau diabetes yang tergantung pada insulin adalah suatu kondisi
kronis dimana pakreas memproduksi sedirkit atau tidak ada insulin dengan
sendirinya. (WHO, 2016)

2.2 Etiologi Diabetes Melitus

Etiologi diabetes melitus, yaitu (Nurarif & Hardhi, 2015):

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe I


Diabetes yang tergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I. kecenderungan genetik ini ditentukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertangguang jawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor imunologi

4
5

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.


Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel  pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel  pancreas.
2. Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI) tipe II
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara
pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insuli. Diabetes melitus tak tergantung insuin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang bredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga
diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insuin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
6

terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul


pada masa kanak-kanak.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwat keluarga
d. Kelompok etik

Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi


menjadi 3 yaitu:

a. < 140 mg/dL = normal


b. 140 - < 200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu
c. > 200 mg/dL = diabetes

2.3 Manifestasi Klinis


Gejala dan tanda awal penderita diabetes melitus (Krisnatuti, Diah. dkk.
2014)
1. Adanya penurunan berat badan dalam jangka waktu relatif singkat di
samping sering merasa lemas dan lemah. Hal itu disebabkan karena
glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel menjadi
kekurangan darah. Kondisi demekian menyebabkan sel kekurangan
bahan bakar sehingga sumber tenaga akan diambil dari cadangan
lemak dan otot. Dengan demikian tubuh akan kehilangan energi
cadangan tubuh, termasuk lemak dan otot, yang mengakibatkan badan
semakin kurus dan berat badan semakin menurun.
2. Poliuria (banyak kencing). Penderita sering merasa ingin buang air
kecil (kencing) dengan volume urin yang banyak.
3. Polidipsia (banyak minum) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar
sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang
7

hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intasel merangsang pengeluaran


ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.
4. Polifagia (banyak makan) kadar glukosa yang tidak dapat masuk ke
dalam sel, menyebabkan rangsangan ke otak untuk mengirim pesan
rasa lapar pada penderita. Akibatnya, penderita semakin sering makan
yang menyebabkan kadar glukosa semakin tinggi tetapi tidak dapat
dimanfaatkan seluruhnya oleh tubuh untuk masuk ke dalam sel.
5. Ganguan penglihatan. Diabetes pada awalnya sering mengeluh berupa
penglihatan yang menjadi kabur, sehingga sering mengganti kacamata
untuk dapat melihat dengan baik.
6. Ganguan saraf tepi/kesemutan. Penderita sering merasa sakit dan
kesemutan terutama pada kaki di waktu malam.
7. Gatal-gatal/bisul. Adanya rasa gatal pada kemaluan atau daerah lipatan
kulit, seperti ketiak dan di bawah payudara atau paha. Terkadang juga
sering terjadi timbulnya bisul dan luka akibat hal yang sepele seperti
lecet pada kaki, meskipun kecil tetapi luka tersebut lama sembuhnya.

2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus


Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut (Darliana, Devi.
2011):
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Defisiensi insulin membuat seseorang tidak dapat mempertahankan kadar


glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia berat yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi
glukosa darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena
tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
8

Gllukosuria akan mengakibatkan diuresis osmotic yang menyebabkan


poliurin disertai kehilangan sodium, klorida, potassium dan pospat.
Adanya poliurin menyebabkan dehirasi dan timbul polidipsi.

Adanya glukosa yang keluar bersama urine akan menyebabkan pasien


mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asthenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energy. Hiperglikemia yang
lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membrane basalis dan
perubahan pada saraf perifer, hal ini akan memudahkan terjadinya
gangren.

PATHWAY

DM tipe I DM tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik, Usia, Genetik

Sel  pankreas hancur Jumlah sel pankreas menurun

Defisinsi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme Liposis meningkat


protein meningkat

Penurunan BB

Fleksibilitas Pembatasan Diit


darah merah Resiko Nutrisi Kurang

Intake tidak adekuat


Pelepasan O2

Poliuria Defisit Volume Cairan


Hipoksia perifer

Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif


Nyeri
9

2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanan diabetes melitus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien yang menderita diabetes melitus. Periode penatalaksanaan
diabetes melitus yaitu (Darliana, Devi. 2011)
1. Jangka pendek. Menghilangkan keluhan dan tanda diabetes melitus,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian
glukosa darah.
2. Angka panjang. Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir adalah
menurunkan morbiditas dan mortalitas diabetes melitus. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengen pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan dan lipid profile melalui pengelolaan pasien secra
holistic dengan mengajarkan penawaran mandiri dan perubahan
perilaku.

Pilar penatalaksanaan diabetes melitus ada 4 pilar yaitu:

1. Edukasi. Pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan


keterampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perilaku
untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya.
2. Terapi gizi medis. Dapat dicapai dengan melibatkan seluruh tim
(dokter, ahli gizi, perawat, serta pasien itu sendiri). Pasien diabetes
melitus perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal, jenis dan jumlah makanan, terutama pasien yang menggunakan
obat penurun glukosa darah dan insulin.
a. Latihan jasmani. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani
secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit).
Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah
dan penarikan glukosa ke dalam sel. Latihan dengan kadar glukosa
tinggi akan meningkatkan sekresi glukogon, growth hormone dan
katekolamin. Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah
latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia
10

dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat


latihan.
b. Intervensi farmakologis. Intervensi farmakologis ditambahkan jika
sasaran glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani.
Pengelolaan diabetes secara farmakologis dapat berupa pemberian:
1) Obat hipoglikemik oral (OHO). Berdasarkan cara kerjanya,
OHO dibagi atas 4 golongan yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin: sulfonylurea dan glinid
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin: biguanid,
tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesi: metformin
d) Penghambat absorbs glukosa: penghambat glukosidase alfa
2) Insulin. Terapi insulin dapat mencegah kerusakan endetol,
menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis serta
memperbaiki profil lipid. Insulin diperlukan dalam keadaan:
a) Penurunan berat badan yang cepat
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c) Ketoasidosis diabetic
d) Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e) Gagal dengan kombinasi oHO dosis hampir maksimal
f) Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, infark
miokardi)
g) Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makanan
h) Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
i) Kontraindikasi atau alaeri OHO

2.6 Asuhan Keperawatan


2.6.1 Pengkajian
1) Identitas klien, meliputi:
11

Nama pasien, tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin, status


perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2) Keluhan utama
a) Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b) Kondisi hipoglikemi:
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar,
sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan
emosional, penurunan kesadaran.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal
pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang
disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus,
pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan
masalah impoten pada pria.
4) Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan
seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,
kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6) Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
12

Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau


dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma.
b) Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard
akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda: takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun,
disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola
mata cekung.
c) Integritas ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda: ansietas, peka rangsang.
d) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan
abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus
lemah, hiperaktif pada diare.
e) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti
diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat,
penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton.
f) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma,
gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.
g) Kardiovaskuler.
13

Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD


postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau
tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada wanita
j) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
k) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada
kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
l) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung,
turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat
banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus

2.6.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami
penyakit diabetes melitus (Nanda, 2018)
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. kurang
pengetahuan tentangmanajemen diabetes
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
gangguan keseimbangan insulin, makan dan aktivitas jasmani.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d. penurunan
sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit.
14

d. Keletihan b.d. metabolisme fisik untuk produksi energy berat


akibat kadar gula darah tinggi
e. Kerusakan integritas jaringan b.d. nekrosis kerusakan jaringan
f. Nyeri akut b.d. kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer
g. Resiko infeksi b.d. trauma pada jaringa, proses penyakit
(diabetes melitus)
h. Defisiensi pengetahuan b.d. kurangnya informasi
i. Ansietas b.d. kurangnya pengetahuan

2.6.3 Intervensi

No DIAGNOSA NOC NIC


.
1. Resiko Setelah Manajemen Nutrisi
ketidakstabi dilakukan (1100)
lan kadar asuhan Definisi: menyediakan
glukosa keperawatan dan meningkatkan
darah diharapkan intake nutrisi yang
(00179) nutrisi pasien seimbang
terpenuhi. Aktivitas:
Status nutrisi 1. Intruksikan kepada
(1004) pasien mengenai
1. Asupan kebutuhan nutrisi
makanan 2. Tentukan jumlah
dan cairan kalori dan jenis
dari skala 2 nutrisi yang
menjadi dibutuhkan oleh
skala 4 pasien untuk
Perilaku patuh: memenuhi
diet yang kebutuhan gizi
disarankan 3. Ciptakan
(1622) lingkungan yang
1. Memilih optimal pada saat
15

makanan mengkonsumsi
yang sesuai makanan
dengan diet 4. Monitor kalori dan
yang asupan makanan
ditentukan pasien
dari skala 2 5. Monitor
menjadi kecendrungan
skala 4 terjadinya kenaikan
2. Memilih atau penurunan
minuman berat badan pada
yang sesuai pasien
dengan diet
yang
ditentukan
dari skala 2
menjadi
skala 4
Pengetahuan:
diet yang sehat
(1854)
1. Intake
nutrisi yang
sesuai
dengan
kebutuhan
individu dari
skala 2
menjadi
skala 4
2. Ketidakseim Resiko ketidak Manajemen
bangan stabilan kadar Hiperglikemi (2120)
nutrisi glukosa darah 1. Monitor kadar gula
kurang dari (00002) darah, sesuai
16

kebutuhan Setelah indikasi


tubuh dilakukan 2. Monitor tanda dan
(00002) asuhan gejala hiperglikemi,
keperawatan, poliuria, polidipsi,
diharapkan polifagi, kelemahan,
ketidakstabilan latergi, malaise,
kadar glukosa pandangan kabur
normal. atau sakit kepala.
Kadar glukosa 3. Monitor ketourin,
darah (2300) sesuai indikasi
1. Glukosa 4. Berikan insulin
darah dari sesuai resep
skala 2 5. Dorong asupan
menjadi cairan oral
skala 4 6. Batasi aktivitas
Keparahan ketika kadar
Hiperglikemia glukosa darah lebih
(2111) dari 250 mg/dL,
1. Peningkatan khusus jika ketourin
glukosa terjadi
darah dari 7. Dorong pemantauan
skala 2 sendiri kadar
menjadi glukosa darah
skala 4 8. Intruksikan pada
Manajeman pasien dan keluarga
diri: diabetes mengenai
(1619) manajemen diabetes
1. Memantau 9. Fasilitasi kepatuhan
glukosa terhadap diet dan
darah dari regimen latihan
skala 2 Pengajaran:
menjadi peresepan diet (5614)
17

skala 4 1. Kaji tingkat


pengetahuan pasien
mengenai diet yang
disarankan
2. Kaji pola makan
pasien saat ini dan
sebelumnya,
termasuk makanan
yang di sukai
3. Ajarkan pasien
membuat diary
makanan yang
dikonsumsi
4. Sediakan contoh
menu makanan
yang sesuai
5. Libatkan pasien dan
keluarga
3. Ketidakefek Setelah Pengecekan Kulit
tifan perfusi dilakukan (3590)
jaringan asuhan 1. Gunakan alat
perifer keperawatan, pengkajian untuk
(00204) diharapkan mengidentifikasi
ketidakefektifan pasien yang berisiko
perfusi jaringan mengalami
perifer pasien kerusakan kulit
dapat berkurang. 2. Monitor warna dan
Status sirkulasi suhu kulit
(0401) 3. Periksa pakaian
1. Paresthesia yang terlalu ketat
dari skala 2 4. Monitor kulit dan
menjadi selaput lender
skala 4 terhadap area
18

2. Asites dari perubahan warna,


skala 2 memar dan pecah
menjadi 4 5. Ajarkan anggota
Perfusi keluarga mengenai
jaringan: tanda-tanda
perifer (0407) kerusakn kulit
Parestsia dari dengan tepat
skala 2 menjadi Manajemen Sensasi
skala 4 Perifer (2660)
Koagulasi 1. Monitor sensasi
darah (0409) tumpul atau tajam
Pembentukan dan panas atau
bekuan dari dingin
skala 2 menjadi 2. Monitor adanya
4 paresthesia dengan
Tanda-tanda tepat
vital (0802) 3. Intruksikan pasien
Suhu tubuh dari dengan keluarga
skala 2 menjadi untuk memeriksa
4 kulit setiap hatinya
4. Letakkan bantal
pada bagian tubuh
yang terganggu
untuk melindungi
area tersebut
Perawatan Kaki
(1660)
1. Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
mengenai
oerawatan kaki rutin
2. Anjurkan pasien
19

dan keluarga
mengenai
pentingnya
perawatan kaki
3. Periksa kulit untuk
megetahui adanya
iritasi, retak, lesi, dll
4. Keringkan pada
sela-sela jari dengan
seksama.
4. Keletihan Setelah Manajemen Energi
(00093) dilakukan (0108)
asuhan 1. Kaji status fisiologis
keperawatan, pasien yang
diharapkan menyebabkan
keletihan pada kelelahan
pasien dapat 2. Anjurkan pasien
dikurangi mengungkapkan
Konservasi perasaan secara
energy (0002) verbal mengenai
Mempertahanka keterbatasan yang
n intake nutrisi dialami
yang cukup 3. Tentukan persepsi
Toleransi pasien atau orang
terhadap terdekat mengenai
aktivitas (0005) penyebab kelelahan
1. Kekuatan 4. Pilih intervensi
tubuh bagian untuk mengurangi
atas kelelahan baik
2. Kekuatan secara farmakologis
tubuh bagian maupun
bawah nonfarmakologis
Tingkat Manajemen Nutrisi
20

kelemahan (1100)
(0007) 1. Tentukan status gizi
1. Kelemahan pasien dan
2. Kehilangan kemampuan
selera makan memenuhi
Keletihan: efek kebutuhan gizi
yang 2. Intruksikan pasien
menganggu mengenai
(0008) kebutuhan nutrisi
1. Penurunan 3. Atur diet yang
energy diperlukan
2. Perubahan 4. Anjurkan pasien
status nutrisi mengenai
modifikasi diet yang
diperlukan
5. Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan diet
untuk kondisi sakit
5. Kerusakan Setelah Pengecekan kulit
integritas dilakukan (3590)
jaringan asuhan 1. Gunakan alat
(000444) keperawatan, pengkajian untuk
diharapkan mengidentifikasi
kerusakan pasien beresiko
integritas mengalami
jaringan dapat kerusakan kulit
berkurang. 2. Monitor warna dan
Status sirkulasi suhu kulit
(0401) 3. Periksa pakaian
1. Kekuatan yang terlalu ketat
nadi dorsal 4. Monitor kulit dan
pedis kanan selaput lender
21

2. Kekuatan terhadap area


nadi dorsal perubahan warna,
pedis kiri memar dan pecah
Perfusi 5. Ajarkan anggota
jaringan: keluarga mengenai
perifer (0407) tanda-tanda
1. Pengisian kerusakn kulit
kapiler jari dengan tepat
2. Pengisian
kapiler jari-
jari kaki
Integritas
jaringan: kulit
dan membrane
mukosa (1101)
1. Perfusi
jaringan
2. Integritas
kulit
Penyembuhan
luka: primer
(1102)
Memperkirakan
kondisi tepi luka
6. Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri
(00132) dilakukan (1400)
asuhan 1. Lakukan pegakajian
keperawatan, nyeri secara
diharapka nyeri komprehensif
akut pada pasien terhadap pasien
berkurang. 2. Observasi adanya
kontrol nyeri petunjuk nonverbal
(1605) mangenai
22

1. Mengenali ketidaknyamanan
kapan nyeri 3. Gali pengetahuan
terjadi dan kepercayaan
2. Menggamba pasien mengenai
rkan faktor nyeri
penyebab 4. Evaluasi
Kepasan klien: pengalaman
manajemen nyeripasien di masa
nyeri (3016) laluyang meliputi
1. Nyeri riwayat nyeri kronik
terkontrol pasien ataupun
2. Tingkat keluarga
nyeri 5. Tentukan kebutuhan
frekuensi untuk
melakukan
pengkajian
ketidaknyamanan
pasien
6. Kurangi faktor yang
dapat meningkatkan
nyeri pada pasien
7. Gunakan tindakan
pengontrol nyeri
sebelum mmyeri
pada pasien
bertambah berat
8. Dukung pasien
untuk istirahat atau
tidur untu
menurunkan rasa
nyeri
7. Risiko Setelah Kontrol Infeksi (6540)
infeksi dilakukan 1. Ganti peralatan
23

(00004) asuhan perawatan per


keperawatan, pasien sesuai
diharapkan tidak protokol institusi
terjadi infeksi 2. Anjurkan pasien
pada pasien. mengeai teknik
Deteksi risiko mencuci tangan
(1908) dengan tepat
1. Mengenali 3. Pastikan
tanda dan penanganan
gejala yang antiseptic dari
mengindikai semua saluran IV
skan risiko Perlindungan Infeksi
2. Memonitor (6550)
perubahan 1. Monitor kerentaan
status terhadap infeksi
kesehatan 2. Berikan perawatan
Kontol resiko kulit yang tepat,
(1902) periksa kulit dan
1. Mengidentifi selaput lender untuk
kasi faktor adanya kemerahan,
resiko kehangatan ekstrim
2. Mengenali atau drainase
faktor resiko 3. Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana
cara menghindari
infeksi
8. Defisiensi Setelah Fasilitas
pengetahua dilakukan Pembelajaran (5520)
n (00124) asuhan 1. Tekankan
keperawatan, pentingnya
diharapkan megikuti evaluasi
pengetahuan medik dan kaji
pasien mengenai ulang gejala yang
24

diabetes melitus memerlukan


tipe 2 berambah. peloporan segera ke
Pengetahuan: dokter
manajemen 2. Diskusikan
diabetes (1820) tanda/gejala DM,
1. Pencegahan contoh polidipsi,
hiperglikemi polyuria,
a kelemahan,
2. Proedur penurunan berat
yang harus badan
diikuti 3. Gunakan bahasa
dalam yang umum
mengobati digunakan
hiperglikemi 4. Berikan informasi
a yang sesuai dengan
Perilaku patuh: lokus kontrol pasien
diet yang sehat 5. Berikan informasi
(1621) sesuia tingkat
Mencari perkembangan
informasi pasien
tentang panduan Modifikasi Perilaku
nutrisi baku (4360)
Perilaku patuh: 1. Tentukan motivasi
diet yang klien untuk
disarankan perubahan perilaku
(1622) 2. Bantu pasien
1. Menggunaka mengidentifikasi
n informasi kekuatan
gizi pada 3. Dukung untuk
label untuk mengganti
menentukan kebiasaan yang
pilihan tidak diinginkan
25

2. Mengikuti dengan kebiasaan


rekomendasi yang diinginkan
untuk 4. Tawarkan
jumlah penguatan yang
makanan per positif dalam
hari pembuatan
Perilaku patuh: keputusan mandiri
aktivitas yang pasien
disarankan
(1632)
Membatasi
aktivitas
rekomendasi
dengan
professional
kesehatan
9. Ansietas Setelah Pengurangan
(00146) dilakukan Kecemasan (5820)
asuhan 1. Gunakan
keperawatan, pendekatan yang
diharapkan tenang dan
ansietas pasien meyakinkan
berkurang. 2. Nyatakan dengan
Tingkat jelas harapan
kecemasan terhadap perilaku
(1211) klien
1. Tidak dapat 3. Pahai situasi krisis
beristirahat yang terjadi dari
2. Perasaan perspektif klien
gelisah 4. Berikan informasi
3. Gangguan factual terkait
tidur diagnose, perawatan
Memproses dan prognosis
26

informasi 5. Berada disisi klien


(0907) untuk meningkatkan
Menunjukkan rasa aman dan
proses piker mengurangi
yang ketakutan
terorganisir 6. Dorong keluarga
Kepuasan untuk mendampingi
klien: klien dengan cara
perawatan yang tepat
psikologis 7. Berikan obje yang
1. Informais menunjukkan
diberikan perasaan aman
tentang 8. Puji/kuatkan
perjalanan perilaku yang baik
penyakit secara tepat
2. Informasi 9. Identifikasi saat
diberikan terjadinya
mengenai perubahan tingkat
respon kecemasan
emosional 10. Bantu klien
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Peningkatan kopig
(5230)
1. Bantu pasien dalam
memecahtujuan
kompleks menjadi
lebih kecil dan
langkah yang dapat
dikelola
2. Dukung sikap
27

pasien terkait
dengan harapan
yang realistis.

2.6.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada
tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan
kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pementapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan
rasa aman, Nyman dan keselamatan klien.

2.6.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan
untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Seorang perempuan berusia 52 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan


diagnosa medis diabetes militus Pada tgl 12 desember 2017. Pasien mengalami
hypoglikemi 55 mg/dl, pasien mengeluh berkeringat dingin, menurut keluarga
pertanyaan keluarga dijawab oleh pasien dengan tidak sesuai, segera mendapatkan
IVFD Dextrose 10 % dan post koreksi 240 mg/dl.

Pada tanggal 14 desember 2017, dilakukan pemeriksaan fisik TD 120/90 mmHg,


RR 20 x/mnt, HR 87 X/mnt, Sh 36 C. Pasien mengatakan lemas, tidak napsu
makan, selalu terasa haus, edema pada tungkai (+), BB pasien sebelum sakit 67
kg, saat ini 52 kg. Pasien dilakukan sleeding scale dengan hasil pagi hari 245,
siang hari 332, sore hari 356. Pasien mengeluh lemas, kaki tidak ada tenaga.
Pasien terpasang DC produksi 700 cc/24 jam warna kuning pekat, terpasang IVFD
RL 2 kolf/24 jam

Hasil laboratorium : Hb : 10.2 gr/dl, Ht 31 % , leukosit 14.000 sel/mm3 ,


trombosit 214.000 sel/mm3, ureum 65 mg/dl , kreatinin 4.5 mg/dl , ph urin 1,05
g/ml.

Terapi yang didapatkan saat ini : Lantus 10 unit sc, jam 20.00 WIB, Novorapid 3
X 20 iu SC, ceftriaxone 3 X 500 mg IV, lasik 2 X 20 mg IV.

3.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin :P
Tgl masuk RS : 12 Desember 2017
Dx medis : Diabetes melitus
b. Riwayat kesehatan

28
29

1) Keluhan utama : Klien mengeluh keringat dingin


2) Riwayat peyakit sekarang : Saat dilakukan pemeriksaan fisik
pada tanggal 14 desember 2017.
Klien mengatakan lemas, tidak
napsu makan, selalu terasa haus,
kaki tidak ada tenaga.
3) Riwayat penyakit dahulu :-
4) Riwayat penyakit keluarga :-
c. Pola kebutuhan dasar
1) Pola nutrisi-metabolik : BB pasien sebelum sakit 67 kg, saat
ini 52 kg dan pasien selalu merasa
haus.
2) Pola aktivitas dan latihan :Klien mengalami gangguan
aktivitas,
klien tampak lemas.
3) Pola eliminasi : Klien terpasang DC produksi
700cc/24 jam warna kuning pekat
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Lemah
2) Tanda-tanda vital : TD 120/90 mmHg, RR 20 x/mnt,
HR 87 X/mnt, Sh 36 C.
3) Ekstremitas : Edema pada tungkai (+)
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hasil laboratorium : Hb 10.2 gr/dl
Ht 31 %
Leukosit 14.000 sel/mm3
Trombosit 214.000 sel/mm3
Ureum 65 mg/dl
Kreatinin 4.5 mg/dl
Ph urin 1,05 g/ml.
2) Terapi :
 Pasien dilakukan sleeding scale dengan hasil pagi hari 245
mg/dL, siang hari 332 mg/dL, sore hari 356 mg/dL.
30

 Lantus 10 unit sc, jam 20.00 WIB


 Novorapid 3 X 20 iu SC
 Ceftriaxone 3 X 500 mg IV
 Lasik 2 X 20 mg IV.
3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Klien mengatakan Proses penyakit Ketidakefektifan
lemas, kaki tidak ada (Diabetes perfusi jaringan
tenaga. Melitus) perifer

Ds:
 Klien tampak lemas
 TTV
TD 120/90 mmHg
RR 20 x/mnt
HR 87 X/mnt
Sh 36 C.
 Pemeriksaan
laboratorium
Hb : 10.2 gr/dl, Ht
31 % , leukosit
14.000 sel/mm3 ,
trombosit 214.000
sel/mm3, ureum 65
mg/dl , kreatinin 4.5
mg/dl , ph urin 1,05
g/ml.
2. Ds: Klien mengatakan Hypoglikemi Risiko
lemas, kaki tidak ada ketidakstabilan
tenaga. kadar glukosa
darah
Do:
 Klien mengalami
Hypoglikemi 55
mg/dL
 Klien tampak lemas
3. Ds: Klien mengatakan Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
lemas, tidak napsu mengabsorpsi nutrisi kurang dari
makan, selalu terasa nutrient kebutuhan tubuh
haus.

Do:
 Klien terpasang DC
produksi 700 cc/24
jam warna kuning
pekat
31

 Penurunan BB klien
sebelum sakit 67 kg,
saat ini 52 kg.

3.3 Diagnosa Keperawatan

Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Paraf


Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d.
proses penyakit (diabetes Melitus)
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
b.d. hypoglikemi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrient

3.4 Intervensi

No Diagnosa NOC NIC Paraf


.
1. Ketidakefe Setelah dilakukan
Manajemen sensasi
ktifan tindakan
perifer (2660).
perfusi keperawatan
jaringan diharapkan 1. Monitor sensasi
perifer ketidakefektifan tumpul atau
(00204) perfusi jaringan tajam dan panas
perifer pada pasien dan dingin (yang
berkurang dirasakan
Perfusi jaringan pasien).
perifer (0407). 2. Monitor adanya
1. Kelemahan otot parasthesia
(040744) dengan tepat
Saat (misalnya: mati
Tujuan
dikaji rasa, tingling,
2 4 hipertesia,
hipotesia, dan
32

tingkat nyeri)
3. Instruksikan
pasien dan
keluarga untuk
memeriksa
adanya
kerusakan kulit
setiap harinya.
4. Letakkan
bantalan pada
bagian tubuh
yang terganggu
untuk
melindungi area
tersebut
2. Resiko Setelah dilakukan Manajemen
Ketidaksta Asuhan Hipoglikemia
bilan Keperawatan (2130):
kadar diharapkan 1. Monitor tanda
glukosa Ketidakstabilan dan gejala
darah kadar glukosa hipoglikemia
(00179) darah pasien (misalnya :
normal terpenuhi. gemetar,
Kadar glukosa sempoyongan,
darah (2300). berkeringat,
Glukosa darah jantung
(230001) berdebar-debar,
Saat kecemasan,
Tujuan
dikaji iritabel, tidak
2 4 sabar, takikardi,
palpitasi,
Keparahan
mengigil, kikuk,
Hipoglikemia
kepala terasa
33

(2113) ringan, pucat,


1. Berkeringat lapar, mual, sakit
(211302) kepala,
Saat kelelahan,
Tujuan
dikaji hangat, pusing,
2 4 pingsan,
pandangan
2. Kelemahan
kabur, mimpi
(211307)
buruk,
Saat
Tujuan menanggis saat
dikaji
2 4 tidur,
paresthesia, sulit
berkonsentrasi,
sulit bicara, tidak
bisa
mengkoordinasik
an, perubahan
tinglah laku,
kebinggungan,
koma,kejang)
2. Kaji ulang
kejadian sebelum
terjadinya
hipoglikemia
untuk
mengetahui
penyebab
3. Dorong pasien
untuk selalu
memonitor kadar
glukosa darahnya
4. Kolaborasikan
34

dengan pasien
dan tim perawat
diabetesnya jika
diperlukan
perubhan terapi
insulinnya
(misalnya: terapi
insulin lebih dari
1kali/hari).
3. Ketidaksei Manajemen nutrisi
Setelah dilakukan
mbangan (1100)
asuhan
nutrisi 1. Monitor
keperawatan
kurang kecenderungan
diharapkan nutrisi
dari terjadinya
pasien terpenuhi.
kebutuhan kenaikan atau
Status nutrisi
tubuh penurunan berat
(1004)
(00002) badan pada
1. Asupan pasien
makanan 2. Anjurkan pasien
(100402) terkait dengan
Saat kebutuhan diet
Tujuan
dikaji untuk kondisi
2 4
sakit
3. Tentukan status
2. Energi
gizi pasien dan
(100403)
kemampuan
Saat
Tujuan pasien untuk
dikaji
2 4 memenuhi
kebutuhan gizi
3. Asupan Cairan 4. Pastikan diet
(100408) mencakup
Saat makanan tinggi
Tujuan
dikaji kandungan serat
35

2 4 untuk mencegah
konstipasi.
Pengetahuan diet
yang sehat (1854):
1. Intake nutrisi
yang sesuai
dengan
kebutuhan
individu
(185406)
Saat
Tujuan
dikaji
2 4
2. Kisaran berat
badan personal
yang optimal
(185402)
Saat
Tujuan
dikaji
2 4

3.5 Implementasi

Tangga Diagnosa Implementasi Paraf


l
Ketidakefektifan Memanajemen sensasi
perfusi jaringan perifer (2660).
perifer (00204) 1. Memonitor sensasi
tumpul atau tajam dan
panas dan dingin (yang
dirasakan pasien).
2. Memonitor adanya
parasthesia dengan
tepat(misalnya: mati rasa,
36

tingling, hipertesia,
hipotesia, dan tingkat
nyeri)
3. Menginstruksikan pasien
dan keluarga untuk
memeriksa adanya
kerusakan kulit setiap
harinya.
4. Meletakkan bantalan
pada bagian tubuh yang
terganggu untuk
melindungi area tersebut
Resiko Memanajemen
Ketidakstabilan Hipoglikemia (2130) :
kadar glukosa 1. Memonitor tanda dan
darah (00179) gejala hipoglikemia
(misalnya : gemetar,
sempoyongan,
berkeringat, jantung
berdebar-debar,
kecemasan, iritabel, tidak
sabar, takikardi, palpitasi,
mengigil, kikuk, kepala
terasa ringan, pucat,
lapar, mual, sakit kepala,
kelelahan, hangat,
pusing, pingsan,
pandangan kabur, mimpi
buruk, menanggis saat
tidur, paresthesia, sulit
berkonsentrasi, sulit
bicara, tidak bisa
mengkoordinasikan,
37

perubahan tinglah laku,


kebinggungan,
koma,kejang)
2. Mengkaji ulang kejadian
sebelum terjadinya
hipoglikemia untuk
mengetahui penyebab
3. Mendorong pasien untuk
selalu memonitor kadar
glukosa darahnya
4. Kolaborasikan dengan
pasien dan tim perawat
diabetesnya jika
diperlukan perubhan
terapi insulinnya
(misalnya: terapi insulin
lebih dari 1kali/hari).
Ketidakseimbangan Memanajemen nutrisi
nutrisi kurang dari (1100)
kebutuhan tubuh 1. Monitor kecenderungan
(00002) terjadinya kenaikan atau
penurunan berat badan
pada pasien
2. Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan diet
untuk kondisi sakit
3. Tentukan status gizi
pasien dan kemampuan
pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
4. Pastikan diet mencakup
makanan tinggi
kandungan serat untuk
38

mencegah konstipasi

3.6 Evaluasi

Tangga Diagnosa Implementasi Paraf


l
Ketidakefektifan S : Klien mengatakan masih
lemas
perfusi jaringan
perifer (00204) O:
 Klien tampak lemas
 Hasil laboratorim belum
turun

A : Masalah
ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

P : Pertahankan dan
lanjutkan tindakan
Resiko S : Klien mengatakan masih
lemas
Ketidakstabilan
kadar glukosa darah O : Klien tampak lemas
(00179)
A : Masalah dan tujuan
teratasi sebagian

P : Pertahankan dan
lanjutkan tindakan
Ketidakseimbangan S:
nutrisi kurang dari  Klien mengatakan lemas
kebutuhan tubuh  Klien mengtakan selalu
(00002) merasa haus
O: Jumlah produksi urin
750 cc/24 jam berwarna
kuning
39

A: Masalah dan tujuan


teratasi sebagian

P: Pertahankan dan
lanjutkan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang perbedaan atau kesenjangan antara tinjauan
teori dengan tinjauan kasus Asuhan Keperawatan pada Ny. A berusia 52 tahun
yang dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnose medis diabetes melitus.

Gejala dan tanda awal penderita diabetes melitus (Krisnatuti, Diah. Dkk, 2014)

1. Adanya penurunan berat badan dalam jangka waktu relatif singkat di samping
sering merasa lemas dan lemah. Hal itu disebabkan karena glukosa darah tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel menjadi kekurangan darah. Kondisi
demekian menyebabkan sel kekurangan bahan bakar sehingga sumber tenaga
akan diambil dari cadangan lemak dan otot. Dengan demikian tubuh akan
kehilangan energi cadangan tubuh, termasuk lemak dan otot, yang
mengakibatkan badan semakin kurus dan berat badan semakin menurun.
Ditemukan data pada pasien Ny. A mengalami penurunan berat badan setelah
di rawat dan pasien pun merasa lemas tak berdaya serta merasa lemah pada
kakinya.
Manifestasi klinis ini ditemukan secara teori dan dalam kasus pasien. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Darliana, Devi (2011)
2. Poliuria (banyak kencing). Penderita sering merasa ingin buang air kecil
(kencing) dengan volume urin yang banyak.
Dalam kasus diatas pasien tidak mengalami polyuria dikarenakan pasien Ny.
A terpasang DC dengan produksi 700cc/24 jam.
Manifestasi klinis ini bersenggangan antara teori dan penelitian yang
dilakukan Darliana, Devi (2011) dengan data kasus yang ada.
3. Polidipsia (banyak minum) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.

40
41

Dalam kasus diatas pasien mengatakan selalu merasa haus. Hal ini didukung
oleh data yang ada pada teori dan penelitian yang dilakukan Darliana, Devi
(2011)
4. Polifagia (banyak makan) kadar glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel,
menyebabkan rangsangan ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar pada
penderita. Akibatnya, penderita semakin sering makan yang menyebabkan
kadar glukosa semakin tinggi tetapi tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya oleh
tubuh untuk masuk ke dalam sel.
Teori dan data penelitian yang dilakukan Darliana, Devi (2011) ini tidak
didukung oleh data yang ada pada kasus diatas. Dikarenkan pasien
mengatakan tidak nafsu makan.
5. Ganguan penglihatan. Diabetes pada awalnya sering mengeluh berupa
penglihatan yang menjadi kabur, sehingga sering mengganti kacamata untuk
dapat melihat dengan baik.
Pada kasus pasien Ny. A tidak didapatkan data gangguan penglihatan, tetapi
keluarga pasien mengatakan bahwa ketika keluarga pasien bertanya pasien
menjawab dengan tidak sesuai.
6. Ganguan saraf tepi/kesemutan. Penderita sering merasa sakit dan kesemutan
terutama pada kaki di waktu malam.
7. Gatal-gatal/bisul. Adanya rasa gatal pada kemaluan atau daerah lipatan kulit,
seperti ketiak dan di bawah payudara atau paha. Terkadang juga sering terjadi
timbulnya bisul dan luka akibat hal yang sepele seperti lecet pada kaki,
meskipun kecil tetapi luka tersebut lama sembuhnya.

Manifestasi klinis leukemia ditemukan secara teori dan dalam kasus pasien, hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Devi Darliana (2011) tentang
Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus dengan metode
dan pengumpulan data yang digunakan adalah literature review.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien Diabetes Melitus. Kecurigaan


adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti dibawah ini:

1. Keluhan klasik seperti: polyuria, polydipsia, polifagia dan penurunan


beratbadan yang tidak dapat dijelaskan.
42

2. Keluhan lain, seperti: lemah, kesemutan, gatal, mata kabut, disfungsi


eksresi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.

Pengkajian yang sudah dilakukan diketahui bahwa Ny. A mengeluh


berkeringat dingin, lemas, tidak nafsu makan, selalu terasa haus dan kaki tidak
ada tenaga. Termasuk kedalam teori manifestasi klinis yang sudah dibahas
oleh kelompok dan didapatkan 3 diagnosa dengan urutan prioritas:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d. proses penyakit (diabetes


Melitus)
Ds: Klien mengatakan lemas, kaki tidak ada tenaga.
Ds:
 Klien tampak lemas
 Tanda-Tanda Vital
TD 120/90 mmHg RR 20 x/mnt
HR 87 X/mnt Sh 36 C
 Pemeriksaan laboratorium
Hb : 10.2 gr/dl, Ht 31 % , leukosit 14.000 sel/mm3 , trombosit
214.000 sel/mm3, ureum 65 mg/dl , kreatinin 4.5 mg/dl , ph urin 1,05
g/ml.
2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d. hypoglikemi
Ds: Klien mengatakan lemas, kaki tidak ada tenaga.
Do:
 Klien mengalami Hypoglikemi 55 mg/dL
 Klien tampak lemas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
Ds: Klien mengatakan lemas, tidak napsu makan, selalu terasa haus.
Do:
 Klien terpasang DC produksi 700 cc/24 jam warna kuning pekat
 Penurunan BB klien sebelum sakit 67 kg, saat ini 52 kg.

Pada ketiga diagnosa di atas rencana tindakan dan implementasi yang telah
dilakukan selama 3 hari di dapatkan evaluasi.
43

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dan Resiko Ketidakstabilan kadar


glukosa darah teratasi sebagian, diketahui dari respon klien pada hari ke tiga,
klien mengatakan tidak bertenaga pada kakinya sudah teratasi sebagian dan
pasien tampak masih lemas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian,
diketahui dari respon klien mengatakan masih lemas, masih merasa haus dan
nafsu makan sedikit meningkat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika
pancreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin
adalah hormone yang mengatur gula darah. Hiperglikemia atau
peningkatan gula darah adalah efek umum dari diabetes yang tidak
terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius
pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah. Yang
paling umum adalah diabetes melitus tipe 2, biasanya pada orag
dewasa yang terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau
tidak menghasilkan cukup insulin. Diabetes melitus tipe 1 atau
diabetes yang tergantung pada insulin adalah suatu kondisi kronis
dimana pakreas memproduksi sedirkit atau tidak ada insulin dengan
sendirinya.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus
sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
diabetes melitus dengan tepat
4.2.2 Bagi Perawat
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
pengembangan asuhan keperawatan pada pasien diabetes
melitus.

44
45
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria, dll. (2016). Nursing Interventions Classification Edisi Ke


Enam. UNITED KINGDOM: Elsevier Singapore Pte Ltd.

Darliana, Devi. (2011). Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes


Melitus. Jurnal PSKI-FK Unsyiah Vol. II No.2. Diakses 28 April 2020, dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6371

Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI. (2017). Fakta dan Angka


Diabetes. Diakses 26 April 2020, dari
http://www.p2ptm.kemenkes.go.id/dokumen-ptm/fakta-dan-angka-diabetes

Krisnatuti, Diah dkk. (2014). Diet Sehta Untuk Penderita Diabetes Melitus.
Jakarta: Penebar Swadaya. Diakses 28 April 2020, dari
https://books.google.co.id/books?
id=rbtgCAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=diah+krisnatuti=2014&hl=id
&sa=X&ved=0ahUKEwi2kblg1JXpAhXYb30KHQ_SBW4Q6AEIMDAB#v=
onepage&q&f=false

Moorhead, Jhonson, Dll. (2016). Nursing Outcomes Classification Edisi Ke Lima.


UNITED KINGDOM: Elsevier Singapore Pte Ltd.

Nanda. (2018).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi


11 editor T. Heather Herdeman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Nurarif dan Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic-Noc Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta: Mediaction Jogja.

Trisnawati, Shara Kurnia., Soedijono Setyorogo. (2013). Faktor Resiko Kejadian


Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat
Tahun 2012. Diakses 27 April 2020, dari
http://www.academia.edu/download/57531475/Jurnal_kesehatan_DM_epid_n
on_PDF_1_.pdf

1
World Health Organization. (2018). Diabetes. Diakses 26 April 2020, dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes

Anda mungkin juga menyukai