Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN FEBRIS


UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM
KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH

FARAH FITRIA

201811014

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jayakarta


Jln. Raya PKP Kelapa Dua Wetan
Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Ciracas Jakarta Timur 13730
Teilp. & Fax 021 22852216
e-mail : stikesjayakarta1@gmail.com
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FEBRIS/DEMAM

A.    Konsep Dasar Penyakit


1.     Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus
(Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari
37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a.      Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
b.     Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c.      Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d.     Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e.      Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial.
Jenis Demam Ciri-ciri
Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi
hari turun hingga diatas normal,
sering disertai menggigil dan
berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari
tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2
hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

2.     Etiologi
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
a.      Suhu lingkungan.
b.     Adanya infeksi.
c.      Pneumonia.
d.     Malaria.
e.      Otitis media.
f.      Imunisasi

3.     Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a.      Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b.     Kulit kemerahan
c.      Hangat pada sentuhan
d.     Peningkatan frekuensi pernapasan
e.      Menggigil
f.      Dehidrasi
g.     Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
4.     Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas
menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh.
5. PATWAYS
Bakteri Virus

Reaksi obat Infeksi Endotoksin Zat peradangan Pirogenik lain

Monosit makrofag
sel kupfer

Respon hipotalamus
anterior Kesan psikis tidak enak

Gangguan psikis

Penigkatan titik
penyetelan suhu Demam Dx. Cemas

Vasidolatasi
kulit Berkeringat

6.     Pemeriksaan Penunjang Dx. Resiko volume


Dx. Hipertermi cairan kurang dari
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang tubuh
kebutuhan siap
tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih
dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan
lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi

7.     Penatalaksanaan
a.      Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-
6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
1.     Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2.     Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3.     Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4.     Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air
teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
5.     Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6.     Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7.     Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan
demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang
hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

b.     Obat-obatan Antipiretik


Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1.     Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2.     Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
3.     Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen
merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan
prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara
10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis
besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali
tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek
samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han
saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak
dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

8.     Komplikasi
a.      Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b.     Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan
otak.
9.     Diagnosa Keperawatan
a.      Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b.     Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c.      Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
d.     Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit

10.     Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan selama…x24jam      Monitir suhu sesering
proses infeksi, proses klien menunjukkan temperatur mungkin
penyakit. dalam batas normal dengan      Monitor IWL
Batasan karakeristik : kriteria hasil:      Monitor warna dan suhu kulit
   Kenaikan suhu tubuh   Suhu Tubuh dalam batas normal      Monitor tekanan darah, nadi
diatas rentang normal   Bebas dari kedinginan dan RR
   Serangan atau   Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c      Monitor penurunan tingkat
konvulsi (kejang)   Termoregulasi dbn kesadaran
   Kulit kemerahan   Nadi dbn      Monitor WBC, HB dan HCT
   Pertambahan RR <1 bln : 90-170      Monitor intake dan output
   Takikardi <1 thn : 80-160      Kolaborasikan pemberian
   Saat disentuh tangan 2 thn   : 80-120 antipiretik
terasa hangat 6 thn   : 75-115      Berikan pengobatan untuk
10 thn : 70-110 mengatasi penyebab demam
14 thn : 65-100      Selimuti pasien
>14thn : 60-100      Berikan cairan intravena
  Respirasi dbn      Kompres pasien pada lipat
 BBL : 30-50 x/m paha dan aksila
Anak-anak : 15-30 x/m
     Tingkatkan sirkulasi udara
Dewasa : 12-20 x/m
     Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
     Monitor suhu minimal tiap 2
jam
     Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
     Monitor TD, nadi dan RR
     Monitor warna dan suhu kulit
     Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
     Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
     Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
     Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative
dari kedinginan
     Berikan antipiretik bila perlu

Vital Sign Monitoring


    Monitor TD, nadi, suhu dan
RR
    Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
    Monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
    Monitor TD , nadi, RR,
sebelum, selama dan sesudah
aktivitas
    Monitor kualitas dari nadi
    Monitor frekuensi dan irama
dari pernafasan
    Monitor suara paru
    Monitor pola pernafasan
abnormal
    Monitor warna, suhu dan
kelembaban kulit
    Monitor sianosis perifer
    Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
    Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan      Sediakan lingkungan yang
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam aman untuk pasien
infeksi anak bebas dari cidera dengan      Identifikasi kebutuhan
mikroorganisme. kriteria hasil: keamanan pasien sesuai
  Menunjukan homeostatis dengan kondisi fisik dan
  Tidak ada perdarahan mukosa fungsi kognitif pasien dan
dan bebas dari komplikasi lain riwayat penyakit terdahulu
pasien
     Menghindari lingkungan yang
berbahaya misalnya
memindahkan perabotan
     Memasang side rail tempat
tidur
     Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
     Membatasi pengunjung
     Memberikan penerangan yang
cukup
     Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
     Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
     Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
     Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.
3. Resiko kurang cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam     Pertahankan catatan intake dan
intake yang kurang volume cairan adekuat dengan output yang akurat
dan diaphoresis, kriteria hasil:     Monitor status dehidrasi
faktor yang    Mempertahankan urine output (kelembaban membrane
mempengaruhi sesuai dengan usia dan BB, BJ mukosa, nadi adekuat, tekanan
kebutuhan cairan urine normal, HT normal darah ortostatik)
(hipermetabolik).    Tekanan darah, nadi, suhu tubuh    Monitor vital sign
dalam batas normal     Monitor asupan makanan/
   Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, cairan dan hitung intake kalori
elastisitas turgor kulit baik, harian
membrane mukosa lembab, tidak    Lakukan terapi IV
ada rasa haus yang berlebihan.     Monitor status nutrisi

    Berikan cairan


    Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
    Dorong masukan oral
    Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
    Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
    Anjurkan minum kurang lebih
7-8 gelas belimbing perhari
    Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
    Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan      Kaji dan identifikasi serta
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24jam luruskan informasi yang
hipertermi, efek ansietas klien/keluarga hilang dimiliki klien/keluarga
proses penyakit dengan kriteria hasil: mengenai hipertermi
   Klien/keluarga dapat      Berikan informasi pada
mengidentifikasi hal-hal yang klien/keluarga yang akurat
dapat meningkatkan dan tentang penyebab hipertermi
menurunkan suhu tubuh      Validasi perasaan
   Klien/keluarga mau klien/keluarga dan yakinkan
berpartisipasi dalam setiap klien/keluarga bahwa
tidakan yang dilakukan kecemasan merupakan respon
   Klien/keluarga mengungkapkan yang normal
penurunan cemas yang      Diskusikan dengan
berhubungan dengan hipertermi, klien/keluarga rencana
proses penyakit tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan
hipertermi dan keadaan
penyakit
  11. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas
petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan
dokter atau petugas kesehatan lain.

12.     Evaluasi Keperawatan


Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

13.  Discharge Planning


a.      Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b.     Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c.      Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d.     Instruksikan untuk control ulang
e.      Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Guyton, Arthur C. (2008). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta,
EGC.
Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.
Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby
Inc.

Anda mungkin juga menyukai