Disusun Oleh:
Nim : 2107066
I.2. Etiologi
Menurut pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,
diantarannya.
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Ototis media
f. Imunitas
I.3. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk kedalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) ada luar tubuh (pirogen eksogen). Yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin poliskarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama
keadaan saki.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini , bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri kedalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengaturan panas
dihipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prpstaglandin (PGEZ). Ini
akan menimbulkan reaksi menaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh.
Patways
Agen Infeksius
Monosit/Makrofag
Sitokin Pirogen
I.5. Komplikasi
a. Dehidrasi
Demam, peningkatan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam
Jarang sekali terjadi ( 1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
Menurut Corwin (2000), komplikasi febris diantaranya:
1) Takikardi
2) Insufisiensi jantung
3) Insufisiensi pulmonal
4) Kejang demam
I.6. Penatalaksanaan
a. Secara fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah
anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel
otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1) Bukalah pakaian dan selimut berlebih
2) Memperhatikan aliran udara didalam ruangan
3) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputus suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya minuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol akan membuat iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
7) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu dluarterasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup
panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengaturan suhu
di otak supaya tidak meningkatkan pengaturan suhu tubuh lagi. Disamping
itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di
kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obat antipiretik
Antipirektik bekerja secara sentral menurunkan suhu dipusat pengaturan suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak
ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1) Bayi 6-12 bulan :1/2-1 sendok the sirup parasetamol
2) Anak 1-6 tahun: ¼-1/2 paracetamol 500mg atau 1-1 ½ sendok teh sirup
paracetamol
3) Anak 6-12 tahun : ½-1 tabel paracetamol 500mg atau 2 sendok teh sirup
paracetamol
Tabel paracetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas ini diberikan 3kali sehari. Gunakan
sendok takaran obat dengan uk 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususya pada pasien beresiko. Yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan
pada anak yang beresiko kejang demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik
dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering
berbedwa dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuan menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derifat para aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali taip 4jam maksimal
5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari pada umumnya dosis ini
dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan
intoksiasi dan kerusakan hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal. Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan
pembentukan prostagladin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembang dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping
hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek
terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8
jam. metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukan prostaglandin.
Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping
pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran
cerna. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak diajukan
untuk anak kirang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular
atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya
berupa dispesia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari
dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak doleh diberikan anak
usia kurang dari 6 bulan.
a. Anamnese
1) Identitas penderita
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
Adanya riwayat penyakit lain yang ada kaitannya dengan nyeri sekarang
misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
2.3. PERENCANAAN
Terapeutik :
Terapeutik :