Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA FEBRIS DI RUANG ALAMANDA

RSUD GONDO SUWARNO UNGARAN-SEMARANG

Dosen Pembimbing : Ns.Rahayu Winarti.,M.Kep

Disusun Oleh:

Nama : Faiz lutfi hakim

Nim : 2107066

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
I. KONSEP DASAR TEORI
I.1. Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus
(Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari
37,5oC (E. Oswari, 2009). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksit yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38oC atau
lebih. Ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8oC. Sedangkan bila suhu
tubuh lebih dari 40oC disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh bebrapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktik 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal
ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

Jenis Demam Ciri-ciri


Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari
turun hingga diatas normal, sering
disertai menggigil dan berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi
tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama
beberapa jam dalam satu hari. bila
demam terjadi dua hari sekali disebut
tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas
demam diantara 2 serangan demam
disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia

I.2. Etiologi
Menurut pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,
diantarannya.
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Ototis media
f. Imunitas
I.3. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk kedalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) ada luar tubuh (pirogen eksogen). Yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin poliskarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama
keadaan saki.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini , bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri kedalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengaturan panas
dihipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prpstaglandin (PGEZ). Ini
akan menimbulkan reaksi menaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh.
Patways
Agen Infeksius

Monosit/Makrofag

Sitokin Pirogen

Mempengaruhi Hipothalamus Anterior

Demam Suhu tubuh meningkat

Gangguan rasa nyaman Hipertermia


I.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8oC-40oC)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5oC-40oC, kulit hangat, tackikardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang
muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
mengigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau
umu (misal: sakit kepala vertigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Isselbacher, 1999, Carpenito, 2000).

I.5. Komplikasi
a. Dehidrasi
Demam, peningkatan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam
Jarang sekali terjadi ( 1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.
Menurut Corwin (2000), komplikasi febris diantaranya:
1) Takikardi
2) Insufisiensi jantung
3) Insufisiensi pulmonal
4) Kejang demam
I.6. Penatalaksanaan
a. Secara fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah
anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel
otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa
rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1) Bukalah pakaian dan selimut berlebih
2) Memperhatikan aliran udara didalam ruangan
3) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputus suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya minuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol akan membuat iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
7) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu dluarterasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup
panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengaturan suhu
di otak supaya tidak meningkatkan pengaturan suhu tubuh lagi. Disamping
itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di
kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori
kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obat antipiretik
Antipirektik bekerja secara sentral menurunkan suhu dipusat pengaturan suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak
ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1) Bayi 6-12 bulan :1/2-1 sendok the sirup parasetamol
2) Anak 1-6 tahun: ¼-1/2 paracetamol 500mg atau 1-1 ½ sendok teh sirup
paracetamol
3) Anak 6-12 tahun : ½-1 tabel paracetamol 500mg atau 2 sendok teh sirup
paracetamol
Tabel paracetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas ini diberikan 3kali sehari. Gunakan
sendok takaran obat dengan uk 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususya pada pasien beresiko. Yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan
pada anak yang beresiko kejang demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik
dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering
berbedwa dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuan menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derifat para aminofenol yang
bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan
saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali taip 4jam maksimal
5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari pada umumnya dosis ini
dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan
intoksiasi dan kerusakan hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal. Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan
pembentukan prostagladin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembang dan
perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping
hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek
terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8
jam. metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukan prostaglandin.
Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping
pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran
cerna. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak diajukan
untuk anak kirang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral, intramuskular
atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat
analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya
berupa dispesia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari
dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak doleh diberikan anak
usia kurang dari 6 bulan.

II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


2.1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
meliputi antara lain :

2.1.1. Pengumpulan data


Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.

a. Anamnese

1) Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,


alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit lain yang ada kaitannya dengan nyeri sekarang
misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga


yang juga menderita masalah penyakit yang sama atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi
jantung.
2.1.2. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran dan keadaan umum
2. Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
3. Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan/kelainan.
4. Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak, konjungtiva anemis atau
tidak.
5. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi indranya
adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir
klien akan kering dan pucat.
6. Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam. Abdomen biasanya
nyeri dan ada peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3-5 kali.
7. Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
8. Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya
meningkat.
9. Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
10. Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma

2.1.3. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan penunjang lainnya
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
deprivasi tidur.
c. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
d. EKG
e. MRI
2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Hipertermia b.d Proses penyakit (D.0130)

b) Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis (D.0077)

c) Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit (D.0074)

2.3. PERENCANAAN

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


O keperawatan

1 Hipertermia b.d Setelah di lakukan ti ndakan Intervensi utama hipertermia


Proses Penyakit keperawatan selama 3 x (I.15506) :
(D.0130) pertemuan di harapkan Luaran
- Identifikasi penyebab
Utama Termoregulasi dengan
hipertermia
kriteria hasil menurun dan
membaik (L.14134) : - Monitor suhu tubuh

- Menggigil dari cukup - Monitor komplikasi akibat

meningkat (2) menjadi hipertermia

menurun (5) Terapeutik :

- Pucat dari sedang (3) - Sediakan lingkungan yang


menjadi menurun (5) dingin

- Suhu tubuh dari cukup - Hindari pemberian


memburuk (2) menjadi antipiretik atau aspirin
membaik (5)
- Kolaborasi medis

2 Nyeri akut b.d Setelah di lakukan tindakan Intervensi utama :


Agen pencedera keperawatan selama 3 x
Manajemen nyeri
fisiologis pertemuan di harapkan Luaran
(D.0077) utama : Keluhan nyeri ekspetasi
menurun kriteria hasil ( I.08238):
(L.08066):
- identifikasi
- nyeri sedang dari (3) lokal,karakteristik,
menjadi menurun (5) durasi,frekuensi,
- gelisah dari sedang (3) kualitas & intensitas nyeri
menjadi menurun (5) - identifikasi skala nyeri
- identifikasi respon nyeri
non verbal
- monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
di berikan & monitor efek
samping penggunaan obat.

Terapeutik :

berikan teknik non


farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi medis

3 Gangguan rasa Setelah di lakukan tindakan Intervensi utama teknik relaksasi


nyaman b.d keprawatan selama 3 x (I.09326)
Gejala penyakit pertemuan di harapkan status
Observasi :
(D.0074) kenyamanan dengan kriteria
hasil meningkat (L.08064) : - Identifikasi penurunan
tingkat energi
- Kesejahteraan fisik dari
cukup menurun (2) - Identifikasi teknik relaksasi
menjadi meningkat (5) yang pernah efektif di
gunakan
- Gelisah dari cukup
meningkat (2) menjadi - Periksa ketegangan otot dan
menurun (5) TTV Sebelum dan sesudah

- keluhan kepanasan dari - Monitor respons terhadap


cukup meningkat (2) terapi relaksasi
menjadi menurun (5)

Terapeutik :

- Ciptakan lingkungan tenang


dan suhu ruangan yang
nyaman

- Gunakan relaksasi guna


pununjang dengan analgetik
atau tindakan medis

Anda mungkin juga menyukai