FEBRIS
DISUSUN OLEH
SURYANI
PO71202210087
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS
2. ETIOLOGI
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa etiologi
febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia
dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit
hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan
dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
4. PATOFISIOLGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.
Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat
berupa protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas
oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada
mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah,
makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya
mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi
zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
5. PATWAYS
Bakteri Virus
Monosit makrofag
sel kupfer
Respon hipotalamus
anterior Kesan psikis tidak enak
Gangguan psikis
Penigkatan titik
penyetelan suhu Demam Dx. Cemas
Vasidolatasi
kulit Berkeringat
7. PENATALAKSANAAN
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan
membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan
alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup
panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di
otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik
terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan
kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya
menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat
para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam
maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini
dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan
intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan
prostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping
yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang
dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis
dan anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali
tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek
samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han
saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan
unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau
intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih
kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia
hemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya
secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
8. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Adapun pengkajian pada kebutuhan dasar termoregulasi meliputi :
a. Riwayat keperawatan sekarang meliputi alasan klien yang menyebabkan
terjadinya keluhan/gangguan dalam termoregulasi,seperti adanya lemas dan mual
muntah. Universitas Sumatera Utara
b. Pengkajian penyakit yang pernah diderita,berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan termoregulasi.
Data subjektif Data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian.Informasi tersebut tidak bisa di tentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya.Misalnya tentang
nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, dan perasaan malu.(Potter
& Perry,2005).
Data objektif Data yang dapat di observasi dan di ukur,dapat di peroleh
menggunakan panca indra (lihat,dengar,cium,dan raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya Universitas Sumatera Utara frekuensi fisik,pernafasan,tekanan
darah,edema,berat badan,tingkat kesadaran.(Potter & Perry,2005)
8. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan
oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
9. EVALUASI
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang berpedoman
kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (2008). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta:
Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Lampiran 8 : Format Pengkajian Neonatus
2. Keadaan umum
a. Kesadaran : Apatis
b. Tanda-tanda vital :
- TD :-
- Nadi : 185x/mnt
- Suhu : 38 C
- PB / BB : 42 cm / 1600 gr
- RR : 63 x/menit
SPO2 : 98%
- Pengkajian nyeri dengan NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
Skor total 6
3. Reflek :
Moro ( ) Menggengam ( v ); kuat/lemah
Mengisap ( v ) kuat/lemah Kemampuan menyusu ( )baik/ tidak baik
4. Tonus/aktivitas
a. Aktif ( ) Tenang ( v ) Letargi ( ) Kejang ( )
b. Menangis keras ( v ) lemah ( ) Melengking ( ) Sulit menangis ( )
5. Kepala /Leher
a. Fontanel anterior Lunak ( v ) Tegas ( )
Datar( ) Menonjol ( ) Cekung ( v )
b. Sutura sagitalis Tepat ( ) Terpisah ( )
Menjauh ( ) Tumpang tindih ( )
c. Gambaran wajah Simetris ( v ) Asimetris ( )
d. Molding ( ) Caput succedaneum ( ) Cephalhematoma ( )
e. Lingkar kepala: 29 cm
6. Mata
a. Simetris ( v ) Tidak simetris ( )
b. Bersih ( v ) Sekresi ( )
c. Warma Sklera : nonn ikterik
7. THT
a. Telinga Normal ( v ) Abnormal ( )
b. Hidung Simetris ( v ) Asimetris ( )
Sekresi ( ) Napas cuping hidung ( )
8. Wajah
a. Simetris ( v ) Tidak simetris ( )
b. Bibir sumbing ( )
c. Sumbing langit-langit/palatum ( )
9. Thorax
a. Simetris RR : 63 kl / mnt
b. Retraksi : Tidak ada
c. Bunyi nafas : Tidak ada
d. Bunyi jantung
e. Nadi
f. Penggun
aan alat
bantu
nafas
Alat
bantu
napas : ’
Ventilator dengan setting................................
CPAP dengan setting........................................
Pemberian oksigen 1 ltr / mnt Down skor
Nilai 0 1 2
Frekuensi nafas ≤ 60x/ menit 60-80x/menit ≥80x/menit
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada Hilang dengan O₂ Menetap dengan O₂
Air entry Udara masuk bilateral Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak ada Terdengar dengan Terdengar tanpa alat
stetoskop bantu
Jumlah skor 0 1 2
Interpretasi down skor:
1-3 :
tidak ada gawat nafas 4-6 :
gawat napas
≥7 : ancaman gagal nafas
10. Abdomen
a. Lunak ( ) Tegas ( v ) datar ( ) Kembung ( )
b. Lingkar perut ……… cm
c. Keadaan tali pusat : kering
d. Peristaltik usus : ada
11. Ekstremitas
Gerakan Bebas (v ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
Ekstremitas atas Normal ( v ) Abnormal ( ),Sebutkan :
Ekstrimitas bawah Normal ( v ) Abnormal ( ),Sebutkan :
14. Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( ) Inkubator ( 32°) Suhu ruang
( ) Boks terbuka ( )
b. Suhu kulit : 38 C
c. Riwayat gangguan termoregulasi ( ) Ada ( ) Tidak Ada
RIWAYAT SOSIAL
Riwayat Masalah
Anak ke- Jenis kelamin Riwayat imunisasi
persalinan kesehatan
Pertama Laki-laki SC Lengkap -
Kedua Laki-laki SC Lengkap
Labor :
HB 6,3
Limpost 15
Trombosit 452.000
Leukosit 10.500
Monosit 10
Neutropil 75
Hematokrit 19
Gol Darah B/+
- Therapy
Infus Kaen 1B 10 tetes/ menit
Inj pycin 2 x 90 mg/hr
Inj Gentamicin 9 mg/36 jam
Inj lasix sebelum tranfusi 1 mg/hr
Tranfusi 3x15 cc
OGT terpasang Nutrisi ASI/PSSI 20 cc/3 jam.
SURYANI
ANALISA DATA
2 DS : - Dehidrasi Hipertermia
DO :
- Suhu : 38°C
- Kulit teraba hangat
- bayi tampak pucat
- bayi tampak lemah
- BAB lebih dari 5 kali
sehari
- terpasang infus kaen B1
10 tts/mnt
23 – 11 - 2021
3 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif b/d tindakan keperawatan - Periksa sirkulasi perifer ( Mis. nadi perifer, edema,
penurunan selama 2 x 24 jam warna, suhu)
konsentrasi hb diharapkan : - Identifikasi paktor resiko gangguan sirkulasi (mis.
- Klien tidak DM)
mengalami - Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
penurunan nadi ekstremitas
perifer
- Klien tidak memilki
kulit yang pucat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
P : intervensi dilanjutkan
- Monitor suhu tubuh
- Monitor haluan urine
- Basahi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
P : intervensi dilanjutkan
- Monitor suhu tubuh
- Monitor haluan urine
- Basahi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
P : intervensi dilanjutkan
- Periksa sirkulasi perifer ( Mis. nadi perifer,
edema, warna, suhu)
- Identifikasi paktor resiko gangguan sirkulasi (mis.
DM)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
pada ekstremitas