Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTORIAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN T

DENGAN DIAGNOSA FEBRIS DI BANGSAL FLAMBOYAN


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA

KELOMPOK 1A
1. Agung Budiansyah (24181226)
2. Nadyaulfah Hidayat (24181227)
3. Zakiyyatun Nafisah (24181228)
4. Duwi Puji Astuti (24181229)
5. Arif Setya Aji (24181230)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXII

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN FEBRIS/DEMAM

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus, Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari
37,5 ºC (Elizabeth J. Corwin, 2010). Demam terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh
pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008) dalam (Nur khoirudin, 2015).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari
sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe
demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi
saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek
90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

Jenis Demam Ciri-ciri


Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari
turun hingga diatas normal, sering
disertai menggigil dan berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi
tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2
hari bebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

2. Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat
bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat
yangdapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan
suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen
ini dapat berupa protein, pecahan protein dan zat lain. Terutama toksin
polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan
dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Faktor penyebabnya :
a. Dehidrasi
b. Penyakit atau trauma
c. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
d. Pakaian yang layak
e. Kecepatan metabolism meningkat
f. Pengobatan/anesthesia
g. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
h. Aktivitas yang berlebihan

3. Manifestasi klinis
a. Suhu tinggi 37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)
b. Takikardia
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernafasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
h. Kulit kemerahan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri


punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu
tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi,
sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding
perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum
(misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

4. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon
imun) terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang
sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa
protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida,
yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan
akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat
pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan
dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu
yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut
dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
5. Pathway

Bakteri Virus

Reaksi obat Infeksi Endotoksin Zat peradangan Pirogenik lain

Monosit makrofag sel kupfer

Respon hipotalamus anterior Kesan psikis tidak


Menyenangkan

Gangguan psikis

Peningkatan titik penyetelan demam Dx. Cemas


suhu

Vasidolatasi kulit Berkeringat

Dx. Hipertermi Dx. Resiko


volume cairan
kurang dari
kebutuhan tubuh

(Nur khoirudin, 2015).


6. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir,
yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi
atau scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat
diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang
dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi,
aortografi, atau limfangiografi.

7. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara
berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering
terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak
cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
1) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya.
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, air buah atau
air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap
akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
5) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha.
Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh
anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi
karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan
membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan).
7) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat
suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku
maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan
demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di
otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di
samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama
dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada
pasien berisiko, yaitu dengan kelainan kardiopulmonal kronis
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan berisiko kejang
demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri
dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek
pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus
melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase.

8. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan
dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak

9. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit

10. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil (NIC)
(NOC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan Fever treatment
berhubungan tindakan keperawatan Monitor suhu sesering
dengan proses selama…x24jam klien mungkin
infeksi, proses menunjukkan Monitor IWL
penyakit. temperatur dalam batas Monitor warna dan suhu
Batasan normal dengan kriteria kulit
karakeristik : hasil: Monitor tekanan darah,
Kenaikan suhu Suhu Tubuh dalam nadi dan RR
tubuh diatas batas normal Monitor penurunan tingkat
rentang normal Bebas dari kedinginan kesadaran
Serangan atau Suhu tubuh stabil Monitor WBC, HB dan
konvulsi (kejang) 36,50-37,50c HCT
Kulit kemerahan Termoregulasi dbn Monitor intake dan output
Pertambahan RR Nadi dbn Kolaborasikan pemberian
Takikardi <1 bln : 90-170 antipiretik
Saat disentuh <1 thn : 80-160 Berikan pengobatan untuk
tangan terasa 2 thn : 80-120 mengatasi penyebab demam
hangat 6 thn : 75-115 Selimuti pasien
10 thn : 70-110 Berikan cairan intravena
14 thn : 65-100 Kompres pasien pada lipat
>14thn : 60-100 paha dan aksila
Respirasi dbn Tingkatkan sirkulasi udara
BBL : 30-50 x/m Berikan pengobatan untuk
Anak-anak : 15-30 x/m mencegah terjadinya
Dewasa : 12-20 x/m menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap
2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
Berikan antipiretik bila
perlu

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu
dan RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS pada saat
pasien berbaring, duduk atau
berdiri
Monitor TD , nadi, RR,
sebelum, selama dan sesudah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama dari pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan
abnormal
Monitor warna, suhu dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan Sediakan lingkungan yang
berhubungan tindakan keperawatan aman untuk pasien
dengan infeksi selama …x24jam anak Identifikasi kebutuhan
mikroorganisme. bebas dari cidera dengan keamanan pasien sesuai
kriteria hasil: dengan kondisi fisik dan
Menunjukan fungsi kognitif pasien dan
homeostatis riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada perdarahan pasien
mukosa dan bebas dari Menghindari lingkungan
komplikasi lain yang berbahaya misalnya
memindahkan perabotan
Memasang side rail tempat
tidur
Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan
yang cukup
Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
3. Resiko kurang Setelah dilakukan Fluid management:
cairan tindakan keperawatan Pertahankan catatan intake
berhubungan selama …x24jam dan output yang akurat
dengan intake volume cairan adekuat Monitor status dehidrasi
yang kurang dan dengan kriteria hasil: (kelembaban membrane
diaphoresis, faktor Mempertahankan mukosa, nadi adekuat,
yang urine output sesuai tekanan darah ortostatik)
mempengaruhi dengan usia dan BB, BJ Monitor vital sign
kebutuhan cairan urine normal, HT Monitor asupan makanan/
(hipermetabolik). normal cairan dan hitung intake
Tekanan darah, nadi, kalori harian
suhu tubuh dalam batas Lakukan terapi IV
normal Monitor status nutrisi
Tidak ada tanda- tanda Berikan cairan
dehidrasi, elastisitas Berikan cairan IV pada
turgor kulit baik, suhu ruangan
membrane mukosa Dorong masukan oral
lembab, tidak ada rasa Berikan penggantian
haus yang berlebihan. nasogastrik sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Anjurkan minum kurang
lebih 7-8 gelas belimbing
perhari
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
memburuk
Atur kemungkinan
transfusi
4. Ansietas Setelah dilakukan Kaji dan identifikasi serta
berhubungan tindakan keperawatan luruskan informasi yang
dengan hipertermi, selama ...x24jam dimiliki klien/keluarga
efek proses ansietas klien/keluarga mengenai hipertermi
penyakit hilang dengan kriteria Berikan informasi pada
hasil: klien/keluarga yang akurat
Klien/keluarga dapat tentang penyebab hipertermi
mengidentifikasi hal-hal Validasi perasaan
yang dapat klien/keluarga dan yakinkan
meningkatkan dan klien/keluarga bahwa
menurunkan suhu tubuh kecemasan merupakan
Klien/keluarga mau respon yang normal
berpartisipasi dalam Diskusikan dengan
setiap tidakan yang klien/keluarga rencana
dilakukan tindakan yang dilakukan
Klien/keluarga berhubungan dengan
mengungkapkan hipertermi dan keadaan
penurunan cemas yang penyakit
berhubungan dengan
hipertermi, proses
penyakit

11. Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang
telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis
dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan
yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.

12. Evaluasi Keperawatan


Merupakan penilaian perkembangan hasil implementasi
keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai.

13. Discharge Planning


a. Ajarkan pada pasien dan keluarga pasien mengenal tanda-tanda
kekambuhan dan laporkan dokter/perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis
dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Instruksikan untuk control ulang
e. Jelaskan factor penyebab demand an menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Terjemahan). Edisi 8.


Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nur, Khoirudin. 2015. Laporan Pendahuluan Pada Anak Dengan Febris Stase
Keperawatan Anak Dibangsal Tulip Rsud Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Available
from :
https://www.academia.edu/8880172/laporan_pendahuluan_dan_asuhan_keperaw
atan_pada_pasien_dengan_masalah_hipertermi. diakses pada 21 maret 2019
pukul 19.15.

Anda mungkin juga menyukai