NPM: 1102020085
Sasaran Belajar
a. FUO Klasik
Demam 3 minggu, sudah dilakukan diagnostik non invasif selama 1 minggu tapi tidak
ada hasil
b. FUO Nosokomial
Awal permulaan tanpa infeksi, kemudian demam > 38,3oC (tiba-tiba), dilakukan
pemeriksaan intensif tapi tidak ada hasil
c. FUO Neutropenik
Hasil hitung jenis neutrofil <500 ul, demam > 38,3oC, dilakukan pemeriksaan intensif
3 hari tapi tidak ada hasil
d. FUO HIV
Penderita HIV, demam > 38,3oC selama 4 minggu tanpa hasil yang jelas
b. Penyakit kolagen
c. Keganasan
d. Dehidrasi
e. Penyakit Iatrogenik
f. Gangguan di Susunan Saraf Pusat
g. Penyakit darah
h. Kerusakan jaringan
i. Penyakit Spesifik
j. Hipertermia
k. Tak terdiagnosis (Fever of Unknown Origin = FUO)
l. Demam dibuat-buat
m. Demam karena obat (Drug Fever)
1.4. Patofisiologi Demam
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel
kuppfer mengeluarkan pirogen endogen (IL-1, TNF alpha, IL-6 dan interferon) yang bekerja
pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus
mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu tubuh normal. Sebagai
contoh pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9oC, hipotalamus merasa
bahwa suhu normal pra-demam sebesar 37oC terlalu dingin, dan organ ini memicu
mekanisme “respon dingin” seperti vasokonstriksi kulit untuk mengurangi hilangnya panas
tubuh dan menggigil untuk meningkatkan suhu tubuh.
Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan
langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai
rangsang. Rangsangan eksogen seperti ekstoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk
mengeluarkan pirogen endogen,dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan TNF
alpha,selain IL-6 dan interferon (IFN).pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf
pusat pada tingkat organum vasculosum laminae terminalis (OVLT) yang dikelilingi oleh
bagian medial dan lateral nuckeus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum
palusolum.sebagai respons terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis
prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur
siklooksigenase 2 (COX 2), dan menimbulkan suhu tubuh terutama demam.
Peningkatan mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin
melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal macrophage
inflammatory protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja secara langsung terhadap
hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui
aktivitas MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik.
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase
pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan
vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk
memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua
yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan
merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna
kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Diagnosis banding:
a. Gastroenteritis akut: dibedakan dengan hasil pemeriksaan penunjang
b. Malaria: pola demam tergantung penyebab
c. Demam dengue: pola demam seperti pelana kuda, terdapat petekie
d. Leptospirosis
Diagnosis banding demam pada anak
a. Diagnosis banding untuk demam tanpa disertai tanda local
b. Diagnosis banding demam yang disertai tanda local
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan
otak.
b. Pemeriksaan fisik
Tanda vital:
a) Nadi:
Perabaan nadi dengan ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan, sedang ibu jari
berada di bagian dorsal tangan anak
Sebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit
penuh frekuensi, irama, isi, kualitas dan ekualitas.
b) Tekanan Darah
Posisi : berbaring terlentang dengan lengan lurus disamping badan atau
duduk dengan lengan bawah diletakkan diatas meja → lengan berada
setinggi jantung
Cara:
o Pasang manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dengan batas
bawah + 3 cm dari siku atau lipat lutut.
o Dengan cepat manset dipompa sampai denyut nadi arteri radialis atau
dorsalis pedis tidak teraba, kemudian teruskan dipompa sampai 20-30
mmHg lagi.
o Sambil mendengar dengan stetoskop pada arteri brachialis (di fossa
cubiti) atau arteri poplitea (di fossa poplitea), kosongkan manometer
perlahan dengan kecepatan 2-3 cm tiap detik.
o Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi korotkoff
Bunyi korotkoff :
○ I : bunyi pertama kali terdengar, berupa bunyi detak perlahan.
○ II: seperti K I tetapi disertai bunyi desis.
○ III: seperti K II tetapi lebih keras.
○ IV: bunyi tiba-tiba melemah.
○ V : bunyi menghilang
Tekanan sistolik:
o Saat mulai terdengar bunyi K I
o Normal: dilengan < 10-15 mmHg dari tungkai ( kecuali bayi < 1th)
●
Tekanan diastolik:
o Saat mulai terdengar bunyi K IV
o Pada bayi & anak bersamaan/hampir sama dengan menghilangnya
bunyi K V.
o Bila melemah dan menghilangnya bunyi tak bersamaan hsl
pemeriksaan ditulis keduanya,mis: 100/70/40 mmHg
c) Pernapasan
Cara: inspeksi, palpasi dan auskultasi Nilai normal menurut WHO:
● < 2 bulan : <60 x/menit
● 2 bulan-12 bulan: < 50 x/menit
● 1-5 tahun: < 40 x/menit
● 6-8 tahun: < 30 x/menit
d) Suhu
3.1. Farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya.
o
Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 C, sehingga jelas bahwa pemberian obat
paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna,
sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain
itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi
umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa
urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah
kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat
meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang
masa sakit).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan.
Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol.
Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja
maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih
cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri
perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada
dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
4) Memberikan kompres.
LO. 4. Memahami dan Menjelaskan Tentang Berwudhu pada Orang Sakit dalam
Pandangan Islam
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4.%20BAB%202.pdf
Sumber https://rumaysho.com/979-bersuci-bagi-orang-sakit.html
Liwang, Ferry, Patria W, dkk. 2020. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN JILID I. Jawa Barat.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Zain, Umar. 2012. Buku Saku DEMAM. Medan. Art Design, Publishing & printing.