Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas
normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2010).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi(Guyton, 2010).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C
atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C.
Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi
(hiperpireksia) (Julia, 2010).

B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2010).
Menurut Guyton (2010) demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2010).
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
C.  KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana
4. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang
pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru
saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting
seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
D.  PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat
pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang
sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme
pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu
yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen
yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga
dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat
digambarkan sebagai berikut : Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal
erythoxin dan virus) à menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen
endogen yang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-a, selain itu ada IL-6 dan
IFN à bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada
lamina terminalis (OVLT) à OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral
pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum.
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan
neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak
di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya
pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif
sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural
vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2,
yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-
optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif
pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic
acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di
neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons
febris oleh lipopolisakarida, TNF-a dan IL-1b yang menghasilkan kenaikan
COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental
febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada
banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya
respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada
demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini
adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk
penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi
pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik àsitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain
seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar dan
lamanya demam

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung
pada fase demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan  gejala
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam)


Tanda dan gejala
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Cek laboratorium darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2
atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang,
dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan
kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT,
serum glutamit piruvat (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin
meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
G. PENATALAKSANAAN
1.    Secara Fisik
a.    Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
b.    Pakaian anak diusahakan tidak tebal
c.    Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
d.   Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
a. Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau
es
b. Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu
tangan yang telah dibasahi air hangat
c. Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
d. Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan
membasahinya dengan air hangat
2.  Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal
dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar
penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total
minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya
komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan
tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong
harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi
kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid
adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500
mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½
sendokteh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok
the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu
dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3
kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko,
yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik,
penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam

H. KOMPLIKASI FEBRIS                                                    

Menurut Corwin (2010),komplikasi febris diantaranya:


1.   Takikardi
2.   Insufisiensi jantung
3.   Insufisiensi pulmonal
4.   Kejang demam

II. KONSEP KEPERAWATAN


1.     Pengkajian
a.  Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b.  Riwayat kesehatan: biasanya digunakan untuk mengetahui penyakit
sebelumnya yang diderita oleh pasien
c.  Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e.  Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f.  Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
2. Kepala : adanya lesi/jejaspadakepala atau tidak
3. Mata: konjungtiva anemis atau tidak, sklera putih, pupil
isokor.
4. Telinga: telinga bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
baik.
5. Hidung: tidak adanya pernapasan cuping hidung
6. Mulut: mukosa bibir lembab/ kering, ada sianosis atau tidak.
7. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada nyeri
telan, tidak ada pembesaran JVP.
8. Integument: kulit terasa hangat/ panas , terjadi perubahan
warna kulit
9. Dada:
Inspeksi: tidak adanya retraksi dinding dada
Palpasi: fokal fremitus kanandankirisama,
Perkusi: suara sonor,
auskultasi: ada/tidak suara nafas tambahan
10. Jantung:
Inspeksi: ictus kordis tampak
Palpasi: Ictus cordisteraba mid clavikulaintercosta 4-5,
Perkusi: suara pekak,
Auskultasi: Auskultasi suara jantung I & II regular
11. Abdomen:
Inspeksi: tidak ada lesi/jejas,
Auskultasi: peristaltik usus 16x/menit,
Perkusi: suara thympani,
Palpasi: tidak ada nyeri tekan.
12. Muskuloskeletal: ekstrimitas atas dan bawah dapat bergerak
bebas, kekuatan otot normal/menurun.
13. Ekstremitas : Mengalami kelemahan karena kekurangan energi
i. Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism: pasien dengan hipertermi mengalami
penurunan nafsu makan jika terlalu lama akan mengakibatkan
penurunan berat badan
3) Pola eliminasi: pola eliminasi tidak ada masalah
4) Pola aktivitas dan latihan: pada pasien hipertermi pola aktivitas
dan latihan terganggu karena mengalami ketidaknyamanan
dengan peningkatan suhu tubuh sehingga mengakibatkan
kelemahan
5) Pola tidur dan istirahat: pola tidur pada pasien hipertermi
mengalami gangguann karena suhu tubuh yang tinggi sehingga
pasien akan merasakan tidak nyaman saaat tidur.
j. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2) Foto rontgent
3) USG
2. Diagnosa Keperawatan
a). Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit (00007)
b). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (00092)
c). Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan nafsu makan (00002)
d). Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (00146)

3. Rencana Keperawatan:

Diagnosa
No Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan Perawatan Demam


berhubungan keperawatan selama 1x (3740):
dengan proses intervensi diharapkan masalah
- Pantau suhu
infeksi hipertermi teratasi dengan
dan TTV
penyakit KH: - Monitor warna
(00007) kulit dan suhu
 Termoregulasi (0800) - Dorong
Kode indikator SA ST konsumsi
cairan
08001 tingkat 3 4
- Fasilitasi
3 pernapasan
08001 melaporkan 2 4 istirahat ,
5 kenyamanan terapkan
suhu pembatasan
aktivitas
08001 Peningkatan 2 4
- Berikan cairan
Suhu Kulit
08003 Sakit kepala 3 4 melalui
intravena
- Kolaborasi
pemberian obat
melalui IV
Keterangan: 080013 & misalnya
080015 antipiretik

1: sangat terganggu

2: banyak terganggu

3: cukup terganggu

4: sedikit terganggu

5: tidak terganggu

Keterangan: 08001& 08003


1: berat

2: cukup berat

3: sedang

4: ringan

5: tidak ada

2. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi


aktivitas keperawatan selama 1x (0180)
berhubungan intervensi diharapkan masalah
- Kaji status
dengan intoleransi aktivitas teratasi
fisiologis
kelemahan dengan KH: pasien yang
fisik (00092) menyebabkan
 Ambulasi (0200) kelelahan
- Monitor
Kode indikator SA ST
intake/asuoan
02000 Menopang 3 5
nutrisi untuk
1 berat badan
mengetahui
02000 berjalan 3 5 sumber energy
4 dengan yang adekuat
kecepatan - Anjurkan
sedang
periode
02000 berjalan 3 5
istirahat yang
10 dalam jarak
cukup
yang dekat
- Kolaborasi
keterangan:
dengan
1: sangat terganggu keluarga untuk
mendampingi/
2: banyak terganggu membantu
pasien saat
3: cukup terganggu melakukan
aktivitas.
4: sedikit terganggu

5: tidak terganggu

3. Ketidakseimba Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi


ngan nutrisi: keperawatan selama 1x (1100)
kurang dari intervensi diharapkan masalah
kebutuhan Ketidakseimbangan nutrisi:- Tentukan
berhubungan kurang dari kebutuhan teratasi status gizi
dengan dengan KH: pasien dan
penurunan kemampuan
 Nafsu makan (1014) pasien untuk
nafsu makan
memenuhi
(00002) Kode indikator SA ST kebutuhan gizi
10140 Hasrat/kein 3 5 - Identifikasi
1 ginan untuk adanya alergi
makan atau intoleransi
10140 intake 3 5 makanan yang
6 makanan dimiliki pasien
10140 intake 3 5
8 cairan - Jelaskan pada
10140 rangsangan 3 5 pasien tentang
9 untuk pentingnya
makan nutrisi dan
keterangan akibat bila
kekurangan
1: sangat terganggu nutrisi.

2: banyak terganggu - Sajikan


makanan
3: cukup terganggu dalam porsi
kecil dan
4: sedikit terganggu
sering.
5: tidak terganggu
- Anjurkan
pasien untuk
mengkonsumsi
makanan
sedikit tapi
sering

- Obs. Intake
dan output
dalam 24 jam.
- Kolaborasi
dengan tim
dokter.

4. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pengurangan


berhubungan keperawatan selama 1x Kecemasan (5820)
dengan intervensi diharapkan masalah
kurangnya ansietas teratasi dengan KH: - Jelaskan pada
pengetahuan klien tentang
(00146)  Tingkat kecemasan (1211)
penyakit dan
Kode indikator SA ST
12110 wajah 3 5 gejala-gejala
5 tegang dan perawatan
12111 rasa cemas 3 5
7 yang yang akan
disampaikan dilakukan.
secara lisan
12112 pusing 3 5 - Bantu pasien
4 untuk
12112 gangguan 3 5
9 tidur mengungkapka
keterangan n perasaannya

Keterangan: dan
identifikasikan
1: berat
kecemasan.
2: cukup berat
- Alihkan
3: sedang perhatian
4: ringan pasien dan
melakukan
5: tidak ada
aktifitas yang
diperbolehkan.
- Pertahankan
lingkungan
yang tenang
dan aman
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2010). Buku keperawatan anak sakit.


Jakarta:EGC.   
Corwin.(2010). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC. Doenges,M.E.
Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2010). Rencana Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:EGC.
Hidayat,A. A.(2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda. (2009). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai