Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA (SC)

NAMA : IMRO’ATUL JAMILA


NIM : 19020036

PRODI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2010).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
&Wiknjosastro, 2010).
2. Etiologi
a. Indikasi Ibu
a)      Panggul sempit absolute
b)      Placenta previa
c)      Ruptura uteri mengancam
d)     Partus Lama
e)      Partus Tak Maju
f)       Pre eklampsia, dan Hipertensi
b.      Indikasi Janin
a)     Kelainan Letak
1.  Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang terbaik
dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya
biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea
walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat
lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2.  Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit,
primigravida, janin besar.
b)      Gawat Janin
c)      Janin Besar 

c.      Kontra Indikasi
a)      Janin Mati
b)      Syok, anemia berat.
c)      Kelainan congenital Berat
3. Klasifikasi
a. Abdomen (SC Abdominalis)
a). Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri y a n g
mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih c e p a t , tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa
diperpanjang proksimal atau distal . Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah
infeksi mudah menyebar secara intra abdominal  karena tidak ada reperitonealisasi yang baik
dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
b). Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan
kelebihan penjahitan luka lebih mudah,  penutupan luka dengan reperitonealisasi
yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih
kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan sehingga
mengakibtakan pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih.
c). Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian
tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (tranversal)
 Sayatan huruf T (T Insisian)

c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
 Mengeluarkan janin lebih memanjang
 Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
 Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
 Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi
pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi
dalam persalinan.
 Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat
selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik.
Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
a. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-
kira 10cm
Kelebihan :
 Penjahitan luka lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
 Perdarahan kurang
 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil

Kekurangan :
 Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
 Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
4. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
5. Pathway/W.O.C

Kelainan/hambatan selama hamil dan proses persalinan


Misalnya : plasenta previa sentralis/lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama/ tidak maju,
preeklamsia, distonia serviks, malpresentasi janin

Section Caesarea

Post Op
Pre Op

Nyeri akibat
HIS
Kurang informasi Insisi dinding perut
Luka post op. SC Efek anastesi
Nyeri Akut
Terputusnya Luka terpapar Mual
Kurang
inkonuitas lingkungan luar
pengetahuan
jaringan,pembuluh
darah, dan saraf-saraf
di sekitardaerah insisi
Perkembangbiakan
Ansietas kuman dan bakteri
Merangsang
pengeluaran histamine
dan prostaglandin
Resiko infeksi

Pengeluran mediator nyeri

Merangsang neuro
reseptor

Nyeri saat dibuat Nyeri akut


gerak/ aktivitas

Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas
6. Manifestasi klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post  partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea antara lain :
Nyeri akibat ada luka pembedahan
a. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
b. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
c. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
d. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
e. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
f. Biasanya terpasang kateter urinarius
g. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
h. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
7. Pemeriksaaan penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. c.Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
8. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air
teh.
c. Mobilisasi
 Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a). Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b). Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c). Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d). Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
e). Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
 Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
 Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1.      Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2.      Oral             : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3.      Injeksi         : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

 Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
9. Komplikasi
1) Infeksi Puerpuralis
a. Ringan      : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang     : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
c. Berat        : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2) Pendarahan disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia Uteri
c. Pendarahan pada placenta bled
d. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
e. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
10. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a). Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara
masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b). Keluhan utama: biasanya pada pasien SC mengeluh nyeri pada bagian perutnya
akibat luka SC dan mual karena ada efek anastesi
c). Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d). Data Riwayat penyakit
 Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat
ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai
riwayat persalinan plasenta previa.
e). Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau
refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi kandung
kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
 Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
8) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

B. Diangnosa keperawatan
Pre Op:
1) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi janin (HIS)
2) Ansietas berhubungan dengan kurang informasi
Post Op:  
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Luka post op)
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (post SC)
3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op terpapar lingkungan luar
4) Mual berhubungan dengan efek anastesi
C. Intervensi keperawatan

Diagnosa
N
Keperawatan NOC NIC
o

Nyeri Akut Kontrol Nyeri (1605) 1. Observasi


berhubungan adanya petunjuk
dengan agen 1. Mengenali kapan nonverbal mengenai
cidera fisik (Luka nyeri terjadi (160502) ketidaknyamanan
post op) 2. Menggambarkan terutama pada mereka
1. factor nyeri (160501) yang tidak dapat
3. Mengenali apa berkomunikas
yang terkait dengan gejala 2. Gali
nyeri (160509) pengetahuan dan
4. Melaporkan nyeri kepercayaan pasien
yang terkontrol (160511) mengenai nyeri
3. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
4. Dorong pasien
untuk memonitor nyeri
dan menangani nyeri
dengan tepat
5. Evaluasi
keefektifan dari
tindakan
pengontrolnyeri yang
dipakai selama
pengkajian nyeri
dilakukan

2. Intoleransi Istirahat (0003) Manajemen Energi


aktivitas 1. Jumlah istirahat (0180)
berhubungan (000301) 1. Anjurkan pasien
dengan 2. Pola istirahat mengungkapkan
kelemahan umum (000302) perasaan secara verbal
(post SC) 3. Kualitas istirahat mengenai keterbatasan
(000303) yang dialami
2. Monitor
intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui
sumber energi yang
adekuat
3. Monitor/catat
waktu dan lama
istirahat/tidur pasien
4. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot
5. Anjurkan tidur
siang bila perlu

3 Resiko infeksi Kontrol infeksi (1902) Perlindungan infeksi


berhubungan 1. Mengidentifikasi (6550)
dengan luka post faktor resiko (190220) 1. Monitor adanya
op terpapar 2. Memonitor faktor tanda dan gejala infeksi
lingkungan luar resiko individu (190203) sistemik dan local
3. Mengenali 2. Monitor
perubahan status kesehatan kerentanan terhadap
(190216) infeksi
4. Menjalankan 3. Tingkatkan
strategi control resiko asupan nutrisi yang
yang sudah ditetapkan cukup
(190207) 4. Anjurkan asupan
cairan dengan tepat
5. Anjurkan
istirahat
Anjurkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana cara
menghindari infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC


Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta :
EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
NANDA.(2018). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

NOC.(2013).Nursing Outcomes Clasification. Edisi Bahasa Indonesia Edisi ke


5.jakarta: Mocomedia

NIC. Nursing Intervention Clasification. Edisi Bahasa Indonesia Edisi ke 6.jakarta:


Mocomedia

Sarwono, Prawiroharjo,. 2010. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi

Anda mungkin juga menyukai