Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GOUT ATHRITIS

Oleh
SELVIA ANGGRAENI NOVITA SARI
19020081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
GOUT ATRITIS

1.1 Pengertian
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah penyakit
metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada sendi. Gout
adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan
tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya
mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan
dapat mempengaruhi beberapa sendi.
1.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko
Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :
1. Suku bangsa /ras
Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai
dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola
makan dan konsumsi alcohol (Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan
produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk
sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi
asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter,
2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat (carter, 2005).
1.3 Manifestasi Klinis
Gout arthritis terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus berkembang menjadi
tahap akhir. Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap 1 gout atritis akut
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada lakilaki, dan
setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk
tidak lazim gout artritis, yang mungkin merupakan manifestasi adanya gangguan
enzimatik spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan siklosporin. Pada 85-90%
kasus, serangan berupa arthritis monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang
biasa disebut podagra. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang
sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada
gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat,
disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah, disertai
lekositosis dan peningkatan endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya
didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat
membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi sekalipun. Pada perjalanan
penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat
mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki,
lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama
durasinya, dengan interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan
yang lama.
2. Tahap 2 gout interkritikal
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu.
Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1- 10 tahun.
Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu
pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita
serangan gout arthritis akut. Atau menyangka serangan pertama kali yang dialami
tidak ada hubungannya dengan penyakit gout arthritis.
3. Tahap 3 gout atritis intermitten
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala,
maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan artritis
yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan
(kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin
lama makin rapat dan lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi
yang terserang makin banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh
setiap setahun sekali, namun bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka
serangan akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan
seterusnya, hingga pada suatu saat penderita akan mendapat serangan setiap hari
dan semakin banyak sendi yang terserang
4. Tahap 4 gout atritis kronik tofaceous
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi
serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi
ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila
ukuran thopi semak in besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak
dapat menggunakan sepatu lagi.
1.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa
kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam
urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau
penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat
mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan
terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang – ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap
dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan
Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis.

1.5 Pathway
Makan , kepiting/s
Alkohol eafood
Pola makan tidak
Kadar laktat dalam dijaga
darah meningkat

Kadar protein m
eningkat

Gg.metabolisme purin
MK : Ketidak efektifan
managemen kesehatan

GOUT

Pelepasan Kristal monos Di dalam di sekitar sndi


odium urat

Pengendapan kri Penimbunan pada tulang rawa


stal Penimbunan kristal n

Degenerasi tulang rawa


Leukosit memakan Kri Pembentukan tukak pd s
n sendi
stal urat endi

Mekanisme perad Perubahan bentuk tubuh p


Tofus mengering ada tulang sendi
angan

Kaku sendi
Radang pada sendi
MK : Gg. Citra tubuh

Eritema, panas Membatasi pergerakan sendi

MK : Nyeri akut MK : Hambatan mobilitas fis


ik
1.6 Klasifikasi
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari gout arthritis meliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin,
kemokin, protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga
berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis,
dekstruksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan
kondrosit untuk mengeluarkan Interleukin-1, merangsang sintesis nitric oxide dan
matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal
monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan
menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxta
artikular tulang. gout arthritis telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko
terjadinya batu ginjal. Penderita dengan gout arthritis membentuk batu ginjal karena
urin memilki pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut
(Liebman et al, 2007)
1.7 Pemeriksaan penunjang
Menurut Zairin Noor (2017), pemeriksaan penunjang pada pasien Gout Artritis,
adalah:
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya Kristal monosodium urat
intraselular
b) Pemeriksaan serum uratmeningkat > 7 mg/dL.
c) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat.
d) Urinalisis untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati, hipertrigliseridemia, tingginya
LDL, dan adanya diabetes mellitus.
e) Leukositosis didapatkan pada feses akut.
2. Radiodiagnostik
a) Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasi sendi
b) Radiografi didaptkan adanya erosi pada penumpukan sendi dan kapsul sendi.
1.8 Komplikasi
Penyakit ginjal dapat terjadi pada pasien gout yang tidak ditangani, terutama
ketika hipertensi juga ada. Kristal urat akan menumpuk di jaringan interstisial ginjal.
Kristal asam urat juga terbentuk dalam tubula pengumpul, pelvis ginjal, dan ureter
akan membentuk batu. Batu asam urat dapat berpotensi mengobstuksi aliran urine dan
menyebabkan gagal ginjal akut (Ayu Linda,2012).
1.9 Penatalaksanaan
Menurut Zairin Noor (2017), penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien Gout
Artritis yaitu :
1. Diet
Penyebab kelebihan asam urat/hiperurisemia adalah diet tinggi purin, obesitas,
konsumsi alcohol, dan penggunaan beberapa obat seperti tiaziddan deuretik kuat
akan menghambat ekskresi asam urat di ginjal, serta aspirin dosis rendah < 3 g
memperburuk hiperurisemia.
Diet bagi para penderita gangguan asam urat mempunyai syarat- syarat sebagai
berikut :
2. Pembatasan purin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka penderita
gangguan asam urat harus melalukan diet bebas zat purin misalnya pada makanan
seperti : kangkung, kubis, nanas, kacang- kacangan, jeroan, dan minuman yang
mengandung alcohol.
3. Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita
gangguan asam urat yang memiliki berat badan berlebih harus diturunkan dengan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga
4. akan meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton yang akan mengurangi
pengeluaran asam urat melalu urine.
5. Tinggi karbohidrat. Karbohidrat komplek seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik dikonsumsi untuk penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine. Sedangkan untuk kerbohidrat
sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirup
sebaiknya di hindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam urat dalam
darah.
6. Rendah protein
7. Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urine.
Makanan yang di goreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari.
8. Tinggi cairan. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membuat asam urat melalui
urine. Oleh karena itu, disarankan untuk minum minimal sebanyak 2,5 L atau
setara dengan 10 gelas perhari.
9. Tanpa alcohol. Kadar asam urat yang mengkonsumsi alcohol lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi alcohol.
10. Obat untuk pasien Artritis Gout
a. Nonstreoid Anti-inflamatory Drugs (NASID). Beberapa NASID yang
diindikasikan untuk mengatasi gout arthritis akut dengan kejadian efek
samping jarang terjadi yaitu : naproxen dan natrium diklofenak.
b. Clochicine. Clochicine tidak direkomendasikan untuk terapi jangka panjang
gout akut.
c. Corticosteroid. Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala
gout akut dan akan mengontrol serangan.
d. Probenecid. Digunakan terutama pada kondisi insufisiensi ginjal (GFR < 50
mL/min)
e. Allopuniol. Sebagai penghambat xantin oksidase, allopurinol segera
menurunkan plasma urat dan konsentrasi asam urat disaluran urine, serta
memfasilitasi mobilisasi benjolan. Dosis awalnya 100 mg diberikan selama 1
minggu, jika kadar asam urat masih tinggi maka dosisnya dinaikan. Kadar
asam urat serum akan mencapai dengan dosis harian 200-300 mg. Allopurinol
tidak dianjurkan untuk pengobatan hiperurisemia asimtomatik dan gout aktif .
f. Uricosuric. Obat ini memblok reabsorbsi tubular dimana urat disaring
sehingga mengurangi jumlahurat metabolic, mencegah pembentukan benjolan
baru, dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada.
g. Terapi bekam
Berikut ini adalah titik-titik bekam yang spesifik untuk asam urat :
1. Fakh : titik ini berada di bagian paha kaki, bisa dilakaukan diatas atau
disamping kiri dan kanan bagian paha
2. Ruqbah : titik ini berada di kanan, kiri dan atas bagian lutut kaki.
Bermanfaat meringankan pergerakan kaki yang pegal-pegal linu, kram,
kesemutan, digunakan sebagai juga titik kaki kesemutan
3. Saaq : titik ini berada ditungkai bawah bagian kaki, diatas mata kaki biasa
digunakan untuk melancarkan darah yang mengalir kesaraf-saraf kaki. Titik
saaq ini salah satu titik untuk stroke
4. Iltiwa : titik ini berada dibawah mata kaki bagian dalam mengangkat darah
statis yang mengalir ke daerah jari kaki. Digunakan sebagai titik bekam asam
urat dengan menarik purin dalam darah dan salah satu titik bekam kesemutan.
5. Zhohrul qodam : titik ini berada dipunggung kaki, biasa digunakan sebagai
titik bekan asam urat dan kaki bengkak.

1.10 Konsep Keperawatan

1.10.1 Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif maupun objektif melalui anamnesis riwayat
kesehatan dahulu, sekarang, riwayat penyakit keuarga, pola makan, aktivitas,
pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi
(Stanley,Mickey.2007)
1. Anamnesis : Identitas ( Meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
agama, status perkawinan.
2. Riwayat penyakit sekarang : Pengumulan data dilakukan sejak munculnya
keluhan dan secara umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Penting ditanyakan  berapa lama pemakaian obat analgesic,
allopurinol.
3. Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal
kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan
adalah pernakah klien dirawat dengan maslah yang sama. Kaji adanya pemakaian
alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretic.
4. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang
mempunyai keluhan yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh
faktor genetic.
5. Aktivitas dulu dan sekarang : Seseorang yang tak pernah berolahraga atau
diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu
program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.
6. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan, kesulitan menelan
dan mual muntah.
7. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi,defekasi, ada tidaknya masalah defekasi.
8. Personal Hygine
Berbagai kesulitan melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan.
9. Neurosensori
Kebas / kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan, pembengkakan
pada sendi.
1.10.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik b/d kaku sendi dan nyeri
3. Gangguan citra tubuh
4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR SERTA
URAIAN AKTIVITAS
NO TANGGAL DITEGAKKAN / SKOR AWAL DAN SKOR
RENCANA TINDAKAN
KODE DIAGNOSA TARGET
(NIC)
KEPERAWATAN
Nyeri akut b.d agen cedera Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen nyeri (1400)
biologis 1x24 jam, nyeri akut teratasi 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria hasil: Tingkat nyeri (2102) yang komprehensif meliputi
Kode Indikator S.T PQRST
2102 Nyeri yang dilaporkan 5 2. Gali bersama pasien faktor –
2102 Tidak bisa beristirahat 5 faktor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
Keterangan: 3. Ajarkan teknik kompres air
dingin untuk mengurangi
1. Berat nyeri
2. Cukup berat 4. Dukung istirahat atau tidur
3. Sedang yang adekuat untuk membantu
4. Ringan penurunan nyeri
5. Tidak ada 5. Edukasi tentang makanan
yang perlu dihindari

Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen nyeri (1400)
1x24 jam, hambatan mobilitas fisik teratasi 1. Lakukan pengkajian nyeri
yang komprehensif meliputi
PQRST
2. Gali bersama pasien faktor –
Kriteria hasil : pergerakan (0208) faktor yang dapat menurunkan
Kode Indikator S.T atau memperberat nyeri
0208 Cara berjalan 5 3. Ajarkan teknik kompres air
0208 Gerakan sendi 5 dingin untuk mengurangi
0208 Berjalan 5 nyeri
4. Dukung istirahat atau tidur
Keterangan: yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
1. Sangat terganggu 1. Edukasi tentang makanan
2. Banyak terganggu yang perlu dihindari
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Peningkatan citra tubuh (52200)
1x24 jam, gangguan citra tubuh teratasi 1. Tentukan harapan citra diri
Kriteria hasil: Citra tubuh (1200) pasien
Kode Indikator S.T 2. Tentukan jika terdapat perasaan
tidak suka terhadap karakteristik
1200 Deskripsi bagian tubuh 5
fisik
yang terkena 3. Bantu pasien memisahkan
1200 Kepuasan dengan 5 penampilan fisik dari perasaan
berharga secara pribadi
fungsi tubuh 4. Ajarkan pada pasien mengenai
1200 Penyesuaian terhadap 5 perubahan – perubahan normal
yang terjadi dalam tubuhnya
perubahan tampilan
fisik
Keterangan:
1. Tidak pernah positif
2. Jarang positif
3. Kadang – kadang positif
4. Sering positif
5. Konsisten positif

Ketidakefektifan manajemen Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Peningkatan efikasi diri (5395)
kesehatan 1x24 jam, Ketidakefektifan manajemen 1. Eksplorasi persepsi individu
kesehatan teratasi mengenai kemampuannya untuk
Kriteria hasil: melaksanakan perilaku yang
diinginkan
Manajemen diri penyakit akut (3100)
2. Eksplorasi persepsi individu
Kode Indikator S.T mengenai keuntungan
3100 Sesuaikan aktivitas 5 melaksanakan perilaku yang
selama sakit diinginkan
3. Identifikasi persepsi individu
3100 Sesuaikan diit selama 5
mengenai risiko tidak
sakit melaksanakan perilaku yang
3100 Menghindari 5 diinginkan
4. Berikan penguatan kepercayaan
kebiasaan yang dapat diri dalam membuat perubahan
perilaku dan mengambil tindakan
memicu sakit
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang – kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. 2011.Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dinkes Pacitan2016. Data Pasien Asam Urat di Pacitan. Pacitan: Dinas Kesehatan Pacitan.

NANDA International.2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2015-2017. Ja


karta. EGC
NANDA International.2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2018-2020. Ja
karta. EGC
Nursing Interversions Clasifications (NIC) : Elsevier
Nursing Outcome Clasification (NOC) : Elsevier

Smeltzer, Susan C. 2017. Keperawatan Medikal Bedah- Brunner and Suddart.Ed.12. Jakarta : EG
C

Anda mungkin juga menyukai