Anda di halaman 1dari 70

LP Febris (Demam)

LAPORAN PENDAHULUANFEBRIS / DEMAMOleh : Niken Jayanthi, S.KepA. Pengertian


DemamDemam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalamotak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit- penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton,
1990).Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau
lebih. Ada jugayang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000)B.
Etiologi DemamDemam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungandengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain.(Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.C.
Manifestasi klinisTanda dan gejala demam antara lain :1. Anak rewel (suhu lebih
tinggi dari 37,8 C 40 C)2. Kulit kemerahan3. Hangat pada sentuhan4. Peningkatan
frekuensi pernapasan5. Menggigil6. Dehidrasi7. Kehilangan nafsu makanD.
Patofisiologi DemamDemam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set
point, tetapi ada peningkatansuhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan
tetapi tidak disertai peningkatan set point. (Julia, 2000)Demam adalah sebagai
mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksiatau zatasing
yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ketubuh
akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.
Pirogenadalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme ataumerupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat padatubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN FEBRIS DEMAM

Rabu, Juni 09, 2010

A. PENGERTIAN
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal
ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.

B. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama demam,
tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus
menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat
penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.
D. PENATALAKSANAAN THERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
E. PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul demam, gejala lain yang
menyertai demam (miasalnya: mual muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan
sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan laboratotium, foto rontgent
ataupun USG.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
http://nursingforuniverse.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-pasien-anak-
dengan.html

Selasa, 14 Juni 2011


askep febris

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

DIAGNOSA FEBRIS MEDIS FEBRIS

A. KONSEP DASAR
1) PENGERTIAN
Febris atau demam adalah peningkatan suhu tubuh, melebihi batas normal yaitu diatas
37,4oc.

2) ETIOLOGI
Bakteri
Virus
Imunisasi
Gangguan otak
Bahan toksin
Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksin yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu (hipotalamus).yang dapat menyebabkan efek
perangsang terhadap pusat pengatur suhu tesebut sehingga menyebabkan demam. Zat
pirogen dapat berupa protein pemecah dan zat lain, terutama toksin polisakarida yang
dilepas oleh bakteri toksin atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh.
3) PATOFISIOLOGI
Mekanisme demam timbul dimulai dengan reaksi tubuh terhadap pirogen, pada
mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag
jaringan dan limfosit aranula besar. Seluruh sel ini mencerna hasil pemecahan bakteri
dan mlepaskan zat interleukin -1 kedalam jaringan tubuh yang disebut juga zat pirogen
leukosit atau pirogen endogen, interleukin -1 ketika sampai dihipotalus akan
menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10
menit, interleukin -1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya
bekerja dihipotalamus. Teruatama prostaglandin E2 atau zat yang mirip zat ini. Bekerja
dihipotalamus untuk membangkitan reaksi demam.
bakteri, virus dan bahan toksin

Masuk kedalam tubuh

Difagositosis oleh leukosit mal absorbsi pada saluran
cerna
Hipotalamus
peningkatan kadar asam
peningkatan suhu tubuh gangguan pola istirahat lambung
( demam ) dan tidur
mual & muntah
Hipertermia
anoreksia

Nutrisi tidak adekuat

Gangguan pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
1. Peningkatan denyut jantung
2. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Pengeluaran keringat berlebih
6. Rambut pada kulit berdiri
7. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam)


Tanda dan gejala
1. Proses mengigil lenyap
2. Kulit terasa hangat / panas
3. Merasa tidak panas / dingin
4. Peningkatan nadi
5. Peningkatan rasa haus
6. Dehidrasi
7. Kelemahan
8. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
9. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
1. Kulit tampak merah dan hangat
2. Berkeringat
3. Mengigil ringan
4. Kemungkinan mengalami dehidrasi

4) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urine, dan kultur darah.

5) PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pemberian Antipiretik
b) Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
c) Pemberian Cairan perenteral
6) KOMPLIKASI
a) Kejang
b) Dehidrasi
c) hiperplasia

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

o Aktifitas / istirahat :
keletihan, kelemahan umum,perubahan tonus/ kekuatan otot.
o Sirkulasi :
Peningkatan nadi, sianosis, Tanda-tanda vital tidak normal, peningkatan frekuensi
pernapasan.
o Integritas ego :
Peka terhadap rangsangan, stressor internal/eksternal yang berhubungan dengan
keadaan dan perenggangan
o Eliminasi :
Konstipasi
o Makanan / cairan :
Sensitivitas terhadap makanan, mual/ muntah.
o Neorosensori :
Riwayat trauma kepala dan infeksi serebral
o Riwayat jatuh / trauma

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidak efektifan kerja hipotalamus
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
3) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

C. RENCANA KEPERAWATAN
Dignosa 1 : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidakefetifan
kerja hipotalamus
Tujuan : demam tidak terjadi lagi
KH : - suhu tubuh kembali normal
- Badan tidak teraba panas lagi
- Tidak terjadi serangan atau kejang
INTERVENSI ( daignosa 1 )
1. Pantau tanda tanda vital pasien
2. Anjurkan untuk banyak istirahat
3. Berikan kompres hangat dibeberapa bagian tubuh seperti : ketiak, lipatan paha dan
belakang leher
4. Anjurkan kepada anak untuk banyak minum
5. Berikan antipiretik
6. Berikan selimut pendingin

Diagnosa 2 : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi behubungan dengan


intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan pasie terpenuhi
KH : pasien dapat menghabiskan porsi makananya

INTERVENSI (diagnosa 2 )
1. Bina hubungan teraupetik
2. Beri pengetahuan tentang pentignya nutrisi
3. Beri makanan yang bervariasi dan bergizi
4. Beri makanan yang hangat
5. Kolaborasi dengan ahli gizi

Diagnosa 3 : gangguan pola istirahat tidur b/d peningkatan suhu tubuh


Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyenyak
KH : -Pasien bangun dengan sadar
-Pasien dapat tidur
INTERVENSI ( diagnosa 3 )
1. Ganti pakaian anak dengan yang bersih dan nyaman sebelum tidur
2. Menceritakan hal-hal yang lucu
3. Menina bobokan anak
4. Anjurkan agar selalu disamping anak

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIAGNOA FEBRIS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 juni 2010 pada jam 19.00
1. Identitas pasien
Nama : an B
Tanggal lahir : 4 mei 2008
Umur : 2 tahun 1 bulan
Nama ayah : Tn X
Nama ibu : Ny Y
Pekerjaan ayah : SWASTA
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan ayah: :-
Pendidikan iibu :-
Alamat : Kampung Sumbawa
Agama : Islam
Suku bangsa : Bima / Indonesia

2. Keluhan utama
Badan teraba panas

3. Riwayat penyakit sekarang


Keluarga mengatakan bahwa anaknya panas, makan minum kurang, muntah 1 serta
keluar keringat berlebih

4. Riwayat kesehatan masa lalu


a) Penyakit waktu kecil
Keluarga mengatakan bahwa anaknya tidak pernah menderita penyakiy ini
sebelumnya.
b) Pernah dirawat dirumah sakit
Keluarga mengatakan bahwa anaknya tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya
c) Obat-obatan yang digunakan
Sanmol sirup ukuran 120 ml, dengan dosis 3 sehari sendok.
d) Tindakan operasi
Tidak pernah mengalami tindakan operasi
e) Kecelakaan
Tidak pernah mengalami kecelakaan
f) Imunisasi
Pasien telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Polio, serta Campak

5. Riwayat kehamilan dan kelahiran


a. Prenatal
Tidak melakukan anamnesis
b. Intranatal
Ibu menagatakan bahwa proses kelahiran anaknya ini dibantu oleh bidan.
c. Postnatal
Tidak melakukan anamnesis

d. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit yang diderita anggota keluarga
Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak penah mengalami penyakit ini sebelumnya,
maupun penyakit lainnya.
b. Riwayat penyakit keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya,
c. Genogram
Febris bukan merupakan penyakit keturunan, tidak ada riwayat anaknya pernah
demam.

d. Riwayat sosial
a) Yang mengasuh
Pasien diasuh oleh orang tua kandung
b) Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien merupakan anak yang berbahagia
c) Hubungan dengan teman sebaya
Pasien tidak rewel serta selalu ceria
d) Pembawaan secara umum
normal
e) Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan rumahnya terletak didaerah padat penduduk

e. Pengkajian nutrisi
a) Berat badan
Sebelum sakit = 10 kg
Saat sakit = 9 kg
b) Panjang badan
Tidak melakukan anamnesis
c) Kebiasaan pemberian makanan
ebelum sakit : pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanya
saat sakit : pasien hanya mampu menghabiskan 3
sendok makanan.
d) Diet khusus
Pasien tidak mempunyai pantangan makanan.

f. Pola sehari- hari


a) Pola istirahat / tidur
Sebelum sakit : pasien tidur 12 jam/hari siang dan malam
Saat sakit : tidur pasien tidak berubah, yaitu 12 jam/hari siang
dan malam
b) Pola kebersihan
Sebelum sakit : pasien dimandikan oleh orangtuanya setiap
2 sehari
Saat sakit : keluarga hanya melapnya menggunakan air
bersih, ganti pakaian setiap kali basah/ kotor
c) Pola aktivitas/ bermain
Sebelum sakit : pasien mampu bergerak aktif dan bermain
Saat sakit : pasien masih mampu bermain diatas tempat tidur
walaupun tidak seceria sebelum sakit
d) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1/ hari, dengan konsistensi
lembek warna kuning dan bau khas feses. BAK
lancar 3- 4 / hari
Saat sakit : pasien BAB dan BAK sama sebelum sakit yaitu
BAB 1/ hari dengan konsistensi lembek, warna kuning
dan bau khas feses. BAK 3 sehari.

g. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pasien terlihat lemah
b. Pengukuran antropometri (BB,TB,LILA,LK,LD)
BB= 8 Kg.
Tidak melakukan anamnesis TB, LILA, LK, dan LD
c. Tanda- tanda vital
S = 39OC , N = 100/ menit , R = 28/ menit
d. Kepala
Rambut pasien terlihat baik,warna hitam pekat, tidak kusam dan tidak terjadi
kerontokan
e. Mata
Skelera dan konjungtiva tampak normal,gerakan bola mata normal, tidak ada tanda
infeksi,serta tidak ada alat bantu penglihatan
f. Hidung
Terlihat bersih,tidak ada serumen atau mimisan tidak ada polip serta tidak ada napas
cuping hidung
g. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat, kebersihan mulut cukup bersih, bentuk normal,serta jumlah
gigi tidak terkaji
h. Telinga
Noal dan tidak ada serumen,serta tidak ada kelainan.
i. Dada
- Jantung
Tidak terdengar suara jantung tambahan, irama dan frekuensi jantung normal
- Paru-paru
Dada simetris baik kiri maupun kanan, idak ada suara ronchy, serta tidak ada suara
jantung tambahan
j. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen normal,tidak ada pembesaran
Palbasi : tidak teraba adanya pembesaran limfa
Perkusi : tidak ada kembung / distensi abdomen
Auskultasi : peristaltik usus normal
k. Genitalia
Cukup bersih dan tidak ada kelainan
l. Ekstermitas
Kekuatan otot ekstermitas atas dan bawah normal, tampak terpasang infuse R/L
dilengan kanan
m. Kulit
Kulit teraba panas, kulit cukup lembab dan tidak ada tanda-tanda ruam kulit serta
tampak keluar keringat berlebih.

h. Pemeriksaan tingkat perkembangan


a. Personal sosial
Pasien sudah mampu cuci dan mengeringkan tangan,menyebut nama teman dan
memakai baju
b. Motorik halus
Pasien mampu menggoyangkan ibu jari serta meniru garis vertical
c. Bahasa
Pasien mampu mengetahui dua kegiatan,menyebut empat gambar serta menunjuknya
d. Motorik kasar
Paien mampu berdiri 1 kaki selama 1 detik, loncat jauh dan melempar bola keatas
e. Kesmipulan
Tidak ada kelainan perkembangan
f. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : belum ada hasinya
b. Pemeriksaan radiologi : belum ada hasilnya
c. Terapi :
Antacid 3
Paracetamol 4 1
Ranitidine 3 400 mg
Cefotaxim 2 amp
Ringer laktat ( R/L) 20 tts/ menit

d. Diet
Tidak dilakukan anamnesis

g. Ringkasan riwayat keperawatan


Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 3 juni 2010 dengan keluhan panas, muntah
1X, makan minum kurang, K/u lemah, bibir pucat, BB menurun menjadi = 9 Kg. setelah
dirawat dirumah sakit, pasien mendapat terapi infuse R/L ( 20 tts/ menit), antacid 3 1/2
, paracetamol 41 , ranitidin 3400 mg serta cefotaxim 2 amp.

h. Pengelompokkan Data
Data Subyektif :
1. keluarga mengatakan bahwa anaknya panas
2. keluarga mengatakan bahwa anaknya tidak mau makan, dan bila makan dimuntahkan
kembali
Data Obyektif :
1. kulit teraba panas
2. tanda- tanda vital
- S = 39o c
- N = 100 / menit
- R = 28 / menit
3. Keluar keringat berlebih
4. Muntah 1
5. Makan minum kurang
6. Berat badan sebelum sakit = 10 Kg
Berat badan saat sakit = 9 Kg
7. pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok makanan
8. keadaan umum lemah
9. mukosa bibir tampak pucat

B. ANALISA DATA
Nama : an F no RM :-
Umur : 2 thn 1 bln ruangan : VIP
Diagnosa medis : febris
No. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 DS: keluarga mengatakan Proses inflamasi hypertermi
bahwa anaknya panas kuman
DO :- kulit teraba panas
-tanda tanda vital
S= 39oC
N= 100X/ menit
R= 28X menit
- keadaan umum lemah
- keluar keringat berlebih
- keaadaan umum lemah
2 Potensial
Intake yang
DS : keluarga mengatakan terjadinya
kurang
bahwa anaknya tidak mau gangguan
makan, dan bila makan kebutuhan
dimuntahkan kembali nutrisi
DO: -muntah 1
- mukosa bibir tampak pucat
- makan minum kurang
- BB sebelum saki t=9 Kg
- BB saat sakit =10 Kg
- pasien hanya mampu
menghabiskan 3 sendok
makanan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman


2. Potensial terjadinya gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
kurang

C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : an F no, RM :-
Umur : 2 thn 1 bln ruangan : VIP

N DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL


KEP
o
1 Hipertermi Setelah 1. beri HE tentang 1. dengan
b/d proses dilakukan penyakitnya memberikan HE
2. lakukan
inflamsi tindakan dharakan keluarga
kompres hangat
kuman keperawatan dapt mengetahui
3. anjurkan untuk
selama 124 tentang
mengenakan
Keadan pasien
jam, diharapkan
pakaian yang tipis
2. diharapkan panas
suhu tubuh 4.anjurkan untuk
dapat turun dengan
pasien normal memberikan
cepat karena proses
dengan KH : banyak minum
5. obsevasi tanda- induksi
-tanda tanda
tanda vital 3. agar keringat yang
vital kembali
6. kolaborasi
keluar dapat diserap
normal
dengan dokter
oleh pakaian yang
N=70-110/ mnt
tipis dan memberikan
S=36,5oc -37,5o c
rasa nyaman
R=20-30/ mnt
4. agar tidak terjadi
dehidrasi dan proses
penguapan yang
2.
Potensial berlebihan akibat
terjadinya suhu tubuh yang
gangguan meningkat
1. berikan HE
kebutuhan 5. untuk memanyau
tentang
nutrisi b/d perubahan dan
pentingnya nutrisi
intake perkembangan sedini
bagi pasien
yang 2. anjurkan untuk mungkin
kurang banyak istirahat 6. untuk mendapatkan
3. anjurkan untuk
terapi yang tepat
memberikan
makanan
1. menambah
Setelah
kesukaanya
pengetahuan keluarga
dilakukan
selama jauh dari
temtang nutrisi
tindakan
kontra indikasi
2. menghindari
keperawatan 4. anjurkan untuk
selama 1 24 memberikan peningkatan kerja
jam, diharapkan makanan yang lambung
kebutuhan nutrisi hangat 3. meningkatkan
5. anjurkan untuk
pasien dapat nafsu makan
makan sedikit tapi
terpenuhi 4. makananan hangat
sering
dengan KH: lebih enak dimakan
6. timbang beret
-muntah tidak 5. dapat mengurangi
badan pasien
ada lagi rasa penuh dilambung
-mkosa bibir 6. untuk mengetahui
terlihat lembab pertumbuhan dan
-porsi makan perkembangan
dihabiskan penyakit pasien
-BB kembali
normal / lebih
BB=10 13 Kg

D. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : an F no RM :-
Umur : 2 thn 1 bln ruangan : VIP

TGL/ DX IMPLEMENTASI RESPON


JAM
KEP
5/6-2010 1 1. memberikan HE 1. terbina hubungan antara
Jam
tentang penyakitnya lien perawat dan keluarga
1.09.00 2. melaukan kompres
2.keluarga melakukan
2. 09-20 hangat
kompres hangat sesuai
3. menganjukan untuk
3.09.20
anjuran
menggunakan pakaian
3. keluarga memakaikan
yang tipis
4.10.00
4. mengnjurkan untuk pakaian yang tipis
4. klien mau minum susu dan
memberian banyak air putih
5.13.00 5. tanda- tanda vital
minum
S=37o C
5. mengobservasi
6.13.30 R=30 / menit
tanda-tanda vital N= 100/ menit
6. melaksanakan advis 6. klien tampak minum obat
11
dari dokter dan terpasan infus R/L
-paracetamol 4
5/6-2010 dilengan kanan
jam
1.09.00 1. keluarga memberikan
1. memberikan HE
2.09.00
anaknya makan dan minum
tentang pentingnya
3.09.00 serta memahami manfaatnya
nutrisi bagi klien
2. menganjurkan untuk bagi kesehatan
2. klien istirahat dengan
banyak istirahat
3. menganjurkan teratur sesuai anjuran
4.10.00 3. nafsu makan klien mulai
keluarga untuk
membaik
memberikan makanan
5.10.00
kesukaanya, selama
4. keluarga memberikan
jauh dari konaindikasi
6. 09.00 4.menganjurkan untuk makanan yang hangat,
memberikan makanan namun klien hanya makan 5
yang hangat sendok makanan
5.menganjurkan untuk 5. klien tampak mau makan
makan sedikit tapi sedikit demi sedikit
6. Berat badan masihh = 9 Kg
sering
6 menimbang berat
badan klien
E. EVALUASI
Nama : an I no RM :-
Umur : 2 thn 1 bln ruangan :VIP

NO TGL/JA DIAGNOSA CATATAN


KEPERAWAAN PERKEMBANGAN
M
1. 6/6-2010 Hipertermi S : keluarga mengatakan bahwa
Jam
berhubungan panas anaknya sudah
19.00
dengan proses berkurang
inflamasi kuman O : - badan teraba tidak panas
- tanda- tanda vital
S : 37oc
R : 30 x/ mnt
6/6/2010 N : 100 x/ mnt
2. Jam
A : masalah sudah teratasi
20:00
Potensial terjadinya P : intervensi dihentikan
gangguan kebutuhan
nutrisi berhubungan S : keluarga mengatakan bahwa
dengan intake yang nafsu makan anaknya mulai
kurang membaik
O : - Berat badan masih = 9 Kg
-klien hanya makan 5 sendok
makanan.
A : masalah sudah teratasi sebagian
P : intervensi 4 dan 6 dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA

WWW. Html/askep febris//2010.com

Ngastiah, editor setiawan s, kep. Buku keperawatan anak sakit EGC. Jakarta,1997.
http://sahrilramadhan.blogspot.com/2011/06/askep-febris.html
Selasa, 24 Januari 2012
askep febris

ASUHAN KEPERAWATAN FEBRIS


A. PENGERTIAN

Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :

1. Demam septic

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

2. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.

3. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.

4. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe
demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten
untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal
ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.

B. ETIOLOGI

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam
adala cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius
dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif
dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Suhu badan lebih 37,2 C
2. Banyak berkeringat
3. Pernafasan meninggil
4. Menggigil
E.PATOFISIOLOGI
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan
peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan
tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah suatu protein yang
identik dengan interkulin-1. di dalhipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat
serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan
suatu pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi
perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat
bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan
penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa
demam bertambah.
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.
G. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
H.KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN PENYAKIT


FEBRIS DI RUANG ANGGREK DI RUMAH SAKIT BINA
SEHAT JEMBER
1. Data Demografi
a) Biodata
- Nama : An. S
- Usia / tanggal lahir : ( 4 th ) Jember. 15 Maret 2007
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Sukorambi. Rt. 3. Rw. 4
- Suku / bangsa : Jawa
- Status pernikahan : Belum menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan / sumber penghasilan : -
- Diagnosa medik : Febris
- No. Medical record : 20 08 - 1989
- Tanggal masuk : 28 November 2011 (Jam. 15.00 WIB)
- Tanggal pengkajian : 29 November 2011 (Jam. 20.00)
- Terapi medik : - Antipiretik
- Cairan infus NS
- Antibiotik
b) Penanggung Jawab
- Nama : Tn. W
- Usia : 30 tahun
- Jenis kelamin : Laki - laki
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Tenaga Pengajar
- Hubungan dengan klien : Ayah Klien
2. Keluhan Utama
Orang tua klien mengatakan, klien mengalami panas tinggi, dan tidak turun turun.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Orang tua klien mengatakan klien sudah 3 hari yang lalu mengalami panas.
- Panas muncul secara tiba tiba dan semakin hari panasnya semakin naik.
- Setelah dilakukan tindakan baik keperawatan maupun tindakan medis selama 3 kali 24 jam
panas klien turun secara berangsur angsur.
- Memberikan kompres air hangat kepada klien
Memberikan obat antipiretik kepada klien
Memberikan obat antibiotik kepada klien
- Kondisi klien saat dikaji orang tua klien mengatakan panasnya sudah agak menurun dari pada
yang sebelumnya, temperatur klien saat dikaji 38,5 derajat.
b. Riwayat kesehatan lalu
- Orang tua klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami atau menderita penyakit berat
sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien pernah mendapatkan program imunisasi BCG, DPT, MMR.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan tindakan medis maupun
keperawatan sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi sebelumnya, baik
alergi makanan, obat obatan, zat/ substansi dll.
- Orang tua klien mengatakan sebelum dibawah kerumah sakit klien mendapatkan pengobatan
bebas ( parasetamol) dirumah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
- Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai penyakit berat sebelumnya akan tetapi nenek
klien pernah menderita penyakit asma.
- Nenek klien pernah menderita penyakit asma.
- Genogram keluarga klien. :
Keterangan

: Pernah Menderita Asma

: Anak atau Ayah klien

: Penderita/Klien
--------- : Tinggal Serumah

4. Riwayat Psikososial
- Orang tua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan tindakan.
- Orang tua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman sejawatnya.
- Orang tua klien mengatakan apabilah dirumah klien tidak rewel, akan tetapi saat dirumah sakit
klien cenderung rewel.
- Orang tua klien mengatakan tidak terlalu memfikirkan beban biaya rumah sakit karena orang tua
klien memiliki asuransi kesehatan keluarga.
- Klien cenderung pendiam dan tidak aktif dalam bermain.
5. Riwayat Spiritual.
- Ritual yang biasa dijalankan : -
6. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaaan umum klien
- Tanda tanda dari distress : klien sering rewel
- Penampilan dihubungkan dengan usia : -
- Ekspresi wajah,bicara, mood : wajah klien nampak pucat, bicaranya lemah, kliean tidak terlalu
mood dalam melakukan aktivitas.
- Berpakaian dan kebersihan umum : kliean mandi 2 hari sekali dan selalu mengati pakaiannya.
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan : 100 cm, 20 Kg, Gaya berjalan normal seperti anak - anak pada
umumnya.
B. Tanda - tandaVital :
- Suhu : 38,5 derajat
- Nadi : 77 kali/menit
- Pernafasan : 29 kali/ menit
- Takanan darah : -
C. Sistem Pernafasan
- Hidung : Inspeksi :kesimetrisan (+), pernafasan cuping hidung (-) adanya secret atau polip (-),
passase udara (-).
- Leher : Inspeksi dan palpasi : pembesaran kelenjar (-), tumor (-).
- Dada : Inspeksi ;bentuk dada ( normal), ukuran ( sama ), gerakan dada ( kiri dan kanan
seimbang, retraksi (-), keadaan PX ( normal)
Auskultasi :suara nafas ( normal), suara nafas tambahan (-).
Palpasi : Clubbing finger (-).
D. Sistem Kardiovaskuler.
- Inspeksi : Conjungtiva (anemia), bibir (pucat), pembesaran jantung (-)
- Palpasi :Arteri carotis (normal), Tekanan vena jugularis (normal), Ictus cordis/apex (teraba
diantara costa 4)
- Auskultasi : suara jantung tambahan (-), bising aorta (-), murmur (-), gallop (-), tricuspidalis dan
mitral (-).
E. Sistem Pencernaan.
- Inspeksi : seklera (-), bibir (kering), Mulut (stomatitis (-), jumlah gigi (22 buah), kemampuan
menelan (-), gerakan lidah (-).
- Gaster : kembung (-), gerakan peristaltik (-)
- Abdomen
Inspeksi ; tidak ditemukan luka, bentuk simetris.
Palpasi :
Tidak ditemukan pembesaran di kuadran I - IV
Tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : bising usus (+)
- Anus : kondisi (normal).
F. Sistem Indra
1) Mata
Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+), lipatan epikantus dengan ujung atas telinga (+).
Visus (+)
Lapang pandang (+)
2) Hidung
Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-).
Secret yang menghalangi penciuman (-).
3) Telinga
Keadaan daun telinga (+), operasi telinga (-)
Kanal auditoris (+)
Membran tympani (+)
Fungsi pendengaran (+).
G. Sistem Saraf.
1. Fungsi celebral
Status mental : daya ingat (+), perhatian dan perhitungan (+), bahasa (+).
Kesadaran : GCS 7
Bicara : expresive dan reseptive (-).
2. Fungsi cranial
Saraf cranial I s/d XII (+)
3. Fungsi motorik
Massa (-)
Tonus dan kekuatan otot (+4)
4. Fungsi sensorik
Suhu : 38,5 derajat
Nyeri : (+)
Getaran posisi dan diskriminasi : (-)
5. Fungsi cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan (+)
6. Refleks
Ekstermitas atas : (+4)
Ekstermitas bawah : (+4)
Superficial : (+4)
H. Sistem Muskuloskeletal
Kepala : bentuk kepala bundar
Vertebrae : Normal
Pelvis : Normal
Lutut : Normal
Kaki : Normal
Bahu : Simetrsis, normal
Tangan : Normal
I. Sistem Integumen
Rambut : tebal, warna hitam dan halus.
Kulit : warna pucat, temperatur ( 38,5 derajat), kelembaban (-), bulu kulit (halus), tahi lalat ( di
bawah bibir sebelah kiri ), ruam (-).
Kuku : warna (putih bening), mudah patah (-), kebersihan (+).
J. Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
Percepatan pertumbuhan : Normal
Gejala keratinisme atau gigantisme : (-)
Ekskresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), poliphagi (-)
Suhu tubuh yang tidak seimbang (+), keringat berlebihan (+), leher kaku (-).
Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : (-).
K. Sistem Perkemihan
Edema Palpebra (-)
Moon face (-)
Edema Anasarka (-)
Keadaan kandung kemih (+)
Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-).
Penyakit hubungan seksual (-).
L. Sistem Reproduksi
Keadaan glendpenis : tidak dikaji
Testis : tidak dikaji
Pertumbuhan rambut : tidak dikaji
Pertumbuhan jakun : tidak dikaji
Perubahan suara : tidak dikaji
M. Sistem Imun
Alergi (-)
Imunisasi : BCG, DPT, MMR
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu (+)
Riwayat transfusi dan reaksinya : (-)
7. Aktivitas Sehari hari
Nutrisi
- Selera makan : menurun
- Menu makan dalam 24 jam : BSTIK
- Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari
- Makanan yang disukai : telur mata sapi
Makanan pantangan : sayur wortel
- Pembatasan pola makan : (-)
- Cara makan : menggunakan sendok dan piring
- Ritual sebelum makan : membaca doa sebelum makan
Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum : tidak menentu
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui
Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan : toilet
- Frekuensi : tidak diketahui
Kapan : -
Teratur : -
- Konsistensi : padat
- Kesulitan dan cara menanganinya : tidak
- Obat obat untuk memperlancar BAK/BAB : -
Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur : (+)
- Jam tidur : siang 3 jam dan malam hari 9 jam (dirumah), siang 2 jam dan malam 5 jam ( di RS )
- Bila tidak dapat tidur apa yang di lakukan : orang tua klien mengendong dan mengajak jalan
jalan
- Apakah tidur secara rutin : iya.
Personal Hygiene
- Mandi : frekuensi ( 2 kali sehari ), alat mandi : gayun, kesulitan (-), mandiri/dibantu : dibantu,
cara : seperti biasanya.
- Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu
- Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu.
- Gosok gigi : 2 kali sehari.
Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari hari : bermain dan belajar
- Pengaturan jadwal harian : -
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
- Kesulitan pergerakan tubuh : (-)
Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja : tidak dikaji
- Berapa banyak waktu luang : tidak dikaji
- Apakah puas setelah rekreasi : tidak dikaji
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang : tidak dikaji
- Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja : tidak dikaji
8. Test Diagnostik
Laboratorium
- Hemoglobin : 14, 8
Normal L: 13,5 18,09 /dl
P: 11,5 16,09 /dl
- Leukosit : 2.800
Normal : 3.300 / 10.300 / cmm
- LED : 15 22
Normal L: 6 15 mm
P: 0 20 mm
- Hitung jenis : 0/0/1/73/26/0
Normal : 1-2/0-1/3-5/54-62
25 33/3-7
- Hematokrit : 47,0
Normal L : 40 54 %
P : 35 47 %
- Trombosit : 262.000
Normal : 130.000 450.000
- Eritrosit : 4.980.000
Normal L : 4,5 6,5 juta / cmm
P : 3,0 6,0 juta / cmm
- Widal :
O : Post 1/400 ( N. Negative )
H : Post 1/200 ( N. Negative )
PA : Negt / - ( N. Negative )
PB : Post 1/400 ( N. Negative)
Ro foto : -
CT Scan : -
MRI, USG, EEG, ECG, dll : -
9. Terapi Saat Ini.
Antipiretik : Parasetamol
Antibiotik
NS
DATA FOKUS
NAMA PASIEN : AN. S
NO REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
Bibir kering Orang tua klien mengatakan klien selama 3
Suhu badan 38,5 derajat
hari mengalami panas tinggi.
Banyak berkeringat
Pernafasan meninggi Orang tua klien mengatakan klien sering rewel.
Mengigil
Kulit kering
Sering menangis
Sulit tidur

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Orang tua klien mengatakan klien Hypertermi Proses infeksi
selama 3 hari mengalami panas tinggi
DO :
Bibir kering
Suhu badan 38,5 derajat
Mengigil
Kulit kering
2 DS : Orang tua klien mengatakan klien Resiko kekurangan Intake yang kurang
selama 3 hari mengalami panas tinggi volume cairan dan deperosis
DO :
Suhu badan : 38,5 derajat
Mengigil
Banyak berkeringat
3 DS : Orang tua klien mengatakan klien Cemas Hipertermi
sering rewel.
DO :
Klien sering menangis
Sulit tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO MASALAH / DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI
1. Hipertermi berhubungan dengan proses 28 November 2011 1 Desember 2011
infeksi
2. Resiko kekurangan volume cairan 28 November 2011 1 Desember 2011
berhungan dengan intake yang kurang
dan deperosis
3. Cemas berhubungan dengan hipertermi 28 November 2011 1 Desember 2011
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL NDX. DAN DATA TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
PENUNJANG KRITERIA HASIL TINDAKAN
28/11/2011 1 Setelah dilakukan Pantau suhu
tindakan klien (derajat
DS : Orang tua klien
keperawatan dan pola)
mengatakan klien selama 3 x 24 jam perhatikan
klien menujukan menggigil/diafo
selama 3 hari
temperatur dalan r
mengalami panas batas normal Pantau suhu
dengan kriteria: lingkungan
tinggi
Bebas dari Berikan
DO : kedinginan kompres hangat
Suhu tubuh stabil hindri
Bibir kering
36-37 C penggunaan
Suhu badan 38,5
akohol
derajat Berikan miman
Mengigil sesuai
Kulit kering kebutuhan
Kolaborasi
untuk
pemberian
antipiretik dan
antibiotik

28/11/2011 2 Setelah dilakukan Ukur/catat


haluaran urine
DS : Orang tua klien tindakan perawatan dan berat jenis.
Catat ketidak
mengatakan klien selama 3 x 24 jam
seimbangan
selama 3 hari volume cairn masukan dan
haluran
mengalami panas adekuat dengan
kumulatif
tinggi kriteria: Pantau tekanan
darah dan
DO : tanda vital dalam
denyut jantung
Suhu badan : 38,5 batas normal ukur CVP
nadi perifer teraba Palpasi denyut
derajat
perifer
Mengigil kuat
Banyak berkeringat haluran urine
adekuat Kaji membran
tidak ada tanda- mukosa kering,
tugor kulit yang
tanda dehidrasi kurang baik dan
rasa haus
Kolaborasi
untuk
pemberian
cairan IV sesuai
indikasi
Pantau nilai
laboratorium,
Ht/jumlah sel
darah merah,
BUN,cre,
Elek,LED, GDS

28/11/2011 3 Setelah dilakukan Kaji dan


tindakan perawatan identifikasi serta
DS : Orang tua klien
selama 2 x 24 jam luruskan
mengatakan klien cemas hilang informasi yang
dengan kriteria: dimiliki klien
sering rewel.
klien dapat mengenai
DO : mengidentifikasi hipertermi
hal-hal yang dapat Berikan
Klien sering menangis
meningkatkan dan informasi yang
Sulit tidur
menurunkan suhu akurat tentang
tubuh penyebab
klien mau hipertermi
berpartisipasi Validasi
dalam setiap perasaan klien
tidakan yang dan yakinkan
dilakukan klien bahwa
klien kecemasam
mengungkapkan merupakan
penurunan cemas respon yang
yang berhubungan normal
dengan hipertermi, Diskusikan
proses penyakit rencana
tindakan yang
dilakukan
berhubungan
dengan
hipertermi dan
keadaan
penyakit

TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL KODE JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
NDX (WIB)
29/11 1 15.00 Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
Memantau suhu lingkungan
Memberikan kompres hangat hindri
Memberikan minum sesuai kebutuhan
Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian antipiretik
dan antibiotic

2 15.00 Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis.


Mencatat ketidak seimbangan masukan dan haluran kumulatif
Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
Meraba denyut perifer
Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang
baik dan rasa haus
Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi
Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah,
BUN,cre, Elek,LED, GDS

Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan informasi


yang dimiliki orang tua klien mengenai hipertermi
3 15.00 Memberikan informasi yang akurat tentang penyebab
hipertermi
Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien bahwa
kecemasam merupakan respon yang normal
Mendiskusikan rencana tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit

30/11 1 20.00 Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan


menggigil/diaforsis
Memantau suhu lingkungan
Memberikan kompres hangat hindri
Memberikan minum sesuai kebutuhan
Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian antipiretik
dan antibiotic

2 20.00 Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis.


Mencatat ketidak seimbangan masukan dan haluran kumulatif
Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
Meraba denyut perifer
Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang
baik dan rasa haus
Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi
Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah,
BUN,cre, Elek,LED, GDS

Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan informasi


3 20.00 yang dimiliki orang tua klien mengenai hipertermi
Memberikan informasi yang akurat tentang penyebab
hipertermi
Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien bahwa
kecemasam merupakan respon yang normal
Mendiskusikan rencana tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit

1/12 1 07.00 Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan


menggigil/diaforsis
Memantau suhu lingkungan
Memberikan kompres hangat hindri
Memberikan minum sesuai kebutuhan
Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian antipiretik
dan antibiotic

2 07.00 Mengukur/mencatat haluaran urine dan berat jenis.


Mencatat ketidak seimbangan masukan dan haluran kumulatif
Memantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
Meraba denyut perifer
Mengkaaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang
baik dan rasa haus
Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi
Memantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah,
BUN,cre, Elek,LED, GDS

Mengkaji dan mengidentifikasi serta meluruskan informasi


yang dimiliki orang tua klien mengenai hipertermi
3 07.00 Memberikan informasi yang akurat tentang penyebab
hipertermi
Memvalidasi perasaan klien dan meyakinkan klien bahwa
kecemasam merupakan respon yang normal
Mendiskusikan rencana tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL KODE JAM EVALUASI SOAP
NDX (WIB)
30/11 1 20.00S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah
berkurang
O : - bibir agak kering
- T : 38

- Sedikit menggil
2 - Kulit tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa klien panasnya sudah


3 berkurang
O : - Suhu badan 38

- Masih berkeringat
- Menggil berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

S : orang tua klien mengatakan bahwa rewel klien sudah berkurang


O : - klien menangis tetapi sudah jarang
- Klien masih sering terbangun pada waktu tidur
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
01/1 1 07.00S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
2 O : - bibir kering ()
- Suhu 37

- Tidak mengigil
- Kulit normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
2

S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
O : - Suhu 37
3
- Tidak mengigil
- Tidak berkeringat

A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

S : orang tua klien mengataka bahwa klien sudah tidak rewel


O : - klien tidak pernah menangis
- Tidurnya nyenyak
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
Diposkan oleh dany sudaryatno di 22:10
http://dany-sudaryatno.blogspot.com/2012/01/askep-febris.html

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FEBRIS

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

A. Pengertian
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Corwin, Elizabeth J,
2000).Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 C (Oswari, E, 2006). Demam terjadi
karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen
yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Noer, Sjaifoellah,2004).
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga
pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi
lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas
dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada pasien.

B. Patofisiologi
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk
menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme basal.
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1, yang disebut pirogen
endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang mengalami cedera.
Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin, yang merangsang
hipotalamus.

C. Tipe-tipe Demam
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada mlam hari dan
turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi duahari
bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

D. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan
otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus prlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,
sifat harian demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus
menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3 C dan tetap belum ditemukan penyebabnya
walaupun telah diteliti ssatu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan
penunjang lainnya.

E. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui
biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi,
aortografi, atau limfangiografi.

F. Penatalaksanaan therapeutik

r es.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak
kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
- Sistem persepsi sensori
- Sistem persyarafan : kesadaran
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integumen
- Sistem perkemihan

3. Pada fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


b) Pola nutrisi dan metabolisme
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perseptual
g) Pola toleransi dan koping stress
h) Pola nilai dan keyakinan
i) Pola hubungan dan peran

4. Pemeriksaan penunjang

a) laboratorium
b) foto rontgent
c) USG

H. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi

I. Discharge Planning

1. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau perawat

2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu

3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi

4. Intruksikan untuk kontrol ulang

5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.

6. J. Rencana Keperawatan
7. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Hipertemia Setelah dilakukan tindakan Mengontrol panas
berhubungan dengan perawatan selama .X 24 jam, Monitor suhu minimal tiap 2 jam
proses penyakit. pasien mengalami Monitor suhu basal secara kontinyu
Batasan keseimbangan termoregulasi sesui dengan kebutuhan.
karakeristik : dengan kriteria hasil : Monitor TD, Nadi, dan RR
kenaikan suhu Suhu tubuh dalam rentang Monitor warna dan suhu kulit
tubuh diatas rentang normal 35,9 C 37,5 C
Monitor penurunan tingkat
normal Nadi dan RR dalam rentang kesadaran
serangan atau normal Monitor WBC,Hb, Hct
konvulsi (kejang) Tidak ada perubahan warna Monitor intake dan output
kulit kemerahan kulit Berikan anti piretik
pertambahan RR Tidak ada pusing Berikan pengobatan untuk mengatasi
takikardi penyebab demam
saat disentuh Selimuti pasien
tangan terasa hangat Lakukan Tapid sponge
Berikan cairan intra vena
Kompres pasien pada lipat paha,
aksila dan leher
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature Regulation
Monitor tanda- tanda hipertermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan
Berikan obat antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
Gunakan matras dingin dan mandi
air hangat untuk mengatasi gangguan
suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan
Lepasakan pakaian yang berlebihan
dan tutupi pasien dengan hanya
selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum,
selama, dan sesudah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya tekanan nadi yang
melebar , bradikardi, peningkatan
sistolik (Chusing Triad)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan tindakan Sediakan lingkungan yang aman
berhubungan dengan keperawatan selama x 24 jam, untuk pasien
infeksi pasien tidak mengalami injury. Identifikasi kebutuhan keamanan
mikroorganisme Risk Injury pasien sesuai dengan kondisi fisik
Kriteria Hasil : dan fungsi kognitif pasien dan
Klien terbebas dari cidera riwayat penyakit terdahulu pasien
Klien mampu menjelaskan Menghindari lingkungan yang
cara/metode untuk mencegah berbahaya misalnya memindahkan
injury atau cedera perabotan
Klien mampu menjelaskan factor Memasang side rail tempat tidur
resiko dari lingkunga atau Menyediakan tempat tidur yang
perilaku personal
nyaman dan bersih
Mampu memodifikasi gaya
Meletakan saklar lampu ditempat
hidup untuk mencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau pasien
yang ada Membatasi pengunjung
Mampu mengenali perubahan Memberikan penerangan yang cukup
status kesehatan Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan keperawatan selama x 24 jam, Pertahankan catatan intake dan
dengan faktor resiko fluid balance dengan kriteria output yang akurat
faktor yang hasil : Monitor status
mempengaruhi Mempertahankan urine output dehidrasi( kelembaban membrane
kebutuhan cairan sesuai dengan usia dan BB, BJ mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
(hipermetabolik) urine normal, HT normal ortostatik)
Tekanan darah, nadi, suhu Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal Monitor asupan makanan/ cairan dan
Tidak ada tanda- tanda hitung intake kalori harian
dehidrasi, elastisitas turgor kulit Lakukan terapi IV
baik, membrane mukosa Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa haus
Berikan cairan
yang berlebihan.
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogastrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
Anjurkan minum kurang lebih 7-8
gelas belimbing perhari
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Atur kemungkinan transfusi
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-febris.html

LP Febris (Demam)
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS / DEMAM
Pengertian Demam
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam
otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau
lebih. Ada juga
yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh
lebih dari
400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000)
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal.
B. Etiologi Demam
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.
(Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak
sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara
tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas
38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah
diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang medis lainnya.
D. Patofisiologi Demam
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan
suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set
point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi
atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke
tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar
tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme
atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus
1. pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan
pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang
aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi
zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino
yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai
yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat
pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai
suhu baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin
malahan
kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)

C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan
atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat
yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiografi.
F. Penatalaksanaan Demam
1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang.
Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak,
karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke
otak akan
berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan
berakibat rusaknya sel sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan
suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan
tubuh ini dapat
terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas
tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi
(keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku.
2. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat
dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian
tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan
pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh
darah tepi di
kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal
yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran
panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1 sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the
sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok
takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.
3. PROGNOSIS
4. Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan
tidak menyebakan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara
25 50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk
mendapatkan
5. epilepsi rendah. (Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
2
6. Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 435 437)

KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi : sejak kapan timbul
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya : mual muntah,
nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah anak
menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal : keadaan umum, vital sign.
7. 4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti : pemeriksaan
laboratotium, foto rontgent ataupun USG
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan dengan
nafsu makan yang menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Hypertermi berhubungan dengan proses
infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
menujukan temperatur dalan batas normal
Kriteria hasil :
1. Bebas dari kedinginan
2. Suhu tubuh stabil 36-37 C
Intervensi :
1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
3. Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol
4. Berikan minuman sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
Diagnosa Keperawatan : Resiko injuri berhubungan dengan kejang
berulang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam anak
bebas dari cidera
8. Kriteria hasil :
1. menunjukan homeostatis
2. tidak ada perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda komplikasi lanjut
2. Kaji status kardiopulmonar
3. Kolaborasi untuk pemantauan laboratorium: monitor darah rutin
4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan intake yang kurang dan deperosis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam volume
cairan adekuat
Kriteria hasil :
1. tanda vital dalam batas normal
2. nadi perifer teraba kuat
3. haluran urine adekuat
4. tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi :
1. Ukur/catat haluaran urine dan berat jenis. Catat ketidakseimbangan
masukan dan haluran kumulatif
2. Pantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
3. Palpasi denyut perifer
4. Kaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa
halus
5. Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi
6. Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre,
Elek,LED, GDS
9. DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang
Lazim Terjadi Pada Anak. PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika :
Jakarta
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention
Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Outcame
Classsification (NOC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-
2002), Philadelphia.
Sumber : http://stikesaisyiyahsurakarta-
kepanak.blogspot.com/2010/07/askep-febris.htm
http://penadalamseni.blogspot.com/2011/02/askep-febris.html

Febris (demam) yaitu meningkatnya temperature tubuh secara abnormal (Asuhan Keperawatan
Anak 2001).

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 38
C (Fadjari Dalam Nakita 2003).

Etiologi Febris

Suhu lingkungan.

Adanya infeksi.

Pneumonia.

Malaria.
Otitis media.

Imunisasi

(Kesehatan anak 1999, Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000)

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia,
2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.

Klasifikasi Febris

1. Demam Septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik

2. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik

3. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana

4. Demam intermiten

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia

5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula

KLASIFIKASI FEBRIS

Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses


patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada


makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang


Hyperthermia menyertai kekakuan otot karena anestesi total

Klasifikasi sindrom hipertermia

Sindrom Tanda gejala Pengobatan

Adrenergic fever Hyperexia, kejang, kegagalan Simpatolitik (carvedilol),


liver, infark miokard, hemoragi benzodiazepine
subarachnoid

Neuroleptic Perubahan status mental, Bromocriptine,


malignant syndrome hipertermi dantrolene, L-dopa,
amantadine

Antikolinergik Peripheral (kulit merah kering, Sedatives, physostigmin


syndrome takikardia), tanda sentral (controversial)
(midriasis, tremor, disorientasi,
coma)

Malignant Kekauan otot, keadaan Discontinuation of


hyperthermia hipermetabolic, hipercarbia anesthetics, dantrolene
Drug induced Sebagian besar unspesifik, pola Melihat obat
variasi demam sangat luas penyebabnya

Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji coba darah,

Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD
dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa
perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum
glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.

2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.

Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.

3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.

4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa

Penatalaksanaan Febris

1. Secara Fisik

a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan
apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak
cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel
otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.

b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan

c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan


d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan
berakibat rusaknya sel sel otak.

e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknyaMinuman yang diberikan dapat
berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah
agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.

f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang

g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu
tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi
karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak
dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).

h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air
hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

2. Obat-obatan Antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal
yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas
tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamol

b. Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1 sendokteh sirup parasetamol

c. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.

Komplikasi Febris

1. Dehidrasi : demam penguapan cairan tubuh

2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak

3. KeluhanuUtama
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, lemes, (
umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu makan
menurun, diaforesis, gangguan eleminasi, nyeri otot dan sendi).

3. Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan
nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi
panasnya belum turun juga.

4. Riwayat kesehatan dahulu


a.Prenatal
Ny. B mengatakan pada waktu hamil mengalami mual dan muntah dan selalu
memeriksakansecararutintiapbulankebidan.
b.Natal
Ny. B mengatakan melahirkan di tolong oleh bidan di daerah dan pasien lahir pada umur
kehamilan cukup bulan pada tanggal 17 Juli 2007 dengan kelahiran berat badan 2,4 kg,
panjang bayi 44 cm, G1P1A0, kelahiran anak pertama.
c.Riwayatpostnatal
Pasien lahir langsung menangis kuat dan langsung minum ASI, pasien belum pernah
mengalami sakit sebelumnya baru kali ini di rawat di Rumah sakit, imunisasi yang pernah di
dapat lengkap dan tepat waktunya.

5. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga ada yang mengalami demam seperti pasien tanpa mual muntah seperti gejala yang
dialami pasien, namun sembuh hanya dengan meminum obatyangdibelidipasaran.

7. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a.Nutrisi
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan normal, 3 x sehari, makanan terdiri dari
nasi, sayur, lauk, minum 8 gl/hr turgor kulit baik, mukosa bibirlembab.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan nafsu makan menurun 1 x/hari, minum 4gl/hari.
b.Istirahattidur
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan tidur 8-9 jam/hari kadang tidur siang 3jam/hari.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan tidur 5-6 jam/hari

c.Personalhygiene
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan mandi 2 x/hari dan gosok gigi 2 x/hari, keramas2hari1x.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan mandi disiplin 2 x/hari pagi dan sore.
d.Psikososialdanpsikologis
ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan tidak seaktif sebelum sakit
sertajarangbermaindengantemandankeluarga.
f.Keselamatan
Pasiendalamberaktivitasdibantuolehkeluarga.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemas
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital :

Head to Toe
a. Kepala
Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering
Mata : simetris, konjungtiva anemis
Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada sekret
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Wajah : tampak pucat dan lemas
b. Dada
Jantung I : IC tidak tampak
P : IC kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II simetris
Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris
P : Fremitus seimbang
P : Sonor
A : Bunyi vesikuler

c. Abdomen I : tidak ada distensi abdomen


A : Peristaltik usus 15 x/menit
P : Tidak teraba massa
P : Tidak kembung

d. Genetalia : genetalia bersih

e.Ektremitas: lemah dalam menggerakkan tangan, CRT > 2 detik


f.Turgorkulit:jelek
g.PemeriksaanPenunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi
pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiografi.

Rencana Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi b/d :

- Penurunan sistem tubuh

- Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi

- prosedur infasif

- Nosokomial.

Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu

- Bebas dari sekresi purulen, bebas dari febris.

INTERVENSI

No Intervensi Raasional

1. Berikan isolasi/pantau Isolasi luka/linen dan mencuci tangan untuk


pengunjung sesui dengan
indikasi drainase luka/pembatasan pengunjung
dibutuhkan untuk melindungi pasien

dan mengurangi kemungkinan infeksi.

2. Cuci tangan sebelum dan Mengurangi kontaminasi silang


sesudah melakukan tindakan

3. Dorong pasien untuk Mencegah penyebaran infeksi melalui


menutup mulut dan hidung droplet
pada waktu batuk/bersin
infeksi.

4. Batasi penggunaan Mengurang jumlah lokasi yang dapat


alat/prosedur infasif jika menjadi tempat masuknya organisme.
memungkinkan

5. Gunakan tehnik steril pada Mencegah masuknya bakteri, mengurangi


waktu penggantian resiko
balutan/penghisapan/berikan
lokasi perawatan, misalnya infeksi nosokomial
infus, kateter.

6. Menggunakan sarung tangan Mencegah penyebaran infeksi/kontaminasi.


dalam perawatan luka

7. Pantau suhu tubuh Demam 38.5 C-40 C efek


endotoksinpada hipotalamus

Hipotermi tanda penurunan perfusi


jaringan

8. Amati adanya menggigil dan Menggigil seringkali mendahului


diaphoresis memuncaknya

suhu adanya infeksi umum

9. Kolaborasi pemeriksaan Identifikasi terhadap portal entry dan


spesimen urine, darah, organisme
sputum, luka dalam
penyebab radang, penting dalam
pewarnaan gram, kultur pengobatan

10. Berikan obat anti infeksi Dapat membasmi/memberikan imunitas


sesuai petunjuk. sementara untuk infeksi umum/penyakit
khusus

ANALISA DATA HIPERTERMI

Data Etiologi MK

DO: Suhu me^ Endotoksin, Peradangan Hipertermi


(>37.5oC) Rangsangan pirogenik lain
normal (lansia)

DS: - Monosit, Makropak, sel Kupffer

Hipotalamus Sitokin

Peningkatan Titik Suhu


Prostaglandin

Demam
2. Hipertermi b/d :

- Peningkatan metabolisme/penyakit

- Dehidrasi

- Efek langsung dari sirkulasi endotosin pada hipotalamus

Tujuan:

Dalam waktu 1 X 24 Jam suhu tubuh pasien kembali normal (36,5-37,5OC)

Kriteria hasil:

- Suhu dalam batas normal

- Bebas dari kedinginan

- Tidak mengalami komplikasi

No Intervensi Rasional

1. Pantau suhu pasien Suhu 38.9C-41.1C menunjukkan proses penyakit


(derajad dan pola), infeksius akut. Pola demam dapat dibantu dalam

perhatian menggigil/ diagnosis. Demam lanjut lebih 24 jam


diaforesis. menunjukkan pneumonia. Demam skarlet (tipoid).
Demam remiten(infeksi paru). Deman

intermiten (kembali normal dalam 24 jam),


endokarditis, TB. Menggigil mendahului puncak

suhu. Penggunaan antipiretik mengubah pola


demam. Bila demam tetap lebih dari 38,9C.

2. Pantau suhu Suhu ruangan dirubah untuk mempertahankan


lingkungan sesuai suhu mendekati normal.

Indikasi

3. Berikan kompres mandi Dapat membantu mengurangi demam.


hangat, Penggunaan air es/alkohol mungkin
menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu
hindari penggunaan secara aktual. Alkohol dapat mengeringkan kulit
alkohol.

4. Kolaborasi memberikan Untuk mengurangi demam aksi sentral


anti hipotalamus membatasi pertumbuhan
microorganisme
piretik, mis ;aspirin, dll.

Febris/Demam
1. Masalah Yang lazim muncul pada klien

2. Hipertemia b/d proses penyakit

3. Resiko injury b/d infeksi mikroorganisme

4. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis

1. Discharge Planning

5. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda tanda kekambuhan dan laporkan dokter /perawat

6. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai denga dosis dan waktu

7. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi

8. Instruksikan untuk kontrol ulang

9. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DO: suhu 390C, kulit Partikel virus, bakteri Hipertermi


kemerahan muncul di tubuh

DS: ibu mengatakan


badan anaknya panas
Difagosit oleh leukosit,
makrofag jaringan, dan
limfosit pembunuh
granular besar

Melepaskan interleukin-1
sebagai respon terhadap
partikel fagosit

Menginduksi
pembentukan
prostaglandin E2 pada
hipotalamus

Muncul reaksi demam

DO: anak terlihat Reaksi demam


berkeringat

DS: ibu mengatakan
nafsu makan anak Suhu tubuh terlalu
hangat

Timbul perasaan gerah

Vasodilatasi pembuluh
darah kulit dan
berkeringat

1. Hipertemia b/d proses penyakit

Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal

Batasan Karakteristik:

kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal

serangan atau konvulsi (kejang)


kulit kemerahan

pertambahan RR

takikardi

saat disentuh tangan terasa hangat

Faktor faktor yang berhubungan :

penyakit/ trauma

peningkatan metabolisme

aktivitas yang berlebih

pengaruh medikasi/anastesi

ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat

terpapar dilingkungan panas

dehidrasi

pakaian yang tidak tepat

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC : Thermoregulation NIC :

Kriteria Hasil : Fever treatment

Suhu tubuh dalam Monitor suhu sesering mungkin


rentang normal
Monitor IWL
Nadi dan RR dalam
rentang normal Monitor warna dan suhu kulit

Tidak ada perubahan Monitor tekanan darah, nadi dan RR


warna kulit dan tidak ada
Monitor penurunan tingkat kesadaran
pusing
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output

Kolaborasikan pemberian anti piretik

Berikan pengobatan untuk mengatasi


penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan tapid sponge

Berikan cairan intravena

Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

Berikan pengobatan untuk mencegah


terjadinya menggigil

Temperature regulation

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya


kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan


akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya pengaturan


suhu dan kemungkinan efek negatif dari
kedinginan

Beritahukan tentang indikasi terjadinya


keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan


penanganan yang diperlukan

Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau


berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan


bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan


setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi


yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2. Resiko injury b/d infeksi mikroorganisme

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management
(Manajemen lingkungan)
Kriteria Hasil :
Sediakan lingkungan yang aman
Klien terbebas dari cedera
untuk pasien
Klien mampu menjelaskan cara/metode Identifikasi kebutuhan keamanan
untukmencegah injury/cedera pasien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan
Klien mampu menjelaskan factor resiko dari
riwayat penyakit terdahulu pasien
lingkungan/perilaku personal
Menghindarkan lingkungan yang
Mampumemodifikasi gaya hidup
berbahaya (misalnya
untukmencegah injury
memindahkan perabotan)
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Memasang side rail tempat tidur
Mampu mengenali perubahan status
Menyediakan tempat tidur yang
kesehatan
nyaman dan bersih

Menempatkan saklar lampu


ditempat yang mudah dijangkau
pasien.

Membatasi pengunjung

Memberikan penerangan yang


cukup

Menganjurkan keluarga untuk


menemani pasien.

Mengontrol lingkungan dari


kebisingan

Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

Berikan penjelasan pada pasien


dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.

3. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke
dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik :

Kelemahan

Haus

Penurunan turgor kulit/lidah

Membran mukosa/kulit kering

Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi

Pengisian vena menurun

Perubahan status mental

Konsentrasi urine meningkat

Temperatur tubuh meningkat

Hematokrit meninggi

Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)

Faktor-faktor yang berhubungan:

Kehilangan volume cairan secara aktif

Kegagalan mekanisme pengaturan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC: Fluid management

Fluid balance Timbang popok/pembalut jika


diperlukan
Hydration
Pertahankan catatan intake dan
Nutritional Status : Food and Fluid
Intake output yang akurat

Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi ( kelembaban


membran mukosa, nadi adekuat,
Mempertahankan urine output sesuai
tekanan darah ortostatik ), jika
dengan usia dan BB, BJ urine normal, diperlukan
HT normal
Monitor vital sign
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit baik, membran Lakukan terapi IV
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan Monitor status nutrisi

Berikan cairan

Berikan cairan IV pada suhu ruangan

Dorong masukan oral

Berikan penggantian nesogatrik


sesuai output

Dorong keluarga untuk membantu


pasien makan

Tawarkan snack ( jus buah, buah


segar )

Kolaborasi dokter jika tanda cairan


berlebih muncul meburuk

Atur kemungkinan tranfusi

Persi

Anda mungkin juga menyukai