A. PENGERTIAN
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal
ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama demam,
tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus
menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat
penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan
sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.
D. PENATALAKSANAAN THERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
E. PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul demam, gejala lain yang
menyertai demam (miasalnya: mual muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan
sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti: pemeriksaan laboratotium, foto rontgent
ataupun USG.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
http://nursingforuniverse.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-pasien-anak-
dengan.html
A. KONSEP DASAR
1) PENGERTIAN
Febris atau demam adalah peningkatan suhu tubuh, melebihi batas normal yaitu diatas
37,4oc.
2) ETIOLOGI
Bakteri
Virus
Imunisasi
Gangguan otak
Bahan toksin
Demam dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksin yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu (hipotalamus).yang dapat menyebabkan efek
perangsang terhadap pusat pengatur suhu tesebut sehingga menyebabkan demam. Zat
pirogen dapat berupa protein pemecah dan zat lain, terutama toksin polisakarida yang
dilepas oleh bakteri toksin atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh.
3) PATOFISIOLOGI
Mekanisme demam timbul dimulai dengan reaksi tubuh terhadap pirogen, pada
mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag
jaringan dan limfosit aranula besar. Seluruh sel ini mencerna hasil pemecahan bakteri
dan mlepaskan zat interleukin -1 kedalam jaringan tubuh yang disebut juga zat pirogen
leukosit atau pirogen endogen, interleukin -1 ketika sampai dihipotalus akan
menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10
menit, interleukin -1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya
bekerja dihipotalamus. Teruatama prostaglandin E2 atau zat yang mirip zat ini. Bekerja
dihipotalamus untuk membangkitan reaksi demam.
bakteri, virus dan bahan toksin
Masuk kedalam tubuh
Difagositosis oleh leukosit mal absorbsi pada saluran
cerna
Hipotalamus
peningkatan kadar asam
peningkatan suhu tubuh gangguan pola istirahat lambung
( demam ) dan tidur
mual & muntah
Hipertermia
anoreksia
Nutrisi tidak adekuat
Gangguan pemenuhan
kebutuhan
nutrisi
MANIFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
1. Peningkatan denyut jantung
2. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Pengeluaran keringat berlebih
6. Rambut pada kulit berdiri
7. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
1. Kulit tampak merah dan hangat
2. Berkeringat
3. Mengigil ringan
4. Kemungkinan mengalami dehidrasi
4) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urine, dan kultur darah.
5) PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pemberian Antipiretik
b) Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
c) Pemberian Cairan perenteral
6) KOMPLIKASI
a) Kejang
b) Dehidrasi
c) hiperplasia
o Aktifitas / istirahat :
keletihan, kelemahan umum,perubahan tonus/ kekuatan otot.
o Sirkulasi :
Peningkatan nadi, sianosis, Tanda-tanda vital tidak normal, peningkatan frekuensi
pernapasan.
o Integritas ego :
Peka terhadap rangsangan, stressor internal/eksternal yang berhubungan dengan
keadaan dan perenggangan
o Eliminasi :
Konstipasi
o Makanan / cairan :
Sensitivitas terhadap makanan, mual/ muntah.
o Neorosensori :
Riwayat trauma kepala dan infeksi serebral
o Riwayat jatuh / trauma
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidak efektifan kerja hipotalamus
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
3) Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
C. RENCANA KEPERAWATAN
Dignosa 1 : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan ketidakefetifan
kerja hipotalamus
Tujuan : demam tidak terjadi lagi
KH : - suhu tubuh kembali normal
- Badan tidak teraba panas lagi
- Tidak terjadi serangan atau kejang
INTERVENSI ( daignosa 1 )
1. Pantau tanda tanda vital pasien
2. Anjurkan untuk banyak istirahat
3. Berikan kompres hangat dibeberapa bagian tubuh seperti : ketiak, lipatan paha dan
belakang leher
4. Anjurkan kepada anak untuk banyak minum
5. Berikan antipiretik
6. Berikan selimut pendingin
INTERVENSI (diagnosa 2 )
1. Bina hubungan teraupetik
2. Beri pengetahuan tentang pentignya nutrisi
3. Beri makanan yang bervariasi dan bergizi
4. Beri makanan yang hangat
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 juni 2010 pada jam 19.00
1. Identitas pasien
Nama : an B
Tanggal lahir : 4 mei 2008
Umur : 2 tahun 1 bulan
Nama ayah : Tn X
Nama ibu : Ny Y
Pekerjaan ayah : SWASTA
Pekerjaan ibu : IRT
Pendidikan ayah: :-
Pendidikan iibu :-
Alamat : Kampung Sumbawa
Agama : Islam
Suku bangsa : Bima / Indonesia
2. Keluhan utama
Badan teraba panas
d. Riwayat sosial
a) Yang mengasuh
Pasien diasuh oleh orang tua kandung
b) Hubungan dengan anggota keluarga
Pasien merupakan anak yang berbahagia
c) Hubungan dengan teman sebaya
Pasien tidak rewel serta selalu ceria
d) Pembawaan secara umum
normal
e) Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan rumahnya terletak didaerah padat penduduk
e. Pengkajian nutrisi
a) Berat badan
Sebelum sakit = 10 kg
Saat sakit = 9 kg
b) Panjang badan
Tidak melakukan anamnesis
c) Kebiasaan pemberian makanan
ebelum sakit : pasien mampu menghabiskan 1 porsi makanya
saat sakit : pasien hanya mampu menghabiskan 3
sendok makanan.
d) Diet khusus
Pasien tidak mempunyai pantangan makanan.
g. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pasien terlihat lemah
b. Pengukuran antropometri (BB,TB,LILA,LK,LD)
BB= 8 Kg.
Tidak melakukan anamnesis TB, LILA, LK, dan LD
c. Tanda- tanda vital
S = 39OC , N = 100/ menit , R = 28/ menit
d. Kepala
Rambut pasien terlihat baik,warna hitam pekat, tidak kusam dan tidak terjadi
kerontokan
e. Mata
Skelera dan konjungtiva tampak normal,gerakan bola mata normal, tidak ada tanda
infeksi,serta tidak ada alat bantu penglihatan
f. Hidung
Terlihat bersih,tidak ada serumen atau mimisan tidak ada polip serta tidak ada napas
cuping hidung
g. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat, kebersihan mulut cukup bersih, bentuk normal,serta jumlah
gigi tidak terkaji
h. Telinga
Noal dan tidak ada serumen,serta tidak ada kelainan.
i. Dada
- Jantung
Tidak terdengar suara jantung tambahan, irama dan frekuensi jantung normal
- Paru-paru
Dada simetris baik kiri maupun kanan, idak ada suara ronchy, serta tidak ada suara
jantung tambahan
j. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen normal,tidak ada pembesaran
Palbasi : tidak teraba adanya pembesaran limfa
Perkusi : tidak ada kembung / distensi abdomen
Auskultasi : peristaltik usus normal
k. Genitalia
Cukup bersih dan tidak ada kelainan
l. Ekstermitas
Kekuatan otot ekstermitas atas dan bawah normal, tampak terpasang infuse R/L
dilengan kanan
m. Kulit
Kulit teraba panas, kulit cukup lembab dan tidak ada tanda-tanda ruam kulit serta
tampak keluar keringat berlebih.
d. Diet
Tidak dilakukan anamnesis
h. Pengelompokkan Data
Data Subyektif :
1. keluarga mengatakan bahwa anaknya panas
2. keluarga mengatakan bahwa anaknya tidak mau makan, dan bila makan dimuntahkan
kembali
Data Obyektif :
1. kulit teraba panas
2. tanda- tanda vital
- S = 39o c
- N = 100 / menit
- R = 28 / menit
3. Keluar keringat berlebih
4. Muntah 1
5. Makan minum kurang
6. Berat badan sebelum sakit = 10 Kg
Berat badan saat sakit = 9 Kg
7. pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok makanan
8. keadaan umum lemah
9. mukosa bibir tampak pucat
B. ANALISA DATA
Nama : an F no RM :-
Umur : 2 thn 1 bln ruangan : VIP
Diagnosa medis : febris
No. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 DS: keluarga mengatakan Proses inflamasi hypertermi
bahwa anaknya panas kuman
DO :- kulit teraba panas
-tanda tanda vital
S= 39oC
N= 100X/ menit
R= 28X menit
- keadaan umum lemah
- keluar keringat berlebih
- keaadaan umum lemah
2 Potensial
Intake yang
DS : keluarga mengatakan terjadinya
kurang
bahwa anaknya tidak mau gangguan
makan, dan bila makan kebutuhan
dimuntahkan kembali nutrisi
DO: -muntah 1
- mukosa bibir tampak pucat
- makan minum kurang
- BB sebelum saki t=9 Kg
- BB saat sakit =10 Kg
- pasien hanya mampu
menghabiskan 3 sendok
makanan
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : an F no, RM :-
Umur : 2 thn 1 bln ruangan : VIP
D. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : an F no RM :-
Umur : 2 thn 1 bln ruangan : VIP
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiah, editor setiawan s, kep. Buku keperawatan anak sakit EGC. Jakarta,1997.
http://sahrilramadhan.blogspot.com/2011/06/askep-febris.html
Selasa, 24 Januari 2012
askep febris
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe
demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten
untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal
ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap inveksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta
penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam
adala cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius
dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif
dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Suhu badan lebih 37,2 C
2. Banyak berkeringat
3. Pernafasan meninggil
4. Menggigil
E.PATOFISIOLOGI
Tubuh telah mengembangkan suatu sistem pertahanan yang cukup ampuh terhadap infeksi dan
peningkatan suhu tubuh memberikan suatu peluang kerja yang optimal untuk sistem pertahanan
tubuh. Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu
hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah suatu protein yang
identik dengan interkulin-1. di dalhipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat
serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan
suatu pireksia. Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi
perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat
bertambah tinggi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan
penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa
demam bertambah.
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi
atau limfangiografi.
G. PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
H.KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Orang tua klien mengatakan klien sudah 3 hari yang lalu mengalami panas.
- Panas muncul secara tiba tiba dan semakin hari panasnya semakin naik.
- Setelah dilakukan tindakan baik keperawatan maupun tindakan medis selama 3 kali 24 jam
panas klien turun secara berangsur angsur.
- Memberikan kompres air hangat kepada klien
Memberikan obat antipiretik kepada klien
Memberikan obat antibiotik kepada klien
- Kondisi klien saat dikaji orang tua klien mengatakan panasnya sudah agak menurun dari pada
yang sebelumnya, temperatur klien saat dikaji 38,5 derajat.
b. Riwayat kesehatan lalu
- Orang tua klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami atau menderita penyakit berat
sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien pernah mendapatkan program imunisasi BCG, DPT, MMR.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mendapatkan tindakan medis maupun
keperawatan sebelumnya.
- Orang tua klien mengatakan klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi sebelumnya, baik
alergi makanan, obat obatan, zat/ substansi dll.
- Orang tua klien mengatakan sebelum dibawah kerumah sakit klien mendapatkan pengobatan
bebas ( parasetamol) dirumah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga.
- Orang tua klien mengatakan tidak mempunyai penyakit berat sebelumnya akan tetapi nenek
klien pernah menderita penyakit asma.
- Nenek klien pernah menderita penyakit asma.
- Genogram keluarga klien. :
Keterangan
: Penderita/Klien
--------- : Tinggal Serumah
4. Riwayat Psikososial
- Orang tua klien mengatakan apabila dirumah klien aktif dalam melakukan tindakan.
- Orang tua klien mengatakan jika dirumah klien bermain dengan teman sejawatnya.
- Orang tua klien mengatakan apabilah dirumah klien tidak rewel, akan tetapi saat dirumah sakit
klien cenderung rewel.
- Orang tua klien mengatakan tidak terlalu memfikirkan beban biaya rumah sakit karena orang tua
klien memiliki asuransi kesehatan keluarga.
- Klien cenderung pendiam dan tidak aktif dalam bermain.
5. Riwayat Spiritual.
- Ritual yang biasa dijalankan : -
6. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaaan umum klien
- Tanda tanda dari distress : klien sering rewel
- Penampilan dihubungkan dengan usia : -
- Ekspresi wajah,bicara, mood : wajah klien nampak pucat, bicaranya lemah, kliean tidak terlalu
mood dalam melakukan aktivitas.
- Berpakaian dan kebersihan umum : kliean mandi 2 hari sekali dan selalu mengati pakaiannya.
- Tinggi badan, BB, gaya berjalan : 100 cm, 20 Kg, Gaya berjalan normal seperti anak - anak pada
umumnya.
B. Tanda - tandaVital :
- Suhu : 38,5 derajat
- Nadi : 77 kali/menit
- Pernafasan : 29 kali/ menit
- Takanan darah : -
C. Sistem Pernafasan
- Hidung : Inspeksi :kesimetrisan (+), pernafasan cuping hidung (-) adanya secret atau polip (-),
passase udara (-).
- Leher : Inspeksi dan palpasi : pembesaran kelenjar (-), tumor (-).
- Dada : Inspeksi ;bentuk dada ( normal), ukuran ( sama ), gerakan dada ( kiri dan kanan
seimbang, retraksi (-), keadaan PX ( normal)
Auskultasi :suara nafas ( normal), suara nafas tambahan (-).
Palpasi : Clubbing finger (-).
D. Sistem Kardiovaskuler.
- Inspeksi : Conjungtiva (anemia), bibir (pucat), pembesaran jantung (-)
- Palpasi :Arteri carotis (normal), Tekanan vena jugularis (normal), Ictus cordis/apex (teraba
diantara costa 4)
- Auskultasi : suara jantung tambahan (-), bising aorta (-), murmur (-), gallop (-), tricuspidalis dan
mitral (-).
E. Sistem Pencernaan.
- Inspeksi : seklera (-), bibir (kering), Mulut (stomatitis (-), jumlah gigi (22 buah), kemampuan
menelan (-), gerakan lidah (-).
- Gaster : kembung (-), gerakan peristaltik (-)
- Abdomen
Inspeksi ; tidak ditemukan luka, bentuk simetris.
Palpasi :
Tidak ditemukan pembesaran di kuadran I - IV
Tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : bising usus (+)
- Anus : kondisi (normal).
F. Sistem Indra
1) Mata
Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+), lipatan epikantus dengan ujung atas telinga (+).
Visus (+)
Lapang pandang (+)
2) Hidung
Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-).
Secret yang menghalangi penciuman (-).
3) Telinga
Keadaan daun telinga (+), operasi telinga (-)
Kanal auditoris (+)
Membran tympani (+)
Fungsi pendengaran (+).
G. Sistem Saraf.
1. Fungsi celebral
Status mental : daya ingat (+), perhatian dan perhitungan (+), bahasa (+).
Kesadaran : GCS 7
Bicara : expresive dan reseptive (-).
2. Fungsi cranial
Saraf cranial I s/d XII (+)
3. Fungsi motorik
Massa (-)
Tonus dan kekuatan otot (+4)
4. Fungsi sensorik
Suhu : 38,5 derajat
Nyeri : (+)
Getaran posisi dan diskriminasi : (-)
5. Fungsi cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan (+)
6. Refleks
Ekstermitas atas : (+4)
Ekstermitas bawah : (+4)
Superficial : (+4)
H. Sistem Muskuloskeletal
Kepala : bentuk kepala bundar
Vertebrae : Normal
Pelvis : Normal
Lutut : Normal
Kaki : Normal
Bahu : Simetrsis, normal
Tangan : Normal
I. Sistem Integumen
Rambut : tebal, warna hitam dan halus.
Kulit : warna pucat, temperatur ( 38,5 derajat), kelembaban (-), bulu kulit (halus), tahi lalat ( di
bawah bibir sebelah kiri ), ruam (-).
Kuku : warna (putih bening), mudah patah (-), kebersihan (+).
J. Sistem Endokrin
Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
Percepatan pertumbuhan : Normal
Gejala keratinisme atau gigantisme : (-)
Ekskresi urin berlebihan (-), polidipsi (-), poliphagi (-)
Suhu tubuh yang tidak seimbang (+), keringat berlebihan (+), leher kaku (-).
Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : (-).
K. Sistem Perkemihan
Edema Palpebra (-)
Moon face (-)
Edema Anasarka (-)
Keadaan kandung kemih (+)
Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-).
Penyakit hubungan seksual (-).
L. Sistem Reproduksi
Keadaan glendpenis : tidak dikaji
Testis : tidak dikaji
Pertumbuhan rambut : tidak dikaji
Pertumbuhan jakun : tidak dikaji
Perubahan suara : tidak dikaji
M. Sistem Imun
Alergi (-)
Imunisasi : BCG, DPT, MMR
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu (+)
Riwayat transfusi dan reaksinya : (-)
7. Aktivitas Sehari hari
Nutrisi
- Selera makan : menurun
- Menu makan dalam 24 jam : BSTIK
- Frekuensi makanan dalam 24 jam : 2 kali sehari
- Makanan yang disukai : telur mata sapi
Makanan pantangan : sayur wortel
- Pembatasan pola makan : (-)
- Cara makan : menggunakan sendok dan piring
- Ritual sebelum makan : membaca doa sebelum makan
Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam : air putih dan susu
- Frekuensi minum : tidak menentu
- Kebutuhan cairan dalam 24 jam : tidak diketahui
Eliminasi ( BAB & BAK )
- Tempat pembuangan : toilet
- Frekuensi : tidak diketahui
Kapan : -
Teratur : -
- Konsistensi : padat
- Kesulitan dan cara menanganinya : tidak
- Obat obat untuk memperlancar BAK/BAB : -
Istirahat Tidur
- Apakah cepat tertidur : (+)
- Jam tidur : siang 3 jam dan malam hari 9 jam (dirumah), siang 2 jam dan malam 5 jam ( di RS )
- Bila tidak dapat tidur apa yang di lakukan : orang tua klien mengendong dan mengajak jalan
jalan
- Apakah tidur secara rutin : iya.
Personal Hygiene
- Mandi : frekuensi ( 2 kali sehari ), alat mandi : gayun, kesulitan (-), mandiri/dibantu : dibantu,
cara : seperti biasanya.
- Cuci rambut : 3 kali dalam seminggu
- Gunting kuku : 1 kali dalam 2 minggu.
- Gosok gigi : 2 kali sehari.
Aktivitas / mobilitas fisik
- Kegiatan sehari hari : bermain dan belajar
- Pengaturan jadwal harian : -
- Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : (-)
- Kesulitan pergerakan tubuh : (-)
Rekreasi
- Bagaimana perasaan anda saat bekerja : tidak dikaji
- Berapa banyak waktu luang : tidak dikaji
- Apakah puas setelah rekreasi : tidak dikaji
- Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang : tidak dikaji
- Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja : tidak dikaji
8. Test Diagnostik
Laboratorium
- Hemoglobin : 14, 8
Normal L: 13,5 18,09 /dl
P: 11,5 16,09 /dl
- Leukosit : 2.800
Normal : 3.300 / 10.300 / cmm
- LED : 15 22
Normal L: 6 15 mm
P: 0 20 mm
- Hitung jenis : 0/0/1/73/26/0
Normal : 1-2/0-1/3-5/54-62
25 33/3-7
- Hematokrit : 47,0
Normal L : 40 54 %
P : 35 47 %
- Trombosit : 262.000
Normal : 130.000 450.000
- Eritrosit : 4.980.000
Normal L : 4,5 6,5 juta / cmm
P : 3,0 6,0 juta / cmm
- Widal :
O : Post 1/400 ( N. Negative )
H : Post 1/200 ( N. Negative )
PA : Negt / - ( N. Negative )
PB : Post 1/400 ( N. Negative)
Ro foto : -
CT Scan : -
MRI, USG, EEG, ECG, dll : -
9. Terapi Saat Ini.
Antipiretik : Parasetamol
Antibiotik
NS
DATA FOKUS
NAMA PASIEN : AN. S
NO REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF
Bibir kering Orang tua klien mengatakan klien selama 3
Suhu badan 38,5 derajat
hari mengalami panas tinggi.
Banyak berkeringat
Pernafasan meninggi Orang tua klien mengatakan klien sering rewel.
Mengigil
Kulit kering
Sering menangis
Sulit tidur
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Orang tua klien mengatakan klien Hypertermi Proses infeksi
selama 3 hari mengalami panas tinggi
DO :
Bibir kering
Suhu badan 38,5 derajat
Mengigil
Kulit kering
2 DS : Orang tua klien mengatakan klien Resiko kekurangan Intake yang kurang
selama 3 hari mengalami panas tinggi volume cairan dan deperosis
DO :
Suhu badan : 38,5 derajat
Mengigil
Banyak berkeringat
3 DS : Orang tua klien mengatakan klien Cemas Hipertermi
sering rewel.
DO :
Klien sering menangis
Sulit tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
NO MASALAH / DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI
1. Hipertermi berhubungan dengan proses 28 November 2011 1 Desember 2011
infeksi
2. Resiko kekurangan volume cairan 28 November 2011 1 Desember 2011
berhungan dengan intake yang kurang
dan deperosis
3. Cemas berhubungan dengan hipertermi 28 November 2011 1 Desember 2011
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL NDX. DAN DATA TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL
PENUNJANG KRITERIA HASIL TINDAKAN
28/11/2011 1 Setelah dilakukan Pantau suhu
tindakan klien (derajat
DS : Orang tua klien
keperawatan dan pola)
mengatakan klien selama 3 x 24 jam perhatikan
klien menujukan menggigil/diafo
selama 3 hari
temperatur dalan r
mengalami panas batas normal Pantau suhu
dengan kriteria: lingkungan
tinggi
Bebas dari Berikan
DO : kedinginan kompres hangat
Suhu tubuh stabil hindri
Bibir kering
36-37 C penggunaan
Suhu badan 38,5
akohol
derajat Berikan miman
Mengigil sesuai
Kulit kering kebutuhan
Kolaborasi
untuk
pemberian
antipiretik dan
antibiotik
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : AN. S
NO. REKAM MEDIK : 20 08 1989
RUANG RAWAT : Ruang Anak Di Kamar Anggrek
TGL KODE JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL
NDX (WIB)
29/11 1 15.00 Memantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
Memantau suhu lingkungan
Memberikan kompres hangat hindri
Memberikan minum sesuai kebutuhan
Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian antipiretik
dan antibiotic
- Sedikit menggil
2 - Kulit tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Masih berkeringat
- Menggil berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Tidak mengigil
- Kulit normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
2
S : orang tua klien mengatakan bahwa kien sudah tidak panas lagi
O : - Suhu 37
3
- Tidak mengigil
- Tidak berkeringat
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
A. Pengertian
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Corwin, Elizabeth J,
2000).Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 C (Oswari, E, 2006). Demam terjadi
karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen
yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Noer, Sjaifoellah,2004).
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi perifer sehingga
pengeluaran (dissipation) panas menurun dan pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi
lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan produksi panas
dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka rasa demam bertambah pada pasien.
B. Patofisiologi
Dengan adanya peningkatan titik patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal untuk
menaikkan suhu tubuh. Tubuh berespon dengan menggigil dan peningkatan metabolisme basal.
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukkan interleukin-1, yang disebut pirogen
endogen. Interleukin-1 dibebaskan oleh neurofil aktif, makrofag, dan sel- sel yang mengalami cedera.
Interleukin-1 tampakanya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin, yang merangsang
hipotalamus.
C. Tipe-tipe Demam
1. Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada mlam hari dan
turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhuyang dicatat pad demam septic.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi duahari
bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari ayng diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
D. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga gangguan pada pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan
otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus prlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,
sifat harian demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus
menerus selama 3 minggu dengan suhu badan diatas 38,3 C dan tetap belum ditemukan penyebabnya
walaupun telah diteliti ssatu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan
penunjang lainnya.
E. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui
biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi,
aortografi, atau limfangiografi.
F. Penatalaksanaan therapeutik
r es.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak
kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
- Sistem persepsi sensori
- Sistem persyarafan : kesadaran
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integumen
- Sistem perkemihan
4. Pemeriksaan penunjang
a) laboratorium
b) foto rontgent
c) USG
I. Discharge Planning
1. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau perawat
6. J. Rencana Keperawatan
7. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Hipertemia Setelah dilakukan tindakan Mengontrol panas
berhubungan dengan perawatan selama .X 24 jam, Monitor suhu minimal tiap 2 jam
proses penyakit. pasien mengalami Monitor suhu basal secara kontinyu
Batasan keseimbangan termoregulasi sesui dengan kebutuhan.
karakeristik : dengan kriteria hasil : Monitor TD, Nadi, dan RR
kenaikan suhu Suhu tubuh dalam rentang Monitor warna dan suhu kulit
tubuh diatas rentang normal 35,9 C 37,5 C
Monitor penurunan tingkat
normal Nadi dan RR dalam rentang kesadaran
serangan atau normal Monitor WBC,Hb, Hct
konvulsi (kejang) Tidak ada perubahan warna Monitor intake dan output
kulit kemerahan kulit Berikan anti piretik
pertambahan RR Tidak ada pusing Berikan pengobatan untuk mengatasi
takikardi penyebab demam
saat disentuh Selimuti pasien
tangan terasa hangat Lakukan Tapid sponge
Berikan cairan intra vena
Kompres pasien pada lipat paha,
aksila dan leher
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature Regulation
Monitor tanda- tanda hipertermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan
Berikan obat antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
Gunakan matras dingin dan mandi
air hangat untuk mengatasi gangguan
suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan
Lepasakan pakaian yang berlebihan
dan tutupi pasien dengan hanya
selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum,
selama, dan sesudah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya tekanan nadi yang
melebar , bradikardi, peningkatan
sistolik (Chusing Triad)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan tindakan Sediakan lingkungan yang aman
berhubungan dengan keperawatan selama x 24 jam, untuk pasien
infeksi pasien tidak mengalami injury. Identifikasi kebutuhan keamanan
mikroorganisme Risk Injury pasien sesuai dengan kondisi fisik
Kriteria Hasil : dan fungsi kognitif pasien dan
Klien terbebas dari cidera riwayat penyakit terdahulu pasien
Klien mampu menjelaskan Menghindari lingkungan yang
cara/metode untuk mencegah berbahaya misalnya memindahkan
injury atau cedera perabotan
Klien mampu menjelaskan factor Memasang side rail tempat tidur
resiko dari lingkunga atau Menyediakan tempat tidur yang
perilaku personal
nyaman dan bersih
Mampu memodifikasi gaya
Meletakan saklar lampu ditempat
hidup untuk mencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau pasien
yang ada Membatasi pengunjung
Mampu mengenali perubahan Memberikan penerangan yang cukup
status kesehatan Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
volume cairan keperawatan selama x 24 jam, Pertahankan catatan intake dan
dengan faktor resiko fluid balance dengan kriteria output yang akurat
faktor yang hasil : Monitor status
mempengaruhi Mempertahankan urine output dehidrasi( kelembaban membrane
kebutuhan cairan sesuai dengan usia dan BB, BJ mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
(hipermetabolik) urine normal, HT normal ortostatik)
Tekanan darah, nadi, suhu Monitor vital sign
tubuh dalam batas normal Monitor asupan makanan/ cairan dan
Tidak ada tanda- tanda hitung intake kalori harian
dehidrasi, elastisitas turgor kulit Lakukan terapi IV
baik, membrane mukosa Monitor status nutrisi
lembab, tidak ada rasa haus
Berikan cairan
yang berlebihan.
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogastrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
Anjurkan minum kurang lebih 7-8
gelas belimbing perhari
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Atur kemungkinan transfusi
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-febris.html
LP Febris (Demam)
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS / DEMAM
Pengertian Demam
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam
otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau
lebih. Ada juga
yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh
lebih dari
400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000)
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal.
B. Etiologi Demam
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain.
(Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak
sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya:
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara
tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas
38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah
diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang medis lainnya.
D. Patofisiologi Demam
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan
suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set
point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi
atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke
tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar
tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme
atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus
1. pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan
pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang
aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi
zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino
yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai
yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat
pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai
suhu baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin
malahan
kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)
C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan
atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat
yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiografi.
F. Penatalaksanaan Demam
1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang.
Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak,
karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke
otak akan
berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan
berakibat rusaknya sel sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan
suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan
tubuh ini dapat
terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas
tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi
(keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku.
2. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat
dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian
tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan
pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh
darah tepi di
kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal
yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran
panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1 sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the
sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok
takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.
3. PROGNOSIS
4. Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan
tidak menyebakan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara
25 50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk
mendapatkan
5. epilepsi rendah. (Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid
2
6. Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 435 437)
KOMPLIKASI
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
PENGKAJIAN
1. Melakukan anamnese riwayat penyakit meliputi : sejak kapan timbul
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya : mual muntah,
nafsu makan, diaforesis, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah anak
menggigil, gelisah atau lhetargi, upaya yang harus dilakukan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik.
3. Melakukan pemeriksaan ensepalokaudal : keadaan umum, vital sign.
7. 4. Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti : pemeriksaan
laboratotium, foto rontgent ataupun USG
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan dengan
nafsu makan yang menurun.
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Hypertermi berhubungan dengan proses
infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
menujukan temperatur dalan batas normal
Kriteria hasil :
1. Bebas dari kedinginan
2. Suhu tubuh stabil 36-37 C
Intervensi :
1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil/diaforsis
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
3. Berikan kompres hangat hindari penggunaan akohol
4. Berikan minuman sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
Diagnosa Keperawatan : Resiko injuri berhubungan dengan kejang
berulang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam anak
bebas dari cidera
8. Kriteria hasil :
1. menunjukan homeostatis
2. tidak ada perdarahan mukosa dan bebas dari komplikasi lain
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda komplikasi lanjut
2. Kaji status kardiopulmonar
3. Kolaborasi untuk pemantauan laboratorium: monitor darah rutin
4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik
Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan intake yang kurang dan deperosis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam volume
cairan adekuat
Kriteria hasil :
1. tanda vital dalam batas normal
2. nadi perifer teraba kuat
3. haluran urine adekuat
4. tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi :
1. Ukur/catat haluaran urine dan berat jenis. Catat ketidakseimbangan
masukan dan haluran kumulatif
2. Pantau tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
3. Palpasi denyut perifer
4. Kaji membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa
halus
5. Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai indikasi
6. Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah merah, BUN,cre,
Elek,LED, GDS
9. DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang
Lazim Terjadi Pada Anak. PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika :
Jakarta
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention
Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Outcame
Classsification (NOC). Mosby, St. Louise.
NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-
2002), Philadelphia.
Sumber : http://stikesaisyiyahsurakarta-
kepanak.blogspot.com/2010/07/askep-febris.htm
http://penadalamseni.blogspot.com/2011/02/askep-febris.html
Febris (demam) yaitu meningkatnya temperature tubuh secara abnormal (Asuhan Keperawatan
Anak 2001).
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 38
C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Etiologi Febris
Suhu lingkungan.
Adanya infeksi.
Pneumonia.
Malaria.
Otitis media.
Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia,
2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.
Klasifikasi Febris
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
KLASIFIKASI FEBRIS
Pemeriksaan Diagnostik
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD
dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa
perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum
glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
Penatalaksanaan Febris
1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan
apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak
cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel
otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknyaMinuman yang diberikan dapat
berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah
agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu
tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi
karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak
dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air
hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal
yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas
tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
c. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Komplikasi Febris
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
3. KeluhanuUtama
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, lemes, (
umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu makan
menurun, diaforesis, gangguan eleminasi, nyeri otot dan sendi).
3. Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan
nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi
panasnya belum turun juga.
c.Personalhygiene
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan mandi 2 x/hari dan gosok gigi 2 x/hari, keramas2hari1x.
Setelah sakit : ibu pasien mengatakan mandi disiplin 2 x/hari pagi dan sore.
d.Psikososialdanpsikologis
ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel dan tidak seaktif sebelum sakit
sertajarangbermaindengantemandankeluarga.
f.Keselamatan
Pasiendalamberaktivitasdibantuolehkeluarga.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemas
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital :
Head to Toe
a. Kepala
Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering
Mata : simetris, konjungtiva anemis
Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada sekret
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik
Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Wajah : tampak pucat dan lemas
b. Dada
Jantung I : IC tidak tampak
P : IC kuat angkat
P : Batas jantung tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II simetris
Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris
P : Fremitus seimbang
P : Sonor
A : Bunyi vesikuler
Rencana Keperawatan
- prosedur infasif
- Nosokomial.
Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu
INTERVENSI
No Intervensi Raasional
Data Etiologi MK
Hipotalamus Sitokin
Demam
2. Hipertermi b/d :
- Peningkatan metabolisme/penyakit
- Dehidrasi
Tujuan:
Kriteria hasil:
No Intervensi Rasional
Indikasi
Febris/Demam
1. Masalah Yang lazim muncul pada klien
4. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis
1. Discharge Planning
5. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda tanda kekambuhan dan laporkan dokter /perawat
Melepaskan interleukin-1
sebagai respon terhadap
partikel fagosit
Menginduksi
pembentukan
prostaglandin E2 pada
hipotalamus
Vasodilatasi pembuluh
darah kulit dan
berkeringat
Batasan Karakteristik:
pertambahan RR
takikardi
penyakit/ trauma
peningkatan metabolisme
pengaruh medikasi/anastesi
dehidrasi
Selimuti pasien
Temperature regulation
Membatasi pengunjung
Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
3. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaporesis
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke
dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
Kelemahan
Haus
Hematokrit meninggi
Berikan cairan
Persi