Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

Disusun oleh kelompok 3:

Anita Astuti 2011166006 Rahmat Hidayat 2011166601


Dien Fadillah 2011166204 Ratih Oktaviani 2011166603
Fenni Indrayati 2011166201 Sandra Moreyna 2011166014
Fenny Arzi 2011166001 Sekar Dyka Pratiwi 2011165373
Intan Ayuza 2011165993 Sonia Putri Sihaloho 2011166737
Nora Situmeang 2011166010 Winda Gaolis 2011165996

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah Studi Kasus ini dengan baik.Makalah studi kasus ini
penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.

Tugas makalah ini berisi tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes
Melitus”. Selama proses penyusunan Makalah studi kasus ini,penulis tidak lepas dari bimbingan,
dukungan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini serta perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 24 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
KATA PPENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ ......... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
1.5 Klarifikasi Istilah ........................................................................ 4
1.6 Analisa Masalah.......................................................................... 5
1.7 Mind Maping .............................................................................. 7
1.8 Learning Objektif ........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Diabetes Melitus ......................................................... 9
2.2 Prevelensi Diabetes Melitus ......................................................... 9
2.3 Anatomi Fisiologi Pankreas ......................................................... 10
2.4 Klasifikasi Diabetes Melitus ........................................................ 11
2.5 Etiologi Diabetes Melitus ............................................................. 12
2.6 Manifestasi Diabetes Melitus ....................................................... 14
2.7 Patofisiologi ................................................................................ 14
2.8 Pathway Diabetes Melitus ............................................................ 17
2.9 Komplikasi .................................................................................. 17
2.10 Pemeriksaan Penunjang........................................................... ....... 20
2.11 Penatalaksanaan Klinis ................................................................ 20
2.12 Asuhan keperawatan Diabetes Melitus ......................................... 22

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................ 31
B. Saran .......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus mengalami
peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara berkembang, sehingga
dikatakan bahwa diabetes melitus sudah menjadi masalah kesehatan global di masyarakat
(Suiraoka, 2012).
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Perkeni,
2015). Menurut American Diabetes Association (2020), penyakit DM dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) tipe yaitu: DM tipe I, DM tipe 2, DM Gestasional, dan jenis diabetes
spesifik yang muncul sebagai hasil dari penyakit Iain (diabetes neonatal, penyakit pada
pankreas eksokrin seperti fibriosiskistik dan pankreatitis, dan induksi Obat atau bahan kimia
atau setelah transplantasi organ). betesMellitus tipe I terjadi akibat adanya reaksi autoimun
yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas dan berdampak pada penurunan produksi
insulin. Berbeda dengan DM Tipe l, pada Diabetes Mellitus tipe 2 produksi dan kadar insulin
dalam tubuh masih normal akan tetapi kondisi hiperglikemia terjadi akibat sel tubuh yang
kurang sensitif terhadap hormon insulin. Penurunan sensitivitas sel tubuh terhadap insulin
dikenal dengan istilah resistensi insulin yang secara kronis menyebabkan gangguan dalam
stimulasi transporter glukosa sehingga uptake glukosa darah menjadi menurun. DM
gestasional adalah permasalahan pada wanita yang mengalami resistensi terhadap insulin dan
terjadi pertama kali pada saat masa kehamilan. DM adalah salah satu permasalahan
kesehatan masyarakat yang penting dan menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular
yang menjadi prioritas pemerintah. Menurut WHO, jumlah kasus dan prevalensi DM terus
meningkat selama beberapa dekade terakhir khususnyaDiabetes Mellitus tipe 2 (WHO,
2018).
Jumlah penderita diabetes telah meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422
juta pada tahun 2014, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan
menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan juta kematian secara langsung
disebabkan oleh diabetes. Hampir setengah dari semua kematian akibat glukosa darah tinggi

1
terjadi sebelum usia 70 tahun.WHO memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab
kematian ke tujuh di tahun 2030 (WHO, 2017).
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang jumlahnya
mengalami peningkatan cukup signifikan. Menurut Dinkes Bantul (2016) bahwa pada tahun
2015 penyakit diabetes melitus menduduki peringkat ke empat dari distribusi sepuluh besar
penyakit di puskesmas seKabupaten Bantul dengan jumlah penderita sebanyak 17.088 orang.
Pada tahun 2016 penderita penyakit diabetes tetap menduduki peringkat ke empat dengan
jumlah penderita diabetes melitus lebih banyak yaitu sebanyak 20.969 orang (Dinkes Bantul,
2017).
Tujuan dari penatalaksanaan DM adalah untuk mencapai 2 target utama yaitu menjaga
gula darah agar tetap normal dan mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya
komplikasi. Menurut American Diabetes Association (ADA) di Tahun 2020, pengobatan lini
pertama untuk pasien dengan DM adalah melalui terapi non farmakologi yaitu dengan cara
motivasi untuk perubahan gaya hidup seperti penurunan berat badan, kebiasan makan, dan
juga peningkatan aktivitas sebagai lini pertama. Apabila perubahan gaya hidup masih belum
mampu mengontrol kadar gula darah pasien secara signifikan, maka perlu dikombinasikan
dengan terapi farmakologi dengan penggunaan Obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau
suntikan yang dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi (Ostawaletal., 2016; Perkeni,
2015).
Terapi anti hiperglikemia yang tersedia dan sangat luas digunakan di Indonesia saat ini
antara lain adalah golongan biguanid, sulfonilurea, tiazolidinedion, penghambat
aglukosidase, agonis glucagon-likepeptide-I (GLP-I), dan penghambat sodium glucose
cotransporter-2 (SGLT2). Salah satu terapi farmakologi yang saat ini banyak digunakan
dalam terapi pada pasien DM adalah agonis GLP-I yang merupakan pendekatan baru untuk
pengobatan DM. GLP-I adalah salah satu jenis hormon inkretin yang normalnya disintesis di
usus untuk membantu merangsang sekresi insulin terhadap adanya asupan makanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Diabetes Melitus?
2. Apa saja Klasifikasi Diabetes Melitus?
3. Apa saja Etiologi Diabetes Melitus?

2
4. Apa saja Manifestasi Diabetes Melitus?
5. Bagaimana Patofisiologi?
6. Apa Komplikasi Diabetes Melitus?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang diabetes mellitus?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Klinis diabetes mellitus?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan Diabetes Melitus?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang Asuhan keperawatan pada pasien
dengan Diabetes Melitus.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus dalam menyusun makalah ini adalah penulis bertujuan untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah keperawatan medikal bedah II yang telah diberikan oleh dosen
pembimbing serta mahasiswa dapat mampu :
1. Mengetahui Pengertian Diabetes Melitus
2. Mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Mengetahui Etiologi Diabetes Melitus
4. Mengetahui Manifestasi Diabetes Melitus
5. Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus
6. Mengetahui Komplikasi Diabetes Melitus
7. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang
8. Mengetahui Penatalaksanaan Klinis Diabetes Melitus
9. Mengetahui Asuhan keperawatan Diabetes Melitus

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam asuhan keperawatan
pada klien denga diabetes mellitus.

3
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan pembelajaran
tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus.
b. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk menunjang
proses pembelajaran

SKENARIO

“ Tn A umur 50 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan merasa sering lemah,dan


penurunan BB sekitar 10 kgsejak 1 bulan yang lalu.Pasien sebelumnya sangat gemuk
dengan IMT 28 kg/M^2.Pasien juga mengeluh mata kabur ,sering buang air kecil.cepat
haus dan lapar .setelah dilakukan pemeriksaan lab di dapatkan nilai GDS 400 g/dl,nilai
elektrolit,profil lipid dalam nilai tidak normal”.sebelumnya pernah berobat ke klinik dan
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang makannya,olahraga,pengobatan dan
pemantauan gula darah.

1.5 Klarifikasi Istilah


1. IMT
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan hasil bagi
antara berat badan (BB) dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan (TB) dalam
meter
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
Rumus IMT = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑀)

2. GDS
Gula darah sewaktu adalah tes gula darah yang dilakukan pada saat itu juga. Tes
glukosa darah sewaktu dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien tanpa
melakukan puasa terlebih dahulu untuk dapat mengetahui kadar gula darah pada saat
itu.Glukosa darah sewaktu tidak mengharuskan pasien untuk berpuasa seperti pada tes

4
gula darah puasa atau mengonsumsi gula dalam jumlah tertentu seperti pada tes
glukosa 2 jam PP
3. Nilai elektrolit
kondisi saat kadar elektrolit tidak seimbang dan seimbang, sehingga bisa memicu
gangguan kesehatan. Dimana nilai normal dari kadar elektrolitnya yaitu: Natrium
(Na+): 135 – 145 mEq/L, Kalium (K+): 3,5 – 5,3 mEq/L dan Klorida (Cl‾): 100 – 106
mEq/L.

4. Profil lipid
Analisis lipoprotein yang dapat mengukur kadar darah dari jumlah kolesterol, LDL
kolesterol, HDL kolesterol, dan trigliserida. Tes kolesterol termasuk pada panel lipid
yang terdiri dari total kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida.

5. Pemeriksaan Lab
suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau
sampel dari pasien dalam bentuk darah, sputum (dahak), urine (air kencing/air seni),
kerokan kulit, dan cairan tubuh lainnya dengan tujuan untuk menentukan diagnosis
atau membantu menegakkan diagnosis penyakit

6. Gula Darah
Gula darah yaitu istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam tubuh / darah,
konsentrasi gula darah , atau tingkat glukosa serum , yang di atur dengan ketat di
dalam tubuh, glukosa yg di alir kan di dalam darah adalah sumber energi dalam sel sel
dalam tubuh. Di mana nilai normal nya berkisar antara. 70 mg/dl s/d 140 mg/ dl

1.6 Analisa Masalah


1. Kenapa pasien mengeluh sering haus dan banyak minum,dan sering lapar sehingga
banyak makan namun Berat Badan Menurun ?
a. Penyebab penurunan berat badan pada Tn. A berdasarkan keluhan
penderita sering sekali buang air kecil, gula darah ikut keluar atau terbuang

5
bersama urine artinya juga membuang kalori tubuh. Buang air kecil yang
berlebihan ini juga yg menyebabkan penurunan berat badan secara signifikan
b. Karena adanya Gangguan insulin yaitu dimana kurangnya insulin ditubuh untuk
mengikat kadar Gula darah dalam tubuh, masuk ke dalam sel-sel tubuh
kemudian diubah menjadi energi atau Otot. Namun karena terjadinya gangguan
tersebut maka Gula darah dalam tubuh tersebut beredar di darah tanpa masuk ke
dalam sel dan sel akan merasa kekurangan energi sehingga metabolisme energi
juga sulit terjadi. Dan inilah menyebabkan setiap makanan pasien tidak dapat
diubah menjadi otot atau energi sehingga pasien turun Berat badandan
kelemahan tubuh pasien gula darah tinggi

2. Berapakah nilai rujukan Gula darah pada patien yg berumur 50 th.?


kadar gula darah diats usia 50 thn keatas adl 150 mg/dl

3. Berapa Nilai normal Elektrolit dan profil lipid?


Nilai normal dari kadar elektrolitnya yaitu: Natrium (Na+): 135 – 145 mEq/L, Kalium
(K+): 3,5 – 5,3 mEq/L dan Klorida (Cl‾): 100 – 106 mEq/L. Nilai profil Lipid normal :
Kadar kolesterol total berada di bawah 200 mg/dL, dan dapat dikatakan tinggi apabila
melebihi 240 mg/dL Kadar LDL dianggap normal apabila berkisar antara 100–129
mg/dL, dan termasuk kategori sangat tinggi apabila melebihi 190 mg/dL Kadar
trigliserida berada di bawah 150 mg/dL, dan termasuk kategori tinggi jika melebihi
200 mg/dL

4. Apa yang menyebabkan pasien mata kabur dengan KGD tinggi?


kelebihan gula darah secara langsung dapat menyebabkan kerusakan, terutama dengan
mempengaruhi lapisan pembuluh darah kecil yang membawa darah ke mata.
Pembuluh darah yang rusak akibat penyempitan saluran darah ke mata atau kurangnya
nutrisi yang diterima oleh mata menyebabkan kekurangan penglihatan hingga
kebutaan.
5. Kenapa pasien dengan KGD tinggi sering buang Air kecil dab haus pada malam hari?

6
Pada penderita DM sel sel ditubuh tidak dapat menyerap glukosa sehingga ginjal
mencoba mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya penderita jadi lebih
sering kencing dari pada orang normal dan mengeluarkan lebih dr 5 liter air kencing
sehari dan ini berlanjut sampai malam

1.7 Mind Maping

Pasien gemuk IMT 28 kg/𝑀2

Riwayat DM
Telah mendapatkan :
- penkes makanan
Keluhan : - Olah raga
- Sering lemah - Pemantauan Gula
- BB menurun 10 kg Darah
- Mata kabur
- Sering BAK
- Cepat Haus dan lapar

Tn A ( 50 tahun)
masuk UGD RS

- Nilai GDS 400 mg/dl

- Nilai profil lipid dan elektrolit


tidak normal

ASKEP pada pasien dengan Diabetes Melitus

7
1.8 Learning Objektif
1. Defenisi Diabetes Melitus
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
3. Etiologi Diabetes Melitus
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
5. Pathway Diabetes Melitus
6. Manifestasi Diabetes Melitus
7. Pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus
8. Komplikasi Diabetes Melitus
9. Penatalaksanaan Diabetes Melitus (perencanaan makanan,latihan jasmani,obat
obatan)
10. Askep Diabetes Melitus (pengkajian,diagnosa, intervensi,implementasi,
dokumentasi)

8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Henderina, 2010).
Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila
mempunyai gejala klasik diabetes mellitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai
dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl. Diabetes
melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan
insulin baik secara absolut maupun relatif (RISKESDAS, 2013).

2.2 Prevelensi Diabetes Melitus


Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun
2014, dibandingkan dengan 108 juta padatahun1980. Prevalensi diabetesdi dunia (dengan
usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat
dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa.
Kasus diabetes tipe 1 terjadi sebesar 10 % dari keseluruhan kasus diabetes melitus,
sedangkan kasus diabetes tipe 2 terjadi sebesar 90% dari keseluruhan kasus diabetes. Kasus
diabetes idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya terjadi sekitar 1 – 2 % kasus (Dipiroetal,
2015).
Penderita diabetes di Indonesia adalah pasien dengan rentang usia 20-79 tahun yaitu
sekitar 9.116.030 orang dan 4.854.290 orang diantaranya tidak terdiagnosa. Jumlah penderita
diabetes akan terus bertambah setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2035 diperkirakan jumlah
penderita diabetes meningkat hingga 205 juta orang (IDF, 2014).
Penderita diabetes di Indonesia adalah pasien dengan rentang usia 20-79 tahun yaitu
sekitar 10 juta orang dan 5.286.200 orang diantaranya tidak terdiagnosa. Jumlah penderita

9
diabetes akan terus bertambah setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2040 diperkirakan jumlah
penderita diabetes meningkat hingga 16,2% (IDF, 2015).

2.3 Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang lambung dalam abbdomen, panjangnya
kira-kira 20-25 cm, tebal ± 2,5 cm dan beratnya 80 gram, terbentang dari atas sampai
kelengkungan besar dari abdomen dan di hubungkan oleh saluran ke duodenum. Struktur
organ ini lunak dan berlobus, tersusun atas:
1. Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga
abdomen dan didalam lekukan duodenum yang praktis melingkarinya
2. Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ ini, letaknya di belakang lambung
dan di depan vertebratalumbalis pertama.
3. Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri dan berdekatan /menyentuh limpa

Pankreas juga berfungsi sebagai penghasil hormone insulin. Hormon ini


dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pada pankreas, merupakan hormon peptida yang
tersususn oleh dua rantai asam amino yaitu rantai A dan rantai B yang di hubungkan
melalui jembatan disulfida. Insulin di bentuk di retikulum endoplasma sel B, kemudian di
pindahkan ke aparatus golgi selanjutnya kemembran plasma dan akan melintasi lamina

10
basalis sel B serta kapiler dan endotel apiler yang berpori untuk mencapai aliran darah.
Insulin diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika makanan di cerna. Pada
orang dewasa rata-rata di produksi 40-50.
Insulin berfungsi memfasilitasi dan mempromosikan transport glukosa melalui
membran plasma sel dalam jaringan tertentu/targetnya seperti otot dan adiposa. Tidak
adanya insulin maka glukosa tidak dapat menembus sel. Glukosa sendiri digunakan untuk
kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen. Insulin juga
berfungsi untuk mendorong glukosa masuk ke dalam sel lemak jaringan adiposa untuk di
jadikan gliserol. Gliserol bersama asam lemak membentuk trigliserida, suatu bentuk
lemak yang disimpan. Insulin juga berperan dalam menghambat perombakan glikogen
menjadi glukosa dan konversi asam amino atau asam lemak menjadi glukosa. Peningkatan
kadar insulin mempunyai afek pada penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia)
(normal kadar gula darah 70- 110 mg /dl). Jika kadar insulin menurun menyebabkan
peningkatan kadara gula darah (hiperglikemia) seperti yang terjadi pada diabetes militus.

2.4 Klasifikasi Diabetes Melitus


a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena kerusakan sel β
(beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA) 2013 juga menambahkan
bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak
diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi
lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara
maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014)
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali diabetes tipe
2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga
tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar
merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan
kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).

11
c. Diabetes gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM u) adalah diabetes yang didiagnosis selama
kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di
atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki
peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki
risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
d. Tipe diabetes lainnya
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya kerusakan
pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel beta
pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan
menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA,
2015).

2.5 Etiologi Diabetes Melitus


Menurut Bruner dan Suddarth (2013), diabetes mellitus dibagi menjadi 2, yaitu diabetes
mellitus primer dan diabetes mellitus sekunder.
a. Diabetes Mellitus primer disebablan oleh faktor herediter, obesitas, kelainan pancreas dan
pertambahan usia.
1. Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau diabetes mellitus tergantung
insulin disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhens akibat proses auto imun.
2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau diabetes mellitus tidak
tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin sepenuhnya atau terjadi defisiasi relative insulin ketidakmampuan
ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama dengan bahan terangsang sekresi insulin lain.

b. Diabetes Mellitus sekunder di sebabkan oleh kelainan hormonal, karena obat, kelainan
insulin dan sindrom genetik. Selain itu juga terdapat faktor resiko yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes mellitus :
1. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
12
2. Obesitas dan genetik
Diperkirakan terdapat suatu sifat genetik yang belum teridentifikasi yang
menyebabkan pancreas mengeluarkan insulin yang berbeda, atau reseptor insulin
tidak dapat merespon

Etiologi Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi:


Dm tipe 1: Diabetes melitus tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas yang
diperantarai berbagai faktor. Faktor genetik dan dipicu oleh faktor lingkungan diduga
sebagai penyebab terjadinya proses autoimun yang menyebabkan destruksi sel beta
pankreas. Diabetes melitus tipe 1 biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun.
Beberapa faktor lingkungan yang diduga memicu terjadinya diabetes melitus tipe 1
antara lain infeksi virus (rubela kongenital, mumps, dan sitomegalovirus), radiasi,
ataupun makanan(Rustama dkk., 2010).
Dm tipe 2:
DM tipe 2 ditandai dengan 3 patofisiologi utama, meliputi gangguan sekresi insulin,
resisterusi insulin perifer, dan produksi glukosa hepatik berlebih. Obesitas sering
ditemukan pada penderita DM tipe 2. Adiposit mensekresi sejumlah hormon seperti
leptin, TNF-alfa, asam lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang memodulasi
sekresi insulin, kerja insulin, berat badan, dan berkontribusi terhadap resistensi
insulin. Awalnya, toleransi glukosa pada pasien DM tetap normal meskipun terjadi
resistensi insulin karena sel beta pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan
produksi insulin. Seiring dengan meningkatnya resistensi insulin, sel beta pankreas
tidak dapat mempertahankan kondisi hiperinsulinemia.
IGT (ImpairedGlucoseTolerance)
Ditandai dengan peningkatan kadar glukosa postprandial. Penurunan sekresi insulin
dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan pasien mengalami diabetes
disertai peningkatan kadar glukosa darah puasa. Penanda inflamasi seperti IL-6 dan
CRP umumnya meningkat pada diabetes tipe 2.

13
2.6 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya:
a. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi
batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh
relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).
b. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh urin
sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
c. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa
dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi
(PERKENI, 2011).
d. Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil
dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti, 2009).

2.7 Patofisiologi / Pathway


Menurut Price dan Sylvia (2012), diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sel-sel β pulau Langerhans
dalam kelenjar pankreas, sehingga hormon insulin disekresikan dalam jumlah yang sedikit,
bahkan tidak sama sekali. Diabetes mellitus juga dapat disebabkan oleh terjadinya penurunan
sensitifitas reseptor hormon insulin pada sel. Metabolisme adalah proses pembentukan energi
di dalam tubuh. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormone yang disekresikan oleh sel–sel beta yang salah satu
dari empat tiap sel dalam pulau–pulau langerhans pankreas. Insulin diumpamakan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintumasuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di
dalam sel glukosa itu dioksidasi menjadi nergi atau tenaga (Julianto Eko, 2011).

14
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untukmenghasilkan insulin karena sel–sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping itu, glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudahmakan) (Brunner and Suddarth,
2013).Tidak adanya insulin disebabkan oleh reaksi autoimun yang disebebkan karena adanya
peradangan di sel beta pankreas.Ini menyebabkan timbulnya reaksi antibodi terhadap sel beta
yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).Reaksi antigen dengan antibodi yang ditimbulkan
menyebabkan hancurnya sel beta (Julianto Eko, 2011).
Menurut Brunner and Suddarth (2013), apabila konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar.Akibatnya,
glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diueresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainya mencangkup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam–asam
amino serta substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk sampingpemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam–basa (penurunan pH) tubuh apabila jumlahnya
berlebihan.Keadaan ini disebut asidosis metabolic yangdiakibatkanya dapat menyebabkan
tanda–tanda dan gejala seprti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan
kematian. Penderita
Diabetes Mellitus dapat mengalami perubahanatherosklerotik pada arteri-arteri besar,
perubahan-perubahan ini sama seperti pada orang non diabetik, insulin berperan utama dalam
memetabolisme lemak atau lipida. Pada penderita Diabetes Mellitus sering terjadi kelainan

15
lipida.Hiperliproteinemia pada Diabetes mellitus merupakan akibat dari adanya very low
density lipoprotein yang berlebihan. Pengecilan lumen pembuluh-pembuluh darah besar
membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan dan dapat menyebabkan iskemia jaringan,
sehingga dapat timbul penyakit vaskuler seperti: penyakit cerebravaskuler, penyakit arteri
koroner,sternosis arteri renalis, vaskuler perifer dan penyakit ekstermitas seperti gangren.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektifuntuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.Meskipun demikian, diabetes tipe II
yang tidak terkontrol dapat meimbulkan masalah akut lainnyayang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK).Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih
75%), penyakit diabetes tipe II yang didieritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya,
pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi
tidak terdeteksinya penyakit diabetes jangka bertahun–tahun adalah komplikasi diabetes
jangka panjang(misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer)
mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa ditegakan.

16
2.8 Pathway Diabetes Melitus

2.9 Komplikasi Diabetes Melitus


Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi, antara lain :
a. Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes mellitus terdapat tiga macam yang
berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek,
diantaranya:

17
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai komplikasi
diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare,
2008).
2) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam
darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga
mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis dan ketosis (Soewondo, 2012).
3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler
nonketotik) Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price
& Wilson, 2012).

b. Komplikasi metabolik kronik


Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson (2012)
dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi
pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) diantaranya:
1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
2) Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :
a) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai dengan
kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).
b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria menetap (>300
mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu
3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
terminal.
c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)

18
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
pasien DM. Neuropati pada DM engacau pada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf (Subekti, 2009).
3) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu stroke dan risiko
jantung koroner.
a) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan karena
adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri
dada atau disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction) (Widiastuti, 2012).
b) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-DM untuk
terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala
pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan
penglihatan, kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008).
c) Penyakit Ateroskerosis
Pembuluh darah normal memiliki lapisan dalam yang disebut endotelium.
Lapisan dalam pembuluh darah ini membuat sirkulasi darah mengalir lancar.
Untuk mencapai kelancaran ini, endotelium memproduksi Nitrous Oksida lokal
(NO). NO berfungsi untuk melemaskan otot polos di dinding pembuluh dan
mencegah sel-sel darah menempel ke dinding. Mekanisme gangguan ini diduga
berpusat di jantung, dan gangguan meningkat dengan pembentukan plak. Gula
darah tinggi, asam lemak tinggi dan trigliserida tinggi pada diabetes
menyebabkan lengket di dinding endotelium, mendorong proses keterikatan sel
yang menghasilkan reaksi jaringan lokal. Reaksi jaringan local menghasilkan
partikel dan sel-sel darah yang berbeda, menyebabkan penumpukan dan
pengerasan di dinding pembuluh (arteri). Reaksi jaringan lokal ini menghasilkan
sebuah plak, disebut plak aterosklerosis. Pada penderita diabetes, mereka
resisten terhadap tindakan insulin, dengan kata lain tubuh penderita diabetes
kurang sensitif dgn insulin. Akibatnya, efek stimulasi ini hilang dan
mengakibatkan peningkatan kecenderungan terhadap pembentukan plak

19
aterosklerosis. Plak pada pembuluh darah ini lah yang nantinya akan menyumbat
pembuluh darah di otak dan mengakibatkan stroke.

2.10 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal yaitu:
a. Postprandial : Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130mg/dl mengindikasikan diabetes.
b. Hemoglobin glikosilat: HbA1C adalah sebuah pengukuran untuk menilaikadar
guladarah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan
diabetes.
c. Tes toleransi glukosa oral: Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air
dengan 75 grgula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normaldua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
d. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuahjarum, sample
darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin
glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang
dapat dilakukan dirumah.

2.11 Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmakologi
1) Diet untuk pasien Diabetes Melitus meliputi : Tujuan Diet Penyakit Diabetes melitus
adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara: Mempertahankan
kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asuhan
makanan dengan insulin, Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal,
Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal,
Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin
seperti hipoglikemia, meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui
gizi yang optimal.
Syarat diet: Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal,
Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, Kebutuhan

20
lemak sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, Kebutuhan karbohidrat
adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%, Penggunaan gula alternatif
dalam jumlah terbatas, Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat
larut air yang terdapat dalam sayur dan buah, Pasien DM dengan tekanan darah
normal diperbolehkan mengonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti
orang sehat yaitu 3000mg/hari. Cukup vitamin dan mineral.
Bahan makanan yang boleh dianjurkan untuk diet DM:Sumber karbohidrat kompleks
: Seperti nasi, Roti, Kentang, Ubi, Singkong dan sagu, Sumber Protein Redah Lemak
: seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe dan kacang-kacangan, Sumber
lemak dalam jumlah terbatas. Makanan terutama dengan cara dipanggang, dikukus,
disetup, direbus dan dibakar.
Bahan-bahan makanan yang tidak dianjurkan (Dibatasi/dihindari): Mengandung
banyak gula sederhana seperti : Gula pasir, Gula Jawa, sirop, jeli, buah-buahan yang
diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan dan es krim,
Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji, gorengan-gorengan,
Mengandung banyak natrium : seperti ikan asin, makanan yang diawetkan.
2) Latihan Jasmani
Pada penyandang diabetes tipe II yang obesitas, latihan dan penatalaksanaan diet
akan memperbaiki metabolisme glukosa serta meningkatkan penghilang lemak
tubuh. Latihan yang digabung dengan penurunan BB akan memperbaiki sensitivitas
insulin dan menurunkan kebutuhan pasien terhadap insuline atau obat hipoglikemia
oral. Pada akhirnya, toleransi glukosa dapat kembali normal.Penderita diabetes tipe II
yang tidak mengguanakan insuline mungkin tidak memerlukan makanan ekstra
sebelum melakukan latihan.
3) Pendidikan kesehatan
Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan
dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan
sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik.
(Bare & Suzanne, 2002)

21
b. Terapi Farmakologi
1) Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara : Menstimulasi
penglepasan insulin yang tersimpan, Menurunkan ambang sekresi
insulin.Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat
golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan masih bisa
dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
2) Insulin: Indikasi pengobatan dengan insulin adalah: Semua penderita DM dari setiap
umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk
kedalam ketoasidosis, DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan), DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat
hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah
pasien.Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi
tidak tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin. Dosis pemberian insulin pada pasien dengan DM: Jenis
obat :Kerja cepat (rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 1-2 jam, lama
kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro( humalo), insulin aspart, Kerja pendek ( sort
acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4 jam, lama kerja 6-8 jam, kerja
menengah (intermediate acting) awitan 1,5-4 jam, puncak efek 4-10 jam, lama kerja
8-12 jam), awitan 1-3 jam, efek puncak hampir tanpa efek, lama kerja 11-24 jam.
Contoh obat: lantus dan levemir.Hitung dosis insulin Rumus insulin: insulin harian
total = 0,5 unit insulin x BBpasien ,Insulin prandial total( IPT) = 60% , Sarapan pagi
1/3 dari IPT, Makan siang 1/3 dari IPT, Makan malam 1/3 dari IPT.

2.12 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, suku, agama,
pendidikanterakhir
b) Riwayat kesehatan sekarang
1) Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh sembuh

22
2) Kesemutan
3) Menurunnya berat badan
4) Meningkatnya nafsu makan
5) Sering haus
6) Banyak kencing
7) Menurunnya ketajaman penglihatan
c) Riwayat kesehatan dahulu

1) Riwayat penyakit pankreas

2) Hipertensi

3) MCI

4) Isk berulang

d) Riwayat kesehatan keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus seperti klien

e) Riwayat pengobatan sebelumnya

Bagaimna penangannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimna cara minum

obatnya, apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk

menanggulangi penyakitnya

f) Aktivitas istirahat

Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun

g) Eliminasi

Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria) diare

h) Makanan/cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,

pengguaan diuretic

23
i) Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, gangguan penglihatan

j) Nyeri/kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang atau berat)

k) Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulent (tergantung adanya infeksi/tidak)

l) Keamanan

Kulit kering, gatal,ulkus kulit

m) Pemeriksaan penunjang

Kadar glukosa

1) Gula darah sewaktu/ random >200mg/dl

2) Gula darah puasa/ nuchter >140 mg/dl

3) Gula darah 2 jam PP (Post Prandial) >200mg/dl

2. Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan insulin,


perubahan masukan oral
2) Resiko infeksi b.d glukosa darah yang tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan
sirkulasi
3) Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan sirkulasi, penurunan sensasi
4) Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik, kehilangan gastrik yang berlebihan
5) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat penurunan produksi energy
6) Resiko cedera b.d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot

24
3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.5
Intervensi Keperawatan dengan Klien Diabetes Mellitus

Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Perubahan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang keperawatan diharapkan status 1. kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan 2. kolaborasi dengan ahli gizi
tubuh b.d kriteria hasil : untuk menentukan jumlah
ketidakadekuata 1. Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
n insulin, berat badan sesuai dibutuhkan
perubahan dengan tujuan 3. anjurkan klien untuk
masukan oral 2. Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tinggi 4. anjurkan klien untuk
DS: badan meningkatkan protein dan
Klien 3. Mampu mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi 5. beriksn substansi gula
mengatakan
sering merasa 4. Tidak ada tanda-tanda 6. yakinkan diet yang
malnutrisi dimakan mengandung
lemah dan
5. Menunjukan fungsi tinggi serat untuk
mengalami
penurunan BB peningkatan fungsi mencegah konstipasi
pengecapan dari menelan 7. berikan makanan yang
10 kg sejak satu
bulan yang lalu. 6. Tidak terjadi penurunan terpilih (sudah
berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan
DO: ahli gizi)
8. ajarkan klien bagaimana
•Klien tampak membuat catatan makanan
lemah harian
9. monitor jumlah nutrisi dan
•Klien tampak
kandungn kalori
kurus
10. berikan informasi tentang
•TD: 120/90 kebutuhan nutrisi
11. kaji kemampuan pasien
N: 80 untuk mendapatkan nutrisi
yang diperlukan
S: 36.5
Monitoring Nutrisi
RR: 24
1. berat badan klien dalam
batas normal
2. monitor adanya penurunan
berat badan
3. monitor tipe dan jumlah

25
aktivitas yang bisa
dilakukan
4. monitor interaksi klien
selama makan
5. monitor lingkungan selama
makan
6. jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. monitor kulit kering dan
pengubahan pigmentasi
8. monitor turgor kulit
9. monitor kekeringan,rambut
kusam, dan mudah patah
10. monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
11. monitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
13. monitor kalori dan intake
nutrisi
14. catat adanya edema,
hipremik, hipertonik,
papilla lidah dan cavitas
oral
15. catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

2. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan


volume cairan keperawatan diharapkan klien 1. Timbang popok atau
b.d diuresis dapat mempertahnkan pembalut jika diperlukan
osmotik, keseimbangan cairan, tidak 2. Pertahankan catatan intake
kehilangan adanya dehidrasi, asupan dan output yang akurat
gastrik yang cairan dalam batas normal 3. Monitor status hidrasi
berlebihan dengan kriteria hasil: (kelembaban membrane
1. Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat,
DS: output sesuai dengan usia tekanan darahortostatik)
Klien dan BB, jumlah urin jika diperlukan
mengatakan normal, HT normal 4. Monitor vital sign
sering buang 2. Tekanan darah,nadi,suhu 5. Monitor masukan
air kecil, tubuh dalam batas normal makanan/ cairan dan hitung

26
cepat haus 3. Tidak ada tanda –tanda intake kalori harian
dan lapar dehidrasi, elasstisitass 6. Dorong masukan oral
turgor kulit baik, Tawarkan snack (jus buah,
DO: membrane mukosa buah segar)
•Klien lembab, tidak ada rasa
tampak haus yang berlebihan
lemah
•TD: 120/90
N: 80
S: 36.5
RR: 24

3. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Lingkungan:


cedera b.d keperawatan diharapkan tidak 1. Sediakan lingkungan yang
penurunan terjadi injury pada klien aman untuk klien
fungsi dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan
penglihatan, 1. Klien terbebas dari cidera keamanan klien sesuai
pelisutan otot 2. Klien mampu menjelaskan dengan kondisi fisik dan
cara/ metode untuk riwayat penyakit terdahulu
DS: mencegah cidera klien
Klien 3. Klien mampu menjelaskan 3. Hindarkan alat-alat yang
mengatakan factor resiko dari dapat menghalangi
pandangan lingkungan aktivitas klien
mulai kabur, 4. Mampu mengenali 4. Menyediakan tempat tidur
merasa perubahan status yang aman dan bersih
lemah kesehatan 5. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
DO: Berikan penjelasan kepada
•TD: 120/90 klien tentang perubahan status
N: 80 kesehatan dan penyebab
S: 36.5 penyakit
RR: 24
•Klien
tampak
lemah
•Klien
berjalan
didampingi
oleh anak
nya
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas:
aktivitas b.d keperawatan diharapkan tidak 1. Kolaborasikan dengan
kelemahan terjadi kelelahan dengan tenanga rehabilitasi medic
akibat penurunan produksi energy dalam merencanakan

27
penurunan klien dengan kriteria hasil: program terapi yang tepat
produksi 1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk
energy kegiatan aktivitas fisik mengidentifikasi aktivitas
tanpa disertai peningkatan yang mampu dilakukan
tekanan darah, nadi, dan 3. Bantu untuk memililah
RR aktivitas konsisten yang
2. Mampu melakukan sesuai dengan kemampuan
aktivitas sehari-hari secara fisik, psikolog, dan social
mandiri 4. Bantu untuk
3. Tanda-tanda vital dalam mengidentifikasi dan
batas normal mendapatkan sumber yang
4. Mampu berpindah tanpa diperluka untuk aktivitas
bantuan alat yang diinginkan
Status respirasi pertukaran gas 5. Bantu untuk mendapatkan
dan ventilasi adekuat alat bantuan aktivitas yang
diinginkan
6. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Monitor respon
fidik,emosi,soaial dan spiritual
1.

5. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Tekanan


integritas kulit keperawatan diharapkan 1. Anjurkan klien untuk
b.d kerusakan integritas jaringan: menggunakan pakaian
sirkulasi, penyembuhan luka kulit dan yang longgar
penurunan mukosa dengan kriteria hasil 2. Hindari kerutan pada
sensasi : tempat tidur
1. Integritas kulit yang baik 3. Jaga kebersihan kulit agar
bias dipertahankan (sensasi, tetap bersih dan kering
elastisitas, temperature, 4. Mobilisasi klien (ubah
hidrasi dan pigmentasi) posisi klien) setiap 2 jam
2. Tidak ada luka atau lesi sekali
pada kulit 5. Monitor kulit akan adanya
3. Perfusi jaringan baik kemerahan
4. Menunjukan pemahaman 6. Oleskan lotion atau minyak
dalam proses perbaikan pada daerah yang tertekan
kulit dan mencegah 7. Monitor status nutrisi klien
trjadinya cedera berulang 8. Memandikan klien dengan
Mampu melidungi kulit dan sabun dan air hangat
mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami Perawatan Situs Insisi
2. Membersihkan, memantau
dan meningkatkan
penyembuhan luka

28
3. Monitor proses
kesembuhan diarea insisi
4. Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
5. Bersihkan area sekitar luka
dengan lidi kapas steril
6. Gunakan preparat
antiseptic sesuai program
Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program

Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi


6. Resiko infeksi keperawatan diharapkan status 1. Bersihkan lingkungan
b.d glukosa klien dapat mengetahui setelah dipakai klien yang
darah yang pengendalian infeksi dengan lain
tinggi kriteria hasil : 2. Pertahankan teknik isolasi
penurunan 1. Klien bebas dari tanda 3. Gunakan sabun
fungsi infeksi antimikrobia untuk cuci
leukosit, 2. Mendeskripsikan proses tangan
perubahan penularan penyakit, faktor 4. Cuci tangan sebelum dan
sirkulasi yang mempengaruhi sesudah tindakan
penularan serta keperawatan
penatalaksanaannya 5. gunakan baju, sarung
3. Menunjukan kemampuan tangan sebagai alat
untuk mencegah pelindung
timbulnya infeksi 6. pertahankan lingkungan
4. Jumlah leukosit dalam yang aseptic
batas normal 7. tingkatkan intake nutrisi
5. Menunjukan perilaku 8. berikan terapi antibiotic
hidup sehat bila perlu Infection
Protection (proteksi
terhadap infeksi)
9. monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
10. monitor kerentanan
terhadap infeksi
11. pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang beresiko
12. ajarkan cara menghindari
infeksi
laporkan kecurigaan infeksi

29
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Tujuan
dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencangkup peningkatan kesehatan,pencegah penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. (Nursalam, 2013).

5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2013) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatn yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
intervensi, dan implementasinya. Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Tujuan dari
evaluasi yaitu :
a.Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b.Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan.
c.Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d.Mendapatkan umpan balik.
e.Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus (DM)
adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melibihi batas normal.
Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-
komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan
mudah terkena ateroskelosis. Penyakit ini dpat dikontrol dengan cara pola hidup dan olah
raga yang teratur.

3.2 Saran
Manusia adalah individu yang unik, begitu pula lansia. Diharapkan perawat dapat memilih
intervensi keperawatan yang tepat melalui kerja sama dengan keluarga/lingkungan
sekitarnya agar lansia mendapat dukungan dari hubungan interpersonal terkait kondisi
fisiknya yang mulai menurun.

31
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes bacic.
Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics

Bare, Suzanne 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol.
1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.

Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010. http://biologigonz.blogspost.com

Brunner & Suddarth , 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne C.
Smeltzer. Edisi 8. Vol 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Julianto, Eko (2011) Pengobatan Diabetes Melitus dengan Tanaman Obat Asli Indonesia,
UNDIP, Semarang

Nugroho (2006). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Nugroho,R. 2016. Dasar-Dasar Endokrinologi. Mulawarman University Press. Samarinda

Nursalam. 2013. Proses Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta:
Salemba.

Padila, (2012) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Nuha Medika, Yogyakarta.

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2012) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner And Suddarth
Edisi 8 Vol 2 AlihBahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih, EGC,
Jakarta

32
Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks Smeltzer,
S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Stockslager (2011) Essentials of gerontological nursing. New York: Springer Publising


Company

Wilkinson, Judith M. and Nancy R. Ahern (2012) BukuSaku Diagnose Keperawatan : Diagnosa
NANDA , Intervensi NIC, KriteriaHasil NOC ; alihbahasaEstyWahyuningsih – edisi 9, EGC,
Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai