Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA
TREND DAN ISU DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Agrina,M.Kep.,Sp.Kom.,PhD

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Anita Astuti (2011166006) Rahmad Hidayat (2011166601)
Dien Fadillah (2011166204) Ratih Oktavia (2011166603)
Fenni Indrayati (2011166201) Sandra Morena (2011166015)
Fenny Arzimustika (2011166001) Sekar D.Pratiwi (2011165373)
Intan Ayuza (2011165993) Sonia P.Sihaloho (2011166737)
Nora Situmeang (2011166010) Winda GP Br. M (2011165996)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, Atas Limpahan Rahmat
Dan Karunianya, Sehingga Makalah Ini Dapat Diselesaikan. Tugas Ini Di Ajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Keperawatan Keluarga.
Makalah Ini Berisi Tentang “Trend Dan Isu Dalam Keperawatan
Keluarga”. Pada Kesempatan Ini Juga Penulis Mengucapkan Terima Kasih
Kepada Semua Pihak Yang Telah Membantu Penulis Dalam Menyelesaikan
Penulisan Makalah Ini.
Penyusun Menyadari Masih Banyak Terdapat Kekurangan Dalam
Penulisan Makalah Ini, Untuk Itu Kritik Dan Saran Akan Sangat Berharga Untuk
Penulis Dalam Memperbaiki Penulisan Makalah Ini. Semoga Allah SWT
Senantiasa Meridhoi Setiap Usaha Kita, Amin.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ...................................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan pembelajaran................................................................................................ 2
1.4 Manfaat penulisan .................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi Trend dan Isu Keperawatan Keluarga .............................................11
2.2 Bentuk Isu Keperawatan Keluaga ..................................................................11
2.3 Tantangan Perawat Keluarga .........................................................................15
2.4 Peran Perawat .................................................................................................15
2.5 Manfaat Trend dan Isu ...................................................................................21
2.6 Permasalahan Trend dan Isu Keperawatan Keluarga yang muncul
di Indonesia ...................................................................................................22
2.7 Penyebab Perubahan Peran Tradisional Ke Peran Tradisional Perawat
Keluarga Menjadi Peran Spesialisasi Perawat Keluarga ...............................23
2.8 Defisini Family Health Nursing .....................................................................23
2.9 Kompetensi Perawat Keluarga .......................................................................25
2.10 Area kebijakan yang menjadi prioritas Perawat Keluarga .............................27
2.11 Lingkup dan Area Keperawatan.....................................................................27
2.12 Program Pemerintah terkait Trend dan Isu Keperawatan Keluarag...............28
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 35
3.2 Saran ....................................................................................................................... 35
Daftar Isi

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini
dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan
secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta dalam
interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi
perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang
lebih besar.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari individu-individu yang ada
didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama (Friedman, 1998).
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan
hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh
unit pada individu dan masyarakat. Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di Eropa yang
merupakan praktek keperawatan termodern saat ini adalah promoting and protecting people
health merupakan perubahan paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan preventif
dan mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan,
Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi
dasar keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi
perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

1
ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang
sehat.(Puspitawati & Manusia, 2014)

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa defenisi trend dan isu dalam keperawatan keluarga?
b. Apa saja bentuk isu keperawatan keluarga?
c. Apa tantangan perawat keluarga?
d. Apa saja peran perawat dalam keperawatan keluarga?
e. Apa manfaat trend dan isu dalam keperawatan keluarga?
f. Apa trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di Indonesia?
g. Apa penyebab pergeseran peran perawat tradisional ke peran perawat spesialisasi
dalam keperawatan keluarga?
h. Apa yang dimaksud dengan family health nurse dan bagaimana modelnya?
i. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat keluarga?
j. Apa saja area kebijakan dalam keperawatan keluarga?
k. Apa saja area riset dalam keperawatan keluarga
l. Apa program pemerintah terkait trend & isu keperawatan keluarga?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tentang tahap tahap perkembangan
keluarga
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i diharapkan :
1) Mampu memahami defenisi isu dalam keperawatan keluarga
2) Mampu memahami defenisi trend dalam keperawatan keluarga
3) Mampu mengetahui bentuk isu keperawatan keluarga
4) Mampu mengetahui peran perawat dalam keperawatan keluarga
5) Mampu mengetahui manfaat trend dan isu dalam keperawatan keluarga
6) Mampu mengetahui trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di Indonesia

2
7) Mampu mengetahui penyebab pergeseran peran perawat tradisional ke peran
perawat spesialisasi dalam keperawatan keluarga
8) Mampu memahami family health nurse dan bagaimana modelnya
9) Mampu mengetahui kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat keluarga
10) Mampu memahami tantangan perawat keluarga
11) Mampu mengetahui area kebijakan dalam keperawatan keluarga
12) Mampu mengetahui area riset dalam keperawatan keluarga
13) Mampu mengetahui program pemerintah terkait trend & isu keperawatan keluarga

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan dan pembelajaran
tentang tahap tahap perkembangan keluarga

b. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk menunjang
proses pembelajaran.

SKENARIO 2
Seorang perawat keluarga melihat kecenderungan pergesaran peran tradisional
perawat keluarga menjadi peran spesialisasi perawat keluarga sebagai bagian kepakaran
dalam bidang keperawatan. Perawat keluarga tersebut mempelajari definisi dan model The
Family Helath Nurse yang dikembangkan oleh WHO. Perawat keluarga juga memiliki
kompetensi dan tingkat kepakaran dalam menjalankan tugasnya. Saat ini perubahan
demografi, kemajuan teknologi dan perubahan system pelayanan Kesehatan menjadi isu
dan tantangan bagi perawat keluarga. Beberapa area kebijakan juga menjadi prioritas bagi
praktik keperawatan keluarga sehingga perlu diperlukan riset keperawatan dalam area-area
ini. Perawat juga perlu meningkatkan kompetensinya sehingga dapat memberikan
pelayanan dalam bentuk perawatan Kesehatan dirumah (Home Health Nursing) sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.

3
1.5 Terminologi
a. Perawat kesehatan keluarga
b. Isu
c. Riset keperawatan
d. WHO
e. Prioritas
f. Perubahan demografi
g. Peran tradisional
h. Model the family health nursing
i. Home health nursing

1.6 Identifikasi Masalah


a. Perawat kesehatan keluarga adl pelayanan kesehatan yg ditujukan klg sebagai unit
pelayanan utk mewujudkan klg yg sht
b. Isu adalah suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila
tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap organisasi dan
berlanjut pada tahap krisis
c. Riset keperawatan adalah proses pencarian kebenaran secara sistematis yang didesain
untuk meningkatkan pemahaman kita tentang isu-isu yang terkait dengan keperawatan
d. WHO adalah singkatan dari World Health Organization yaitu organisasi kesehatan
dunia
e. Perubahan demografi adalah Suatu perubahan dari waktu ke waktu
f. Peran tradisional keluarga adl klg yg terdiri atas individu yg bergabung bersama oleh
ikatan pernikahan,darah,adopsi dan tinggal dlm satu rmh yg sama
g. Home health nursing adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
diberikan di rumah kepada orang-orang cacat atau orang yang harus tinggal di rumah
karena kondisi kesehatannya (Neis & McEwen)

4
h. Home Health Nursing adalah Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu, keluarga di tempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. (Depkes
RI, 2002)
i. Family Health Nursing adalah "tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur"

1.7 Analisa Masalah


a. Apa penyebab terjadi pergeseran antara peran tradisional perawat keluarga menjadi
perawat spesialisasi Perawat keluarga ?
Terletak pada kliennya sendiri, kekhususan pemberian askep pada keluarga. Perawat
spesialis keluarga adalah bagian dari spesialis keperawatan komunitas.

b. Apa saja perubahan demografi dalam sistem pelayanan kesehatan keluarga


Demografi ini terkait dinamika kependudukan. Demografi ini dapat meliputi angka
kelhiran, kematian, migrasi. Demografi ini terdapat didlm data pengkajian, jumlah
anggota keluarga mempengaruhi sumber2 kesehatan yg digunakan keluarga. Jumlah
keluarga yg byk namun ekonomi yg rendah akan mengurangi keluarga dalam
memanfaatkan faskes. Hal ini juga terkait fungsi kesehatan keluarga

c. Apa saja peran spesialisasi perawat keluarga


Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga,terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan
keperawatan, perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit
yang memiliki masalah kesehatan. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat
melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah

5
secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Sebagai
pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-
hak keluarga sebagai klien. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan
keluar dalam mengatasi masalah. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga
untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri
Setyowati, 2007)

d. Apa saja kompetensi yang dimiliki perawat keluarga dalam menjalankan tugasnya
Kemampuan
No. Jenis Kompetensi Ʃ TTD
M DPS BS
1. I. Pengkajian :
A. Menetapkan data dasar yang lengkap :
1. Menggunakan sumber data yang sesuai
2. Menggunakan metode pengumpulan data
yang sesuai
3. Mengumpulkan data dasar dan data yang
berorientasi pada masalah dengan
menggunakan indikator penentu
4. Menggali persepsi keluarga terhadap
masalah (status kes. anggota keluarga &
resiko kes. yang terkait dengan komuniti &
lingkungan)
5. Mengkaji kemampuan keluarga ttg
kesehatan & dan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan dasar teori
6. Mencatat data dasar secara sistematis,

6
ringkas, akurat
B. Analisa data :
1. Mengartikan hub. antar faktor yang terkait
dengan kemampuan keluarga tentang
kesehatan & pelayan kesehatan
2. Mengidentifikasi pengelolaan data &
kesenjangan hasil pengkajian dengan
kemampuan yang dimiliki keluarga tentang
kesehatan & pelayan kesehatan
C. Menetapkan diagnosa keperawatan
kesehatan keluarga :
1. Menetapkan diagnosa masalah keperawatan
kesehatan keluarga berdasarkan data yang
akurat dan pendukung
2. Penapisan masalah kesehatan/diagnosa
berdasarkan kriteria
3. Merubah, memperbaiki diagnosa sesuai data
yang didapat
4. Mencatat masalah/diagnosa keperawatan
keluarga secara sistematis, ringkas, akurat
2. II. Perencanaan
1. Menyertakan keluarga dalam membuat rencana
keperawatan
2. Merumuskan tujuan yang spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, relevan, batas waktu
3. Sasaran & tujuan diarahkan pada pencapaian
kemandirian keluarga dalam kesehatan &
pelayan kesehatan
4. Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang
sesuai
5. Menetapkan kriteria & standar evaluasi

7
3. III. Implementasi
1. Menyertakan keluarga
2. Menggunakan teknik yang tepat dalam
melaksanakan intervensi
3. Menggunakan strategi pendidikan kesehatan
4. Mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi
yang efektif
5. Mendiskusikan konsep kesehatan & pelayanan
kesehatan yang akurat
6. Berfungsi sebagai koordinator dengan
mengidentifikasi mengartikan, memulai &
memelihara hubungan antara pelayanan yang
ada & sesuai dengan keluarga
7. Mencatat intrvensi keperawatan & respon
keluarga sistematis, ringkas, & akurat
4. IV. Evaluasi
1. Menyertakan keluarga dalam mengevaluasi
asuhan keperawatan
2. Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan
menggunakan kriteria & standar evaluasi
3. Memodifikasi prioritas, sasaran, tujuan &
intervensi keperawatan sesuai dengan hasil
evaluasi
4. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan
perbaikan rencana sistematis, ringkas, akurat
5. V. Ketrampilan profesional
1. Mengevaluasi dampak perasaan, nilai, sikap, &
tingkah laku sendiri terhadap asuhan
keperawatan & hubungan profesional
2. Menggunakan konsultasi intraprofesional dalam
mengambil keputusan

8
3. Menerima accountability (tanggung gugat)
terhadap praktik profesi diri sendiri
a. Mencari & menerima supervisi yang sesuai
b. Teliti & tepat dalam melaporkan tugas,
menyerahkan tugas, segera melaporkan jika
ada kesalahan
6. VI. Kemampuan akademik
1. Mendemonstrasikan cara berfikir yang kritis
dalam menganalisa issue/masalah
2. Menyajikan data verbal & tertulis dengan
formulasi yang baik
3. Berkontribusi dalam mendiskusikan issue &
bacaan pada konferensi/seminar

Keterangan :
1. M : Mandiri
2. DPS : Dibantu Pembimbing Sebagian
3. BS : Bantuan Seluruhnya

1.8 Mind Map

9
1.9 Learning Objektif
a. Apa defenisi isu dalam keperawatan keluarga?
b. Apa defenisi trend dalam keperawatan keluarga?
c. Apa saja bentuk isu keperawatan keluarga?
d. Apa saja peran perawat dalam keperawatan keluarga?
e. Apa manfaat trend dan isu dalam keperawatan keluarga?
f. Apa trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di Indonesia?
g. Apa penyebab pergeseran peran perawat tradisional ke peran perawat spesialisasi
dalam keperawatan keluarga?
h. Apa yang dimaksud dengan family health nurse dan bagaimana modelnya?
i. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat keluarga?
j. Apa tantangan perawat keluarga?
k. Apa saja area kebijakan dalam keperawatan keluarga?
l. Apa saja area riset dalam keperawatan keluarga
m. Apa program pemerintah terkait trend & isu keperawatan keluarga?

10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Trend dan Isu Keperawatan Keluara


Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan.
Defenisi Isu
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
di masa mendatang, menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Defenisi Trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual,
dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan
keluarga(Siregar et al., 2020).

B. Bentuk isu Keperawatan Keluarga


Menurut Friedman dkk (2013, hal 41-42), terhadap literatur dan diskusi profesional
dengan kolega di bidang keperawatan keluarga terdapat beberapa isu penting dalam
keperawatn keluarga saat ini :
1. Isu praktik
a. Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis
Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan pengetahuan ini jelas
merupakan masalah di semua bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun
kesenjangan ini lebih tinggi di keperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat
pada keluarga juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan.
Wright dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptakan
kesenjangan ini adalah cara perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit.
Hal ini merupakan kemampuan "berfikir saling mempengaruhi": dari tingkat individu
menjadi tingkat keluarga (saling memengaruhi).
Penulis lain yaitu Bowden dkk menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan
ekonomi seperti pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang
lebih besar. Sedangkan menurut Hanson kurangnya alat pengkajian keluarga yang
komperehensif dan strategi intervensi yang baik, perawat terikat dengan model

11
kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan sistem pemetaan yang kita
lakukan serta sistem diagnostik keperawatan menyebabkan penerapan perawatan
yang berfokus pada keluarga sulit diwujudkan.

b. Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk di


integrasikan dalam praktik
Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan besar-
besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem pengelolaan perawatan berupa
sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level
sedang dibentuk. Sebagian dari restrukturisasi ini juga termasuk kecenderungan
pasien dipulangkan dalam "keadaan kurang sehat dan lebih cepat" dan pengurangan
jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis
komunitas. Perubahan ini menyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan
beban kerja dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu
dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang
bijak dan efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan keperawatan
merupakan kewajiban perawat keluarga. Menurut Wright dan Leahey, mengatasi
kebutuhan ini dengan menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang.
Pencetusan gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna
mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini.

c. Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada keluarga
Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun oleh
perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan kekuasaan dan
kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau keluarga perlu dilakukan.
Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat
kebutuhan akan kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat dan
keluarga, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik
akan keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan email telah
memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai
masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah memengaruhi

12
pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen, yang membeli dan
mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari
kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk
memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi
kepentingan mereka sendiri.

d. Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya beragam


Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian di kalangan penyedia
pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu lainnya pada saat ini.
Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki banyak cara untuk
menerima dan merasakan dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian
yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi
regional dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk
persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik.
Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara kita
memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua upaya tersebut guna dapat bekerja
lebih efektif dengan keluarga yang beragam, memberikan perawatan yang kompeten
secara budaya tetap menjadi tantangan yang terus dihadapi.

e. Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang menarik bagi


perawat keluarga
Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi,
perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik utnuk belajar
mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara lain guna
memberikan perawatan yang lebih baik bagi keluarga.
Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan
ekonomi, politis, dan profesional. Globalisasi mempunyai dampak negatif yang
bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS
menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh
perawat amerika dari perawat di seluruh dunia melalui konferensi internasional,
perjalanan, dan membaca literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman

13
yang bermanfaat. Sebagai contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga
sangat mengesankan. Di sana, perawat telah mengembangkan kurikulum keperawatan
keluarga di sekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang
berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks Jepang

2. Isu pendidikan
Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada sekolah
keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan terkait cakupan keperawatan
keluarga di sekolah tersebut, terdapat perkembangan pemaduan muatan keperawatan
keluarga dan ketrampilan klinis ke dalam program keperawatan pascasarjana dan sarjana.
Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk program sarjana dan
pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan ketrampilan klinis. Tidak ada kesepakatan
mengenai fokus program sarjana dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga.
Akan tetapi, terdapat beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada
keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan yang dibutuhkan
untuk bekerja dengan seluruh keluarga dan individu anggota keluarga secara bersamaan.
Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai terapis keluarga
pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan dan keterampilan
apa yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan
di program praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi).
Bahasan lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan ketrampilan klinis perlu
dilakukan.

3. Isu penelitian
Di bidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah membahas hasil kesehatan
dan peralihan keluarga yang terkait dengan kesehatan. Teori perkembangan, teori stres,
koping, dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teorisistem telah banyak memandu
penilitian para perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang
menunjukkan bahwa "tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga" menurut Gillis
dan Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang

14
nyata terletak di bidang studi intervensi. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013,
hal.42) kurangnya studi intervensi dalam keperawatan keluarga "mengejutkan."
Menurut Janice Bell dalam editor journal of family nursing, dalam editorial "Wanted :
Family Nursing Intervention," mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian
intervensi keperawatan yang ia terima untuk dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah
studi intervensi, kita mengalami kekurangan bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk
mendukung evikasi strategi dan program keperawatan keluarga. Selain itu, dibutuhkan
penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya : sebagian besar penelitian
keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan keluarga
(yang berfokus pada anggota keluarga), bukan penelitian keluarga (yang berfokus pada
seluruh keluarga sebagai sebuah unit).

4. Isu kebijakan
Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam membentuk kebijakan yang
memengaruhi keluarga

C. Tantangan perawat keluarga antara lain :


1. Memiliki dan memperkaya tubuh pengetahuan (Body of knowlage) Melalui penelitian
2. Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
3. Pendidikan yang memenuhi standar
4. Terdapat pengendalian terhadap praktik
5. Bertanggungjawab dan bertanggung gugat(Accounttable) terhadaptindakan keperawatan
yang dilakukan gabung
6. Merupakan karier seumur hidup
7. Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi

D. Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari
profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
1. Pendidikan

15
Sebagai pendidik. perawat berperan dalam mendidik individu, keluarga. kelompok,
dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran
ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta
didik keperawatan.
Pada dasarnya perawat merupakan seorang guru dan agen informasi kesehatan tanpa
memandang lingkungan tempat ia berada. Pengajaran dianggap sebagai suatu komponen
pokok praktik keperawatan pada perawatan pasien yang sehat atau sakit, selain itu juga
dapat dilakukan pada keluarga dalam hal yang mendampingi pasien selama menjalani
perawatan di rumah sakit. Agar perawat dapat bertindak sesuai perannya sebagai
pendidik, maka perawat harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-
prinsip pengajaran dan pembelajaran. Selain itu tingkat pengetahuan kognitif seorang
perawat sangatlah penting, Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan mempunyai enam
tingkatan antara lain tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis). evaluasi (evaluation) (Bastable, 2002).
Perawat sebagi pendidik terdiri dari:
a) Menjadi "guru" bagi keluarga pasien.
Menjadi seorang perawat membutuhkan keahlian yang tentu saja (sebagai sebuah
profesi) harus didapatkan lewat lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah tinggi
hingga perguruan tinggi. Di sinilah, calon perawat ditempa dengan ilmu pengetahuan
juga beragam keterampilan dengan harapan, ketika lulus kelak, bisa mengamalkannya
dalam dunia nyata.
Saat seseorang dirawat di rumah sakit, sering kali kita menemukan banyak kasus, di
mana pasien atau keluarganya tidak punya pengetahuan terkait penyakit yang dia
derita. Maklum saja, meski penting, tidak semua orang memilih untuk mengambil
fokus pada ilmu kesehatan atau mencari tahu lebih banyak tentang hal itu.
Dalam kondisi inilah si perawat menjalankan tugasnya-terutama menjadi "agen
informasi" yang "memosisikan dirinya" untuk menerangkan kepada pasien/keluarga
pasien terkait kondisi kesehatan dan perkembangan penyakitnya. Dalam jangka
panjang, tentu saja langkah ini bisa mencegah risiko salah tindakan, salah penanganan

16
terhadap pasien akibat ketidaktahuan, maupun untuk menepis kepercayaan dan mitos
yang ada.
b) Mendidik agar Mandiri
Setelah menerangkan terkait penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, lebih lanjut
perawat juga akan berusaha untuk "mendidik" pasien/keluarga pasien sehingga
mereka menjadi tahu. Proses mendidik ini misalnya, bisa diterapkan mulai dari hal-
hal kecil, semisal cara meminum obat, efek yang timbul, pertolongan pertama, hingga
langkah-langkah antisipasi penyakit dengan menjaga pola hidup dan kesehatan. Hal
ini dimaksudkan, agar kelak setelah pasien dipulangkan, terjadi perubahan perilaku di
mana keluarga maupun pasien itu sendiri bisa merawat dirinya secara mandiri, tanpa
bantuan seorang perawat.
c) Memberi Informasi yang Transparan dan Jelas
Ketika ada yang bertanya-atau bahkan tanpa bertanya seorang perawat haruslah
menjelaskan informasi secara jelas dan transparan. Di sini, seorang perawat dituntut
pula untuk memberikan informasi sebenar benarnya, sehingga risiko cemas atau
kekhawatiran berlebih menjadi berkurang. Secara tidak langsung, hal ini juga akan
memberikan pengaruh positif terhadap kesembuhan pasien.
d) Melakukan Transfer Informasi kepada Masyarakat
Peranan perawat sebagai seorang edukator tidaklah hanya sebatas lingkup rumah
sakit, melainkan juga di kelompok, maupun masyarakat. Hal ini bisa dicapai,
misalnya dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan terkait penanganan kesehatan.
Misalnya pertolongan pertama pada pasien yang patah tulang. luka bakar, pingsan,
dan lain sebagainya disertai penjelasan yang komprehensif. Adapun sebelum
melakukan penyuluhan kesehatan, perawat juga harus dibekali dengan kemampuan
riset dan penelitian untuk setidaknya mengkaji tingkat pengetahuan, apa yang ingin
diketahui, serta informasi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Koordinator
Peran perawat sebagai coordinator keperawatan atau manajer kasus dilaksanakan
dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesehaan sehiga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

17
kebutuhan pasien (A. Aziz Alimul Hidayat. 2007). Selain itu adanya berbagai tempat
kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau
sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai
manajer, perawat mengoordinasi dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan
mengawasi tenaga kesehatan lainnya (Potter & Perry, 2005).
Peran perawat sebagai koordinator keperawatan atau manajer kasus secara umum
yaitu di bawah arahan dari atasan langsung, mengkoordinasikan operasi sehari-hari dari
unit keperawatan. Mengorganisir, mendistribusikan dan memverifikasi pekerjaan orang
lain, dan berpartisipasi dalam pelatihan mereka. Bertindak sebagai narasumber pada hal-
hal yang terkait dengan kesehatan. Memberikan asuhan keperawatan, konseling, dan
assist dokter. Mengembangkan program pendidikan kesehatan. Mengorganisir dan
berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan kegiatan lainnya yang berkaitan
dengan pencegahan penyakit Mempertahankan peralatan. Memelihara catatan. tugas
utama dan tanggung jawab perawat sebagai koordinator keperawatan dan kesehatan.
1) Koordinat operasi sehari-hari dari unit keperawatan. Mengembangkankebijakan
asuhan keperawatan dan protokol dalam hubungannya dengan supervisor.Rencana
dan menyelenggarakan program pengembangan staf keperawatan. Mempersiapkan
anggaran dan monitor rekening.
2) Mengorganisir, mendistribusikan dan memverifikasi pekerjaan orang lain, dan
berpartisipasi dalam pelatihan mereka. Membuat rekomendasi mengenai peralatandan
metode kerja untuk meningkatkan efisiensi unit.
3) Bertindak sebagai narasumber dan berhubungan dengan orang lain padahal hal yang
berkaitan dengan perawatan dan kesehatan. Merespon keluhan pasiententang Unit
keperawatan. Memberikan konseling medis dan psiko seksual.Menginstruksikan
pasien tentang masalah kesehatan.
4) Melakukan pemeriksaan pendahuluan dan menilai kondisi pasien. Padatahap ini
berlaku langkah-langkah darurat yang tepat. Pesanan tes laboratorium
danmenjelaskan hasil tes.
5) Membantu dokter dalam perawatan pasien. Menyediakan perawatan pencegahan dan
pengobatan seperti memberikan suntikan dan vaksinasi, mengambil sampel darah,

18
membalut, desinfektan, memberikan pemeriksaan mata dasar, danmenghapus jahitan.
Memastikan kepatuhan terhadap peraturan keselamatan.
6) Jadwal pasien untuk tindak lanjut kunjungan dan mengatur untuk arahan luar.
7) Mengembangkan dan mengkoordinasikan program pendidikan kesehatan.Penelitian
dan mempersiapkan materi pendidikan kesehatan(Siregar et al., 2020).

3. Pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab dan diberikan wewenang untukmemberikan pelayanan
keperawatan pada instansi kesehatan di tempat atau ruang dia bekerja. Yang menyangkut
pemberian pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga atau masyarakat berupa
asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi asuhan pencegahan pada tingkat satu,
dua atau tiga, baik langsung maupun tidk langsung.
Peran perawat sebagai pelaksana meliputi:
a) Comforter, yaitu perawat berusaha memberikan kenyamanan dan aman pada klien.
b) Protector dan advokad, yaitu perawat dapat melindungi dan menjamin agar hak dan
kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan
sebagaimana mestinya.
c) Communicator, yaitu perawat dapat bertindak sebagai mediator antara.klien denga
anggota tim kesehatan lainnya.
d) Rehabilitator, yaitu berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan
yaitu mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat
berfungsi dengan normal(Siregar et al., 2020).

4. Pengawasan Kesehatan
Perawat melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan. Perawat sebagai advokat
klien untuk melindungi hak-hak dan hukum klien dan memberikan bantuan untuk
menegakkan hak-hak klien jika diperlukan (Potter & Perry, 2009).
Sebagai seorang advokat, perawat bertindak atas nama klien dan mengamankan hak
perawatan kesehatan klien dan membela mereka (Hanks dalam Potter & Perry, 2010).

19
Perawat juga memberikan informasi lainnya untuk membantu pasien membuat suatu
keputusan dalam pelayanan kesehatan yang dijalaninya. Dalam peran ini perawat dapat
mewakili kebutuhan dan keinginan klien kepada profesi kesehatan lain, seperti meminta
informasi dari penyedia layanan kesehatan lainnya (Kozier, 2016)

5. Konsultan
Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dan biasanya diberikan oleh para
perawat senior dalam suatu lahan pelayanan perawatan.
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan

6. Kolaborasi
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. Sehingga perawat tidak bisa menjalankan
peranan ini bila tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.

7. Fasilitator
Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan kebutuhan
keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan
keamanan dapat diatasi untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah
menyelesaikan pendidikan formal yang di akui dan di beri kewenangan oleh pemerintah
untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara profesional sesuai kode etik
perofesional.agar dapat menjalankan peran perawat fasilitator dengan baik maka perawat
komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan(system rujukan,dan dana schat)

20
8. Penemu Kasus
Perawat melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat dan
dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam kesehatan.
Selanjutnya penelitian dilaksanakan untuk menemukan faktor yang menjadi pencetus
atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut. melalui kegiatan penelitian dan hasilnya
akan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Perawat berperan dalam mendeteksi dan
menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit melibatkan diri
dalam menemukan kasus dikeluarga. Yang dapat berfungsi sebagai :
1. Mengembangkan pengetahuan tentang tanda dan gejala atau factor yang berkontribusi
dengan kondisi yang akan dicari
2. Menggunakan proses diagnostic yang mengidentifikasi potensi masalah kesehatan
atau kondisi tertentu.
3. Menyediakan pelayanan tindak lanjut terhadap kasus yang teridentifikasi

9. Modifikasi Lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam menunjang
pemenuhan kebutuhan keamanan.

E. Manfaat trend dan isu


Pemanfaatan tekhnologi telehealth mempunyai banyak manfaat dan keuntungan bagi
berbagai pihak diantaranya pasien, petugas kesehatan dan pemerintah. Aspek kemudahan dan
peningkatan jangkauan serta pengurangan biaya menjadi keuntungan yang bisa terlihat secara
langsung Dengan adanya kontribusi telehealth dalam pelayanan keperawatan di rumah atau
homecare, akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga,
perawat, instansi pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah dalam hal ini adalah
Departemen Kesehatan. Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth dalam
bidang keperawatan banyak sakali tantangan dan hambatannya misalnya: faktor biaya,
sumberdaya manusia, kebijakan dan perilaku
(http://ekanovriadytanjung.blogspot.com/2013/04/tren-dan-isu-keperawatan-
komunitas.html).

21
Peluang Perawat dalam Memanfaatkan Trend Issue Jurnal Perawat sangat berpeluang
dalam menerapkan teknologi Telenursing ini dimana perawat dapat memanfaatkan
komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan baik.Telenursing adalah penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk
meningkatkan perawatan bagi pasien (Skiba, 1998) Telenursing menggunakan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada
klien.Teknologi berupa saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik)
dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di
definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik,
antar manusia dan atau computer. Salah satu contoh program tlehealth adalah homecare.
Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di
rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik
dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan
kunjungan ke pasien.

F. Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di
indonesia :
1. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum
adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita
2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana-sarana pelayanan kesehatan yang
memiliki kualitas baik.
5. Pengetahuan dan ketrapilan perawat yang masih perlu ditingkatka.
6. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang.
7. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun telh
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.
8. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas
transfortasi yang cukup.

22
9. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
10. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
11. Lahan praktek yang terbatas
12. Sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas
13. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang
14. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang

G. Penyebab perubahan peran tradisional ke peran tradisional perawat keluarga menjadi


peran spesialisasi perawat keluarga
Pergeseran peran merupakan adanya suatu pergantian posisi atau tugas dalam suatu
lingkungan. Suatu pergeseran peran dapat terjadi salah satu faktornya adalah adanya faktor
ekonomi. Misalkan dalam suatu keluarga, yang bertugas mencari nafkah adalah seorang
ayah.
Penyebab terjadinya pergeseran peran adalah adanya globalisasi. Globalisasi merupakan
suatu keadaan dimana adanya keterkaitan antara negara satu dengan negara lainnya.
Globalisasi ini dapat menyebabkan terjadinya suatu pertukaran kebudayaan
(http://ekanovriadytanjung.blogspot.com/2013/04/tren-dan-isu-keperawatan-komunitas.html)

H. Defenisi Family Health Nursing


Perawatan Kesehatan Keluarga atau Family Health Nursing adalah "tingkat perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur".
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa dalam perawatan kesehatan masyarakat ada
tiga tingkatan yang menjadi sasaran dalam perawatan yaitu individu, keluarga dan
masyarakat atau komunitas. Mengapa keluarga yang harus menjadi sasaran perawatan? Ada
beberapa alasan-alasan untuk melihat keluarga sebagai unit perawatan menurut Freeman
dalam bukunya Bailon & Maglaya, yaitu :
1. Keluarga adalah unit pokok dan dasar dari masyarakat, karena masyarakat terbentuk dari
kumpulan beberapa keluarga yang berkumpul menjadi satu dibatasi oleh demografi,
sosial, budaya dan kepercayaan. Struktur keluarga bisa dalam bentuk keluarga inti atau

23
nuclear family, extanded family, single family dan lain-lain sehingga membentuk suatu
komunitas besar yang disebut masyarakat. Budaya dalam keluarga sangat mempengaruhi
perawat dalam memberikan perawatan di dalam keluarga. Mengetahui keberagamaan
budaya sambil menghindari stereotype dapat memperkaya pengalaman perawat saat
melakukan perawatan keluarga pada keluarga yang berbeda, baik itu dari pengalaman
atau keyakinan, pengetahuan, praktek dan perilaku dari perawat (Joanna Rowe Kaakinen
2010).
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, membiarkan dan
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Setiap anggota
dalam keluarga tersebut akan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya,
sehingga akan mempengaruhi setiap anggota keluarga tersebut. Pola perilaku keterlibatan
keluarga yang luas dapat meningkatkan keikutsertaan keluarga, kontrol perawatan,
pertumbuhan dan pembelajaran dalam keluarga (Friedemann et al. 2015).
Mengikutsertakan anggota keluarga dalam melakukan perawatan pasien memberikan
hasil yang signifikan dalam meningkatkan rasa hormat, kerjasama dan dukungan dari
keluarga dibandingkan jika tidak melibatkan anggota keluarga (Mitchell et al. 2009).
3. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Jika salah satu anggota keluarga
menderita suatu penyakit misalnya TBC, penyakit tersebut akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga. Dampak dari penyakit tersebut terhadap keluarga bukan hanya akan
menularkan penyakit tersebut kepada anggota keluarga lain, tetapi akan berpengaruh juga
pada aspek psikologi, sosial dan ekonomi dari keluarga tersebut. Struktur, fungsi dan
proses keluarga dapat memberikan pandangan yang luas kepada keluarga terutama cara
berpikir keluarga, yaitu bagaimana keluarga memperhatikan secara khusus jika salah satu
anggotanya mengalami masalah kesehatan (Joanna Rowe Kaakinen 2010).
4. Keluarga tetap sebagai pengambil keputusan dalam melakukan perawatan pasien sebagai
individu. Dirawat atau tidaknya salah satu anggota keluarga memerlukan persetujuan
anggota keluarga yang lain, apalagi jika keluarga tersebut adalah keluarga besar atau
extended family biasanya dalam mengambil suatu keputusan harus melalui musyawarah
terlebih dahulu. Orang tua yang menikah memiliki resiko sekitar setengah lebih tinggi
untuk dilakukan perawatan di rumah daripada yang tidak menikah, dan yang memiliki

24
setidaknya satu anak atau saudara kandung mengurangi orang tua itu kemungkinan
dirawat sekitar seperempat (Freedman 1996).
5. Keluarga adalah penyalur yang efektif karena perawat dapat menjangkau masyarakat
hanya melalui keluarga, sehingga kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan hanya melalui
peningkatan kesehatan keluarga melalui peran serta keluarga. Nilai-nilai yang ada dalam
keluarga memperlihatkan keluarga sebagai bagian integral dari tim perawatan kesehatan
dan memberikan konsep bahwa keluarga sebagai unit perawatan (Bell 2013)

Model Umbrella Family Health Nursing

I. Kompetensi perawat keluarga


1. Pengkajian
a) menetapkan data dasar yang lengkap
1) menggunakan sumber data yang sesuai
2) menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai

25
3) mengumpulkan data dasar dan data yang berorientasi pada masalah dengan
menggunakan indikator penentu
4) menggali persepsi keluarga terhadap masalah
5) mengkaji kemampuan keluarga tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan
6) mencatat data dasar secara sistematis ringkas dan akurat

b) analisa data
1) mengertikan hubungan antara faktor yang terkait dengan kemampuan keluarga
tentang kesehatan dan Pelayanan Kesehatan
2) mengidentifikasi pengelolaan data dan kesenjangan hasil pengkajian dengan
kemampuan yang dimiliki keluarga tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan
c) menetapkan diagnosa keperawatan kesehatan keluarga
1) menetapkan diagnosa masalah keperawatan keluarga berdasarkan data yang
akurat dan pendukung
2) penapisan masalah kesehatan atau diagnosa berdasarkan kriteria
3) merubah memperbaiki dan osas sesuai data yang didapat
4) mencatat masalah atau diagnosa keperawatan keluarga secara sistematis ringkas
akurat

2. Perencanaan
a) Menyertakan keluarga dalam membuat rencana keperawatan
b) merumuskan tujuan yang spesifik dapat diukur dapat dicapai relevan batas waktu
c) sasaran dan tujuan diarahkan pada pencapaian kemandirian keluarga dalam kesehatan
dan pelayanan kesehatan
d) mengidentifikasi intervensi keperawatan yang sesuai
e) Menetapkan kriteria dan standar evaluasi

3. Implementasi
a) Menyertakan keluarga
b) menggunakan teknik yang tepat dalam melaksanakan intervensi
c) menggunakan strategi pendidikan kesehatan

26
d) Mendemonstrasikan keterampilan komunikasi efektif
e) Mendiskusikan konsep kesehatan dan pelayanan kesehatan yang akurat
f) berfungsi sebagai koordinator dengan mengidentifikasi mengartikan memulai dan
memelihara hubungan antara pelayanan yang ada dan sesuai dengan keluarga
g) mencatat intervensi keperawatan dan respon keluarga sistematis ringkas dan akurat

4. Evaluasi
a) menyertakan keluarga dalam mengevaluasi asuhan keperawatan
b) Evaluasi Asuhan Keperawatan dengan menggunakan kriteria dan standar evaluasi
c) memodifikasi prioritas sasaran tujuan dan intervensi keperawatan
d) mendokumentasikan hasil evaluasi dan memperbaiki rencana sistematis ringkas dan
akurat

5. Keterampilan profesional
a) Mengevaluasi dampak perasaan nilai sikap dan tingkah laku sendiri terhadap asuhan
keperawatan dan hubungan profesional
b) Mennggunakan konsultasi intra profesional dalam mengambil keputusan
c) menerima tanggung gugat terhadap praktik profesi diri sendiri

6. Kemampuan akademik
a) mendemonstrasikan cara berpikir yang kritis dalam menganalisa isu atau masalah
b) Menyajikan data verbal dan tertulis dengan formulasi yang baik
c) Berkontribusi dalam mendiskusikan isu dan bacaan pada seminar
(www.scribd.com/doc/272909071/KOMPETENSI-KEPERAWATAN-KELUARGA)

J. Area kebijakan yang menjadi prioritas perawatan keluarga


1. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU Kesehatan No.23 tahun 1992
3. PP No.52 Tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan
4. Kepmenkes 467/200 tentang registrasi dan praktik perawat pasal 12 dan pasal 13

27
K. Lingkup dan area keperawatan
Lingkup penelitian keperawatan termasuk dalam penelitian Kesehatan serta bersumber pada
penelitian epidemiologi Kesehatan serta dalam area penelitian keperawatan sebagai berikut:
1. Preklinik
a) Keperawatan dasar
b) Dasar keperawatan
c) Administrasi dan manajement keperawatan dan Kesehatan
d) Pendidikan keperawatan
e) Teori terkait (kedokteran, farmasi, Kesehatan ,masyarakat, psikologi social, dll)
2. Klinik
a) Keperawatan reproduksi
b) Keperawatan pediatrik
c) Keperawatan medical bedah
d) Keperawatan psikiatrik
3. Komunitas
a) Keperawatan keluarga
b) Keperawatan komunitas
c) Keperawatan gerontic dan kelompok khusus
Area riset keperawatan keluarga yaitu area masalah yang berkaitan dengan aspek
keperawatan atau factor yang berkaitan dengan masalah kesehatan dikeluarga
(.https://www.blogperawat.net/2018/04/lingkup-dan-area-penelitian-keperawatan.html).

L. Program pemerintah terkain trend dan isu keperawan keluarga


1. JKN
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
2. Germas

28
GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup
sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi
GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan
dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat.

Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi
kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman
yang layak huni. Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang menjadi pondasi dari
gerakan masyarakat hidup sehat.

Secara umum, tujuan GERMAS adalah menjalani hidup yang lebih sehat. Gaya hidup
sehat akan memberi banyak manfaat, mulai dari peningkatan kualitas kesehatan hingga
peningkatan produktivitas seseorang. Hal penting lain yang tidak boleh dilupakan dari
gaya hidup sehat adalah lingkungan yang bersih dan sehat serta berkurangnya resiko
membuang lebih banyak uang untuk biaya berobat ketika sakit

Logo GERMAS
Logo germas yang terkesan sederhana ternyata memiliki makna yang dalam; mengetahui
makna yang ada di balik logo tersebut dapat menjadi awal untuk lebih memahami dan
mengapresiasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang telah dicanangkan sejak tahun
2015 lalu. Pada logo tersebut terdapat tiga buah bidang dengan warna biru turqoise yang
merupakan lambang dari 3 Pilar Program Indonesia Sehat. Ketiga pilar tersebut adalah
Penerapan Paradiga Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional.

Sedangkan bidang hijau terang dengan bentuk hati merupakan lambang dari semangat
universal dan tulus dari upaya membawa seluruh warga negara Indonesia untuk lebih
sehat tanpa memandang perbedaan suku bangsa, ras, strata sosial dan latar belakang
budayanya.

29
Huruf K yang terdapat pada logo mewakili kata Kesehatan yang merupakan bidang dari
Kementrian yang bertanggung jawab atas GERMAS.
Bagian logo berbentuk lima ujung pada sebuah bidang bulat mewakili lima nilai
Kemenkes; yaitu Pro rakyat, Responsif, Efektif dan Bersih serta berlandaskan Pancasila.
Sedangkan garis menyerupai busur panah melambangkan tujuan dari Kemenkes Republik
Indonesia berupa mewujudkan negara Indonesia yang sehat

7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


Setidaknya terdapat 7 langkah penting dalam rangka menjalankan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat. Ketujuh langkah tersebut merupakan bagian penting dari pembiasaan pola
hidup sehat dalam masyarakat guna mencegah berbagai masalah kesehatan yang beresiko
dialami oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini 7 langkah GERMAS yang dapat menjadi
panduan menjalani pola hidup yang lebih sehat.
1) Melakukan Aktivitas Fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan
aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah raga.
Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan teknologi
dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang
menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan
salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang.

2) Makan Buah dan Sayur


Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan
berkurangnya waktu untuk makan buah dan sayur yang sebenarnya jauh lebih sehat
dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti
junk food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya.
Menambah jumlah konsumsi makanan dari buah dan sayur merupakan contoh
GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapapun.

30
Masalah selanjutnya adalah bagaimana cara mengatasi agar anak mau makan buah
dan sayur, untuk hal ini anda dapat mengaplikasikan jurus tips anak mau makan buah
dan sayur sebagai berikut yaitu salah satunya dengan mengkreasikan makanan dari
buah dan sayur dengan mengubahnya menjadi tampilan yang menarik, contohnya dari
karakter kartun yang disukai anak menggunakan buah tomat dan sayur ketimun
sehingga tadinya anak susah makan buah dan sayur menjadi mau makan sayur dan
buah

Adapun salah satu kampanye GERMAS adalah kampanye makan buah dan sayur
yang memberikan informasi betapa besarnya manfaat dan kenapa harus makan buah
dan sayur setiap hari. Karena anda harus memahami pentingnya kenapa harus makan
buah dan sayur setiap hari, berikut adalah dampak akibat kurang makan buah dan
sayur untuk kesehatan tubuh, contohnya seperti permasalahan BAB, peningkatan
risiko penyakit tidak menular, tekan darah tinggi dan lainnya.

Dengan memahami pentingnya perilaku makan buah dan sayur, diharapkan


masyarakat dapat dengan lebih aktif untuk meningkatkan kampanye makan buah dan
sayur untuk tingkatkan kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia.

3) Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi kesehatan.
Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan akan
berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di sekitarnya.
Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti merokok yang
lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
4) Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok; baik itu efek
buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di sekitarnya.

5) Melakukan Cek Kesehatan Berkala

31
Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat adalah
dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Diantaranya adalah dengan melakukan
cek kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke rumah sakit atau puskesmas
ketika sakit saja. Langkah ini memiliki manfaat untuk dapat memudahkan mendeteksi
penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.
Ada beragam informasi media cek kesehatan yang memberikan tips cek kesehatan
secara berkala, apa saja sebenarnya jenis cek kesehatan berkala yang dapat anda
lakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan anda.

6) Menjaga Kebersihan Lingkungan


Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan kualitas
lingkungan; salah satunya dengan lebih serius menjaga kebersihan lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah tangga dapat
dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat dilakukan adalah
menjaga kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan seperti mencegah
perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.

7) Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat; salah
satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan kotoran. Aktivitas
buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan berbagai jenis
penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan

3. PIS (Program Indonesia Sehat)


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita,
yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh
program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan
Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program
utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

32
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan
mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem
kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1)
penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan
preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis
risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan
kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

Latar Belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-
5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan 9Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya
menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019,
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015. latar belakang 1 Sasaran dari Program Indonesia Sehat

33
adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN
2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2)
meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat
dan vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia
Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma
sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan
nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan
mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko
kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan
manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada
tercapainya keluarga-keluarga sehat.

34
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat
menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan
memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat.
Sikap dan pola perilaku keluarga dapat dipengaruhi oleh dunia tanpa batas (global
village). Kemajuan teknologi di bidang transportasi mengakibatkan tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh terhadap
interaksi keluarga yang berubah. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang
tapi DEPKES sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model
keperawatan keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan serta munculnya perhatian
dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan masyarakat seperti diberikannya
bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga yang
tidak mampu. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system
yang belum berkembang.

3.2 Saran

Pelayanan keperawatan keluarga harus dikembangkan karena keperawatan keluarga dapat


mengurangi kejadian atau penderitaan akibat penyakit dengan perubahan paradigma dari cure
menjadi care melalui tindakan preventif.

35
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
2. Bell, J.M., 2013. Family Nursing Is More Than Family
3. Friedman,dkk. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta:
EGC
4. Friedemann, M., Montgomery, R.J. & Maiberger, B., 2015. Family involvement in the
nursing
5. Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
6. Makhfudli, F. E. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
7. Puspitawati, H., & Manusia, K. F. E. (2014). Fungsi Keluarga, Pembagian Peran dan
Kemitraan Gender dalam Keluarga. Tersedia: Http:/Ikk. Fema. Ipb. Ac.
Id/v2/Images/Karyailmiah/Kemitraan_gender. Pdf, Diakses Pada, 1.
8. Siregar, D., Manurung, E. I., Sihombing, R. M., Pakpahan, M., Sitanggang, Y. F.,
Rumerung, C. L., Arkianti, M. M. Y., Tompunu, M. R. G., Trisnadewi, N. W., &
Tambunan, E. H. (2020). Keperawatan Keluarga. Yayasan Kita Menulis.
9. Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
10. https://www.blogperawat.net/2018/04/lingkup-dan-area-penelitian-keperawatan.html
11. http://ekanovriadytanjung.blogspot.com/2013/04/tren-dan-isu-keperawatan-
komunitas.html
12. www.scribd.com/doc/272909071/KOMPETENSI-KEPERAWATAN-KELUARGA

36

Anda mungkin juga menyukai