Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA AGREGAT REMAJA DI LINGKUNGAN RW 13


KELURAHAN SRI MERANTI KECAMATAN RUMBAI
KOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

OLEH:
KELOMPOK
RT 01

Gina Febiola Manalu, S.Kep


Cindy Lestari, S.Kep
Anita Astuti, S.Kep
Gita Adearni Purba, S.Kep
Nailatul Fadillah, S.Kep
Novri Awanda, S. Kep
Dasfianti, S.Kep
Lichentia Putri E.P, S.Kep
Afifah Annisa, S.Kep
Titania aurilia, S.Kep
Nurismi Aisyah, S.Kep

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Arneliwati, M.Kep Sp.Kom


Ns. Debie Oktaviani S.Kep

1
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN
KOMUNITAS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU

2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas ini. Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk bisa
memperoleh gelar Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
Dalam pembuatan laporan ini kami banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Usman M Tang. MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan
universitas Riau.
2. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kom selaku Ketua Program Studi
PendidikanProfesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
3. Ns. Herlina, M.Kep., Sp.anKep.Kom selaku koordinator mata ajar
Praktik Profesi Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan
Universitas Riau.
4. Ns. Arneliwati, M.Kep dan Ns. Debie Oktaviani S.Kep selaku
pembimbing yang telah bersedia memberikan masukan, bimbingan,
serta dukungan bagi kami.
5. Lurah beserta staf Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai yang telah
mengizinkan kami untuk melakukan Praktik Profesi Keperawata
Komunitas ini.
6. Kepala Puskesmas dan staf Puskesmas Umban Sari yang telah

2
memberikan kesempatan dan kerjasama yang baik sehingga laporan ini
dapat selesai dengan baik dan lancar.
7. Masyarakat RW 13 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai yang
telah menerima dan mendukung semua kegiatan yang kami laksanakan.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberikan
masukan kepada kami dalam menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan
demi kebaikan laporan ini. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini
bermanfaat dalam dunia keperawatan umumnya dan keperawatan komunitas
khususnya.

Pekanbaru, Februari 2023

Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................

B. Tujuan Penulisan.............................................................................................

C. Manfaat Penulisan...........................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Keperawatan Komunitas ...........................................................

3
B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
......................................................

C. Konsep Agregat Remaja


.................................................................................

D. Konsep Agregat
Dewasa.................................................................................

E. RW Siaga
........................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Tahap Persiapan
.............................................................................................

B. Tahap
Pengkajian............................................................................................

C. Analisa
Data....................................................................................................

D. Skoring
...........................................................................................................

E. Rencana Asuhan Keperawatan


.......................................................................

BAB IV PEMBAHASAN

A. Tahap Persiapan
..............................................................................................

B. Tahap
Pengkajian............................................................................................

C. Diagnosa Keperawatan
...................................................................................

D. Tahap Intervensi

4
.............................................................................................

E. Tahap
Implementasi........................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
.....................................................................................................

B. Saran
...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan


praktik untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat. Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk
pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status
kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif
(Kholifah & Widagdo, 2016). Pelayanan Keperawatan Komunitas dilakukan
kepada seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang
berisiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi
dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia,
dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Pelayanan kesehatan di masyarakat mempunyai beberapa sasaran yaitu
individu, keluarga/kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder, dan tersier. Peran serta aktif masyarakat merupakan suatu
proses dimana individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri. Peran perawat komunitas
adalah merubah perilaku masyarakat kearah positif dalam memelihara
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi, memprioritaskan dan
mencari alternatif pemecahan masalah melalui perencanaan yang dibuat
serta menilai hasil yang telah dicapai (Efendi, 2009). Pemeliharaan
kesehatan reproduksi penting dilakukan oleh masyarakat, khususnya pada
saat menstruasi yang terjadi pada masyarakat usia remaja.

6
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang
ditandai dengan berbagai perubahan baik secara sosial, emosional, psikis,
maupun fisik, dimana sala satunya adalah menstruasi. Menstruasi
merupakan proses pengeluaran darah yang terjadi secara periodik dari
uterus. Menstruasi yang dialami oleh remaja dapat menimbulkan masalah,
salah satunya nyeri haid. Nyeri haid atau dismenore adalah nyeri atau kram
di perut bagian bawah yang muncul sebelum atau pada saat menstruasi. Ju
Hong (2014) mengungkapkan bahwa prevalensi dismenore yang terjadi pada
WUS antara 16-91% dan yang mengalami nyeri berat mencapai 29%. Kato
(2016) menyatakan bahwa dismenore merupakan rasa sakit yang paling
sering diderita oleh remaja dalam setahun terakhir.
Berdasarkan hasil pengkajian yang berhasil dikumpulkan oleh Ners
Muda Fakultas Keperawatan Universitas Riau di RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai yang dilaksanakan mulai tanggal 06 Februari
2023 ditemukan bahwa masyarakat usia remaja yang mengalami nyeri
keputihan sebanyak 83 orang (58%), hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
remaja mengalami masalah kesehatan wanita (keputihan), nyeri atau keram
dialami oleh 90 orang atau sebanyak 63% ketika menstruasi. Hasil
wawancara pada remaja perempuan didapatkan bahwa haid teratur dalam
satu bulan disertai dengan nyeri dan keram menstruasi, selama menstruasi
remaja mengatakan mengganti pembalut kurang dari 3 kali dalam sehari.
Remaja juga mengatakan tidak ada mengkonsumsi obat untuk mengatasi
nyeri menstruasi.
Berdasarkan masalah kesehatan yang ditemukan oleh Ners Muda
Fakultas Keperawatan yang melakukan Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas pada agregat remaja dan dewasa di RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai, maka akan dilakukan asuhan keperawatan
komunitas.

7
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
khususnya pada usia remaja di RW 13 Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai.
2. Tujuan Khusus
a) Melaksanakan pengkajian yang meliputi observasi, winshield
survey, wawancara, pengumpulan data, tabulasi data serta
mempersentasikan data yang diperoleh di lapangan.
b) Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran
analisa data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah
disusun.
c) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan dijumpai dan diprioritaskan.
d) Mengimplementasi tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
e) Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana
tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
optimal

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Dinas Kesehatan diharapkan, penulisan laporan hasil kegiatan ini
dapat menjadi gambaran umum tentang kondisi kesehatan masyarakat
kota Pekanbaru, khususnya RW 13 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan
Rumbai.
2. Untuk pihak Puskesmas diharapkan laporan hasil kegiatan ini dapat
dijadikan bahan maupun data untuk menyusun kebijakan dan program
kerja dibidang kesehatan dimasa yang akan datang.

8
3. Untuk masyarakat diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat
dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mengatasi masalah kesehatan masyarakat di RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai.
4. Untuk institusi pendidikan diharapkan laporan hasil kegiatan ini
menjadi bahan perbandingan untuk profesi berikutnya dan menjadi
evaluasi terhadap program atau kurikulum keperawatan komunitas yang
telah ditetapkan.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Menurut WHO dalam (Novalia & Nurhadi, 2018) keperawatan
komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan
ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan
sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi
sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang
mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Novalia & Nurhadi, 2018).
2. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Sebagai
sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat.
a. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh

10
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu
fokus pelayanan keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut.
c. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan
memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam
keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan

11
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah
proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan
produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan
dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.
Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit
akibat kesulitan air bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah
ada pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit
asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang
satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Tujuan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung
(direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks
komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.
1) Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2) Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

12
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal
4. Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson (1988) dalam (Novalia & Nurhadi, 2018) sasaran keperawatan
komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
a. Tingkat Individu. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada
individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu misalnya TBC,
ibu hamil dsb, yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan
sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan
masalah kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga. Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota

13
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian
dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan
perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan
Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
a) Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular
atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB
kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga
dengan neonates BBLR, keluarga dengan lanjut usia atau
keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c) Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
c. Tingkat Komunitas Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas
sebagai klien.
1) Pembinaan kelompok khusus
2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
5. Ruang lingkup Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya

14
pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan,
olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala
melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin
A, iodium, ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan
menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang
sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit
dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau
rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan
buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir.
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat
dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu
seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik
pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagainya, kegiatan
fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan
penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh
masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.
6. Prinsip Pemberian Pelayanan Keperawatan Komunitas
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas
harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana

15
semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan
bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji
dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan,
pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip
keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan
kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang
lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan
dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada. Prinsip dasar lainnya dalam
keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
b. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat
d. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada
upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
e. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dituangkan dalam proses keperawatan.
f. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah
dimasyarakat dan bukan di rumah sakit.
g. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit
maupun yang sehat.

16
h. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan
perilaku hidup sehat masyarakat.
i. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi
kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin.
j. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi
bekerja secara tim. Sebagian besar waktu dari seorang perawat
kesehatan komunitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan
kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat
atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas,
pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
k. Kunjungan rumah sangat penting.
l. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
m. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada
sistem pelayanan kesehatan yang ada.
n. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan
lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
7. Peran Perawat Komunitas
a. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan
autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar
klien.
b. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara
untuk dirinya.

17
c. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi
fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
d. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal.
e. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan
bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai
dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat
jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
f. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan
yang merupakan dasar dari praktik keperawatan.
g. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen
pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat
kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk praktik
keperawatanprofessional yang sistematis dan komprehensif yang berfokus
pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas secara keseluruhan
melalui pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi

18
keperawatan (Mendfora, 2010). Pengkajian dan diagnosis keperawatan
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan komunitas. Pada tahap ini,
setelah perawat mengkaji data kesehatan komunitas, selanjutnya
menetapkan diagnosis keperawatan. Pada tahap pengkajian keperawatan
untuk memahami aspek yang dikaji, perawat harus memiliki pemahaman
tentang epidemiologi. Keberhasilan dalam pengkajian akan memengaruhi
tahap-tahap selanjutnya dalam proses keperawatan, yaitu diagnosis
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatan komunitas (Kemenkes RI, 2016).
Dibawah ini akan dijelaskan tahapan proses asuhan keperawatan
komunitas menurut model Neuman (IPKKI, 2017).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis, sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, sosiologis, ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan
(Mubarak, 2010). Pada tahap pengkajian dilakukan kegiatan penyebaran
kuesioner, observasi, wawancara dan windshield survey. Hal ini sesuai
dengan model keperawatan Neuman bahwa masalah kesehatan
ditimbulkan dari berbagai variabel, yaitu fisiologis, psikologis,
sosiokultural & developmental, sehingga semua aspek perlu dikaji untuk
menentukan penyebab terjadinya masalah kesehatan yang ada di
masyarakat.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan masyarakat sehingga dapat
ditentukan tidakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah

19
yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial, ekonomi, dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya oleh karena
itu data tersebut harus akurat dan dapat dilakukan analisis untuk
pemecahan masalah. Menurut pendapat Notoadmodjo (2010) yang
mengatakan penyebaran kuesioner pada populasi yang melebihi 100
orang populasi, maka dapat dilakukan teknik simple random
sampling, dengan pengambilan sampel secara acak dan proposional
berdasarkan jumlah populasi dari masing-masing RT.
1) Teknik pengumpulan data
a) Pengumpulan data langsung yang terdiri dari wawancara,
observasi, whienshield survey, dan kuesioner;
b) Pengumpulan data laporan (data dari berbagai instansi dan
sumber yang terpercaya seperti catatan kesehatan, catatan
pertemuan warga, dokumen publik, dan statistik).
2) Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :
a) Data inti, seperti: riwayat atau sejarah perkembangan
masyarakat data demografi, vital statistik, dan status
kesehatan komunitas;
b) Pengumpulan data laporan (data dari berbagai instansi dan
sumber yang terpercaya seperti catatan kesehatan, catatan
pertemuan warga, dokumen publik, dan statistik).
3) Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi
a) Data inti, seperti: riwayat atau sejarah perkembangan
masyarakat data demografi, vital statistik, dan status
kesehatan komunitas;
b) Data lingkungan fisik, meliputi: pemukiman, sanitasi, dan

20
fasilitas- fasilitas lainnya;
c) Pelayanan kesehatan. Dikaji lokasi sarana kesehatan yang ada,
sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader),
bagaimana dengan jumlah kunjungan yang ada, serta sistem
rujukannya
d) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan). Lokasi fasilitas sosial
apakah mudah dijangkau, bagaimana system kepemilikannya,
dan apakah barang yang disediakan lengkap.
e) Ekonomi
Indikator ekonomi dan sumber-sumber informasi:
(1) Rumah tangga (rata-rata pendapatan biaya perbulan
masing- masing rumah tangga);
(2) Individu (pendapatan per-KK, persen yang miskin).
f) Keamanan dan transportasi
(1) Keamanan
(a)Keamanan/ lingkungan yang ada;
(b)Upaya penanggulangan yang tersedia (kebakaran,
polusi, sanitasi; limbah, sampah dan air kotor).
(2) Transportasi
(a)Sarana transportasi, kondisi jalan yang tersedia
(tanah, beton, aspal);
(b)Jenis transportasi yang dimiliki (sepeda, sepeda
motor, mobil);
(c)Sarana transportasi yang tersedia.
(3) Politik dan pemerintahan
(a)Sistem pengorganisasian;
(b) Struktur organisasi;
(c)Kelompok organisasi dalam komunitas;

21
(d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan.
g) Sistem komunikasi
(1) Sarana umum komunikasi yang tersedia di komunitas
(telepon umum, wartel, dan lain-lain);
(2) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas;
(3) Cara penyebaran informasi yang umum digunakan dalam
komunitas: menggunakan model tradisional,
menggunakan surat pemberitahuan atau pengeras suara
yang tersedia.
h) Pendidikan
(1) Tingkat pendidikan komunitas, homogen, heterogen, dan
tingkat pendidikan mayoritas dalam komunitas;
(2) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non
formal), meliputi jenis pendidikan yang diadakan di
komunitas, sumber daya manusia, tenaga yang tersedia;
(3) Jenis bahasa yang digunakan dalam komunitas.
i) Rekreasi
(1) Kebiasaan rekreasi yang ada dalam komunitas, kebiasaan
rekreasi rutinitas yang dilakukan;
(2) Fasilitas rekreasi yang tersedia
4) Cara pengumpulan data
Data diperoleh dengan cara:
a) Wawancara
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik
yang berbentuk Tanya jawab antara perawat dengan klien,
keluarga klien, atau dengan masyarakat yang berkaitan dengan
masalah kesehatan.

22
b) Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Kuesioner
merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner dapat
mengetahui keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman
atau pengetahuan dan lain- lain yang dimilikinya. Kuesioner
merupakan instrumen pengumpulan data atau informasi yang
dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan.
c) Observasi
Melakukan pengamatan dalam keperawatan komunitas
meliputi aspek fisik, psiokologis, perilaku, dan sikap.
d) Windshield survey
Windshield survey merupakan pendataan menggunakan
panca indra tentang wilayah/demografi masyarakat yang ada di
wilayah tempat tinggal meliputi perumahan, lingkungan,
daerah (bangunan: tua, bahan arsitektur, bersatu, berpisah, dll),
lingkungan terbuka (luas, sempit, kualitas, pribadi, umum, dll),
batas (ada batas daerah, jalan, got, kondisi bersih, kotor),
kebiasaan (tempat kumpul; siapa, jam berapa dll), transportasi
(cara datang dan pergi, situasi jalan, jenis transportasi),
pelayanan kesehatan di masyarakat (puskesmas, pustu, balai
pengobatan), tempat rekreasi (keluarga, anak-anak, umum),
tempat ibadah (mesjid, gereja, wihara), sekolah/perguruan
tinggi/lembaga kursus/pelatihan dll), organisasi di masyarakat
(pokjakes, kepemudaan dll), politik (kampanye/poster).
5) Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Klasifikasi data/kategorisasi data berdasarkan karakteristik

23
demografi, karakteristik sosial ekonomi, dan sumber dan
pelayanan kesehatan;
b) Perhitungan persentasi cakupan data;
c) Tabulasi data;
d) Interpretasi data.
6) Analisa data
Analisa data mrupakan kemampuan untuk mengaitkan
data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, baik masalah kesehatan maupun
masalah keperawatan. Tujuan analisa data antara lain:
a) Menetapkan kebutuhan masyarakat;
b) Menetapkan kekuatan;
c) Mengidentifikasi pola respon komunitas;
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.
7) Perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa yang diperoleh, maka dapat
diketahui masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat yang
selanjutnya dapat dilakukan intervensi. Namun, masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus, oleh
karena itu, perawat komunitas harus membuat prioritas masalah.
8) Prioritas masalah
Kriteria penentuan prioritas masalah kesehatan
masyarakat dan keperawatan diantaranya adalah perhatian
masyarakat, prevalensi kejadian, berat tingginya masalah,
kemungkinan masalah untuk diatasi, tersedianya suumber daya
masyarakat, dan aspek politis. Prioritas masalah juga dapat

24
ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu keadaan yang mengacam kehidupan, keadaan yang
mengancam kesehatan, dan persepsi masyarakat tentang
kesehatan dan keperawatan. Penyusunan masalah atau diagnosis
komunitas harus sesuai dengan prioritas keperawatan komunitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis (clinical
judgement) terhadap respon individu atau komunitas terhadap
masalah kesehatan terhadap respon individu, kelompok atau
komunitas (NANDA, 2017). Diagnosa keperawatan komunitas
terdiri dari tiga bagian, yaitu gambaran masalah yang merupakan
respon atau kondisi masyarakat, faktor penyebab yang berhubungan
dengan masalah,serta tanda dan gejala yang mendukung (IPKKI,
2017) menjelaskan terdapat tiga komponen format diagnosa
keperawatan komunitas:

a. Risk of, masalah keperawatan spesifik atau risiko masalah


kesehatan di komunitas
b. Among, komunitas atau klien spesifik yang akan diintervensi
oleh perawat komunitas
c. Related to, yaitu gambaran karakteristik komunitas, meliputi
motivasi, pengetahuan, keterampilan, serta faktor lingkungan.
Karakteristik lingkungan meliputi budaya, fisik, psikososial,
dan politik. Jenis diagnosa keperawatan yang dapat diangkat
yaitu:
1) Sehat/wellness/potensial
Komunitas mempunyai potensi untuk ditingkatkan,
belum ada data maladaptif atau paparan masalah
kesehatan.

25
2) Ancaman/risiko
Belum terdapat pemaparan masalah kesehatan, namun
sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya masalah atau gangguan.
3) Nyata/actual
Gangguan atau masalah kesehatan sudah timbul
didukung dengan beberapa data maladaptif.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan komponen kunci dalam praktik
keperawatan komunitas, dimana dalam perencanaan terdapat suatu
hubungan vital antara pengkajian dan diagnosa keperawatan disatu
sisi serta intervensi dan evaluasi disisi lain (Mubarak, 2010). Tiga
tahap kegiatan dalam proses perencanaan:
a. Menentukan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan
komunitas Menurut Effendi (2009), terdapat enam kriteria
dalam menentukan prioritasmasalah keperawatan, masing-
masing kriteria diberi skor 1-10. Kriteria tersebut adalah:
1) Kesadaran komunitas terhadap masalah
2) Motivasi komunitas dalam menyelesaikan masalah atau
mengelola masalah dengan baik
3) Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau
memberikan solusi penyelesaian masalah
4) Tersedianya keahlian untuk menyelesaikan masalah
kesehatan;
5) Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika
tidak diselesaikan
6) Kecepatan masalah dapat diselesaikan.

26
b. Menetapkan tujuan dan kriteria evaluasi
Tujuan dalam tindakan keperawatan terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum/jangka panjang
merupakan tujuan akhir yang akan dicapai setelah tindakan
keperawatan komunitas diselesaikan, dimana mengacu pada
penyesaian masalah (problem). Tujuan khusus/jangka pendek
merupakan tujuan tindakan keperawatan yang mengacu pada
penyelesaian etiologi. Kriteria evaluasi adalah acuan atau
kriteria dari tingkat pencapaian tujuan/hasil yang diharapkan.
Kriteria merupakan respon masyarakat yang diharapkan
sebagai acuan tercapainya suatu tujuan (kognitif, afektif,
psikomotor). Untuk mencapai kriteria yang diinginkan
kegiatan yang ditetapkan harus memiliki standar. Standar
adalah target minimal tingkat pencapaian tujuan, sebagai
penentu tingkat keberhasilan intervensi yang dilakukan.
c. Menetapkan intervensi atau perencanaan keperawatan
komunitas
Intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan dan direncanakan untuk memperkuat garis
pertahanan. Pencegahan primer digunakan untuk memperkuat
garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk
memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier
untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Mubarak, 2010).
Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam
bentuk kerjasama (partnership) adalah suatu bentuk kerjasama
secara aktif antara perawat komunitas, masyarakat, maupun
lintas program dan sektor terkait mengambil suatu keputusan
dalam upaya penyelesaian masalah yang ditemukan di

27
masyarakat. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah melalui
kegiatan kolaborasi dan negosiasi. Strategi intervensi
keperawatan komunitas dalam bentuk proses kelompok adalah
suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui
pembentukan kelompok atau support social yang lainnya
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di
komunitas.
Pembentukan kelompok di masyarakat
menggambarkan adanya minat dan kebutuhan baik secara
kelompok maupun individu serta menunjukkan adanya
hubungan antara klien dengan sistem sosial di masyarakat.
Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk
pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatandalam rangka
upaya promotif dan preventif dengan cara melakukan
penyebaran informasi dan peningkatan motivasi masyarakat
untukberperilaku hidup sehat (IPKKI, 2017). Strategi
intervensi lainnya dalam keperawatan komunitas adalah
kegiatan pemberdayaan masyarakat (empowerment), yaitu
suatu kegiatan keperawatan komunitas melalui keterlibatan
masyarakat secara aktif dalam rangka penyelesaian masalah
yang ditemukan di masyarakat. Masyarakat bukanlah sebagai
objek melainkan sebagai subjek dalam rangka menyelesaikan
suatu masalah tertentu.
4. Implementasi
Implementasi merupakan bentuk tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan intervensi atau rencana yang telah disusun
sebelumnya. Dalam mengimplementasi, seorang perawat sebagai

28
agen perubah harus memperlihatkan kemampuan berkomunikasi
baik secara verbal maupun tulisan, mempunyai gaya kepemimpinan
yang visioner, dan keterampilan mengelola konflik (IPKKI, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kumpulan informasi yang sistematik
mengenai aktifitas, karakteristik, dan hasil akhir dari suatu program.
Evaluasi diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya
proses, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan sekumpulan program dilaksanakan. Adapun
kemungkinan hasil evaluasi yaitu:
Tujuan tercapai jika masyarakat mengikuti semua
intervensi yang telah diberikan:
a. Tujuan tercapai sebagian jika masyarakat melakukan
sebagian dari intervensiyang diberikan
b. Tujuan tidak tercapai jika masyarakat tidak melakukan
intervensi yang telah diberikan (IPKKI, 2017).

C. Konsep Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja yang mempunyai bahasa aslinya disebut juga dengan
adolescence, yang berasal dari bahasa latin adolescence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menuju kematangan (Ansori, 2018). World
health Organization (WHO) menjelaskan bahwa remaja ialah
penduduk dalam rentang umur 10-19 tahun. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja merupakan
penduduk dalam rentang umur 10-18 tahun serta belum menikah.

29
Remaja merupakan seseorang yang berusia 11 tahun hingga 20
tahun yang cenderung mudah dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-
hari (Wahyuni, 2011).
2. Batasan Usia Remaja
Pada masa remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik maupun mental menuju usia dewasa, sehingga dapat
dikelompokan remaja dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai
berikut:
a. Masa usia remaja pertama 11- 13 tahun (early adolencence)
Yaitu masa yang biasanya pertama kali duduk dibangku Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dengam mempunyai karakteristik
tidak stabil keadaan serta emosional tinggi, mempunyai banyak
sekali masalah, masa yang amat kritis, mulai ada ketertarikan
antar lawan jenis, sering muncul rasa tidak percaya terhadap diri
sendiri, serta mulai menyukai mengembangkan pemikiran baru,
gelisah suka berhalusinasi dan suka menyendiri.
b. Masa usia remaja pertengahan 14-16 tahun (middle adolencence)
Masa ini biasanya terjadi ketika masa remaja duduk di Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan ciri-ciri seperti sangat
membutuhkan teman, mempunyai sifat kecintaan terhadap diri
sendiri, berada dalam situasidan kondisi resah dan terlihat suka
bingung karena terjadi pertentangan yang ada didalam diri
sendri, mempunyai besar keinginan untuk mencoba terhadap hal
yang belu di ketahui dan di rasakan dan ingin menjelajar di
lingkungan alam yang lebih luas.
c. Masa usia remaja akhir 17-20 tahun (late adolencence)
Di tandai dengan karakteristik aspek-aspek psikis dan fisik mulai
normal, mampu meningkatkan berfikir secara realistis,

30
mempunyai sikap pandang yang sangat baik, lebih mendalami
dan matang untuk mengatasi masalah yg dihadapi, emosional
yang lebih tenang dan mampu menguasai perasaanya, sudah
terbentuk sesksualitas yang tidak akan berubah, dan lebih banyak
perhatian terhadap beberapa lambing kematangan.
3. Karakteristik Usia Remaja
Menurut penyataan (Putro, 2017), seperti pada umumnya
langkah periode adalah yang terpenting, kehidupan pada remaja
mempunyai ciriciri rentang yang tertentu dan membedakan langkah
periode pada masa sebelumnhya dan masa sesudahnya. Pada masa
remaja saai ini merupakan masa terberat bagi remaja dan bagi kedua
orang tua.
Kesulitan tersebut dimulai dari beberapa fenomena remaja
tersendiri dengan berbagai perilaku khusus:
a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan berargumentasi dan
beberapa haknya untuk diri sendiri, tidak dapat terhindarkan,
dalam artian ini dapat memciptakan sebuah ketegangan serta
perselisihan dan mampu terjadi jarak remaja terhadap orang tua
b. Pada usia remaja sangat mudah dipengaruhi terhadap teman-
temanya dari pada masa sebelumnya, peran orang tua dalam
mempengaruhi dan membimbing anaknya terjadi penurunan.
Pada usia remaja mempunyai kesenangan yang jauh berbeda
bahkan sangat bertentangan dengan kesenangan keluarga. Seperti
beberapa contoh yaitu dalam berpakaian, gaya potong rambut
kepala, kesenangan terhadap music yang mutakhir.
c. Pada usia remaja mengalami perubahan bentuk fisik yang
signifikan, baik perkembanganya ataupun seksualnya, pada rasa
seksualnya ketika muncul bisa saja sangat mengerikan,

31
membingungkan serta menjadi perasaan yang salah dan frustasi
d. Remaja bisa saja berubah menjadi seseorang yang percaya diri
(over confidence) serta bersama dengan rasa emosinya yang
biasanya meningkat, sehingga terjadinya sulit menerima teguran
dan nasihat orang tua.
4. Permasalahan Yang Terjadi Pada Remaja
Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode
hidup manusia mempunyai masalah tersendiri, termasuk periode
remaja. Remaja sering kali sulit mengatasi masalah mereka. Ada
dua alasan hal itu terjadi yaitu: yang pertama ketika masih anak
anak dan seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang
dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai
pengalaman dalam menghadapi masalah yang kedua karena remaja
telah menganggap dirinya lebih mandiri, maka mereka mempunyai
gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa remaja pada
umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu
suatu masalah utama karena adanya perubahan perubahan sosial,
fisiologi, dan psikologis didalam diri dalam masyarakat kita yang
semakin kompleks dan berteknologi modern.
a. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada
adolesens (sekitar 70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang
merupakan penyebab umum terbanyak, mengakibatkan hampir
setengah kematian pada usia 16 sampai 19 tahun (Edelmen da
Mandel, 1994). Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan
intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat.
b. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah

32
utama bagi mereka yang bekerja dengan adolesens. Adolesens
dapat menyakini bahwa zat yang merubah alam perasaan
menciptakan perasaan sejahtera atau membuktikan tingkat
penampilan. Semua adolesens berada pada risiko penggunaan
zat untuk eksperimental atau kebiasaan atau berasal dari
keluarga yang tidak stabil lebih berisiko terhadap penggunaan
kronik dan ketergantungan fisik. Beberapa adolesens percaya
bahwa penggunaan zat membuat mereka lebih matur.
c. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kematian ketiga
pada adolesens usia antara 15 dan 24 tahun (Hawton, 1990);
kecelakaan dan pembunuhan merupakan penyebab utama.
Depresi dan isolasi social biasanya mendahului usaha diri,
tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai akibat dari kombinasi
beberapa factor.
d. Penyakit menular
Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang
pertahun di bawah usia 25 tahun. Tingkat insiden tertinggi
mengharuskan adolesens yang aktif seksual dilakukan skrining
terhadap PMS, meskipun mereka tidak menunjukan gejala.
Kehamilan remaja merupakan kejadian umum di Amerika
Serikat; 1 dari setiap 10 wanita dibawah usia 20 tahun
mengalami kehamilan, dan banyak yang memilih untuk
memelihara bayinya sendiri. Kehamilan tidak memiliki risiko
fisik pada ibu yang masih remaja kecuali mereka dibawah usia
16 tahun atau tidak menerima perawatan prenatal B. Adapun
masalah lain yang dihadapi remaja masa kini antara lain :

33
1) Kebutuhan akan figure teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai
luhur yang berlangsung dan keteladanan orang tua
mereka daripada hanya sekedar nasehat-nasehat bagus
yang tinggal hanya kata-kata indah.
2) Sikap apatis
Sikap apatis merupakan kecenderungan untuk
menolak sesuatu pada saat bersamaan tidak mau
melibatkan diri didalamnya. Sikap apatis ini terwujud
didalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi
dimasyarakatnya.
3) Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stress atau prustasi semakin umum dipakai
kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba
mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian”
4) Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala
sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja
sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif
dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan masyarakat.
Persahabatan dinilai untung dan rugi atau malahan dengan
uang.
5) Perasaan yang tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama
karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan
berpola fikir masyarakat modern.
6) Pemujaan dan pengalaman

34
Sebagian besar tindakan-tindakan negative anak
muda dengan minuman keras. Obat-obatan dan seks pada
mulanya berawal dan mencoba-coba. Lingkungan
pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan
yang keliru tentang pengalaman.
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara
lain:
a) Anak-anak muda yang berasal dari golongan orang
kaya yang biasanya memakai pakaian yang mewah.
Hidup hura-hura dan pergi kediskotik
b) Disekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib
sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak
mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
c) Ngebut, yaitu mengendairai mobil atau motor
ditengah tengah keramaian kota dengan kecepatan
yang melampau batas maksimum yang dilakukan oleh
pemuda belasan tahun.
d) Membentuk kelompok remaja yang tingkah lakunya
sangat menyimpang dengan norma yang berlaku
dimasyarakat, seperti tawuran antar kelompok.
5. Tugas Perkembangan Anak Usia Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase)
remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang
dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.
Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus
menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usinya dengan baik.
Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan

35
dengan baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam
kehidupan sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan dalam
menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya.
Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas
perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan
sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada
remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat,
dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
perkembangan berikutnya.
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja
mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai
berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-
figur yang mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan
bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun
kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas
pribadinya.

e. Menerima dirinya sendiri dan kepercayaan terhadap


kemampuannya sendiri.
f. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri)
atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup
(weltanschauung).
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri
(sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut

36
Havighurst sebagaimana dikutip Gunarsa, sebagai berikut:

a. Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik yang


dialaminya dan dapat melakukan peran sesuai dengan jenisnya
secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut.
b. Belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, baik
teman sejenis maupun lawan jenis sesuai dengan jenis kelamin
masing-masing.
c. Mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua
dan orang dewasa lainnya.
d. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep
tentang kehidupan bermasyarakat.
e. Mencari jaminan bahwa suatu saat harus mampu berdiri sendiri
dalam bidang ekonomi guna mencapai kebebasan ekonomi.
f. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang
sesuai dengan bakat dan kesanggupannya.
g. Memahami dan mampu bertingkah laku yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku.
h. Memperoleh informasi tentang pernikahan dan mempersiapkan
diri untuk berkeluarga.
i. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat
sesuai dengan pandangan ilmiah.
Mengingat tugas-tugas perkembangan tersebut sangat
kompleks dan relatif berat bagi remaja, maka untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan baik, remaja masih
sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan supaya dapat
mengambil langkah yang tepat sesuai dengan kondisinya. Di

37
samping tugas-tugas perkembangan, remaja masih mempunyai
kebutuhan- kebutuhan yang tentu saja menuntut pemenuhan
secepatnya sesuai darah mudanya yang bergejolak. Kebutuhan-
kebutuhan tersebut, menurut Edward, sebagaimana dikutip Hafsah
19 adalah meliputi: (1) kebutuhan untuk mencapai sesuatu, (2)
kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol, ingin terkenal, (3)
kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, (4) kebutuhan akan
keteraturan, (5) kebutuhan akan adanya kebebasan untuk
menentukan sikap sesuai dengan kehendaknya, (6) kebutuhan
untuk menciptakan hubungan persahabatan, (7) adanya keinginan
ikut berempati, (8) kebutuhan mencari bantuan dan simpati, (9)
keinginan menguasai tetapi tidak ingin dikuasai, (10) menganggap
diri sendiri rendah, (11) adanya kesediaan untuk membantu orang
lain, (12) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan, (13) adanya
keuletan dalam melaksanakan tugas, (14) kebutuhan untuk betgaul
dengan lawan jenis, dan (15) adanya sikap suka mengkritik orang
lain.
Intensitas kebutuhan-kebutuhan di atas tidak semua sama
antara individu yang satu dengan yang lain, karena kondisi pribadi
yang berbeda, situasi lingkungan yang berlainan, dan ada individu
yang ingin segera kebutuhannya terpenuhi, namun kenyataannya
banyak yang tidak terpenuhi. Dari uraian ini nampak bahwa tugas
perkembangan dan kebutuhan merupakan sesuatu yang muncul
pada periode tertentu dalam rentang kehidupan remaja. Apabila
tugas dan kebutuhan dapat terpenuhi, maka membawa kebahagiaan
dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan
berikutnya. Sebaliknya apabila gagal, maka akan menyebabkan
ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan

38
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan
tugas-tugas perkembangan peridode-periode berikutnya.

6. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Remaja


Perubahan yang terjadi antara lain:
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik adalah perubahan pada diri seseorang
mengenai perubahan jasmani, seperti tinggi badan, berat badan,
dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa perubahan fisik yang
terjadi pada masa remaja:
1) Laki-laki
Perubahan yang dialami seperti: pertumbuhan
tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu
kemaluan, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air
mani), pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat
maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di
wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut
di wajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada,
dan lain sebagainya.
2) Perempuan
Perubahan yang dialami seperti: pertumbuhan
tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu
yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai
pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap
tahunnya, mentruasi, tumbuh bulu-bulu ketiak, dan lain
sebagainya.
b. Perubahan Psikis
Perubahan psikis adalah perubahan mengenai rohani

39
seseorang seperti tingkah laku, sikap, mental, dan lain
sebagainya.Berikut ini adalah beberapa prubahan psikis pada
masa remaja.
1) Keadaan emosi yang tidak stabil sehingga remaja mudah
merasa gembira sekaligus mudah sedih. Keadaan ini
menjadikan remaja memiliki emosi yang meledak-ledak.
2) Perasaan menjadi sangat peka atau sensitive. Situasi
tertentu dapat menjadikan remaja mudah tersentuh dan
tersinggung.

3) Sikap mental agresif, ditunjukkan dalam bentuk suka


menentang kepada aturan atau perintah. Keadaan ini
muncul karena dalam diri anak mulai merasakan bahwa ia
sudah tidak mau lagi disebut sebagai anak kecil dan
menganggap dirinya sudah dewasa dan berhak menentukan
pilihan dan kemauannya sendiri.
4) Mulai mencari identitas diri. Hal ini ditunjukkan dengan
berbagai perilaku, antara lain:
a) Senang berkelompoaan melakukan kegiatan bersama
kelompoknya
b) Senang melakukan hal-hal yang menantang, yang
cenderung memuaskan perasaan ingin tahu yang
begitu besar terhadap sesuatu hal, maka sering anak
remaja ini melakukan sesuatu yang di luar
perhitungan akan kemampuannya. Senang menarik
perhatian orang lain dengan melakukan sesuatu yang
menyalahi aturan pada umumnya.
Permasalahan Yang Muncul dari Perubahan Fisik dan
Psikis Remaja:

40
1) Ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini
berakibat pada tindakan yang tidak rasional, cenderung
emosional dan tanpa pikir panjang.
2) Penerimaan (akseptansi) menyeluruh terhadap setiap
perubahan bentuk dan fungsi tubuhnya sebagai usaha
penyesuaian diri terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Mereka merasa tidak puas akan
penampilannya. Mereka terhambat dalam hal akseptansi
karena menyadari pentingnya penampilan dalam
penerimaan sosial. Apalagi pada saat pubertas ini, minat
terhadap jenis kelamin lain mulai berkembang pula.
3) Perkembangan seksual yang meningkat. Pemuasan
dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu
sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang
benar tentang seksualitas yang pada awalnya berupa
keinginan untuk jatuh cinta atau bercinta.

4) Krisis identitas. Setiap remaja harus mampu melewati


krisisnya dan menemukan jati dirinya. Sehingga dapat
memahami dirinya sendiri, kemampuan dan kelemahan
dirinya serta peranan dirinya dalam lingkungannya.
5) Ikatan kelompok yang kuat. Ketidakmampuan remaja
dalam menyalurkan segala keinginan dirinya menyebabkan
timbulnya dorongan yang kuat untuk berkelompok. Dalam
kelompok, segala kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun
sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang besar.
7. Cara Menyesuaikan Diri Dengan Perubahan Fisik Dan Psikis
Masa Remaja
Penyesuaian diri yang harus dilakukan pada masa remaja

41
meliputi perkembangan intelegensi, perkembangan peran sosial,
perkembangan peran seksual dam perkembangan moral dan religi.
a. Penerimaan Atas Diri Sendiri
Perubahan dan perkembangan yang pesat oleh remaja
sebaiknya dapat dijadikan motivasi untuk dapat menjadi
seseorang yang dapat mencapai kematangan menuju
kedewasaan yang bertanggung jawab terhadap diri dan
kehidupan sekitarnya. Janganlah berpikir jika perubahan bentuk
tubuh yang terjadi itu adalah sebuah kesialan karena tidak
seperti yang kita inginkan, siswa harus dapat menerimanya
dengan lapang dada karena masih banyak orang lain yang
mungkin lebih buruk dari yang kita alami sekarang.
1) Membiasakan hidup sehat
2) Mengatur aktifitas
3) Menanamkan keimanan kepada Tuhan YME. Ketebalan dan
kekuatan iman merupakan kunci pokok perkembangan
mental.
4) Menghindari pengaruh lingkungan yang tidak baik. Ini
merupakan hal yang paling sulit, karena ada perasaan takut
dikucilkan

42
Mengarahkan aktifitas berkelompok di kalangan remaja
ke arah kegiatan yang positif misalnya menyalurkan hobi anak
dalam klub bela diri, dan sebagainya.
D. Konsep RW Siaga
1. Definisi RW Siaga
RW Siaga adalah RW yang warganya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri (Kemenkes RI, 2017). RW Siaga merupakan
gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa dengan memanfaatkan berbagai
sumber daya dan potensi setempat secara gotong royong.
2. Tujuan Pembentukan RW Siaga
RW Siaga terbentuk berdasarkan Permenkes No.564/2006.
a. Maksud :
1) Menata kesiapan warga masyarakat dalam karya bakti nyata
melalui kegiatan pencegahan dan pengendalian bencana serta
pertolongan kesehatan bagi masyarakat
2) Penyelenggaraan RW Siaga merupakan suatu upaya untuk
menyediakan wadah bantuan solidaritas sosial kemanusiaan
dalam membantu mengatasi setiap keadaan gawat darurat yang
menimpa warga di lingkungannya.
3) Organisasi RW Siaga mampu melakukan kegiatan yang dapat
meringankan beban biaya proses persalinan masyarakat yang
belum mampu serta pengawasan gizi keluarga.
b. Tujuan
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan.

43
2) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam mengantisipasi dan
melakukan tindakan penyelamatan terhadap ibu hamil, nifas,
bayi, anak dan masyarakat.
3) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam pengamatan
penyakit, dan faktor resiko, kesiapsiagaan bencana dan
Kejadian Luar Biasa (KLB).
4) Meningkatnya kadar gizi keluarga dan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
5) Meningkatnya sanitasi dasar (RAKSA).
6) Meningkatnya UKBM.
3. Struktur Organisasi RW Siaga
Struktur organisasi/kepengurusan RW Siaga terdiri dari:
a. Pembina
1) Memberikan pembinaan secara berkala terhadap kegiatan RW
Siaga
2) Memberikan bimbingan terhadap anggota RW Siaga
3) Mengevaluasi program dan pelaksanaan kegiatan RW Siaga
b. Ketua
1) Mengkoordinasikan kegiatan RW Siaga
2) Memimpin kegiatan pertemuan RW Siaga
3) Membagi tugas kegiatan RW Siaga pada anggota setiap unit
4) Membantu anggota RW Siaga untuk melakukan kegiatan
pengawasan
5) Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan RW Siaga
6) Mengevaluasi kegiatan RW Siaga
c. Petugas Kesehatan
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa
d. Sekretaris
1) Mencatat seluruh kegitan RW Siaga
2) Melaporkan kegiatan hasil kepada seluruh anggota RW Siaga

44
3) Menginformasikan kepada tiap anggota pada setiap pertemuan
4) Pengurusan surat menyurat dan pengarsipan
e. Bendahara
1) Bertanggung jawab terhadap pengeluaran dan pemasukan dana
2) Menghimpun semua dana yang masuk
3) Mencatat pemasukan dan pengeluaran dana RW Siaga
4) Melaporkan keuangan kepada ketua dan seluruh anggota RW
Siaga
f. Anggota
1) Melaksanakan kegiatan RW Siaga sesuai dengan unitnya.
2) Melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan unit unit RW Siaga
kepada koordinator tiap unit
3) Bekerjasama dnegan anggota yang lain dalam kegiatan RW
Siaga
4) Pemilihan perangkat /pengurus RW Siaga ini beranggotakan
wakil dari masing-masing RT.
4. Indikator RW Siaga
a. Memiliki forum komunikasi masyarakat RW, jika terdapat
minimal fasilitator masyarakat kelurahan, susunan pengurus RW
Siaga
b. Memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukan,
jika terdapat fasilitas kesehatan dasar, misalnya pustu, polindes
atau rumah bersalin
c. Memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang
dikembangkan, jika terdapat 1 posyandu per RW.
d. Memiliki sistem pengamatan penyakitdan faktor risiko berbasis
masyarakat, jika terdapat kegiatan pencatatan dan pelaporan
kegiatan di tingkat masyarakat yang mencakup minimal 80%
kegiatan dilaporkan secara lengkap, tepat waktu (dengan periode
24 jam atau rutin tiap bulan) adanya data pemantauan wilayah
setempat yang berisiko.

45
e. Memiliki penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
berbasis masyarakat, jika minimal terdapat stimulasi atau gladi
bencana, minimal 1 kali setahun di daerah tidak rawan dan 2 kali
setahun di daerah rawan bencana.
f. Adanya upaya mewujudkan lingkungan sehat, jika terdapat
gerakan masyarakat untuk meningkatkan atau memelihara
kualitas lingkungan yang dilaksanakan secara rutin, minimal 1
kali seminggu di setiap rt.
g. Adanya upaya mewujudkan PHBS jika minimal terdapat
pendataan dan visualisasi data PHBS rumah tangga minimal 1
kali setahun, kegiatan promosi PHBS minimal 1 kali sebulan,
kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan promosi PHBS.
h. Adanya upaya mewujudkan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)
dan terbentuknya kadarzi, jika minimal terdapat pendataan dan
visualisasi data kadarzi minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi
kadarzi minimal 1 kali sebulan, dan kegiatan tindak lanjut dari
hasil pendataan dan promosi kesehatan.
5. POKJA (Kelompok Kerja RW Siaga)
a. Pokja Kadarzi (KIA dan LANSIA)
1) Mengidentifikasi dan memantau kondisi gizi usia pra sekolah
(penimbangan, PMT, penyuluhan, pemberian vitamin A)
2) Mengidentifikasi status gizi usia pra sekolah (BGM, gizi
kurang, gizi buruk) melalui pemantauan KMS (kartu menuju
sehat)
3) Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan usia pra
sekolah
4) Mengidentifikasi dan memantau kadarzi (contoh memantau
keluarga dengan usia pra sekolah yang kurang gizi)
5) Membantu pemanfaatan perkarangan untuk meningkatkan gizi
keluarga (misalnya penanaman TOGA)
6) Mengidentifikasi dan memantau gizi ibu hamil

46
7) Mengidentifikasi dan memantau gizi lansia
b. Pokja PHBS (KIA, Lansia, Remaja)
1) Melakukan kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat) yang dikembangkan seperti:
a) Posyandu usia pra sekolah, misalnya melalui penyuluhan
tentang tumbuh kembang usia pra sekolah
b) Posyandu lansia, misalnya melakukan penkes tentang
penyakit pada lansia ataupun kondisi kondisi yang dapat
membuat lansia cidera
c) TOGA, melalui penanaman tanaman obat yang bermanfaat
bagi kesehatan
d) Pos UKK, melalui identifikasi masalah kesehatan
pekerjaan yang dominan di wilayah RT
c. Pokja Lingkungan
1) Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan
2) Membantu pengelolaan sampah air bersih
3) Membantu pengelolaan kebersihan lingkungan (gotong
royong), pemantauan jentik
d. Pokja Surveilance
1) Mengamati perkembangan penyakit yang berpotensi wabah di
masyarakat seperti DBD, malaria, diare, campak, ISPA,
keracunan, HIV/AIDS, NAPZA.
2) Menggalakkan imunisasi di posyandu dan anak sekolah
e. Pokja Kegawatdaruratan
1) Menyelenggarakan tindakan tanggap bencana alam (banjir,
longsor) bencana karena kelalaian manusia (kebakaran,
keracunan)bencana karena penyakit (bencana yang berpotensi
wabah). Seperti pemberian pertolongan pertama pada korban
banjir.
2) Menyelenggarakan pertolongan pertama pada hal-hal yang
dapat menyebabkan kematian.

47
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT REMAJA


DI RW 13 KELURAHAN SRI MERANTI KECAMATAN RUMBAI
KOTA PEKANBARU

Asuhan keperawatan komunitas adalah praktik keperawatan profesional yang


bekerja sama dengan individu, keluarga, kelompok, komunitas, populasi, sistem dan
atau kelompok sosial melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan
praktik asuhan keperawatan komunitas terdiri dari bebeberapa tahapan diantaranya
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana intervensi
keperawatan, implementasi, dan evaluasi kegiatan. Praktik asuhan keperawatan
komunitas di RW 13 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Pekanbaru
dilaksanakan selama 4 minggu dimulai dari tanggal 6 Februari sampai 4 Maret 2023.
Praktik asuhan keperawatan ini berfokus kebijakan dan program pemerintah
tentang kesehatan masyarakat, pemberdayaan keluarga dan masyarakat melalui kerja
sama dengan lintas program dan sektoral, dimana praktik komunitas ini
dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu tahap
persiapan atau pengkajian mencakup penyusunan instrumen (alat pengumpul data
berupa kuisioner, wawancara, observasi, dan windshield survey mengenai tahap
tumbuh kembang pada agregat remaja. Tahapan kedua yaitu merumuskan diagnosa
keperawatan komunitas, dimana terdapat 2 diagnosa keperawatan komunitas yang
akan diatasi atau diintervensi oleh masyarakat bersama ners muda. Tahapan ketiga
adalah intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan, tahapan keempat pelaksanaan
intervensi (implementasi) dan tahapan terakhir evaluasi kegiatan atau evaluasi
masalah yang telah diatasi bersama masyarakat RW 13 Kelurahan Sri Meranti.

48
Pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas di RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, selengkapnya akan diuraikan sebagai
berikut:

A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
diantaranya yaitu penetapan lahan praktik, survey lokasi lahan praktik, serta
penyusunan instrumen (alat pengumpulan data kesehatan masyarakat) yang
mengacu pada pengkajian asuhan keperawatan komunitas. Penentuan lahan
praktik asuhan keperawatan komunitas ditetapkan di RW 13 berdasarkan
kesepakatan pihak Kelurahan Sri Meranti dimulai pada tanggal 6 Februari sampai
4 Maret 2023 yaitu di RW 13 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai.
Kegiatan pada tahapan persiapan adalah melakukan pembekalan di Kantor
Kelurahan Sri Meranti serta pengenalan mahasiswa ners muda kepada
masyarakat RW 13 dan perangkat RT, Kader, dan masyarakat yang berada di RW
13 di Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Tujuan kegiatan pembekalan ini
untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pelaksanaan praktik profesi
keperawatan komunitas dan keluarga.

B. Tahap Pengkajian (Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat)


Tahap pengkajian merupakan teknik pengumpulan data untuk mengetahui
aspek mengenai tahap tumbuh kembang pada agregat remaja di RW 13
Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, serta untuk melihat kondisi wilayah,
lingkungan fisik, status kesehatan, sosial ekonomi, transportasi, dan rekreasi yang
ada di RW 13 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai. Pengumpulan data
yang dilakukan menggunakan beberapa teknik yaitu dengan cara menyebarkan
kuisioner, melakukan teknik observasi, melakukan wawancara, dan pengkajian
windshield survey. Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan jumlah sampel
pada agregat remaja sebanyak 144 orang. Penentuan sampel menggunakan total
sampling melalui hasil pengumpulan data masyarakat di RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai, didapatkan data-data sebagai berikut:

49
1. Hasil Windshield Survey
a. Luas Wiayah
Kelurahan Sri Meranti : 1259 Ha
RW 13 : 9,3 Ha
b. Batas Wilayah
Timur Laut : RT 3
Timur : RT 4 dan RT 5
Utara : RT 1
Barat : RT 6
Barat laut : RT 2
c. Data Demografi
1) Jumlah KK : Keluarga yang menetap di wilayah RW 13 kurang
lebih
265 orang KK.
2) Kepadatan : Sebagian besar perumahan yang ada di RW 13 saling
berdekatan, dan beberapa rumah ada yang dibatasin
dengan lahan kosong.
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Puskesmas, Posyandu, dan Posbindu.
Di Kelurahan Sri Meranti terdapat Puskesmas Umban Sari sedangkan di
RW 13 tidak tersedia pelayanan kesehatan seperti puskesmas, praktik bidan
dan klinik praktik dokter, tetapi di RW 13 terdapat kegiatan posyandu dan
posbindu dilakukan sebulan sekali di RW 13 yang dilakukan disetiap
tanggal 13 (Posyandu) dan tanggal 15 (Posbindu).

50
e. Fasilitas Perdagangan
Di RW 13 banyak terdapat warung harian yang berada di depan rumah
warga dan membuka warung makan kecil.

f. Fasilitas Transportasi
Transportasi umum yang tersedia di wilayah RW 13 adalah ojek, untuk
kendaraan pribadi umumnya masyarakat menggunakan kendaraan roda 2,
namun juga banyak yang menggunakan kendaraan roda 4. Situasi jalan
yaitu sebagaian besar semen dan ada sebagian yang masih tanah.
g. Fasilitas Keamanan: Terdapat Pos Ronda di RW 13

h. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang berada di RW 13 terdapat Paud Pelangi Kids
yang terletak di RT 06 dan MDTA AL-Jami’ di RT 03.

51
i. Fasilitas Ibadah
Fasilitas umum yang tersedia di masyarakat RW 13 terdapat Masjid Al-
Jami’ yang terletak di RT 03. Masjid ini juga merupakan telpat untuk
dilakukkannya wirid dan magrib mengaji untuk anak-anak.

j. Fasilitas taman bermain


Tidak terdapat taman bermain khusus, tetapi biasanya anak-anak bermain di
lapangan bola dan di depan halaman rumah.

k. Fasilitas Olahraga :
Terdapat lapangan bola dan bulu tangkis yang terletak di lapangan RW 13,
tepatnya didepan RT 1. Biasanya setiap sore ada remaja dan anak usia

52
sekolah yang bermain bola dilapangan, tetapi untuk olahraga bulutangkis
sudah tidak aktif lagi sejak Covid-19.

l. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sudah cukup bersih namun ada beberapa tempat
terdapat tumpukan sampah yang terbuka dan berserakan. Kondisi saluran
pembuangan air sebagian besar lancar dan bersih, namun ada beberapa
saluran air yang kurang bersih, yang terdapat sampah diselokan serta
terdapat jentik-jentik di selokan. Hewan ternak seperti ungas (ayam, dan
lainnya), serta hewan peliharaan seperti anjing, dan kucing yang dibiarkan
berkeliaran di lingkungan RW 13.

m. Tempat Penampungan Sampah Akhir


Rata-rata warga di RW 13 membuang sampah di tempat pembuangan akhir
yang berada di ujung lapangan, namun masih ada beberapa warga yang
membakar sampah.

53
n. Sumber air bersih
Sumber air bersih di RW 13 rata rata menggunakan air bor yang ditampung
didalam tengki air, yang dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari hari.
Tetapi masih ada warga yang menggunakan air sumur galian yang
berwarna kuning, dan untuk air minum menggunakan air gallon yang
langsung dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu.
o. Kesehatan Morbiditas
Sebagian besar masyarakat di RW 13 Kelurahan Sri Meranti masuk dalam
agregat Dewasa dan Lansia yang berusia >21 tahun. Mayoritas warga
memiliki masalah kesehatan seperti demam, batuk, pilek, dan rata-rata tidak
memiliki masalah kesehatan yang serius.
2. Hasil Wawancara
a. Ketua Lurah dan Sekretaris Lurah
Berdasakan hasil wawancara dengan Ketua Lurah dan Sekretaris
Lurah diperoleh data jumlah penduduk di kelurahan Sri Meranti ini terdapat
kurang lebih 24.596 jiwa dengan 7.245 kartu keluarga, terdapat 20 RW
dengan jumlah RT sebanyak 90 RT. Untuk wilayah kelurahan Sri Meranti
ini tegolong dalam jenis daerah dengan tanah gambut. Untuk penanganan
covid- 19 di kelurahan Sri Meranti memiliki Satgas covid di Lurah yang
menangani kasus covid di seluruh Kelurahan Sri Meranti.
b. Ketua RW
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW 13 yang bertempat
di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru sekaligus sebagai
ners muda untuk berkoordinasi. Hasil wawancara didapatkan bahwa untuk

54
RW 13 terdiri dari 06 RT yakni mulai dari RT 01 berjumlah 80 KK, RT 02
berjumlah 26 KK, RT 03 berjumlah 29 KK, RT 04 berjumlah 38 KK, RT
05 berjumlah 29 KK, dan terakhir RT 06 yang berjumlah 63 KK, dengan
jumlah seluruhnya di RW 13 terdapat sebaanyak 265 KK. Pada RW 13
sudah terbentuk RW Siaga, tetapi setelah adanya Covid-19 RW Siaga tidak
berjalan lagi.
c. Ketua RT 01
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua RT 01 yang diwakilkan
dengan Mantan Sekretaris RT 01, mengatakan bahwa jumlah KK yang
berada di RT 01 berjumlah 80 KK. Untuk kegiatan yang sering dilakukan
di RT 01 adalah seperti kegiatan keagamaan seperti wirid yang dilakukan
di setiap hari sabtu, dan kegiatan arisan RT dan RW.
d. Kader Posyandu
Hasil wawancara dengan kader posyandu yang bertempat di RW 13
Kelurahan Sri Meranti, didapatkan hasil bahwa posyandu memiliki tempat
khusus tersendiri di RW 13. Posyandu ini sudah memiliki fasilitas seperti
posyandu pada umumnya yang dapat menunjang kegiatan posyandu.
Kegiatan posyandu dilaksanakan 1 bulan sekali, yakni disetiap tanggal 13
untuk posyandu balita dan pada tanggal 15 untuk posyandu lansia. Untuk
kegiatan diposyandu ini berfokus pada pemeriksaan balita dengan
mengukur tinggi, berat badan, pemberian imunisasi serta vitamin. Untuk
fokus posyandu lansia dilakukan pemeriksaan kesehatan seperti mengukur
tinggi dan berat badan, pengecekan tekanan darah, cek kadar gula darah,
kolesterol, dan asam urat. Metode posyandu yang dilakukan sudah
menerapkan sistem 5 meja.
e. Remaja
Hasil wawancara yang dilakukan dengan remaja yang bertempatan di
RW 13 kelurahan Sri Meranti, didapatkan hasil bahwa rata-rata para remaja
memiliki HP yang digunakan untuk membuka media sosial, bermain game,
serta sebagai media pembelajaran. Hasil wawancara mengenai bullying
pada para remaja yaitu para remaja rata-rata pernah mengalami bullying

55
baik secara fisik maupun mental. Hasil wawan cara mengenai hubungan
remaja dengan orang tuanya yaitu remaja memiliki hubungan yang baik,
dan terbuka kepada orang tuanya.
3. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ners muda di RW 13
Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, didapatkan hasil
mayoritas warga bekerja atau beraktivitas di luar rumah dari pagi hingga sore.
Anak-anak banyak yang bermain didalam rumah dan ada sebagian anak yang
bermain diluar rumah seperti bermain sepeda, bermain bola, latto-latto dan
lari-larian. Warga RW 13 kebanyakan melakukan ibadah di Masjid AL- Jami’,
di sebelah Masjid AL-Jami’ terdapat MDTA sebagai sarana fasilitas
pendidikan yang berfokus pada keagamaan. Pada RW 13 juga terdapat fasilitas
olahraga yaitu adanya lapangan bola kaki dan lapangan bulu tangkis. Untuk
kebersihan lingkungan di RW 13 terdapat tempat pembuangan sampah akhir
yang berada di ujung lapangan olahraga, terdapat tempat bekas pembakaran
sampah, dikarenakan masih ada warga yang membakar sampah, dan selokan
sepanjang jalan terdapat genanggan air yang terdapat jentik-jentiknya di
wilayah kerja RW 13 di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai.
Aktivitas anak setelah pulang sekolah kebanyakan mengikuti les dan
bermain bersama teman-temannya diluar lingkungan rumah. Sedangkan
aktivitas yang dilakukan oleh bapak-bapak yaitu berkumpul. Ada beberapa
usaha milik warga yang terdiri dari beberapa usaha seperti,warung yang
menjual kebutuhan sehari-hari, warung kelontong, warung makan seperti soto,
miso dan lotek, dll.
4. Hasil Kuesioner
a. Agregat Remaja
1) Jumlah Remaja Putra dan Putri
Diagram 1.
Distribusi Frekuensi Jumlah Remaja Per RT (n=144)

56
Remaja

RT 1
22%
RT 2
40% RT 3
RT 4
13% RT 5
RT 6

14%
5%6%

Jumlah remaja di RW 13 sebanyak 144 orang, RT 01 sebanyak


58 orang (40%), RT 06 sebanyak 32 orang (22%), RT 04 sebanyak 20
orang(14%), RT 05 sebanyak 19 orang (13%), RT 02 sebanyak 6% dan
untuk RT 03 sebanyak 7 orang (5%). Hal ini menunjukkan bahwa
remaja terbanyak di RW 13 yaitu di RT 01.
2) Usia
Diagram 2.
Distribusi Frekuensi Usia Remaja RW 13(n=144)

Usia

24%
41% Remaja Awal (>12-15 tahun)

Remaja Tengah (16-18 tahun)

Remaja Akhir (19-21 tahun)

35%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil yang diperoleh bahwa


kategori usia remaja terbanyak adalah remaja awal yaitu 59 orang
(41%), remaja tengah sebanyak 50 orang (35%) dan remaja akhir
sebanyak 35 orang (24%).
3) Jenis Kelamin

57
Diagram 3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di RW 13 (n=144)

Jenis Kelamin

45%
Laki-laki Perempuan
55%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa jumlah remaja di


RW 13 secara keseluruhan sebanyak 144 orang. Terdapat 79 orang
remaja laki-laki (55%) dan 65 orang remaja perempuan (45%).

4) Agama
Diagram 4
Distribusi Frekuensi berdasarkan Agama di RW 13 (n=144)

Agama

1%
14% Islam
Hindu
Budha
Kristen
Katolik

85%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa jumlah agama


remaja terbanyak di RW 13 secara keseluruhan adalah agama Islam 122
orang (85%), agama Kristen 14 orang (14%) dan agama Ktolik 2
orang(1%).
5) Kegiatan yang dilakukan remaja
Diagram 5

58
Distribusi Frekuensi berdasarkan kegiatan yang dilakukan remaja di RW 13
(n=144)

3%
4%

8%

Sekolah Bekerja Kuliah

Lain-lain

85%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang


bersekolah sebanyak 123 orang (85%), bekerja sebanyak 12 orang
(8%), kuliah sebanyak 6 orang (4%) dan lain-lain sebanyak 3 orang
(3%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja di RW 13 kelurahan
Sri Meranti kecamatan Rumbai banyak bersekolah.
6) Kegiatan yang dilakukan remaja diluar sekolah
Diagram 6.
Distribusi Frekuensi berdasarkan kegiatan yang dilakukan remaja di luar
sekolah RW 13 (n=144)

17%

3%
6%
Mengikuti kegiatan organisasi
Olahraga
74 Bekerja
% Tidak ada

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang tidak


ada kegiatan di luar sekolah sebanyak 106 orang (74%), remaja yang
mengikuti organisasi masyarakat sebanyak 24 orang (17%), bekerja
sebanyak 9 orang (6%), dan olahraga sebanyak 5 orang (3%). Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata remaja di RW 13 kelurahan Sri Meranti

59
kecamatan Rumbai banyak yang tidak memiliki kegiatan diluar sekolah.
7) Jenis Informasi Kesehatan
Diagram 7.
Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis informasi kesehatan yang sudah
remaja peroleh (n=144)

7%
13%
9%

4%
Pendidikan seks
Merokok
Narkoba
Sadari
27%
Kebersihan alat reproduksi
Tidak ada

40%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa jenis informasi


kesehatan yang sudah remaja peroleh yaitu penyuluhan tentang narkoba
sebanyak 57 orang (40%), merokok sebanyak 39 orang (27%),
pendidikan seks sebanyak 19 orang (13%), kebersihan alat reproduksi
sebanyak 13 orang (9%), tidak ada informasi kesehatan sebanyak 10
orang (7%) dan sadari sebanyak 6 orang (4%). Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata remaja di RW 13 kelurahan Sri Meranti kecamatan
Rumbai bahwa jenis informasi terbanyak yang sudah didapatkan
remaja yaitu informasi kesehatan narkoba.
8) Pencegahan terkait masalah
Diagram 8.
Distribusi Frekuensi berdasarkan pencegahan terkait masalah
kesehatan yang sudah remaja peroleh (n=144)

60
16%

Ya Tidak

84%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa pencegahan


terkait masalah kesehatan jawaban Ya sebanyak 121 orang (84%), dan
tidak sebanyak 23 orang (16%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
remaja di RW 13 kelurahan Sri Meranti kecamatan Rumbai bahwa
sudah melakukan pencegahan terkait masalah kesehatan yang sudah
remaja peroleh.
9) Sumber informasi yang diperoleh
Diagram 9.
Distribusi Frekuensi berdasarkan sumber informasi kesehatan yang
sudah remaja peroleh (n=144)

4% 7%
1%

19% Teman

Orang tua

Media informasi (HP,Sosial media,Google)


35%

Guru

Petugas Kesehatan

34% lain-lain

Berdasarkan data diatas, didapatkan bahwa hasil dari sumber


informasi kesehatan yang sudah diperoleh remaja terbanyak yaitu media
informasi 51 orang (35%), guru sebanyak 49 orang (34%), petugas
kesehatan 27 orang (19%), orang tua 10 orang (7%), lain-lain 6 orang
(4%), dan teman 1 orang (1%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

61
remaja di RW 13 kelurahan Sri Meranti kecamatan Rumbai
memperoleh informasi kesehatan terbanyak melalui media informasi
seperti HP, sosial media, google.

10) Masalah kesehatan remaja wanita (keputihan)


Diagram 10.
Distribusi Frekuensi berdasarkan masalah kesehatan remaja wanita
(keputihan) (n=144)

42%
Ya
Tidak
58%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang


mengalami masalah kesehatan wanita (keputihan) jawaban terbanyak
Ya 83 orang (58%), dan tidak sebanyak 61 orang (42%). Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata remaja wanita di RW 13 kelurahan Sri
Meranti kecamatan Rumbai memiliki masalah kesehatan wanita
(keputihan) ketika akan menstruasi.
11) Siklus menstruasi
Diagram 11.
Distribusi Frekuensi berdasarkan siklus menstruasi remaja wanita
(n=144)

62
37%
Teratur dalam 1 bulan
tidak teratur (>35hari)
63%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa siklus


menstruasi pada remaja wanita dengan jawaban terbanyak yaitu
teratur dalam 1 bulan 91 orang (63%), dan tidak teratur sebanyak 53
orang (37%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja wanita di
RW 13 kelurahan Sri Meranti kecamatan Rumbai tidak memiliki
masalah pada siklus menstruasinya.
12) Keluhan saat menstruasi
Diagram 12.
Distribusi Frekuensi berdasarkan keluhan saat menstruasi remaja
wanita (n=144)

14%
24%

Timbul jerawat
Nyeri/kram menstruasi
Tidak ada keluhan

63%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa keluhan yang


dirasakan saat menstruasi pada remaja wanita dengan jawaban
terbanyak yaitu nyeri/kram 90 orang (63%), tidak ada keluhan
sebanyak 34 orang (24%), dan timbul jerawat sebanyak 20 orang
(14%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja wanita di RW 13
kelurahan Sri Meranti kecamatan Rumbai memiliki masalah pada saat

63
menstruasi dengan durasi nyeri yang dirasakan 1 hari (hari pertama)
mentruasi.
13) Sumber stress remaja
Diagram 13.
Distribusi Frekuensi sumber stress yang dialami remaja di RW 13
(n=144)

Sumber Stress Yang Dialami Remaja

15% Masalah dengan pelajaran


50
% Masalah dengan orang tua
17%
Masalah dengan pacar

Masalah dengan teman sabaya

10% 8%
Masalah fisik(jerawat,obesitas, dll)

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas


remaja sumber stressnya berasal dari masalah dengan pelajaran
sebanyak 72 orang (50%).
14) Cara mengatasi masalah yang dialami remaja
Diagram 14.
Distribusi Frekuensi cara mengatasi masalah yang dialami remaja
di RW 13 (n=144)

cara mengatasi masalah yang dialami remaja

33 6%
39
% % Didiamkan/acuh tidak acuh

12% Mengurung diri dikamar/membatasi interaksi


11%

Curhat dengan orang tua

Curhat dengan orang lain

Lain-lain

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas

64
remaja ketika mengatasi masalah yang dialami adalah
didiamkan/acuh tidak acuh dengan pelajaran sebanyak 56 orang
(39%).

15) Remaja merokok/vape


Diagram 15.
Distribusi Frekuensi cara remaja merokok/vape di RW 13 (n=144)

Merokok/vape

12%

Tidak
Ya

88%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas


remaja tidak merokok/vape sebanyak 127 orang (88%).
16) Remaja pernah melihat teman yang menggunakan narkoba
Diagram 16.
Distribusi Frekuensi apakah remaja pernah melihat teman yang
menggunakan narkoba di RW 13 (n=144)

Remaja Melihat Teman Yang Menggunakan


Narkoba

13%

Pernah

Tidak pernah
87%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas


remaja tidak pernah melihat temannya menggunakan narkoba

65
sebanyak 125 orang (87%).

17) Akivitas yang dilakukan remaja saat waktu luang


Diagram 17.
Distribusi Frekuensi Akivitas yang dilakukan remaja saat waktu
luang di RW 13 (n=144)

Akivitas yang dilakukan remaja saat waktu


luang

8% 11%
Mengikuti kegiatan organisasi sekolah

15% Belajar

Olahraga

45%
Jalan-jalan dan bermain
21%
Lain-lain

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas


remaja menghabiskan waktu luangnya untuk jalan-jalan dan
bermain sebanyak 65 orang (45%).
18) Remaja mempunyai smartphone
Diagram 18.
Distribusi Frekuensi remaja mempunyai smartphone di RW 13
(n=144)

Remaja mempunyai smartphone

8%

Ya
Tidak

92%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas

66
remaja mempunyai smartphone sebanyak 132 orang (92%).
19) Durasi remaja menggunakan smartphone
Diagram 19.
Distribusi Frekuensi durasi penggunaan smartphone di RW 13
(n=144)

Durasi remaja menggunakan smartphone

13%

17% 6-8 jam

4 jam

9-12 jam
69%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas


durasi remaja menggunakan smartphone 6-8 jam sebanyak 100
orang (69%).
20) Berapa lama remaja tidur dalam sehari
Diagram 20.
Distribusi Frekuensi berapa lama remaja tidur dalam sehari di
RW 13 (n=144)

Berapa lama remaja tidur dalam sehari

8% 13%

<6 jam
7-8 jam
>8 jam

79%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas


berapa lama remaja tidur dalam sehari sebanyak 114 orang (79%).

67
21) Apakah remaja tahu Tempat pelayanan kesehatan reproduksi
remaja
Diagram 21
Distribusi Frekuensi Apakah remaja tahu Tempat pelayanan
kesehatan reproduksi remaja di RW 13 (n=144)

Apakah remaja tahu Tempat pelayanan ke-


sehatan reproduksi remaja

Ya
41% Tidak

59%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa mayoritas


remaja tahu Tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja
sebanyak 85 orang (59%).

ANALISA DATA

No. Analisa Data Masalah Keperawatan


1. Hasil Angket Perilaku Kesehatan cenderung

68
beresiko : Khususnya perilaku
Prevelensi remaja di RW 13 mayoritas remaja menggunakan
remaja mempunyai smartphone sebanyak smartphone di RW 13 Kelurahan
92%. Mayoritas durasi remaja menggunakan Sri Meranti Kecamatan Rumbai
smartphone sebanyak 6-8 jam sebanyak
69%.
Hasil angket didapatkan sebagian besar
remaja tidak memiliki kegiatan sosial diluar
sekolah sebanyak 111 orang (77,1%)
Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan sebagian orang tua
mengatakan anaknya mengisi waktu luang
dengan bermain smarthphone didalam
kamar. Remaja mengatakan menggunakan
smartphone untuk komunikasi, belajar dan
sebagian remaja menggunakan smartphone
untuk melihat hal yang negative (video tidak
senonoh).
Hasil wawancara dari remaja dan orangtua
didapatkan bahwa remaja lebih sering
berada didalam kamar dan jarang
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Hasil Observasi
Sebagian orang tua terlihat tidak mengawasi
remaja saat menggunakan smartphone dan
orang tua tidak membatasi remaja saat
menggunakan smartphone.
Kegiatan remaja yang masih sekolah/kuliah
menghabiskan waktu dari jam 06.30-16.00
Wib di sekolah atau kampus masing-masing
Hasil observasi selama pengkajian

69
didapatkan beberapa remaja sibuk dan fokus
dengan Hp saja.
Hasil Winshield Survey
Tampak remaja menghabiskan waktu
luangnya setelah pulang dari sekolah/kampus
dengan bermain gadget.
2. Hasil Angket Perilaku Kesehatan
Prevalensi remaja perempuan di RW 13 cenderung beresiko :
mengalami keputihan sebanyak 83 orang Khususnya pada kesehatan
(58%) hal ini menunjukkan bahwa rata-rata reproduksi pada remaja
remaja wanita memiliki masalah kesehatan perempuan di RW 13
wanita (keputihan), nyeri/kram 90 orang Kelurahan Sri Meranti
(63%) ketika akan menstruasi dengan durasi Kecamatan Rumbai
nyeri yang dirasakan 1 hari (hari pertama).

Hasil Wawancara
Hasil wawancara sebagian remaja
perempuan mengatakan haid teratur dalam 1
bulan disertai nyeri/kram menstruasi.
Selama menstruasi remaja mengatakan
menganti pembalut <3 kali sehari
Remaja mengatakan tidak ada meminum
obat.
Hasil wawancara dengan ketua RW dan RT
mengatakan tidak pernah ada penyuluhan di
RW 13 untuk remaja semenjak Covid-19.
Hasil Observasi
Pada saat Ners muda mengkaji 3 remaja
perempuan yang sedang mengalami
menstruasi, 2 remaja perempuan meringis
kesakitan dan 1 remaja perempuan
mengatakan tidak ada keluhan

70
Hasil Winshield Survey
Remaja tahu tempat Fasilitas kesehatan
untuk sarana konsultasi terkait konseling
kesehatan reproduksi remaja yaitu
Puskesmas.
3. Hasil Angket Kesiapan peningkatan
Prevalensi remaja yang tidak merokok di manajemen kesehatan: pada
RW 13 sebesar 88%. Para remaja yang remaja di wilayah RW 13
sudah melakukan pencegahan terkait Kelurahan Sri Meranti
masalah kesehatan seperti merokok 27% dan
narkoba 40%.
Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan ketua RW dan RT
serta warga RW 13 mengatakan bahwa
remaja jarang berkumpul ramai-ramai dan
merokok di lingkungan sekitar RW 13
Hasil wawancara pada remaja didapatkan
bahwa remaja sudah menerapkan perilaku
tidak merokok berdasarkan informasi
pendidikan kesehatan yang sudah
didapatkan.

Hasil Observasi
Tidak terlihat remaja disekitar RW 13
merokok didepan rumah
Hasil Winshield Survey
Tidak terlihat sampah puntung rokok
berserakan dijalanan
4. Hasil Angket Perilaku Kesehatan
Prevalensi remaja yang mengalami setres cenderung beresiko :
akibat teman sebaya di RW 13 sebanyak Khususnya pada remaja di RW
17% 13 Kelurahan Sri Meranti

71
Dari hasil angket didapatkan 25,8% remaja Kecamatan Rumbai
memiliki jerawat
Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan remaja, beberapa
remaja mengaku pernah mengalami bullying
berupa penghinaan dari segi fisik seperti
terlalu gemuk, kurus, tinggi, pendek,
berjerawat.
Hasil Observasi
Terlihat remaja tidak percaya diri dan malu
ketika dilakukan pengkajian
Beberapa remaja sulit untuk dilakukan
pengkajian dan takut untuk dilakukan
pengkajian
Hasil Winshield Survey
Tampak remaja banyak menghabiskan
waktunya di rumah dan jarang berbaur
dengan warga sekitar

Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko : Khususnya perilaku remaja


menggunakan smartphone di RW 13 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan
Rumbai
2. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko : Khususnya pada kesehatan reproduksi pada
remaja perempuan di RW 13 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai
3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan: pada remaja di wilayah RW 13
Kelurahan Sri Meranti (perilaku merokok)
Perilaku Kesehatan cenderung beresiko : Khususnya pada remaja di RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai (perilaku bullying)

SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

72
AGREGAT REMAJA

No Masalah Keperawatan 1 2 3 4 5 6 Total Prioritas


1. Perilaku Kesehatan 5 3 2 2 8 2 22 4
cenderung beresiko :
Khususnya perilaku remaja
menggunakan smartphone
di RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan
Rumbai
2. Perilaku Kesehatan 8 8 9 8 9 6 48 1
cenderung beresiko :
Khususnya pada
kesehatan reproduksi pada
remaja perempuan di RW
13 Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai
3. Kesiapan peningkatan 6 3 2 8 8 2 29 3
manajemen kesehatan:
pada remaja di wilayah
RW 13 Kelurahan Sri
Meranti (perilaku
merokok)

4. Perilaku Kesehatan 8 3 5 8 9 4 38 2
cenderung beresiko :
Khususnya pada remaja di
RW 13 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan
Rumbai (perilaku
bullying)
Penilaian prioritas masalah
1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2. Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah
3. Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelasaian masalah
4. Tersedianya ahli/pihak terkait terhadap penyelesaian masalah
5. Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak diselesaikan
6. Kecepatan masalah untuk diselesaikan
Kriteria hasil
1-3 = Rendah
4-6 = Sedang
7-10 = Tinggi

73
PLANNING OF ACTION (POA)
KEGIATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
KELOMPOK 4 WILAYAH KERJA RW 13 KELURAHAN
SRI MERANTI

Diagnosa Keperawatan
Rencana Kegiatan Strategi Penanggung Jawab Waktu Tempat Sumber Dana

Perilaku Kesehatan Edukasi tentang Promosi kesehatan Mahasiswa Minggu, 26 RW 13 Mahasiswa

cenderung beresiko : Bahaya menggunakan Februari 2023

smartphone
Khususnya perilaku remaja
Senam Mata Proses kelompok Mahasiswa Minggu, 26 RW 13 Mahasiswa
menggunakan smartphone di
Februari 2023
RW 13 Kelurahan Sri Meranti
Pembuatan Jus wortel dan Vit A Partnership Mahasiswa Minggu, 26 RW 13 Mahasiswa
Kecamatan Rumbai
Februari 2023

Empowerment Mahasiswa Minggu, 26 RW 13 Mahasiswa

Februari 2023

Pemeriksaan kesehatan mata Intervensi Keperawatan Mahasiswa Minggu, 26 RW 13 Mahasiswa

Profesional Februari 2023

Perilaku Kesehatan cenderung Edukasi tentang Menstruasi Promosi kesehatan Mahasiswa Sabtu, 25 Februari RW 13 Mahasiswa

74
beresiko : Khususnya pada 2023

kesehatan reproduksi pada remaja


Latihan Stimulasi Kutaneus Proses kelompok Mahasiswa Sabtu, 25 Februari RW 13 Mahasiswa
perempuan di RW 13 Kelurahan
(Slow Stroke Back Massage) 2023
Sri Meranti Kecamatan Rumbai

Pemberian tablet tambah darah Partnership Mahasiswa Sabtu, 25 Februari RW 13 Mahasiswa

2023

Penanaman TOGA (kunyit, Empowerment Mahasiswa Sabtu, 25 Februari RW 13 Mahasiswa

jahe) 2023

Kompres air hangat pada remaja Intervensi Keperawatan Mahasiswa Sabtu, 25 Februari RW 13 Mahasiswa

perempuan Profesional 2023

Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas


Di RW 017 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai
75
Kota Pekanbaru, Riau

Evaluasi
Diagnosa Tujuan Strategi
No Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan Keperawatan Kriteria Standar

1 Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan Pendidikan Pendidikan Kesehatan Respon kognitif, Remaja mengetahui dampak negative dari
cenderung beresiko : kegiatan selama 2 kesehatan dampak negati dari afektif dan bermain game
Khususnya perilaku minggu diharapkan smartphone terhadap psikomotor
remaja menggunakan adanya perubahan kesehatan remaja
smartphone di RW 13 perilaku dalam
Empowerment Menerapkan PHBS Respon kognitif, Remaja mendapatkan informasi terkait
Kelurahan Sri Meranti bermain smartphone
afektif, dan PHBS (pemeliharaan kesehatan mata)
Kecamatan Rumbai pada remaja RW 13
psikomotor
Kelurahan Sri
meranti Kecamatan Proses Senam mata Respon kognitif, Remaja mampu mendemonstrasikan senam
Rumbai kelompok afektif dan mata secara mandiri
psikomotor

Partnership Bekerjasama dengan pihak Respon kognitif, Mengetahui data kondisi kesehatan mata
Optician untuk afektif remaja
pemeriksaan mata pada
remaja

Keperawatan Pemeriksaan kesehatan Respon kognitif, Terjadi peningkatan kemampuan ketajaman


profesional mata (Snellen Chart) afektif dan mata
psikomotor

2 Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan Pendidikan Edukasi tentang kesehatan Respon kognitif, Remaja mengetahui mengenai kesehatan
cenderung beresiko : kegiatan selama 2 Kesehatan reproduksi pada remaja afektif dan
76
Khususnya pada minggu diharapkan RW 13 psikomotor reproduksi dan penanganan disminore
kesehatan reproduksi ada nya perubahan
pada remaja perilaku remaja
perempuan di RW 13 dalam meningkatkan
Partnership Pemberian tablet tambah Respon Afektif Bekerjasama dengan pihak Puskesmas untuk
Kelurahan Sri Meranti pengetahuan dan
darah dan psikomotor Pemberian tablet tambah darah kepada
Kecamatan Rumbai kesehatan reproduksi
remaja RW 13
pada remaja.
Proses Latihan stimulasi Kutaneus Respon kognitif, Remaja mengetahui bagaimana latihan (slow
kelompok (slow stroke back massage) afektif dan stroke back massage) dan mampu
psikomotor memperagakan secara mandiri.

Empowermant Penanaman TOGA Respon Afektif Remaja bersedia dan bersemangat untuk
(Kunyit, jahe) dan psikomotor mengikuti kegiatan penanaman TOGA.

Intervensi Kompres air hangat pada Respon kognitif, Remaja mengetahui bagaimana kompres
Keperawatab remaja perempuan afektif dan hangat dan mampu memperagakan secara
Profesional psikomotor mandiri.

77

Anda mungkin juga menyukai