1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Dengan
Kasus DM Juvenile Pada Anak”
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Anak 2 yang diberikan dosen dan juga dalam rangka memperdalam pemaham
tentang asuhan keperawatan pada anak khususnya dengan kasus DM Juvenile.
Terimakasih juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-ide sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan......................................................................................................................6
1.4 Manfaat..............................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................8
2.1 Pengertian Diabetes Melitus.....................................................................................8
2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus.....................................................................................9
2.3 Etiologi...................................................................................................................10
2.4 Patofisiologi...........................................................................................................11
2.5 Pathway..................................................................................................................14
2.6 Manifestasi Klinis..................................................................................................14
2.7 Komplikasi Diabetes Melitus.................................................................................16
2.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................18
2.9 Penatalaksanaan Medis...........................................................................................20
BAB III............................................................................................................................23
TINJAUAN KEPERAWATAN.......................................................................................23
3.1 Fokus Pengkajian...........................................................................................23
3.2 Diagnosa Keperawatan sesuai Pathway........................................................23
3.3 Intervensi Keperawatan Berdasarkan Nanda/NOC/NIC............................23
BAB IV........................................................................................................................28
PENUTUP...................................................................................................................28
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................28
4.2 Saran...............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................29
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
utama, Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras/suku/etnik, umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga dengan DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg dan
riwayat lahir dengan berat badan rendah <2,5 kg sedangkan faktor yang dapat
di modifikasi adalah berat badan lebih (IMT) >25 kg/m2, kurang aktivitas fisik,
hipertensi, dislipidemia (gangguan lemak darah) HDL <35 mg/dl dan atau
trigliserida >250 mg/dl, prediabetes, diet yang tidak sehat dan kebiasaan
merokok. (Depkes RI, 2008; Konsensus PERKENI, 2011).
Global status report on Non Communicable Diseases World Health
Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian
semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular (PTM). Sebagai
salah satu PTM DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian.
Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum
usia 70 tahun (Novo Nordisk, 2013).
Menurut statistik dari studi Global Burden of Disease dalam Atlas Diabetes
Melitus jumlah penderita DM di dunia mencapai 382 juta orang pada tahun
2013 pada usia antara 45-59 tahun diprediksi akan meningkat 55% atau
menjadi 592 juta orang pada tahun 2035, 80% diabetesi hidup di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Pada penduduk usia 20-79 tahun,
Indonesia menempati urutan ke tujuh dunia dalam sepuluh negara tertinggi
penderita DM dengan penderita 8,5 juta orang (International Diabetes
Federation, 2013).
Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara, dengan
prevalensi penderita sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun 2000 dan diproyeksi
meningkat 2,5 kali lipat sebanyak 21.257.000 penderita pada tahun 2030
(WHO, dalam Prihaningtyas, 2013). Dari total 242 juta penduduk Indonesia 7,6
juta hidup dengan DM (Novo Nordisk, 2013)
Epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian
terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas,
selain itu semakin banyak pula ditemukan penyakit infeksi baru dan timbulnya
kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang, Sehingga Indonesia
memiliki beban kesehatan ganda yang berat (PERKENI, 2011).
5
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), Prevalensi DM dari hasil
wawancara responden umur ≥15 tahun menurut provinsi di Indonesia juga
terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013
dari 33 propinsi, 31 provinsi menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang
cukup berarti dan propinsi Aceh dari 1,7% menjadi 2,6% (Balitbang
Kemenkes RI, 2013).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah untuk memberikan
pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus.
1.4 Manfaat
a) Manfaat Keilmuan
Sebagai bahan untuk menambah wawasan pembaca khususnya tentang
DM Juvenile.
b) Manfaat bagi Mahsiswa
Sebagai syarat dalam memenuhi tugas dari dosen.
c) Manfaat bagi Perawat
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan
khususnya mahasiswa ilmu keperawatan mengenai DM Juvenile.
6
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Dehidrasi
8
darah keluar bersama urine, tubuh juga akan kehilangan banyak air,
sehingga mengakibatkan dehidrasi.
Gula dalam darah (glukosa) merupakan sumber energi bagi tubuh. Glukosa
yang terbuang bersama urin juga mengandung banyak nutrisi dan kalori
yang diperlukan tubuh manusia. Oleh karena itu penderita diabetes tipe 1
juga akan kehilangan berat badannya secara drastis.
c. Kerusakan tubuh
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini
mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap
insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
a. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama
untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.
9
Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia
sekitar 30 - 50 tahun.
2.3 Etiologi
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia
sebelum15 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes (DM Tipe I),
gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar
glukosa darah plasma >200mg/dl).
Etiologi DM tipe I adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit
ini (Brunner & Suddart, 2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes
tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen)tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali lipat pada
individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang
diturunkan secara resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi
umur kira-kira 70% untuk laki-laki dan 90% untuk wanita.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden
lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM
adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme
infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau
perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas
yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Virus atau
mikroorganisme akan menyerang pulau–pulau langerhans pankreas, yang
membuat kehilangan produksi insulin.
3. Faktor imunologi
10
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel beta
pankreas.
2.4 Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga
mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus,
seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen
kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang
dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang
mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B pankreas dapat
menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus.
Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan
terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang
merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada
pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
11
karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL
ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul
glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan
menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urin,
terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan
peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell
starvation) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas
dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan
karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma
meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus
insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah (Tandra, 2007).
DM Tipe 1
DM Tipe 2
12
- Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari
normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga
terjadi kekurangan insulin relatif.
- Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia
30 tahun.
- Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas dimana sekitar 80-90%
penderita mengalami obesitas. Tipe 2 merupakan suatu proses jangka
panjang dalam tubuh dimana pola hidup dan pola makan yang salah
membuat organ tubuh menjadi rusak, dan tidak mampu berfungsi baik lagi.
- Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung diturunkan secara genetik dalam
keluarga.
13
2.5 Pathway
PATHWAY DM
- Faktor genetik
Ketidakseimbanga Gula dalam darah tidak
- Inveksi virus Kerusakan sel
n produksi insulin dapat dibawa masuk dalam
- Pengurus imunologik beta
Poliuri→retensi urin
Kekebalan tubuh menurun
Aliran darah Koma diabetik
Kehilangan
elektrolit dalam sel Iskemik jaringan
Resiko Neuropati sensori
Dehidras Ketidakefektifan infeksi
perfusi jaringan parifer
Resiko Syok/ Defisit Nekrosis Klien tidak merasa
volume cairan
Kehilangan Gangrene Kerusakan
Mersngsang hipotalamus integritas jaringan
Sel kekurangan
bahan untuk Protein dan lemak
Pusat lapar dan haus BB menurun
15
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini
telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin
menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan.
Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan hipoglikemia
maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini perlu observasi dan
pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk memantau keadaan
penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Diperlukan penyuluhan pada penyandang DM atau orangtua bahwa
fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi
kekurangan insulin endogen.
2. Hipoglikemi
16
dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita
mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari
biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis
insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah,
lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang,
tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga
akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala
seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya
terjadi penurunan kesadaran dan koma.
1. Mikroangiopaty
17
2. Makroangiopaty
b. Hiperlipoproteinemia
2. Pemeriksaan Penunjang
18
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak
jauh berbeda.
e. Elektrolit
m. Insulin darah: mungkin menurun / atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe
1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
19
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody (autoantibody)
o. Urine: gula dan aseton positif: berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
20
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai
dalam penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun
oleh lingkungan
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus
mendapatkan terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan
terapi insulin ini terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
21
(perencanaan makanan).
22
baik.Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes
(Bare & Suzanne)
23
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN
Pengkajian fokus pada DM juvenil terletak pada Pemeriksaan kadar gula darah :
1. Gula darah puasa di atas 140 mg/dll
24
ketidakmampu kurang dari kebutuhan tubuh alergi atau
an dapat teratasi dengan kriteria intoleransi
mengabsorbsi hasil: makanan
nutrien a. Status Nutrisi (1004) 3. Atur diet yang
No. Indikator diperlukan
10040 Asupan gizi 4. Ciptakan
1 lingkungan yang
10040 Asupan
optimal
2 makanan
10040 Asipan 5. Berikan pilihan
8 cairan makanan sambil
menawarkan
bimbingan
terhadap pilihan
yang lebih sehat,
jika diperlukan
25
3. Ketidakefektif Setelah dilakukakan tindakan Manajemen Sensasi
an perfusi keperawatan selama 3 x 24 Perifer (2660)
jaringan perifer jam, diharapkan masalah 1. Monitor sensasi
b.d kelambatan keperawatan ketidakefektifan tumpul atau
penyembuhan perfusi jaringan perifer dapat tajam dan panas
luka perifer teratasi dengan kriteria hasil: atau dingin yang
a. Perfusi Jaringan: dirasakan
Perifer (0407) 2. Dorong pasien
No. Indikator untuk
04071 Pengisian kapiler menggunakan
5 jari bagian tubuh
04071 Edema perifer
yang tidak
2
04072 Nekrosis terganggu untuk
9 aktivitas
04074 Kerusakan kulit 3. Diskusikan atau
6 identifikasikan
penyebab
sensasi abnormal
atau perubahan
sensasi yang
terjadi
4. Imobilisasi
bagian tubuh
yang sehat, jika
diperlukan
4. Kerusakan Setelah dilakukakan tindakan Perawatan Luka (3660)
integritas kulit keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor
b.d status jam, diharapkan masalah karakteristik
nutrisi tidak keperawatan kerusakan luka
seimbang integritas kulit dapat teratasi 2. Ganti balutan
dengan kriteria hasil: setiap diperlukan
a. Integritas Jaringan: 3. Anjurkan pasien
26
Kulit dan Membran dan keluarga
Mukosa (1101) mengenai
No. Indikator prosedur
11010 Suhu kulit perawatan luka
1 4. Anjurkan pasien
11010 Elastisitas
dan keluarga
3
11011 Integritas kulit mengenal tanda
3 dan gejala
infeksi
5. Dokumentasikan
lokasi luka,
ukran, dan
tampilan
5. Resiko infeksi Setelah dilakukakan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
b.d pertahanan keperawatan selama 3 x 24 1. Ajarkan pasien
sekunder tidak jam, diharapkan masalah dan keluarga
adekuat keperawatan resiko infeksi bagaimana cara
kurang dari kebutuhan tubuh menghindari
dapat teratasi dengan kriteria infeksi
hasil: 2. Ajarkan pasien
a. Keparahan Infeksi dan
(0703) keluargamengen
No. Indikator ai tanda dan
07030 Kemerahan gejala infeksi
1 dan kapan harus
07030 Demam
melaporkannya
7
07033 Nyeri kepada
3 pelayanan
kesehatan
3. Dorong intake
cairan yang
sesuai
4. Tingkatkan
27
intake nutrisi
yang epat
BAB IV
28
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada anak dengan DM Juvenil memunculkan lima
diagnosa yaitu Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
kekurangan Volume cairan, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer,
kerusakan integritas jaringan, dan Risiko Infeksi.
4.2 Saran
4.2.1Bagi Petugas Kesehatan
Bagi petugas kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat
melakukan penatalaksanaan dan asuhan yang adekuat dan hati-hati
untuk mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat menurunkan angka
kematian pada bayi dan anak.
4.2.2 Bagi Masyarakat
Bagi petugas kesehatan dapat menganjurkan dan menggerakkan ibu
hamil maupun ibu yang memiliki anak dibawah 5 tahun untuk rajin
mengikuti posyandu bulanan yang ada di balai desa untuk mengecek
keadaan anaknya khususnya mengenai tanda-tanda dan gejala DM
Juvenil.
4.2.3 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa perlu mengetahui dan memahami terkait kasus DM Juvenil
karena penyakit ini sering terjadi pada anak-anak sehingga ketika terjun
di lapangan mahasiswa sudah paham mengenai DM Juvenil.
DAFTAR PUSTAKA
29
Bare & Suzanne, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC : Jakarta
30