Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan
salam tidak luput Kami kirimkan atas qudwah kita Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam, para sahabatnya serta umatnya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga
akhir zaman.
Penulisan makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah “Keperawatan
Anak” pada Program Studi Ners Akademik STIK Muhammadiyah Pontianak. Dalam
penyusunan makalah ini tidak banyak kesulitan yang Kami temui, namun berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Lilis Lestari, M.Kep. selaku pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu
dan membimbing kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami.
3. Teman-teman kelompok atas kebersamaannya dalam penyusunan makalah ini.
4. Dan kepada teman-teman lain yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
senantiasa Kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Amin Ya Rabbil Alamin.
Pontianak, 05-10 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
1. Umum .......................................................................................................................... 2
2. Khusus ......................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
TINJAUAN TEORITIS ............................................................................................................. 3
A. Pengertian ....................................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................................ 4
C. Manifestasi klinis ............................................................................................................ 6
D. Patway ............................................................................................................................. 8
E. Penatalaksanaan .............................................................................................................. 9
F. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................................. 9
A. Komplikasi .................................................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 12
ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................................. 12
A. Pengkajian ..................................................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 13
C. Intervensi Keperawatan ................................................................................................ 13
D. Evaluasi Keperawatan ................................................................................................... 14
BAB IV .................................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai tingginya kadar gula dalam
darah yang disertai berbagai kelainan metabolisme dalam tubuh akibat gangguan hormonal
yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Diabetes melitus juga merupakan kumpulan dari beberapa gangguan metabolisme dengan
tingginya kadar gula dalam darah sebagai akibat ketidakmampuan memproduksi insulin
atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin (Rendy & Margareth, 2012).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat,
terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan
dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan
sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu
efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia
antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang
lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Tingginya angka penderita diabetes melitus akan menimbulkan kerugian dan resiko
yang sangat besar, jika tidak ditangani atau diobati maka dapat mengakibatkan dampak
yang sangat berbahaya yaitu dapat menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh,
terutama saraf dan pembuluh darah. Berdasarkan data dari infodatin (2014), resiko dari
diabetes melitus yang sering terjadi adalah meningkatnya angka penyakit jantung dan
stroke, neuropati (kerusakan saraf) di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi
dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki. Neuropati diabetikum merupakan salah satu
penyebab kebutaan yang terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina dan juga
gagal ginjal. Bahkan Diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi
ketiga di Indonesia, persentase kematian akibat diabetes melitus di Indonesia merupakan
yang tertinggi kedua setelah Sri Lanka (WHO, 2016).
Pada lingkup provinsi Kalimantan Barat, diabetes melitus berada diperingkat 4 dari
10 besar penyakit berdasarkan data yang di dapat dari seluruh kabupaten dan kota se-
Kalimantan Barat dengan jumlah 3.558 kasus (5,3%), kasus ini masih cukup tinggi terjadi
untuk penyakit tidak menular (Dinkes Kalbar, 2017).
Data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak penyakit diabetes melitus masuk
dalam daftar 10 penyakit terbanyak yang terjadi di Kota Pontianak di bawah penyakit

1
infeksi akut saluran pernapasan atas dan penyakit Hipertensi dengan jumlah 14.954 kasus.
Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu: pola makan yang tidak sehat misalnya kurang
serat dan tinggi lemak, aktivitas fisik yang kurang, dan mengkonsumsi tembakau dan
rokok (Dinkes Kota Pontianak, 2017). Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Pontianak
telah merilis angka kejadian DM dari masing-masing Puskesmas dengan total penderita
sebanyak 44.003 kasus, yang terdiri dari penderita laki-laki 21.950 orang dan perempuan
sebanyak 22.053 orang, dan untuk wilayah Puskesmas Siantan Hulu angka penderita DM
masih cukup tinggi yaitu sebanyak 1.500 penderita (Dinkes Kota Pontianak, 2018).
Kurangnya pengetahuan, dan sikap terhadap penyakit diabetes melitus menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi seseorang tidak patuh terhadap program pengobatan
terutama dalam melaksanakan pola makan yang seimbang bagi penderita DM. Penelitian
yang dilakukan Amalia dkk (2016) menunjukkan hasil dari 37 responden terdapat 4
responden (10,82%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 33 responden (89,18%)
memiliki tingkat pengetahuan kurang serta sebagian besar responden memiliki gaya hidup
yang tidak sehat yaitu sebanyak 25 responden (67,6%).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan endokrin: juvenile diabetes
C. Tujuan
1. Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan kelaianan system endoktrin
juvenile diabetes
2. Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari juvenile diabetes
Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari juvenile diabetes
Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari juvenile diabetes
Mahasiswa dapat mengetahui patway juvenile diabetes
Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan juvenile diabetes
Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk juvenile
diabets
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan system
endoktrin juvenile diabetes

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
mengarah ke hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi, diabetes melitus juga sering
disebut sebagai gula darah tinggi baik oleh klien maupun penyedia layanan kesehatan
(Black & Hawks, 2014).
Menurut Tjokroprawiro (2007) DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin.
Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas
tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang
cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini
terdapat kekurangan insulin secara absolut.
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi
sel beta pankreas (defek sekresi insulin).
Sedangkan diabetic Juvenile diabetes mellitus tipe 1 biasanya berkembang pada usia
anak-anak, namun termanifestasi dan menjadi parah saat pubertas. Diabetes mellitus tipe
1 memiliki cara adanya destruksi sel B pancreas berhubungan dengan predisposisi genetic
dan factor lingkungan. Penderita diabetes mellitus tipe 1 sangat tergantung pada insulin
untuk kelangsungan hiupnya akibat defisiensi insulin yang absolut, maka akan terjadi
komplikasi metabolism yang serius seperti ketoasidosis akut dan koma (Marble, 1971
dalam Wuragil, 2006). DM tipe 2 juga bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa yang
disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun
(Soegondo, 2008).
Obesitas pada masa anak dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe
2. Selain itu, juga berisiko untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi
mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Selain itu, obesitas pada anak usia 6-
7 tahun juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak
menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Dewi Sartika,2011).
Jadi Diabetic Juvenile atau lebih dikenal diabetes yang terjadi pada anak-anak
disebabkan oleh DM tipe 1, tetapi dengan pemicu lifestyle yang kurang baik maka DM

3
tipe 2 juga bisa menjadi salah satu faktor terjadinya DM pada anak- anak, perlunya
pengetahuan yang baik tentang pola makan untuk gizi yang seimbang bagi anak-anak.
Rentang Glukosa darah dalam mendiagnosis DM

Belum DM
Kadar gula darah (mg/dl) Bukan DM
pasti DM
100-199 >200 mg/dl
Plasma vena < 100 mg/dl
mg/dl
Sewaktu
90-199 >200 mg/dl
Darah kapiler < 90 mg/dl
mg/dl
100-125 >126 mg/dl
Plasma vena < 100 mg/dl
mg/dl
Puasa
90-99 >100 mg/dl
Darah kapiler < 90 mg/dl
mg/dl
(Sumber: PERKENI, 2015)

B. Etiologi
Penyebab diabetes melitus menurut LeMone dkk (2016) yaitu :
a. Diabetes melitus tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus)
DM tipe I merupakan penyakit autoimun akibat kerusakan sel beta yang
menyebabkan defisiensi insulin dengan beberapa penyebab diantaranya:
1) Faktor genetik / herediter
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderuangan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe I. Anak dari penyandang DM memiliki resiko 1:20-1:50. Penanda
genetika yang menentukan respons imun telah ditemukan pada kebanyakan
orang yang didiagnosis DM.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe I, pemicu
tersebut dapat berupa infeksi virus (campak, rubela, atau koksakievirus B4)
atau bahan kimia beracun, misalnya yang dijumpai di daging asap dan awetan.
b. Diabetes melitus tipe II (NIDDM)
DM tipe II diakibatkan oleh resistensi insulin dimana terjadi penurunan kerja
insulin yang disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:
1) Obesitas
Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan
berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft

4
drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan
makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan.
Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak
dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi mengunakan susu formula
dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak.
Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun.
2) Riwayat keluarga
Anak dari penyandang DM tipe II memiliki peningkatan resiko dua hingga
empat kali menyandang DM tipe II dan 30% resiko mengalami intoleransi
glukosa.
3) Tidak ada aktivitas fisik
4) Sindrom metabolik
c. Diabetes melitus tipe lain
Beberapa penyebab Diabetes Melitus tipe I diantaranya:
1) Kelainan genetika pada sel beta
2) Kelainan genetika pada kinerja insulin
3) Penyakit pankreas eksokrin
4) Gangguan endokrin
5) Obat-obatan:
Asam nikotat, glukokotikoid, hormon tiroid, tiazid, dan fenitoin
d. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan tipe DM yang terjadi pada ibu saat waktu
kehamilan, Menurut Nurrahmani dan Kurniadi (2015) penyebab diabetes
gestasional yaitu :
1) Beberapa kali keguguran
2) Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas
3) Riwayat pernah melahirkan bayi 4000 gram
4) Umur ibu hamil >30 tahun
5) Riwayat DM keluarga
6) Mengalami diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
7) Obesitas
8) Berat badan ibu waktu lahir >5 kg
9) Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil

5
C. Manifestasi klinis
Gejala yang sering dirasakan pada penderita diabetes melitus menurut Nurrahmani
& Kurniadi (2015) dan Huether & Kathryn (2019) yaitu :
a. Poliuri / sering buang air kecil dalam jumlah yang banyak
Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang normal (>180 mg/dl), maka gula
darah akan keluar bersama urine. Untuk menjaga urine yang keluar (yang
mengandung gula) tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin
kedalam urine sehingga urine keluar dalam volume yang banyak dan kencingpun
sering terjadi.
b. Polidipsi / sering merasa haus
Hal ini dikarenakan dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan
kekurangan air atau dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan
menimbulkan rasa haus sehingga orang kebanyakan ingin selalu minum terutama
yang dingin, manis, dan menyegarkan.
c. Polifagi / nafsu makan meningkat
Penderita diabetes karena insulinnya bermasalah, pemasukan gula kedalam
tubuh menjadi kurang sehingga energi menjadi kurang. Sel juga kekurangan gula
sehingga otak berpikir bahwa kurang energi karena kurang makan, maka tubuh pun
kemudian berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa
lapar.
d. Berat badan turun
Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekuarangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada
didalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Apabila hal tersebut berlangsung
cukup lama, maka orang akan tampak kurus dan berat badannya akan turun karena
massa lemak dan protein yang tersimpan di jaringan otot dan lemak menyusut.
e. Kelemahan
Perubahan metabolik menyebabkan produk makanan sulit digunakan
sehingga timbul lemah badan dan rasa lelah.
f. Infeksi berulang
Pertumbuhan mikroorganisme dirangsang oleh : peningkatan kadar glukosa darah
dan diabetes merupakan salah satu penyebab pasien dalam kondisi imunosupresif.
g. Luka sulit sembuh
Gangguan aliran darah menggangu proses penyembuhan luka.

6
h. Puritus didaerah genetalia
Hiperglikemia dan glukosuria menyebabkan tumbuhnya jamur, infeksi kandida,
sehingga timbul gatal yang banyak dikeluhkan oleh pasien perempuan.
i. Gangguan penglihatan
Penglihatan kabur terjadi karena fluktuasi keseimbangan air mata akibat
peningkatan kadar glukosa darah, hal ini dapat menyebabkan retinopati
diabetikum.
j. Parestesia
Parestesia merupakan keluhan tersering pasien dengan neuropati
k. Keluhan kardiovaskuler
Diabetes berperan pada terbentuknya plak aterosklerosis terutama di sirkulasi
koroner, arteri perifer dan serebrovaskuler serta pembuluh darah kecil.

7
D. Patway

8
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dari edukasi dan menerapkan pola hidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis (PERKENI,
2015).
a. Edukasi
Edukasi penyandang diabetes dengan tujuan promosi hidup sehat dimaksudkan untuk
memberi informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara khusus
memperbaiki pola makan dan pola latihan fisik. Informasi yang cukup akan
memperbaiki keterampilan dan sikap penyandang diabetes.
b. Terapi Nutrisi
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu.
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara teratur sebanyak 3-
5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani,
apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani.
d. Farmakoterapi
1) Obat-obatan hipoglikemik oral (Riyadi & Sukarmin, 2013)
a) Golongan sulfoniluria
b) Golongan biguanid
c) Alfa glukosidase inhibitor
2) Insulin
Untuk praktisnya hanya 3 jenis yang penting menurut cara kerjanya, yakni
diantaranya adalah:
a) RI dengan masa kerja 2-4 jam contoh : Actrapid.
b) NPH dengan masa kerja 6-12 jam.
c) PZI dengan masa kerja 19-24 jam.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dL) biasanya tes ini
dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah
kondisi stress
2. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal (>140mg/dL)

9
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. Tes ini mengukur persentasi glukosa
yang meletak pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama hidup
sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%.
4. Urinalisasi positif terhadap glukosa dan keton. Pada respon terhadap defisiensi
intraselular, protein dan lemak diubah menjadi glukosa (gluconeogenesis) untuk
energy. Selama proses pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton
oleh hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan bahwa
ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria menadakan ketoasidosis.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan
control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
A. Komplikasi
1) Hipoglikemia. Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula darah yang terlalu rendah.
Komplikasi ini dipicu oleh suntik insulin yang terlalu banyak. Selain itu, hipoglikemia
juga dapat disebabkan oleh kurangnya asupan karbohidrat atau olahraga yang terlalu
berlebihan.
2) Hiperglikemia. Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula yang terlalu tinggi. Kondisi
ini dapat terjadi akibat porsi makan yang terlalu banyak atau kurangnya dosis insulin.
Hiperglikemia yang dibiarkan tidak tertangani bisa memicu komplikasi
serius ketoasidosis diabetik, suatu kondisi di mana tubuh bukan mengolah karbohidrat,
melainkan lemak sebagai sumber energi utama.
3) Penyakit jantung dan pembuluh darah. Diabetes yang tidak tertangani dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, serangan jantung, tekanan darah tinggi,
dan stroke.
4) Kerusakan saraf (neuropati). Diabetes dapat merusak dinding pembuluh darah kecil
(kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf, terutama pada saraf di kaki. Kondisi tersebut
akan memicu rasa nyeri, sensasi terbakar, atau mati rasa di ujung jari kaki. Kerusakan
saraf juga dapat terjadi di saluran pencernaan, dan menyebabkan penderita mengalami
mual, muntah, diare atau malah sembelit.

5) Penderita yang mengalami kerusakan saraf disarankan untuk memeriksa kondisi


kakinya tiap hari. Segera ke dokter bila ada luka yang melepuh atau tidak kunjung
sembuh. Luka yang tidak tertangani akan memicu infeksi serius, sehingga perlu
dilakukan tindakan amputasi.

6) Kerusakan ginjal (nefropati). Kadar gula tinggi dapat merusak sistem penyaringan
pada ginjal. Bila kerusakan cukup parah, penderita dapat mengalami gagal ginjal, atau
bahkan perlu menjalani cuci darah (dialisis) atau transplantasi ginjal.

10
7) Kerusakan mata. Diabetes dapat meningkatkan risiko katarak dan glaukoma. Di
samping itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
retina (retinopati diabetik) yang bisa memicu kebutaan

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Klien dengan diabetes harus dikaji dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri.Tipe diabetes kondisi klien, dan rencana
pengobatan adalah pengkajian penting yang harus di lakukan. Pengkajian secara detail
adalah sebagai berikut:
1. Anamnese
Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis
2. Keluhan Utama
Adanya keluhan sering buang air kecil (poliuria), sering merasa haus (polidipsia),
sering merasa lapar (polifagia), mengeluh lemah, serta penurunan berat badan
3. Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan manifestasi klinis dari DM tipe 1 seperti poluria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM sebelumnya, penanganan yang telah didapat, riwayat
penggunaan insulin dan obat-obatan lain
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita DM. salah satu etiologi dari DM tipe 1
adalah faktor genetik
6. Riwayat Perkembangan
a. Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda–tanda vital.
b. Ukuran antropometri : TB dan BB untuk menetukan status nutrisi ,Lingkar kepala,
Lingkar dada, Lingkar lengan atas.
7. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap merupakan pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru
lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang
perlindungan. Program imunisasi dasar lengkap mencakup BCG 1, Hepatitis B 4,
DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak 1 yang diberikan untuk anak usia satu tahun.

12
8. Riwayat hospitalisasi
Selama hospitalisasi anak memiliki stressor yang menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak. Stresor utama dari hospitalisasi pada anak antara lain perpisahan,
kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Selama masa hospitalisasi anak selalu
memiliki pengalaman tidak terduga dan menjalani prosedur yang menyebabkan anak
merasa nyeri. Anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menyeringai wajah,
menangis, mengatupkan gigi, mengigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau
melakukan tindakan agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau berlari
keluar.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan adanya
keseimbangan volume cairan dan tidak terjadi syok hipovlemik.
b. Kriteria hasil: TTV stabil, nadi perifer teraba, turgor kulit baik, CRT < 2 detik,
kadar elektrolit urin dalam batas normal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan insulin
a. Tujuan: setelah diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi terpenuhi.
b. Kriteria hasil : peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat menghabiskan porsi
makanan yang dihidangkan.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
gangguan mikrovaskular.
a. Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan tidak terjadi
perubahan persepsi sensori penglihatan.
b. Kriteria hasil: nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas normal

C. Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
a. Pantau TTV, catat adanya perubahan TD.
R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan
oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah
b. Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan membran
mukosa
RJ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di
kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel
c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan
R1 memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah air).

13
d. Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah
yang manis
R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masa
otot.
a. Timbang berat badan
R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan jumlah
kalori yang harus dikonsumsi
b. Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah nutrisi
R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi.
c. Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten
R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan ke dalam sel
d. Kolaborasi dengan ahli diet.
Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori karena kalau
tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia
3. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan
gangguan mikrovaskular
a. Pantau TTV dan status mental
R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental
b. Kaji status persepsi penglihatan
R/ untuk mengkaji status persepsi pasien.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam
menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan
2. Tercapai sebagian, pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan
3. Belum tercapai, pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula
dalam tubuh karena kerusakan sel β pancreas sehingga mengakibatkan berkurangnya
prosuksi insulin sepenuhnya. Diabetes mellitus tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor genetic,
lingkungan dan imunologi. Kekurangan insulin pada diabetes mellitus tipe 1 dapat
menimbulkan kondisi hiperglikemi dan dapat menunjukkan gejala poliuria, polidipsia,
polifagia, serta penurunan berat badan. Diabetes mellitus tipe 1 dapat berkomplikasi
menjadi diabetes ketoasidosis jika terjadi peningkatan produksi keton.

Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dengan tes toleransi glukosa, tes gula
darah puasa, hemoglobin glikosilat, serta pemeriksaan urine. Penatalaksanaan pada
diabetes mellitus tipe 1 yaitu dengan diet, latihan fisik dan pemberian insulin eksogen.
Masalah keperawatan yang sering muncul adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, retensi urine, resiko kekurangan volume cairan, dan ansietas.

B. Saran
Peningkatan pengetahuan tentang konsep penyakit serta penatalaksanaan penting
guna membantu proses penyembuhan penyakit. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce. M. & Hawks, Jane. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Buku 2.
(Alih bahasa oleh: Mulyanto Joko, dkk). Elsevier: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Kota Pontianak (2018). Diabetes Melitus 2018.
LeMone, Priscilla. et al. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Integumen, Endrokrin, Gastroentestinal, Vol 2 Edisi 5. (Alih bahasa oleh : Angelina,
dkk). Jakarta: EGC.
Nurrahmani, Ulfa. & Kurniadi, Helmanu. (2015). Stop Diabetes, Hipertensi, Kolesterol Tinggi,
Jantung Koroner. Yogyakarta: Istana Media.
PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia.(https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-
Pengelolaan-dan-Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indon esia-PERKENI-2015.pdf.
diperoleh tanggal 21 Maret 2019).
Rendy, M. Clevo. & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.
Yogjakarta: Nuha Medika
Riyandi, S. & Sukarmin. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
WHO (2018). World Health Organization. (https://www.who.int/diabetes/en/. diproleh tanggal
9 Maret 2019).

16

Anda mungkin juga menyukai