DIABETES MELITUS
Dosen Pengampu : Loseva Angelina Kudadiri, S. Tr.Kep., Ners
Disusun Oleh :
Kelompok 6
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpah kan berkat,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diabetes
Melitus”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Patofisiologi. Selain itu,
penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dasar teori tentang Diabetes Melitus yang
berguna untuk pengembangan diri.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar
besarnya kepada ibu Loseva Angelina Kudadiri, S. Tr.Kep., Ners.
Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi
para pembaca.Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih banyak kekurangan.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Syahbudin, 2009).
Menurut WHO tahun 2011, Diabetes Mellitus termasuk penyakit yang paling
banyak diderita oleh penduduk di seluruh dunia dan merupakan urutan ke empat dari
prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif. Prevalensi Diabetes Mellitus
pada populasi dewasa di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 35% dalam
dua dasawarsa dan menjangkit 300 juta orang dewasa pada tahun 2025. Bagian terbesar
peningkatan angka pravalensi ini akan terjadi di negara-negara berkembang (Gibney,
2009).
Diabetes Mellitus dapat menjadi serius dan menyebabkan kondisi kronik yang
membahayakan apabila tidak diobati. Akibat dari hiperglikemia dapat terjadi komplikasi
metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan keadaan hiperglikemi dalam
jangka waktu yang lama dapat berkontribusi terhadap komplikasi neuropatik. Diabetes
Mellitus juga berhubungan dengan penigkatan kejadian penyakit makrovaskular seperti
MCI dan stroke (Smeltzer & Bare, 2013). Menurut WHO, penderita diabetes beresiko
mengalami kerusakan mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini
dapat memberikan efek terhadap kondisi psikologis pasien.
1
Dari penjelasan diatas peranan soerang perawat itu sangat penting dalam
pemberian asuhan keperawatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
yang disebabkan karena Diabetes Mellitus, sehingga diharapkan untuk mahasiswa dan
mahasiswi keperawatan dapat memahami dan menguasai konsep asuhan keperawatan
pada pasien Diabetes Mellitus.
1.4 Manfaat
2
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam
www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003 dalam www.trinoval.web.id).
Diabetes Mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar
gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga
mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001 dalam
www.trinoval.web.id).
3
1. Diabetes Tipe 1
Pada dasarnya, diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun, yakni kondisi ketika
antibodi yang seharusnya bekerja melindungi tubuh terhadap infeksi, malah berbalik
menyerang sel tubuh itu sendiri Dalam kasus diabetes tipe 1, yang dirusak adalah sel
beta yang terdapat pada pankreas. Proses tersebut membuat rusaknya sel-sel beta
yang akan memproduksi insulin. Belum diketahui apa penyebab antibodi menyerang
sel beta pankreas. Namun, banyak pakar percaya jika faktor genetik dan infeksi virus
tertentu merupakan penyebabnya.
2. Diabetes Tipe 2
3. Diabetes Gestasional
4
2.3 Etiologi Diabetes Mellitus
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)
a) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th, sekitar
90% dari kasus diabetes yang didapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe
5
2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai
menurun.
b) Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hal ini jelas dikarenakan persediaan cadangan
glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol
dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah
keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali
dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi
glukosa.
c) Riwayat keluarga
Jika orang tua menderita diabetes tipe 2 rasio diabetes dan non-diabetes
pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2
(Martinus,2005).
6
maka jumlah gula dalah darah pasti akan naik, hal ini lah yang kemudian
menyebabkan seseorang wanita hamil menderita diabetes gestasional.
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180mg/dL. Penderita Diabetes Mellitus
umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami
oleh penderita:
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala Diabetes Mellitus dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama
pada seorang anak yang menderita penyakit Diabetes Mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita Diabetes Mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala
diatas, bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan
adalah:
1) Katarak
2) Glaukoma
3) Retinopati
4) Gatal seluruh badan
5) Pruritus Vulvae
6) Infeksi bakteri kulit
7) Infeksi jamur di kulit
8) Dermatopati
9) Neuropati perifer
7
10) Neuropati visceral
11) Amiotropi
12) Ulkus Neurotropik
13) Penyakit ginjal
14) Penyakit pembuluh darah perifer
15) Penyakit coroner
16) Penyakit pembuluh darah otak
17) Hipertensi
8
dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang
lama akan menyebabkan arteros klerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada saraf perifer, hal ini akan memudahkan terjadinya gangren. Ada dua teori
utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori
sorbitol dan teori glikosilasi:
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel
dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa
yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui
glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan
diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut
dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada
semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses
glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi
baik makro maupun mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri
disebabkan oleh faktor-faktor yang disebutkan dalam etiologi. Faktor utama
yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD, adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan
sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki, gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki
pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
klien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1. Diet
2. Latihan
9
3. Pemantauan
4. Terapi
5. Pendidikan
a. Penatalaksanaan Diet
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5
jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhtmical, Interval, Progresiv,
Endurance Training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak cepat dan
lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan
bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan
kaki, jogging, lari, renang, bersepeda,dan mendayung. Hal yang perlu diperhatikan
dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai
sepatu yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan
hipoglikemia, harus selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah
berolahraga.
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
tapi kadar glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat
berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan)
1) Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara:
10
a. Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b. Menurunkan ambang sekresi insulin
c. Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampaidibawah
normal. Preparat yang ada dan normal adalah metformin, obat ini dianjurkan
untuk pasien yang gemuk (IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase
di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa.
11
BAB Ⅲ
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia). Hal ini dapat terjadi karena adanya penurunan
dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak
terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas.
3.2 Saran
Penulis menyarankan khususnya untuk masyarakat yang menderita Diabetes
Mellitus diharapkan dapat mengontrol gula darah, diet, menjaga kondisi kesehatan dan
harus tetap semangat, serta meningkatkan motivasi dalam menjalankan pengobatan agar
tidak semakin parah sehingga akan memiliki kualitas hidup yang tinggi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13