Anda di halaman 1dari 98

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DENGAN MASALAH KESEHATAN PADA KELOMPOK KHUSUS


(LANSIA) : DIABETES MELITUS DI KECAMATAN NEGLASARI
RT/RW 02/03 KELURAHAN TELUK NAGA TANGERANG BANTEN
Diajukan untuk Tugas Klinik Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pengampu : Yunita Sari, M.Kep, Sp.Kom

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Citra Asyika P27905119006
2. Galuh Puspita Sari P27905119011
3. Lofiyatul Fitri P27905119016
4. Ratu Shiba Arofah P27905119026
5. Rini Safira P27905119027
Tingkat 4, Semester 7

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
2022
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Komunitas
dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Masalah Kesehatan pada
Kelompok Khusus (Lansia) : Diabetes Melitus Di Kecamatan Neglasari RT /RW
02/03 Kelurahan Teluk Naga Tangerang Banten”, dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mahasiswa
dalam memahami Asuhan Keperawatan Komunitas dalam Kesehatan Masyarakat.
Isi dari makalah ini, terdapat uraian dan penjelasan Asuhan keperawatan Komunitas
Dalam Rentang Sehat-Sakit. yang akan kami uraikan dalam bentuk tulisan yang
ringkas dan jelas.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas kesempatan dan masukan positif
yang diberikan oleh dosen Asuhan Keperawatan Komunitas bagi kesempurnaan
makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang
telah bekerja sama dan terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.
Kami sebagai penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi kita semua.

Tangerang 01 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
A. Konsep Keperawatan Komunitas ..........................................................4
B. Konsep Teori Diabetes Melitus ............................................................39
C. Konsep Asuhan Keperawatan ..............................................................50
BAB III TINJAUAN KASUS ..............................................................................56
A. Pengakjian Keperawatan......................................................................56
B. Diagnosa Keperawatan .........................................................................66
C. Intervensi Keperawatan........................................................................68
D. Implementasi Keperawatan..................................................................71
E. Evaluasi Keperawatan ..........................................................................73
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................76
A. Kesimpulan ............................................................................................76
B. Saran .......................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................77
LAMPIRAN ..........................................................................................................78

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap
sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di
Indonesia. Perawat komunitas bekerja di berbagai bidang, memberikan
perawatan kesehatan primer sepanjang umur. Mereka menyediakan
keperawatan yang komprehensif di berbagai kebutuhan kesehatan untuk
klien di mana saja di masyarakat dari pusat-pusat kesehatan masyarakat,
klinik kesehatan primer, unit kesehatan masyarakat, sekolah dan universitas,
dewan lokal dan rumah klien.
Perawat komunitas memberikan perawatan kesehatan untuk mereka
yang memerlukan intervensi kesehatan dan juga mempertimbangkan
kondisi sosial yang mempengaruhi status kesehatan. Setiap orang atau wali
dapat mengakses perawat komunitas. Banyak Rumah sakit dan dokter
merujuk ke komunitas perawat dan klien menanyakan langsung bantuan.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi
perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi
klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik. Untuk itu,
penulis akan membahas lebih lanjut tentang peran dan fungsi perawat dalam
komunitas.
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan
sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya dapat menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah
(ADA dalam R.A.Oetari, dkk, 2019). Kelainan tersebut menyebabkan
abnormalitas dalam metabolisme, karbohidrat, lemak, dan protein. Penyakit
diabetes mellitus (DM) dikenal sebagai penyakit gula darah adalah
golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
dalam darah melebihi 180 mg/dl, di mana batas normal gula darah adalah
70-150 mg/dl, sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam
tubuh, di mana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin
sesuai kebutuhan tubuh (Ernawati, dalam R.A.Oetari, dkk, 2019).
Banyak orang pada awalnya tidak tahu bahwa mereka menderita
diabetes. Catatan dari International Diabetes Federation (IDF) 2015 adalah,
dari 415 juta pengidap diabetes dewasa usia 20-79 tahun di seluruhdunia,
ada 193 juta (hampir 50 %) yang tidak tahu bahwa dirinya terkena diabetes.
Bahkan, diperkirakan ada 318 juta orang dewasa lainnya yang sebenarnya
sudah mengalami gangguan toleransi gula, atau yang dinamakan
prediabetes, calon pengidap diabetes. Jumlah di atas melampaui populasi
penduduk di negara kita. Di negara-negara Asia, lebihdari 50% (bahkan ada
yang mencapai 85%) penderita diabetes mengalami hal yang serupa.
Khusus di Singapura yang pelayanan kesehatannya sudah maju, angkanya
hanya mencapai 20%. Ketidaktahuan ini disebabkan karena kebanyakan
penyakit diabetes terus berlangsung tanpa keluhan sampai beberapa tahun,
setelah timbul komplikasi barulah mereka memeriksakan diri ke dokter
(Hans Tandra, 2018).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan negara dengan penderita DM terbanyak keempat di
dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat, dengan jumlah penderita
sebanyak 12 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta
jiwa pada tahun 2030 (Sonta Imelda, 2018). Di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter pada Riskesdas tahun 2018 provinsi yang paling banyak
menderita DM adalah provinsi DKI Jakarta sebanyak 2,6% penduduk.

2
Berdasarkan hal di atas perlunya tindakan lebih lanjut mengenai
penanganan ataupun pencegahan kompilikasi untuk penderita Diabetes
Melitus, oleh karena itu kelompok akan membahas lebih lanjut tentang
Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Masalah Kesehatan Populasi :
Diabetes Melitus.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan komunitas?
2. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan masalah kesehatan
populasi Diabetes Melitus (DM)?

C. Tujuan Pembahasan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawatan komunitas dengan
masalah kesehatan populasi : Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep asuhan
keperawtan komunitas
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengkajian keperawatan
pada komunitas diabetes Melitus (DM)
c. Untuk mengetahui dan memahami tentang Diagnosa keperawatan
pada komunitas diabetes Melitus (DM)
d. Untuk mengetahui dan memahami tentang Intervensi keperawatan
pada komunitas diabetes Melitus (DM)
e. Untuk mengetahui dan memahami tentang Implementasi
keperawatan pada komunitas diabetes Melitus (DM)
f. Untuk mengetahui dan memahami tentang Evaluasi keperawatan
pada komunitas diabetes Melitus (DM)

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Peran, Fungsi, dan Etika Perawat dalam Keperawatan Komunitas
a. Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas
1) Pelaksana Pelayanan Keperawatan (Provider of Nursing Care)
Peranan yang utama bagi perawat komunitas adalah Clinical
Nurses Specialist (CNS) dan Familiy Nurse Practitioner (FNP)
sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, baik itu sehat atau sakit atau
mempunyai masalah kesehatan di rumah, disekolah, dipanti,
ditempat kerja, dan lain-lain.
2) Sebagai Pendidik (Health Educator)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan komunitas, baik dirumah, dipuskesmas,
dikomunitas secara terorganisir serta menanamkan perilaku
hidup sehat sehingga terjadi perubahan perilaku untuk mencapai
tingkat kesehatan optimal.
3) Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok, komunitas. Memonitoring masalah
kesehatan yang timbul serta dampaknya terhadap status
kesehatan melalui : a. Kenjungan rumah b. Pertemuan-
pertemuan c. Observasi d. Pengumpulan data
4) Koordinator Yankes (Coordinator of Servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerja
sama dengan tim kesehatan lainnya sehingga diharapkan
terciptanya keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang menyeluruh dan
tidak terpisah-pisah.
5) Sebagai Pembaharu (Inovator)
Pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas. Serta merubah perilaku dan pola hidup agar
tercapainya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
optimal.
6) Pengorganisir Pelayanan Kesehatan
Perawat komunitas berperan serta dalam memberikan
motivasi dalam rangka meningkatkan peran serta individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya yankes
yang dilaksanankan oleh masyarakat. Misalnya kegiatan
posyandu, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, sampai
dengan tahap penilaian, serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan dang pengorganisasian masyarakat
dalam bidang kesehatan.
7) Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat komunitas dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang
dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
8) Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat komunitas sebagai tempat bertanya oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan
berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan/keperawatan
yang dihadapi sehari-hari.Perawat komunitas juga dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. Perawat
komunitas sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit
yankes dan instansi terkait.

5
9) Sebagai Pengelola (Manager)
Perawat komunitas dapatmengelola berbagai kegiatan
yankes dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung
jawab yang diemban kepadanya. Perawat komunitas juga
mengkoordinasikan upaya-upaya kesehatan yang dijalankan,
melalui puskesmas sebagai institusi pelayanan dasar utama, baik
di dalam atau di luar gedung ataukah di keluarga, terhadap
kelompok-kelompok khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas/menyusui, anak balita, usia lanjut, sesuai
dengan peran, fungsi dan tanggung jawabnya.
b. Fungsi Perawat dalam Keperawatan Komunitas
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan
sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berbah dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain. Dalam menjalankan profesinya sebagai perawat,
maka seorang perawat akan menjalankan fungsi perawat
sebagaimana mestinya. Berikut beberapa fungsi perawat
diantaranya, yaitu:
1) Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang
lain, dimana perawat dalammelaksanakan tugasnya dilakukan
secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukantindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhanfisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit,pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dan lain-lain), pemenuhankebutuhan keamanan dan
kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhankebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2) Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas pesan atau instruksi dariperawat lain. Sehingga

6
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3) Fungsi Interpenden
Fungsi perawat dalam interpenden ini bahwasanya tindakan
perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan lainnya. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama
tenaga kesehatan lainnya melakukan kolaborasi dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung
dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang tenaga medis.
Sebagai sesama tenaga kesehatan, masing-masing tenaga
kesehatan kepada pasien sesuai dengan bidang ilmunya.
Dalam kolaborasi ini, pasien menjadi fokus upaya pelayanan
kesehatan. Hal ini dapat dicontohkan dalam penanganan ibu
hamil yang menderita DM/diabetes mellitus, perawat bersama
tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana untuk menentukan
kebutuhan makanan yang diperlukan bagi ibu dan
perkembangan janin. Ahli gizi memberikan kontribusi dalam
perencanaan makanan dan perawat mengajarkan pasien memilih
makan sehari-hari. Dalam fungsi ini, perawat bertanggung jawab
secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain terhadap
kegagalan pelayanan kesehatan terutama untuk bidang
keperawatannya.
c. Etika Perawat dalam Keperawatan Komunitas
1) Pengertian
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah,
baik dan buruk dalam hubungan dengan orang lain. Etik
merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik
serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga
bagi semua orang. Secara umum, terminologi etik dan moral

7
adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda dengan
moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk
penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema
tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan
kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola
atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan
standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional.
Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik
perawatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan
bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
2) Prinsip-Prinsip Etik
a) Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
b) Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan

8
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
c) Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,
legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d) Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis pada klien.
e) Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi
pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat
beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis
klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik
bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki
otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan

9
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f) Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji
dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada
komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g) Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang
klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat
dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
h) Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.
2. Proses Keperawatan Komunitas
a. Pengertian
Proses keperawatan keperawatan komunitas komunitas
adalah metode asuhan keperawatan keperawatan yang bersifat
bersifat ilmiah, ilmiah, sistematis, sistematis, dinamis, dinamis,
kontinyu dan kontinyu dan berkesinambungan berkesinambungan

10
dalam rangka memecahkan rangka memecahkan masalah kesehatan
d masalah kesehatan dari klien, ari klien, keluarga, kelompok
keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah – langkahnya
dimulai dari pengkajian : pengumpulan data, analisis analisis data
dan penentuan penentuan masalah, masalah, diagnosis diagnosis
keperawatan, keperawatan, perencanaan perencanaan tindakan
tindakan keperawatan, keperawatan, pelaksanaan pelaksanaan dan
evaluasi evaluasi tindakan tindakan keperawatan keperawatan
(Wahit, 2005).
Proses keperawatan keperawatan pada komunitas komunitas
mencakup mencakup individu, individu, keluarga keluarga dan
kelompok kelompok khusus yang memerlukan memerlukan
pelayanan pelayanan asuhan keperawatan. keperawatan.
Dalam perawatan perawatan kesehatan kesehatan komunitas
komunitas keterlibatan keterlibatan kader kesehatan, kesehatan,
tokoh - tokoh masyarakat formal dan informal sangat diperlukan
dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara terpadu dan
menyeluruh sehingga masyarakat benar - benar mampu dan mandiri
dalam setiap mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kese
upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang hatan dan
keperawatan yang diberikan.
b. Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan
1) Tujuan
Tujuan melakukan proses keperawatan dalam komunitas adalah:
a) Agar diperoleh hasil asuhan keperawatan komunitas yang
bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan permasalahan
yang terjadi pada masyarakat dan agar pelaksanaannya
dilakukan secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

11
b) Meningkatkan status kesehatan masyarakat.
c) Untuk dapat mencapai tujuan ini maka perawat kesehatan
komunitas harus memiliki keterampilan dasar yang meliputi:
epidemiologi, penelitian,pengajaran, organisasi masyarakat
dan hubungan interpersonal yang baik.
2) Fungsi
a) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan
dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.

b) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal


sesuai dengankebutuhannya dalam kemandiriannya di
bidang kesehatan.
c) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahabn masalah, komunikasi yang efektif dan efisien
serta melibatkan peran serta masyarakat.
d) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat
berkaitan dengan permasalahannya atau kebutuhannya
sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang
cepat.
c. Langkah-Langkah dalam Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Dalam pengkajian yang perlu dikaji pada kelompok atau
komunitas adalah:

12
a) Data Inti/Community Care
b) Data subsistem
2) Dianosa Keperawatan
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian
dianalisa seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat
dan seberapa berat reaksi yang timbul dalam masyarakat
tersebut. Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan
pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah
kesehatan, karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat
bersifat aktual, ancaman dan potensial.
a) Analisis Data
b) Skoring / Prioritas Masalah
3) Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer,
sekunder, tersier yang cocok dengan kondisi klien & keluarga,
masyarakat yang sesuai dengan diagnosa yang telah ditetapkan.
Proses didalam tahap perencanaan ini meliputi penyusunan,
pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas sesuai
dengan prioritas & penapisan masalah, penetapan tujuan dan
sasaran, menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.
4) Implementasi
Tindakan keperawatan (Implementasi) adalah kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan danhasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dandiselesaikan. Implementasi
mencakup melakukan, membantu, ataumengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhanperawatan
untuk tujuan yang berpusat pada klien (Potter & Perry, 2005).

13
5) Evaluasi
Perawat bertangggung jawab untuk mengevaluasi status
dan kemajuan klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dapat
disusun dengan menggunakan format SOAP , Format ini
digunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi
didokumentasikan dalam satu catatan yang disebut catatan
kemajuan. S (temuan perawat secara subjektif) , O (Temuan
perawat secara objektif), A (analisis), P (perencanaan).
3. Standar Praktik Keperawatan Komunitas
Standar praktek keperawatan komunitas merupakan salah satu
karakteristik profesi perawat komunitas yang diperlukan untuk
menjamin mutu praktik keperawatan komunitas sehingga mutu asuhan
keperawatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dipertahankan
pada tingkat optimal.
Menurut American Nursing Association (ANA, 2004), standar
praktik keperawatan dapat dibagi dalam 16 standar dengan membahgi
dalam kompetensi perawat komunitas generalis dan spesialis.
a. Standar 1 : Pengkajian
Perawat kesehatan kornunitas mengkaji status komunitas
menggunakan data, idcntifikasi sumber- surnber yang ada di
komunitas, masukan dari komunitas dan pemangku kepentingan
(stakeholder) lain, serta penilaian profesional,
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
a) Mengumpulkan data dari berbagai surnber yang
berhubungan dengan masyarakat skala luas atau komunitas
khusus.
b) Menggunakan model dan prinsip-prinsip epiderniologi,
dernografi, biometri, sosial, perilaku, dan pemeriksaan fisik
untuk mengolab data yang telah dikumpulkan.

14
c) Menentukan prioritas pengkajian berdasarkan kepentingan
kebutuhan atau risiko pada area geografisatau kornunitas.
d) Melakukan pengkajian berdasarkan kriteria yang ditentukan
untuk memenuhi kebutuhan komunitas, nilai dan
kepercayaan, sumber-sumber, dan faktor lingkungan yang
relevan.
e) Menganalisis data menggunakan teknik pemecahan
masaJahdan model keperawatan, kesehatan masyarakat, dan
disiplin lain.
f) Menggunakan data untuk meugldentifikasi kecenderungan
dan penyimpangan dari pola kesehatan yang diharapkan di
komunitas.
g) Melakukan pengkajian data dokumen yang tidak dimengerti
yang terlibat dalam proses.
h) Menerapkan etik, hukum, dan menghormati privasi klien
dalam mengumpulkan, mengolah, serta menyampaikan data
dan informasi.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas
a) Mengumpulkan data dari berbagai sumber antardisiplin
dengan menggunakan metode yang sesuai untuk
mendapatkan atau memverifikasi data yang berfokus pada
komunitas.
b) Bekerja sarna dengan kornunitas, tenaga profesional
kesehatan, dan pemangku kepentingan lain dalam
pengumpulan data.
c) Menginterpretasikan data dari berbagai sumber yang didapat
selama proses pengkajian secara kompleks.
d) Konsultasi dengan perawat kesehatan komunitas, komunitas,
tim antardisiplin, dan pemangku kepentingan lain dalam

15
mefencanakan, mengatur, dan mengevaluasi sistem data
yang berfokus pada kebutuhan dan keperluan komunitas.
b. Standar 2: Prioritas Dan Diagnosis Komunitas
Perawat kesehatan komunitas menganalisis pengkajian data
untuk menentukan prioritas atau diagnosis komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
a) Mendapatkan prioritas atau diagnosis komunitas
berdasarkan pengkajian data seperti input dari komunitas.
b) Menganalisis data yang berhubungan dengan akses dan
penggunaan pelayanan kesehatan,
c) Faktor yang berhubungan dengan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.
d) Paparan yang ada dan berpotensi membahayakan.
e) Keperawatan dasar dan ilmu kesehatan masyarakat yang
terkait.
f) Validasi diagnosis atau kebutuhan dari komunitas, dinas
kesehatan dan organisasi masyarakat setempat, lokal,
wilayah, dan statistik kesehatan yang ada dan dapat
diaplikasikan.
g) Diagnosis dokumen atau kebutuhan dengan cara
memfasilitasi komunitas yang terlibat dalam menentukan
reneana dan hasil yang diharapkan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas
a) Mengorganisasikan data dan informasi kompleks yang
didapat selama proses diagnosis kesehatan komunitas
(sosial, budaya, demografi, status kesehatan, risiko
kesehatan, geografi, Iingkungan) untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan risiko kesehatan komunitas.
b) Secara sistematis, membandingkan dan menilai
datakomunitasyang relevan serta berprinsip pada ilmu dan

16
kejadian di lingkungan dalam mernformulasikan diagnosis
banding dan menentukan prioritas.
c) Berfungsi sebagai penghubung dalam komunitas, tenaga
profesional kesehatan, dan pemangku kepentingan lain.
c. Standar 3: Identifikasi Hasil
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi hasilyang
diharapkan untuk merencanakan berdasarkan prioritas atau
diagnosis komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas.
a) Melibatkan komunitas, profesional lain, organisasi, dan
pemangku kepentingan dalam merumuskan hasil yang
diharapkan.
b) Memperoleh kompetensi budaya yang diharapkan dari
diagnosis.
c) Mempertimbangkan kepercayaan dan nilai komunitas,
risiko, keuntungan, biaya bukti ilmiah terkini, dan keahlian
ketika merumuskan prioritas dan hasil yang diharapkan.
d) Memasukkan pengetahuan fakror lingkungan dan kejadian,
sumber yang tersedia, waktu yang diperkirakan, etik,
hukum, dan pertimbangan privasi dalam mencntukan hasil
yang diharapkan.
e) Mengembangkan hasil yang diharapkan serta menyediakan
kelanjutan proses dari identifikasi kebutuhan dan perhatian
komunitas.
f) Memodifikasi hasil yang diharapkan berdasarkan perubahan
status kebutuhan dan perhatian komunitas serta ketersediaan
sumber daya.
g) Dokumen hasil yang diharapkan sebagai tujuan yang bisa
diukur rnenggunakan bahasa yang dapat dimcngerti untuk
melibatkan semua komponen.

17
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialls
Kesehatan Komunitas.
a) Menjamin bahwa mitra profesional terlibat dalam
mengidenlifikasi harapan yang diinginkan yang dilakukan
dengan bukti i1miah dan dapat diaplikasikan rnelalui
implementasi praktik berbasis bukti (evidence-based
practice).
b) Struktur hasil yang diharapkan dapat diukur untuk
melaporkan seperti faktor efektivitas biaya dalam
menentukan kebutuhan kcsehatan, komunitas, organisasi,
dan kepuasan pemangku kepentingan lain serta
keberlanjutan dan konsistensi di antara perawat dan tenaga
professional lainnya dalam memberikan layanan kesehatan
yang berhubungan dengan program dan layanan, resolusi,
atau mengurangi kebutuhan kesehatan.
c) Menerapkan kompetensi kesehatan masyarakat dan
keperawatan ketika mengukur efektivitas praktik dalam
komunitas atau populasi.
d. Standar 4: Perencanaan
Perawat kesehatan komunitas mengembangkan perencanaan
untuk mengidentifikasi strategi, rencana tindakan, dan alternatif
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas.
a) Mengembangkan komunitas yang berfokus pada
perencanaan untuk pelayanan yang berhubungan dengan
kesehatan berdasarkan pengkajian prioritas kebutuhan dan
risiko kesehatan.
b) Memasukkan pendekatan promosi dan pemulihan
kesehatan; pencegahan penyakit, kecelakaan, atau penyakit;
serta respons dan persiapan keadaan gawat darurat yang
menjadi perhatian atau kebutuhan komunitas.

18
c) Mempertahankan kontinuitas di dalam dan lintas program.
d) Menetapkan perencanaan yang menggambarkan kompetensi
budaya, pendidikan dan prinsip pembelajaran, serta prioritas
yang mewakili kebutuhan komunitas dalam waktu yang
berbeda.
e) Mempertahankan partisipasi dari komunitas yang
diidentifikasi, tenaga kesehatan profesional, organisasi, dan
pemangku kepentingan lain dalam menentukan peranan
dalam perencanaan, implernentasi, dan proses evaluasi.
f) Menerapkan standar yang ada, hukurn, peraturan, dan
kebijakan dalam proses perencanaan.
g) Mengintegrasikan kecenderungan penelitian keperawatan
terkini dan kesehatan masyarakat yang berhubungan
dengan proses perencanaan.
h) Mempertimbangkan dampak ekonomi dari perencanaan
komunitas dan organisasi.
i) Mendokumentasikan perencanaan menggunakan bahasa
yang menghormati kultur masyarakat dan dapat dipahami
oleh seluruh partisipan.
j) Menggunakan istilah-istilah standar dalam
mendokumentasikan perencanaan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas
a) Menerapkan pengkajian dan strategi implementasi dalam
perencanaan yang menggambarkan bukti yang ada, meliputi
data, penelitian, literatur, dan pengetahuan kesehatan
masyarakat.
b) Merencanakan strategi dan alternatif yang sesuai dengan
komunitas dan mitra profesional lalnnya untuk mernecahkan
kebutuhan kompleks pada komunitas yang berlsiko.

19
c) Menyintesis nilai dan kepercayaan dalam kornunitas dengan
mitra profesional dalam merencanakan proses.
d) Memimpin perawat kesehatan komunitas dan tim rnulti-
sektor lain dalam menggunakan prinsip-prinsip perencanaan
pada komunitas yang berfokus pelayanan dan program.
e) Berpartisipasi pada pengembangan dan perbaikan
berkelanjutan dari sistem organisasi yang mendukung proses
perencanaan.
f) Berpartisipasi dalam integrasi kernanusiaan, fiskal, materi,
llmu pengetahuan, dan sumber-surnber dalam komunitas
untuk meningkatkan dan melengkapi proses perencanaan
untuk program atau pelayanan.
g) Menjamin penggw1aanstandar yang ada, hukurn, peraturan,
dan kebijakan yang dipergunakan dalam proses perencanaan.
e. Standar 5: Implementasi
Perawat kesehatan komunitas mengimplementasikan
rencana yang telah dlidentifikasi bersama tim kesehatan lain.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mengimplementasikan rencana yang diidentifikasi secara
arnan, sesuai jadwal, dan berkolaborasi dengan tim multi-
sektor.
b) Menerapkan strategi berbasis bukti dan rencana tindakan,
terrnasuk kesempatan untuk membangun jaringan
(network) dan advokasi yang spesifik serta menjadi
perhatian dan kebutuhan komunitas.
c) Menggunakan sistem dan surnber-sumber dalam komunitas
ketika mengimplemetasikan rencana.
d) Memantau irnplementasi dari pereneanaan dan pengukuran
surveilans untuk status kesehatan komunitas.
e) Mendokumentasikan implemetasi dari perencanaan
termasuk modifikasi.

20
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Menginterpretasikan data surveilans yang berhubungan
dengan pereneanaan dan status kesehatan komunitas.
b) Menyertakan pengetahuan dan strategi baru dalam aksi
perencanaan untuk meningkatkan irnplementasi.
c) Mernodifikasi reneana berdasarkan pengetahuan baru,
respons kornunitas, atau faktor relevan lain untuk meneapai
hasil yang diharapkan.
d) Mengadvokasi surnber-sumber yang dibutuhkan komunitas
untuk mengimplementasikan rencana.
e) Menjembatani hubungan kolaborasi baru dengan
temansejawat, profesional lain, wakil komunitas atau
populasi, dan pemangku kepentingan lain untuk
mengimplementasikan perencanaan rnelalui strategi seperti
membangun kemitraan.
f) Mempromosikan organisasi, kemitraan komunitas, dan
sistem yang mendukung perencanaan.
f. Standar 5 A: Koordinasi
Perawat kesehatan komunitas mengoordinasikan program,
pelayanan, dan aktivitas lain dalam mengimplementasikan reneana
yang teridentifikasi.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mempromosikan kebijakan, program, dan pelayanan untuk
meneapai hasil yang diharapkan.
b) Melakukan surveilans, penemuan kasus, dan pelaporan
dengan tenaga profesional dan pemangku kepentingan lain.
c) Mendokumentasikan koordinasi dan laporan yang
diperlukan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:

21
a) Menjadi pemimpin dalam memberikan program yang
terintegrasi, program surveilans dan pelayanan, serta
implemetasi kebijakan publik.
b) Menyintesis data dan informasi untuk memulai
sistem,kornunitas, dan alokasi sumber lingkungan yang
mendukung pelaksanaan program dan pelayanan.
g. Standar 5 B: Pendidikan dan Promosi Kesehatan
Perawat kesehatan komunitas bekerja dengan strategi
pendidikan untuk promosi kesehatan, mencegah penyakit, dan
meyakinkan lingkungan yang nyaman pada komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas
a) Termasuk pendidikan kesehatan yang sesuai dalam
implementasi program dan pelayanan untuk komunitas.
b) Menentukan pengajaran dan metode belajar yang sesuai
dengan komunitas dan identifikasi sasaran hasil komunitas.
c) Menawarkan budaya yang sesuai promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan informasi keamanan lingkungan,
serta bahan pendidikan pada komunitas.
d) Mengumpulkan umpan balik (feedback) dari partisipan
untuk menentukan efektivitas program dan pelayanan serta
merekomendasikan perubahan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas
a) Menerapkan kepemimpinan dalam keperawatan dan tenaga
profesionallain dalam merencanakan program pelayanan dan
pendidikan berdasarkan pengkajian dan perencanaan.
b) Merancang informasi kesehatan dan program berdasarkan
perilaku kesehatan serta prinsip dan teori belajar.
c) Memodifikasi program yang telah ada berdasarkan umpan
balik partisipan, penyedia layanan, tenaga profesional, dan
pemangku kepentingan lain.

22
d) Mengembangkan surnber-sumber informasi kesehatan yang
secara kultural sesuai dengan komunitas.
h. Standar 5 C: Konsultasi
Perawat kesehatan komunitas menyediakan konsultasi pada
berbagai kelompok komunitas dan pemerintah untuk memfasilitasi
implementasi program dan pelayanan.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mengonsultasikan dengan organisasi masyarakat dan
kelompok untuk memfasilitasi partisipasi dalam pelayanan
dan program.
b) Menyediakan testimoni dan pendapat profesional dalam
mendukung aktivitas program khusus.
c) Berkomunikasi secara efektif menggunakan berbagai media
dengan kelompok pemilih selama konsultasi.
d) Mendokumentasikan lingkup dan efektivitas dari konsultasi
yang diberikan komunitas.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Sintesis data dari pemerintah pusat, provinsi, daerah, serta
sumber lain dengan kerangka kerja teoretis dan bukti untuk
menyediakan konsultasi ahli dalam implementasi program
dan pelayanan.
b) Menyediakan testimoni ahli pada pemerintah tingkat pusat,
daerah, dan setempat dalam mendukung program dan
pelayanan yang diberikan pada komunitas yang berisiko.
c) Mengomunikasikan informasi selama konsultasi yang
memiliki pengaruh positif pada ketetapan program dan
pelayanan pada komunitas.
d) Membuat proposal dan laporan yang mendukung kebutuhan
program dan pelayanan.

23
i. Standar 5 D: Aktivitas Pengaturan
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi,
menginterpretasi, dan mengimplementasikan hukum kesehatan
masyarakat, pengaturan, dan kebijakan.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Edukasi pada komunitas yang berhubungan dengan hukum,
regulasi, dan kebijakan.
b) Berpartisipasi dalam aplikasi hukurn kesehatan masyarakat,
regulasi, dan kebijakan rneliputi kegiatan pemantauan
(monitoring) dan memeriksa peraturan yang ada.
c) Memberikan informasi spesifik mengenai situasi yang
dilaporkan kepada dinas kesehatan.
d) Membantu menerapkan hukuman untuk mereka yang tidak
mernatuhi hukum, regulasi, maupun kebijakan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Berkolaborasi dalam kegiatan pengembangan hukum
kesehatan masyarakat, regulasi, dan kebijakan.
b) Merencanakan dengan tenaga kesehatan masyarakat dan
tenaga profesional lain mengenai sistem pelaporan serta
kepatuhan hukum, regulasi, dan kebijakan.
c) Memantau pelaporan dan sistem kepatuhan untuk kualitas
dan penggunaan sesuai dari surnber-sumber yang tersedia.
d) Menganalisis data dari sistem pelaporan dan kepatuhan.
e) Mengembangkan laporan bagi unit kesehatan masyarakat
yang diakui dan pembuat kebijakan yang diperlukan oleh
hukum, regulasi, dan kebijakan.
f) Berpartisipasi dalam persiapan koordinasi darurat dan
merespons usaha, termasuk penggunaan dan penerimaan
sumber-sumber nasional yang strategis.

24
j. Standar 6: Evaluasi
Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status
kesehatan komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mengoordinasikan secara sistematis, berke1anjutan, dan
evaluasi berdasarkan kriteria hasil pelayanan dalam
komunitas dan pemangku kepentingan lain.
b) Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan
epidemiologi dan metode ilmiah untuk menentukan
efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas
dalam kebijakan, program,dan pelayanan.
c) Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan
aktivitaspemantauan (monitoring) program dan pelayanan.
d) Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk
merevisi reneana, intervensi, dan aktivitas yang sesuai.
e) Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan
atau rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas
intervensi.
f) Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan
kepada komunitas dan pemangku kepentingan lain
berdasarkan hukum dan peraturan negara.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Merancang evaluasi rencana dengan ahli dan perwakilan
komunitas serta para pernangku kepentingan.
b) Memodifikasi evaluasi perencanaan untuk kebijakan,
program, atau pelayanan yang sesuai.
c) Mengevaluasi efektivitas dari pereneanaan dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan dan tidak
diharapkan.

25
d) Menyintesis hasil dari analisis evaluasi untuk menentukan
akibat dari reneana yang berpengaruh pada komunitas,
organisasi, atau kelompok lain.
e) Menerapkan hasil dari analisis evaluasi untuk rnembuat atau
rnerekomendasikan proses atau perubahan hasil dalam
kebijakan, program, dan pelayanan yang sesuai.
k. Standar 7: Kualitas Praktik
Perawat kesehatan komunitas secara sistematis
mcnirrgkatkan kualitas dan efektivitas praktik keperawatan.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mendemonstrasikan kualitas melalui pencrapan proses
keperawatan dengan cara tanggung jawab, tanggung gugat,
dan etik.
b) Mengimplemetasikan pengetahuan baru dan peningkatan
kinerja untuk mengawali perubahan dalam praktik
keperawatan kesehatan komunitas dan pembcrian layanan
keperawatan pada komunitas.
c) Menyertakan kreativitas dan inovasi dalam aktivitas untuk
rnemperbaiki kualitas praktik keperawatan.
d) Mengembangkan implementasi serta prosedur evaluasi dan
prosedur untuk meningkatkan kualitas praktik.
e) Berpartisipasi dalam lingkup kegiatan peningkatan kinerja
yang sesuai dengan posisi perawat, pendidikan, dan praktik
lingkungan. Aktivitas tersebut adalah sebagai berikut.
- Identifikasi aspek dad pentingnya praktik untuk
rnemantau kualitas.
- Bekerja berdasarkan bukti indikator untuk memantau
kualitas dan efektivitas praktik keperawatan.
- Mengumpulkan data untuk rnemantau praktik
keperawatan kesehatan komunitas, termasuk

26
ketersediaan, aksesibilitas, dapat diterima, kualitas, dan
efektivitas dari kebijakan, program, dan pelayanan.
- Menganalisis data guna mengidentifikasi kesempatan
untuk memperbaiki praktik keperawatan.
- Memformulasikan rekomendasi untuk memperbaiki
hasil atau praktik keperawatan.
- Mengimplementasikan aktivitas untuk meningkatkan
kualitas praktik keperawatan.
- Berpartisipasi dengan komunitas dan mitra profesional
serta pemangku kepentingan lain dalem mengevaluasi
kebijakan, program, dan pelayanan.
- Mengkaji faktor- faktor kiaerja profesional yang
berhubungan dengan keamanan komunitas, aksesibilitas
dengan pelayanan, efektivitas program, dan pilihan
keuntungan atau biaya.
- Menganalisis sistem organisasi untuk menghilangkan
atau mengurangi hambatan dan meningkatkan aset.
- Mendokumentasikan pelaksanaan program dan
pelayanan dengan cara merefleksikan pengukuran
kualitas.
- Mendapatkan dan mempertahankan sertifikasi
profesional jika ada dalam area keahlian.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Membuat inisiatif peningkatan kualitas yang berhubungan
dengan kebijakan, program, dan pelayanan berdasarkan
bukti yang ada.
b) Mengimplementasikan inisiatif untuk mengevaluasi
kebutuhan berubah.

27
c) Mengevaluasilingkungan praktik dan kualitas layanan
keperawatan yang diberikan berhubungan dengan informasi
berdasarkan bukti yang ada.
l. Standar 8: Pendidikan
Perawat kesehatan komunit.asmemperoleh pengetahuan dan
kompetensi yang menggambarkan praktik keperawatan kesehatan
komunitas terkini.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan
untuk mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan guna meningkatkan
kesehatan komunitas.
b) Mencari pengalaman untuk mengembangkan dan
mempertahankan kompetensi sesuai keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengimplementasikan kebijakan,
program, dan pelayanan untuk komunitas.
c) Identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan ilmu
keperawatan dan pengetahuan kesehatan masyarakat.
d) Identifikasi perubahan yang disyaratkan oleh undang-
undang untuk praktik keperawatan dan kesehatan
masyarakat.
e) Mempertahankan catatan profesional yang mendukung
bukti kompetensi dan pembelajaran seumur hidup.
f) Mencari pengalaman formal dan aktivitas belajar mandiri
untuk mempertahankan dan mengembangkan keterarnpilan
dan pengetahuan klinis profesional.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Menggunakan penelitian terkini guna mencari dan
menemukan bukti lain untuk mengembangkan pengetahuan

28
kesehatan masyarakat serta meningkatkan peran dan
pengetahuan dati isu-isu profesional.
m. Standar 9: Evaluasi Praktik Profesional
Perawat kesehatan masyarakat mengevaluasi praktik
keperawatan mandiri yang sesuai dengan standar dan panduan
praktik profesional, sesuai undang-undang, aturan, dan regulasi.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mengimplernentasikan praktik komunitas yang berfokus
pada kebijakan, program, dan pelayanan dengan
menghonnati etnis dan kultur setempat.
b) Melakukan evaluasi diri dari praktik yang dilakukan,
identifikasi Iingkup kekuatan seperti lingkup dimana tenaga
profesionallain mengembangkan dan menguntungkannya.
c) Mencari umpan balik dari praktik kornunitas baik seeara
mandiri maupun bermitra dengan kelompok profesional
lain.
d) Mengimplernentasikan pereneanaan untuk memenuhi
tujuan rencana kerja mandiri.
e) Mengintegrasikan pengetahuan dalam standar praktik yang
digunakan saat ini, panduan, undang-undang, aturan, dan
regulasi ke dalam reneana kerja mandiri.
f) Memberikan rasional untuk kepercayaan praktik
profesional, keputusan, dan tindakan sebagai bagian dari
proses evaluasi.
g) Mengaplikasikan pengetalman dari standar praktik yang
digunakan saat ini, panduan, undang-undang, sertifikasi,
dan regulasi untuk diri sendiri dan pratinjau (review)
kelompok.

29
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Terlibat pada proses formal yang sisternatis dalam mencari
umpan balik dari praktik yang dilakukan kelompok, teman
sejawat, komunitas, organisasi professional, serta pemangku
kepentingan.
b) Menganalisis praktik yang berhubungan dengan sertifikasi
spesialis yang diperlukan sesuai.
n. Standar 10: Hubungan Sejawat dan Profesi Lain
Perawat kesehatan komunitas membangun hubungan
kesejawatan ketika berinteraksi dengan wakil komunitas, organisasi,
dan pelayanan profesional serta berkontribusi terhadap
pengembangan ke1ompok, sejawat, dan lainnya.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Membagi pengetahuan dan keterampilan dengan kelompok,
sejawat, dan pihak lain.
b) Melakukan interaksi dengan kelompok, sejawat, dan pihak
lain untuk meningkatkan keperawatan profesional atau
praktik kesehatan komunitas serta berperan sebagai diri
sendiri dan orang lain.
c) Mengajari perawat kesehatan komunitas lain dan teman
sejawat sesuai kebutuhan. Mempertahankan hubungan kasih
sayang dan saling menghormati dengan sejawat dan
pemangku kepentingan lain yang melibatkan kesehatan
komunitas.
d) Berkontribusi pada lingkungan yang mendukung pendidikan
berkelanjutan bagi ternan, tenaga kesehatan profesional lain,
dan komunitas.
e) Berkontribusi untuk mendukung lingkungan kerja yang
aman dan sehat.

30
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Sebagai model praktik ahli bagi anggota tim multi-sektor
dan komunitas.
b) Membuat kebijakan pengajaran dan program untuk perawat
kesehatan komunitas dan tim lain.
c) Berpartisipasi dalam aktivitas yang memberikan kontribusi
bagi pengembangan peran praktik keperawatan di
komunitas.
o. Standar 11: Kolaborasi
Perawat kesehatan komunitas berkolaborasi dengan
perwakilan kornunitas, organisasi, dan tenaga profesional lain dalam
menyediakan dan melakukan promosi kesehatan pada komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Melakukan komunikasi dengan berbagai institusi dalam
komunitas untuk mengumpulkan inforrnasi dan
mengembangkan kemitraan serta koalisi untuk identifikasi
komunitas yang berfokus pada masalah kesehatan.
b) Melakukan koordinasi dengan individu, kelompok, dan
organisasi berbasis komunitas dalarn pengkajian,
perencanaan, implernentasi, dan evaluasi komunitas yang
berfokus pada kebijakan, program, dan pelayanan.
c) Mengaplikasikan pengetahuan keperawatan dan kesehatan
kornunitas ke tim interdisiplin, adrninistrasi, pembuat
kebijakan, organisasi komunitas, masyarakat, dan mitra
multi- sektor.
d) Melakukan kerja sama dengan disiplin ilmulain dalam
pengajaran, pengembangan program, implementasi,
penelitian, serta advokasi kebijakan masyarakat.
e) Memberi kontribusi dengan tim multi-scktor lain dalam
mengirnplementasikan kebijakan kesehatan masyarakat

31
yang dibutuhkan seperti identifikasi kasus, manajemen
program, dan laporan pendelegasian.
f) Melakukan kerja sama dengan individu, kelompok, koalisi,
dan organisasi untuk berubah yang akan berefek pada
kebijakan kesehatan, program, dan layanan untuk
memberikan hasil yang positif.
g) Mendokumentasikan interaksi kolaboratif dan proses terkait
kebijakan, program, dan pelayanan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Mengembangkan kerja sama dan koalisi dengan organisasi
kemasyarakatan untuk mengidentifikasi kebijakan kesehatan
masyarakat, program, dan pelayanan.
b) Menggagas usaha kolaborasi lintas institusi dalam
komunitas.
c) Merencanakan pendidikan, administratif, penelitian, dan
program kebijakan masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan komunitas.
d) Mengembangkan sistem untuk dokumentasi dan
akuntabilitas dalam keperawatan dan praktik kesehatan
masyarakat termasuk kebutuhan regulasi.
p. Standar 12: Etik
Perawat kesehatan komunitas harus mengintegrasikan nilai-
nilai etik dalam semua area praktik.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mengaplikasikan kode etik untuk perawat dengan
pernyataan yang diuraikan (ANA, 2001) dan prinsip-prinsip
etik praktik kesehatan komunitas (Public Health Leadership
Society,2002) untuk panduan praktik keperawatan
kesehatan komunitas.

32
b) Memberikan program dan pelayanan dengan cara
rnelindungi dan rnenghormati autonorni, harga diri, dan hak
populasi atau kornunitas juga individu.
c) Menerapkan standar etika dalarn advokasi kesehatan dan
kebijakan sosial.
d) Mempertahankan kerahasiaan individu dalam ukuran legal
dan sesuai regulasi.
e) Membantu individu, kelompok, dan komunitas dalam
mengembangkan keterampilan untuk advokasi diri.
f) Mempertahankan hubungan profesional dan batas dengan
individu dan kelompok dalam komunitas ketika
memberikan program dan pelayanan kesehatan masyarakat.
g) Mendemonstrasikan komitmen untuk mengembangkan
Iingkungan dan kondisi di mana gaya hidup sehat
kemungkinan dipraktikkan oleh individu, ternan, dan
komunitas dalam bermitra.
h) Mengklarifikasi isu-isu sosial serta penghambat untuk hidup
dengan kondisi sehat.
i) Berperan dalarn memecahkan isu-isu etik yang melibatkan
ternan, kelompok komunitas, sistem, dan pemangku
kepentingan lain.
j) Melaporkan aktivitas ilegal, tidak sesuai dengan standar
praktik yang ada, atau menggambarkan praktik yang tidak
sesuai.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Memberikan informasi dan kornunitas mengenai risiko,
keuntungan, dan hasil dari kebijakan, program, dan
pelayanan.
b) Memberikan informasi pada pemerintah atau yang lain
mengenai risiko, keuntungan, dan hasil kebijakan, program,

33
serta pelayanan berkaitan dengan keputusan yang
memengaruhi pemberian layanan kesehatan.
c) Bermitra dengan tim rnulti-sektor untuk mengidentifikasi
risiko etik, keuntungan, dan hasil dari kebijakan,program,
dan pe1ayanan.
d) Mencermati isu-isu lingkungan dan sosial serta harnbatan
untuk mencapai hidup sehat.
q. Standar 13: Penelitian
Perawat kesehatan komunitas mengintegrasikan hasil
penelitian ke dalarn praktik keperawatan komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Menggunakan bukti terbaik yang ada, termasuk hasil
penelitian untuk panduan dalarn praktik, kebijakan, dan
keputusan pemberian layanan.
b) Secara aktif berperan dalam aktivitas penelitian pada
berbagai tingkat yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan
posisi sese orang. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
c) Identifikasi komunitas dan kesempatan profesional yang ada
untuk keperawatan dan penelitian kesehatan masyarakat.
d) Berpartisipasi dalam pengumpulan data.
e) Berpartisipasi dalam lembaga, organisasi, atau komite
penelitian yang berfokus komunitas.
f) Berbagi aktivitas dan hasil penelitian dengan kelompok dan
lainnya.
g) Mengimplementasikan protokol penelitian.
h) Menganalisis dan menginterpretasi penelitian untuk aplikasi
bagi praktik yang berfokus pada komunitas secara kritis.
i) Menerapkan hasil penelitian keperawatan dan kesehatan
masyarakat dalam pengembangan kebijakan, program, dan
pelayanan bagi komunitas.
j) Menerapkan penelitian sebagai basis pernbelajaran.

34
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Berkontribusi pada ilrnu keperawatan dengan melakukan.
atau menyintesis penelitian yang ditemukan serta memeriksa
dan mengevaluasi pengetahuan, teori, model, kriteria, dan
pendekatan kreatif untuk meningkatkan praktik dan hasil
perawatan kesehatan.
b) Secara formal, menyebarkan hasil penelitian melalui
aktivitas seperti presentasi, publikasi, konsultasi, dan media
lain.
r. Standar 14: Menggunakan Sumber-Sumber
Perawat kesehatan komunitas mempertimbangkan faktor-
faktor yang berhubungan dengan keamanan, efektivitas, biaya, serta
dampak praktik pada komunitas dalam merencanakan dan
memberikan pelayanan, program, maupun kebijakan keperawatan
dan kesehatan masyarakat.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Mengevaluasi faktor-faktor seperti keamanan, aksesibilitas,
biaya, keuntungan, efisiensi, serta dampak praktik pada
komunitas ketika memilih pilihan praktik yang akan
berakibat pada hasil yang diharapkan.
b) Membantu mewakili komunitas khusus dan pemangku
kepentingan lain dalam mengidentifikast dan mengamankan
layanan yang ada dan sesuai serta berhubungan dengan
kebutuhan kesehatan.
c) Mengizinkan atau mendelegasikan tugas yang diambil ke
dalam pertimbangan yang menjadi kepeduhan kornunitas,
potensial terjadi paparan dan bahaya,kompleksitas tugas,dan
kemampuan prediksi hasil yang diharapkan.

35
d) Membantu komunitas dalam memberikan informasi
mengenai pilihan, biaya, risiko, dan keuntungan dari
kebijakan, program, dan pelayanan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialls
Kesehatan Komunitas:
a) Menggunakan sumber-sumber komunitas dan organisasi
untuk memformulasikan perencanaan multi-sektor untuk
kebijakan, program, dan pelayanan.
b) Mengembangkan pendekatan inovatif pada kornunitas dan
perhatian kesehatan masyarakat yang meliputi penggunaan
sumber-sumber efektif dan peningkatan kualitas.
c) Mengembangkan strategi evaluasi untuk
mendemonstrasikan efektivitas dan keuntungan biaya, serta
faktor efisiensi yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan dan praktik kesehatan komunitas.
s. Standar 15: Kepemimpinan
Perawat kesehatan komunitas menerapkan prinsip
kepemimpinan dalam keperawatan dan kesehatan komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Terlibat dalam pengembangan tim multi-sektor dan
membangun koalisi termasuk profesional lain, kornunltas,
dan pemangku kepentingan.
b) Meningkatkan Iingkungan kerja yang sehat.
c) Menjabarkan rnisi, tujuan, rencana, aksi, maupun mengukur
hasil keperawatan, program. Serta layanan kesehatan
komunitas kepada tenaga profesional lain atau komunitas.
d) Advokasi kesempatan yang berkelanjutan serta
pernbelajaran seumur hidup untuk diri sendiri dan yang lain.
e) Mengajarikelompok, pemangku kepentingan, dan lainnya
dalam komunitas untuk menyukseskan program atau
pelayanan melalui panduan dan strategi lain.

36
f) Menunjukkan krcativitas dan fleksibilitas melalui waktu
yang selalu berubah.
g) Mengembangkan budaya ill mana sistern dimonitor dan
dievaluasi untuk menlngkatkan kualitas kebljakan,
program. dan pelayanan komunitas.
h) Mengoordinasikan program dan pelayanan lintas area di
antara tim multi-sektor lain.
i) Melayani peran kepemimpinan dalam lingkungan kerja,
populasi, dan komunitas.
j) Meningkatkan keahlian kesehatan komunitas dan
keperawatan melalui partisipasi di organisasi profesi.
k) Berfungsi sebagai pemimpin tim kesehatan komunitas
dalam persiapan situasi gawat darurat dan mendelegasikan
tugas seperti yang tereantum dalam standar protokol
pelaksanaan.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas:
a) Mengadvokasi para pengambil kebijakan untuk
memengaruhi kebijakan kesehatan komunitas serta program
dan pelayanan untuk mempromosikan komunitas yang sehat.
b) Memberikan arahan untuk meningkatkan efektivitas
kebijakan, program, dan pelayanan yang disediakan oleh tim
multi-sektor lain.
c) Menggagas dan merevisi protokol atau panduan yang
menggambarkan praktik berbasis bukti untuk merefleksikan
perubahan yang diterima dalam pemberian program dan
pelayanan atau rnengidenrifikasi masalah penting dalam
komunitas.
d) Memprornosikan atau mengomunikasikan informasi
rnengenai spesialis keperawatan kesehatan komunitas

37
meIaJui tulisan, publikasi, dan presentasi profesional atau
audiens yang ada.
e) Mendemonstrasikan pendekatan inovatif pada kesehatan
komunitas dan praktik keperawatan untuk meningkatkan
hasil yang diharapkan.
f) Mengorganisasikan perencanaan formal dalam berespons
pada keadaan gawat darurat di komunitas.
t. Standar 16: Advokasi
Perawat kesehatan kornunitas melakukan advokasi dan
usaha keras untuk melindungi kesehatan, keamanan, dan hak-hak
komunitas.
1) Kriteria Pengukuran bagi Perawat Kesehatan Komunitas:
a) Menyatukan identifikasi kebutuhan komunitas dalam
pengembangan kebijakan, program, atau rencana
peJayanan.
b) Mengintegrasikan advokasi ke dalam implementasi
kebijakan, program, dan pelayanan komunitas.
c) Mengukur efektivitas untuk advokasi komunitas ketika
mengkaji hasil yang diharapkan.
d) Menerapkan kerahasiaan, etik, hukurn, privasi, dan panduan
profesional dalam pengembangan kebijakan dan isu-isu
lainnya.
e) Mendernonstrasikan keterampllan dalarn advokasi
dihadapan penyedia layanan dan pernangku kepentingan
atas nama komunitas.
f) Berusaha keras memecahkan konflik yang berasal dari
kornunitas, peayedia layanan, pemangku kepentingan untuk
memastikan kearnanan serta menjaga rninat baik komunitas
dan integritas perawat profesional.
2) Kriteria Pengukuran Tambahan bagi Perawat Spesialis
Kesehatan Komunitas :

38
a) Mendemonstrasikan keterampilan dalam advokasi
dihadapan wakil masyarakat dan pernbuat kebijakan atas
nama kornunitas, program, dan pelayanan kesehatan.
b) Membuat bahan-bahan untuk proses advokasi berdasarkan
kebutuhan komunitas, program, dan pelayanan.
c) Menunjukkan tanggung jawab dan integritas dana publik
untuk proses pengembangan kebijakan.
d) Melayanisebagaiahli untuk kelompok, kornunitas, penyedia
layanan, dan pemangku kepentingan lainnya dalam
meningkatkan dan mengimplementasikan kebijakan
kesehatan komunitas.

B. Konsep Teori Diabetes Melitus


1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ
tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
(PERKENI, 2015 dan ADA, 2017).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi
fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau
defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas
atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin
(Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
2. Etiologi
Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian
kecil atau sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans
pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi

39
kekurangan insulin. Disamping itu diabetes mellitus juga dapat terjadi
karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa
kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab
lain yang belum diketahui. (Smeltzer dan Bare, 2015).
Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit
kencing manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
a. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori
yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes
mellitus. Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi
dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan
menyebabkan diabetes mellitus.
b. Obesitas (Kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung
memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes
mellitus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk
terserang diabetes mellitus.
c. Faktor Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada
anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika
orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat
sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d. Bahan-Bahan Kimia dan Obat-Obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan
mengakibatkan fungsi pancreas menurun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama
dapat mengiritasi pankreas.

40
e. Penyakit dan Infeksi pada Pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan
fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti
kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan risiko
terkena diabetes mellitus.
f. Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab
diabetes mellitus. Jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih
tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olahraga
berfungsi untuk membakar kalori yang tertimbun didalam tubuh,
kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama
penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas.
g. Kadar Kortikosteroid yang Tinggi
h. Kehamilan Diabetes Gestasional.
i. Obat-obatan yang dapat Merusak Pankreas.
j. Racun yang mempengaruhi Pembentukan atau Efek dari
Insulin.
3. Klasifikasi
DM dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori klinis (Smeltzer dan
Bare, 2015), yaitu :
a. DM Tipe 1
DM tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus), dapat terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-β,
biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut yang disebabkan
oleh proses autoimun atau idiopatik. Umumnya penyakit ini
berkembang ke arah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan
kematian. DM tipe 1 terjadi sebanyak 5-10% dari semua DM. DM
tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut dan biasanya terjadi pada
usia 30 tahun (Smeltzer dan Bare, 2015).

41
b. DM Tipe 2
DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus), dapat terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin
akibat resistensi insulin. DM tipe 2 juga merupakan salah satu
gangguan metabolik dengan kondisi insulin yang diproduksi oleh
tubuh tidak cukup jumlahnya akan tetapi reseptor insulin di jaringan
tidak berespon terhadap insulin tersebut. DM tipe 2 mengenai 90-
95% pasien dengan DM. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30
tahun, obesitas, herediter, dan faktor lingkungan. DM tipe ini sering
terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (Smeltzer dan Bare, 2015).
c. DM Tipe Tertentu
DM tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain, misalnya,
defek genetik pada fungsi sel-β, defek genetik pada kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas (seperti fibrosis kistik dan pankreatitis),
penyakit metabolik endokrin, infeksi, sindrom genetik lain dan
karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ) (Smeltzer dan Bare,
2015).
d. DM Gestasional
DM ini merupakan DM yang didiagnosis selama masa
kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada
masa kehamilan. Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi
hilang saat melahirkan (Smeltzer dan Bare, 2015).
4. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun
tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prosprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi

42
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glikosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan di eksresikan ke dalam urin, eksresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia). (Smeltzer dan Bare, 2015).
Difisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glikosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan substansi lain).
Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini kan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbilkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang disebabkannya dapat menyebabkan tandatanda dan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perunahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik
tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang
sering merupakan komponen terapi yang penting (Smeltzer dan Bare,
2015).
DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan
karakteristik utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun

43
pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki
peranan yang sangat penting dalam munculnya DM tipe 2. Faktor
genetik ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti
gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik, diet, dan tingginya kadar
asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015).
Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan karena
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015).
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel β tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
DM tipe 2. Meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak terkontrol akan
menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom Hiperglikemik
Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK) (Smeltzer dan Bare, 2015).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahuntahun) dan progresif, maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka

44
pada kulit yang lama-lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan
kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit DM selama
bertahun-tahun adalah terjadinya komplikasi DM jangka panjang
(misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer)
mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis ditegakkan (Smeltzer dan
Bare, 2015).
5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu
gejala akut dan gejala kronik (PERKENI, 2015) :
a. Gejala Akut Penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan
mungkin tidakmenunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli)
yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan
banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati
maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu
makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun
5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas
diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015).
b. Gejala Kronik Penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah
kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa
tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering
ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi
mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan
para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg
(PERKENI, 2015).

45
6. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe
2 akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2
terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan
komplikasi kronik (PERKENI, 2015).
a. Komplikasi Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan
plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
2) Hiperosmolar Non Ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah
sangat tinggi (600- 1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis,
osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL),
plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
(PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar
glukosa darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus
dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala
hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat,
gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun
sampai koma (PERKENI, 2015).
b. Komplikasi Kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada
pasien DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan
hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu
yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.
Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :

46
1) Komplikasi Makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat
aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya
arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak
spesifik pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering
terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis
menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit
kardiovaskular dan penderita DM meningkat 4-5 kali
dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati
umumnya tidak ada hubungan dengan kontrol kadar gula darah
yang baik. Tetapitelah terbukti secara epidemiologi bahwa
hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas
kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat
menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular menjadi semakin
tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL akanmeningkatkan
risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh
darah jantung atau penyakit jantung koroner, pembuluh darah
otak atau stroke, dan penyakit pembuluh darah.
Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan
diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi
makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015).
2) Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan
pada pembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari
retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik
dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan
retinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan
stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma,
sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya
pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya

47
hipoksia retina. Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan
fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah.
Nefropati diabetik ditandai dengan adanya proteinuria persisten
(>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan
ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi
penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein
dapat masuk ke dalam kemih (albuminuria). Akibat dari
nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal
progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol
metabolisme dan kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare,
2015).
3) Neuropati Diabetes
Neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi
serius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan paling penting
adalah neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan
biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan.
Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan
amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki terasa
terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam
hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu
dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal.
Apabila ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki
yang memadai akan menurunkan risiko amputasi. Semua
penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki
(PERKENI, 2015).
7. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi.

48
a. Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit
diabetes. Dengan mengetahui faktor risiko diabetes, proses
terjadinya diabetes, gejala diabetes, komplikasi penyakit diabetes,
serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat lebih
menyadari pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan
kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan diabetes. Penderita
perlu menyadari bahwa mereka mampu menanggulangi diabetes,
dan diabetes bukanlah suatu penyakit yang di luar kendalinya.
Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari
segalanya. Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan
berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan
perilaku yang berhasil.
b. Pengaturan Makan (Diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk
mengendalikan gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta
berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi diabetes dapat
dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan
itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan
disebar merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum,
makanan untuk penderita diabetes sebaiknya rendah lemak terutama
lemak jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat
termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta
seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari
penderita.
c. Olahraga / Latihan Jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga
membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga
memiliki efek sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada
tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah
dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan

49
dan obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang
terlalu rendah. Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik
dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari yang dimulai
secara bertahap.Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga
aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun,
dll. Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan
sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang lift, dll.
Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter sehingga
penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum
olahraga dimulai.
d. Obat / Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila
gula darah tetap tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba
menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat juga digunakan atas
pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada
komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang
terlampau tinggi.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu
dikumpulkan, yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan
persepsi. Agar lebih jelas bagi Anda ikutilah uraian tentang data inti
komunitas, subsistem komunitas dan persepsi.
a. Data Inti Komunitas
Data komunitas ini merupakan data yang dikumpulkan dalam inti
komunitas yangmeliputi,
1) Sejarah atau riwayat (riwayat daerah dan perubahan daerah);
2) Demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis);
3) Tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok);

50
4) Status perkawinan (kawin, janda/duda, single);
5) Statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia, dan penyebab
kematian);
6) Nilai-nilai dan keyakinan;
7) Agama.
b. Data Subsistrm Komunitas
Data subsistem komunitas yang perlu dikumpulkan dalam
pengkajian komunitas sebagai berikut.
1) Lingkungan fisik
Sama seperti pemeriksaan fisik klien individu, di
komunitas juga dilakukan pemeriksaan fisik lingkungan
komunitas.
Panca indera yang digunakan dalam pengkajian fisik
adalah inspeksi, auskultasi, tanda-tanda vital, review sistem, dan
pemeriksaan laboratorium
a) Inspeksi
Pemeriksaan dengan menggunakan semua organ-
organ indera dan dilakukan secara survei yakni berjalan di
masyarakat atau mikropengkajian terhadap perumahan,
ruang terbuka, batas-batas, layanan transportasi pusat, pasar,
tempat bertemu orang-orang di jalan, tanda-tanda
pembusukan, etnis, agama, kesehatan dan morbiditas, serta
media politik.
b) Auskultasi
Mendengarkan warga masyarakat tentang
lingkungan fisik. Tandatanda vital dengan mengamati iklim,
medan, serta batas alam, seperti sungai dan bukitbukit.
Sumber daya masyarakat dengan mencari tanda-tanda
kehidupan, seperti pengumuman, poster, perumahan dan
bangunan baru. Sistem review, arsitektur, bahan bangunan
yang digunakan, air, pipa, sanitasi, jendela, dan sebagainya.

51
Juga fasilitas bisnis dan rumah ibadah (masjid, gereja dan
vihara, dan sebagainya).
c) Pemeriksaan Laboratorium
Data sensus atau studi perencanaan untuk proses
mapping masyarakat, yang berarti untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi data atau informasi tentang status kesehatan
komunitas yang dibutuhkan sebagai dasar dalam
perencanaan.
2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan dan sosial perlu dikaji di
komunitas, yaitu Puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan
tradisional, agen pelayanan kesehatan di rumah, pusat
emergensi, rumah perawatan, fasilitas pelayanan sosial,
pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit
akut atau kronis.
3) Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi
adalah, karakteristik keuangan keluarga dan individu, status
pekerja, kategori pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak
bekerja, lokasi industri, pasar, dan pusat bisnis.
4) Transportasi dan Keamanan
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi
dan keamanan adalah: alat transportasi penduduk datang dan ke
luar wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot, dan
sebagainya serta transportasi privat (sumber transportasi atau
transpor untuk penyandang cacat). Layanan perlindungan
kebakaran, polisi, sanitasi, dan kualitas udara.
5) Politik dan Pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan meliputi data
pemerintahan (RT, RW, desa/kelurahan, kecamatan, dan
sebagainya), kelompok pelayanan masyarakat (posyandu, PKK,

52
karang taruna, posbindu, poskesdes, panti, dan sebagainya) serta
data politik, yaitu kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut
serta peran peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan.
6) Komunikasi
Data yang dikumpulkan terkait dengan komunikasi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu komunikasi formal yang
meliputi surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet, dan
hotline, serta komunikasi informal yang meliputi papan
pengumuman, poster, brosur, halo-halo, dan sebagainya.
7) Pendidikan
Data yang terkait dengan pendidikan meliputi, sekolah
yang ada di komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan,
pendidikan khusus, pelayanan kesehatan di sekolah, program
makan siang di sekolah, dan akses pendidikan yang lebih tinggi.
8) Rekreasi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan rekreasi
yang meliputi, taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi
umum dan privat, serta fasilitas khusus.
c. Data Persepsi
1) Tempat tinggal yang meliputi bagaimana perasaan masyarakat
tentang komunitasnya, apa yang menjadi kekuatan mereka,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang
berbeda (misalnya, lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu
rumah tangga, dan sebagainya).
2) Persepsi umum yang meliputi pernyataan umum tentang
kesehatan dari komunitas, apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial masalah yang dapat diidentifikasi.
2. Diagnosa
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas
berbeda dengan individu dan keluarga. Upaya atau action pelayanan
keperawatan komunitas haruslah berlandaskan pengkajian yang akurat

53
yang dilakukan oleh seluruh komponen yang ada di dalam komunitas,
sehingga diagnosis keperawatan komunitas adalah kunci utama
pelayanan keperawatan yang dilakukan di komunitas. (Freedman dalam
Ervin 2008)
Mengingat komunitas terdiri atas individu, keluarga, kelompok
dan komunitas, maka diagnosis keperawatan komunitas harus ditujukan
kepada komunitas, kelompok atau aggregates tersebut, sehingga secara
umum diagnosis tersebut meliputi atau mewakili permasalahan
individu, keluarga yang hidup dan tinggal dalam komunitas tersebut.
Diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas juga memiliki
perbedaan secara umum dengan diagnosis individu dan keluarga, karena
saat melakukan pengkajian di komunitas atau kelompok/aggregates,
maka perawat yang bekerja di komunitas, berkolaborasi dengan
komunitas, tokoh komunitas, kepala kelurahan/desa serta aparatnya,
pemuka agama serta tenaga kesehatan lainnya, sehingga formulasi
diagnosis keperawatan harus mewakili semua pemangku kepentingan di
komunitas (Kemenkes, 2016).
3. Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan masyaakat
b. Lakukan pendidikan kesehatan tentang diit untuk penderita DM
c. Berikan penyukuhan tentang pentingnya kepatuhan pengobatan
terhadap diit bagi penderita DM
d. Berikan health education pada penderita DM tentang cara
pencegahan terjadinya luka gangren, dan penyebab terjadinya luka
gangrene
e. Ajarkan kepada penderita DM maupun keluarganya tentang
perawatan luka gangrene
f. Berikan penyuluhan tentang pentingnya checkup gula darah bagi
penderita DM
g. Lakukan Check up gula darah gratis pada penderita DM

54
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan (Implementasi) adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan danhasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dandiselesaikan. Implementasi mencakup melakukan, membantu,
ataumengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan
asuhanperawatan untuk tujuan yang berpusat pada klien (Potter & Perry,
2005).
Pelaksanaan keperawatan pada Diabetes Melitus dikembangkan
untuk memantau tanda-tanda vital, melakukan latihan rentang
pergerakan sendi aktif dan pasif, meminta klien untuk mengikuti
perintah sederhana, memberikan stimulus terhadap sentuhan, membantu
klien dalam personalhygiene, dan menjelaskan tentang spenyakit,
perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus.
5. Evalusi
Perawat bertangggung jawab untuk mengevaluasi status dan
kemajuan klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dapat disusun dengan
menggunakan format SOAP , Format ini digunakan apabila
implementasi keperawatan dan evaluasi didokumentasikan dalam satu
catatan yang disebut catatan kemajuan. S (temuan perawat secara
subjektif) , O (Temuan perawat secara objektif), A (analisis), P
(perencanaan).

55
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengakjian Keperawatan
Dari hasil pengkajian (Data Sekunder) di temukan masalah
kesehatan dengan Diabetes Melitus sejumlah 20 lansia di Rw 03
Teluknaga selama 3 hari dari tanggal 02 – 04 Agustus 2022,
didapatkan data hasil wawancara dan pengamatan sebagai
berikut:
1. Data Inti
a. Riwayat atau Sejarah Perkembangan Komunitas
1) Propinsi daerah tingkat 1 : Banten
2) Kabupaten/ kotamadya : Tangerang
3) Kecamatan : Neglasari
4) Kelurahan : Teluk Naga
5) RW : 03
6) RT : 02
7) Luas wilayah : 16,08 km2
8) Batas wilayah/wilayah
- Utara : Teluknaga
- Selatan : Karawaci
- Barat : Sepatan Timur
- Timur : Benda
9) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
- Tanah sawah
- Tanah kering
- Tanah basah
- Tanah perkebunan
- Fasilitas umum
- Tanah hutan
b. Data Demografi
1) Berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 3 orang
- Perempuan : 17 orang
2) Berdasarkan Umur
- 60-64 tahun : 14 orang
- 65-69 tahun : 6 orang
3) Berdasarkan Agama
- Islam : 20 orang
- Kristen :-
- Hindu :-
4) Berdasarkan Pekerjaan
- PNS : 2 orang
- Swasta : 2 orang
- Wirausaha : 1 orang
- Tidak bekerja : 15 orang
5) Berdasarkan tingkat pendidikan
- SD : 4 orang
- SMP : 7 orang
- SMA : 8 orang
- PT : 1 orang
2. Data Subsistem
a. Lingkungan Fisik
1) Kebersihan Rumah
a) 1 kali sehari membersihkan rumah : 2 orang
b) 2 kali sehari membersihkan rumah : 15 orang
c) >2 kali sehari membersihkan rumah : 1 orang
d) Tidak teratur : 2 orang
2) Sumber Air dan Air Minum
a) Penyediaan Air Bersih

57
- PAM :4
- Sumur : 16 orang
- Sungai : -
b) Penyediaan Air Minum
- PAM : 4
- Sumur : 16 orang
- Sungai : -
c) Pengelolaan Air Minum
- Selalu di masak : 10 orang
- Air mentah : 10
3) Saluran Pembuangan Air/Sampah
a) Kebiasaan Membuang Sampah
- Diangkut petugas :-
- Dibuang sembarangan : 20 orang
b) Pembuangan Air Limbah
- Got / Parit : 3 orang
- Sungai : 17 orang
c) Keadaan Pembuangan Air Limbah
- Baik / Lancar : 5 orang
- Kotor : 15 orang
d) Membersihkan Penumpangan Air
- Tiap Hari : 3 orang
- 3 Kali Sehari :-
- 1 Minggu Sekali : 12 orang
- Tidak Tentu : 5 orang
4) Jamban
a) Kepemilikan Jamban
- Memiliki Jamban : 20 orang
- Tidak Memiliki Jamban : -
b) Macam Jamban yang dimiliki
- Septitank : 20 orang

58
- Kolam Ikan :-
c) Keadaan Jamban
- Bersih : 15 orang
- Kotor : 5 orang
5) Keadaan Rumah
a) Tipe Rumah
- Tipe A / Permanen : 18 orang
- Tipe B / Semipermanen : 2 orang
- Tipe C / tidak Permanen : -
b) Status Rumah
- Milik Pribadi : 18 orang
- Menumpang : 2 orang
c) Lantai Rumah
- Tanah :-
- Papn :-
- Tegel / Keramik : 20 orang
d) Ventilasi
- Ada : 19 orang
- Tidak Ada : 1 orang
e) Luas Kamar Tidur
- Memenuhi Syarat : 18 orang
- Tidak Memenuhi Syarat : 2 orang
f) Penerangan Rumah oleh Matahari
- Baik : 18 orang
- Cukup : 2 orang
- Kurang :-
6) Halaman Rumah
a) Kepemilikan Pekarangan
- Memiliki : 18 orang
- Tidak Memiliki : 2 orang
b) Pemanfaatan Pekarangan

59
- Ya : 18 orang
- Tidak : 2 orang
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
1) Fasilitas Umum
a) Sarana Kegiatan Kelompok
- Karang Taruna : Ada
- Pengajian : Ada
- Ceramah Agama : Ada
- PKK : 1 kali perbulan
b) Tempat Perkumpulan Umum
- Balai Desa : Ada (1 Buah)
- RW : Ada (1 Buah)
- RT : Ada (1 Buah)
- Masjid/Mushalah : Ada (1 Buah)
2) Fasilitas Kesehatan
a) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
- Puskesmas : 15 orang
- Rumah Sakit :-
- Praktek Dokter Swasta :2
- Praktek Kesehatan Lain : 3
b) Kebiasaan Check Up Kesehatan
- Rutin Tiap Bulan : 6 orang (30%)
- Jarang : 14 orang (70%)
c) Partisipasi dalam Mengikuti Posyandu Lansia
- Ya : 13 orang
- Tidak : 7 orang
d) Partisipasi dalam Mengikuti Senam Lansia
- Selalu : 10 orang
- Kadang-kadang : 2 orang
- Tidak pernah : 8 orang
e) Kebiasaan Lansia Sebelum Berobat Ke Sarana Kesehatan

60
- Beli Obat Bebas : 5 orang
- Minum Jamu : 5 orang
- Tidak ada : 10 orang
f) Frekuensi Pemeriksaan Gula Darah pada Lansia dengan DM
- 1x / Minggu : 1 orang
- Sewaktu-Waktu : 18 orang
- Tidak Pernah Periksa : 1 orang
g) Pengetahuan Lansia Tentang DM
- Lansia Tahu : 8 orang
- Lansia Tidak Tahu : 12 orang
h) Pengetahuan Lansia tentang Diet (pola makan) pada DM
- Lansia Tahu : 8 orang
- Lansia Tidak Tahu : 12 orang
i) Pola Makan Lansia dengan Diabetes Mellitus
- Sewaktu-waktu tiap lapar : 16 orang
- Teratur 3x/hari : 4 orang
j) Kegemaran Lansia dalam Mengkonsumsi Makanan / Minuman
Manis
- Lansia suka manis : 15 orang
- Lansia tidak suka manis : 5 orang
k) Kegemarana Lansia dalam Mengkonsumsi Gorengan
- Lansia suka : 18 orang
- Lansia tidak suka : 2 orang
c. Status Ekonomi
1) Sumber Penghasilan Lansia Setiap Bulannya
- Penghasilan tetap (pensiunan) : 2 orang
- Penghasilan tidak tetap : 18 orang
2) Penghasilan yang Didapatkan Lansia Setiap Bulannya
- <Rp1.000.000 : 18 orang
- >Rp1.000.000 : 2 orang
3) Lokasi Industri didekat Tempat Tinggal Lansia

61
- Ya : 2 orang
- Tidak : 18 orang
d. Sistem Komunikasi
1) Sumber Informasi Kesehatan yang Digunakan Lansia
- Kader kesehatan : 16 orang
- Dokter : 4 orang
- Mahasiswa praktik :-
- Perawat/bidan :-
2) Media Informasi yang Digunakan Oleh Lansia
- TV : 20 orang
- Radio :-
- Media Cetak : -
3) Kebiasaan Lansia Mengikuti Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
- Ya : 14 orang
- Tidak : 6 orang
4) Keaktifan Lansia dalam Mengikuti Kegiatan Rutin/ Perkumpulan di
Tempat Tinggal
- Ya : 14 orang
- Tidak : 6 orang
e. Status Pendidikan
1) Kegiatan Lansia Mengikuti Pelatihan Keterampilan
- Ya :-
- Tidak : 20 orang
2) Kemampuan Lansia dalam Membaca dan Menulis
- Ya : 14 orang
- Tidak : 6 orang
f. Rekreasi
1) Kebiasaan Lansia Diwaktu Senggang
- Berkebun / pekerjaan rumah : 6 orang
- Jalan-jalan : 10 orang
- Tidak melakukan apa-apa : 4 orang

62
2) Sarana Pemerintah yang digunakan Lansia Mengisi Waktu
Senggang
- Pertokoan : 2 orang
- Rumah ibadah : 18 orang
- Taman kota :-
3) Aktifitas Lansia Saat Diluar Rumah
- Mengikuti lomba keterampilan :-
- Perkumpulan rutin ditempat tinggal: 16 orang
- Jalan-jalan : 4 orang
4) Frekuensi Lansia Melakukan Rekreasi
- 1x/minggu : 3 orang
- 1x/bulan : 7 orang
- Tidak pernah : 10 orang
g. Politik dan Pemerintahan
1) Keberadaan Atribut Partai di Lokasi Tempat Tinggal
- Ya : 6 orang
- Tidak : 14 orang
2) Hak Berpendapat Bagi Lansia
- Ya : 6 orang
- Tidak : 14 orang
3) Hak Suara dalam Pemilihan Bagi Lansia
- Ya : 14 orang
- Tidak : 4 orang
4) Keikutsertaan Lansia dalam Bakti Sosial yang diadakan oleh
Suatu Partai
- Ya : 16 orang
- Tidak : 4 orang
h. Keamanan dan Transfortasi
1) Keamanan Lingkungan Tempat Tinggal Lansia
- Ya : 5 orang
- Tidak : 15 orang

63
2) Penanggulangan Polusi disekitar Tempat Tinggal Lansia yang
dilakukan Secara Bersama – Sama
- Ya : 19 orang
- Tidak : 1 orang
3) Kondisi Jalan disekitar Tempat Tinggal Lansia
- Jalan tidak membahayakan bagi lansia : 18 orang
- Jalan rusak, membahayakan bagi lansia : 2 orang
4) Jenis Transportasi yang Biasanya digunakan oleh Lansia
- Mobil : 1 orang
- Sepeda motor : 19 orang
- Angkutan umum :-
3. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Ds: Sikap lansia Ketidakefektifan
 Warga mengatakan sebagian yang kurang pemeliharaan
besar lansia dirawat oleh mendukung kesehatan
keluarganya diantara lansia

 Warga mengatakan dengan DM di

sebagian besar lansia tidak RW 03

mempunyai penghasilan yang Teluknaga

cukup
Do:
 12 lansia membersihkan
tempat penampungan air
seminggu sekali
 18 lansia memeriksa gula
darahnya secara tidak
teratur/sewaktu- waktu

64
2. Ds: Kurangnya Resiko terjadi
 Warga mengatakan bahwa pengetahuan penurunan
lansia hanya datang ke dan kualitas hidup
posyandu saat ada keluhan
kesadaran diantara lansia di
Do:
lansia dalam RW 03
 7 lansia tidak mengikuti
usaha Teluknaga
posyandu secara rutin
 10 lansia menggunakan pemeliharaan
waktu senggangnya hanya kesehatan
untuk jalan-jalan
 12 lansia tidak tahu tentang
penyakit DM
 12 lansia tidak tahu tentang
diet DM
3. Ds: Pola makan Resiko
 lansia mengatakan belum yang tidak ketidakstabilan
tahu jenis makanan apa yang teratur, kadar glukosa
diperbolehkan untuk
jumlah darah diantara
penderita DM
Do: makan yang lansia dengan DM
 16 lansia memiliki pola berlebihan di RW 03
makan tidak Teluknaga
teratur/sewaktu- waktu
saat lapar
 15 lansia memiliki
kegemaran mengkonsumsi
makanan manis
 18 lansia memiliki
kegemaran mengkonsumsi
gorengan
 8 lansia tidak pernah
mengikuti senam lansia

65
B. Diagnosa Keperawatan
1. Skoring / Prioritas Diagnosa

Diagnosa A B C D E F G H Total Keterangan


Keperawatan
Ketidakefektifa 4 4 4 3 4 4 3 4 30 A. Resiko
n pemeliharaan keparahan
kesehatan B. Minat
diantara lansia Masyarakat
dengan DM di C. Kemungkinan
RW 03 diatasi
Teluknaga D. Waktu
berhubungan E. Dana
dengan sikap F. Fasilitas
lansia yang G. Sumberdaya
kurang H. Tempat
mendukung
Resiko terjadi 4 3 3 4 3 3 4 4 28 Pembobotan :
penurunan 1. Sangat rendah
kualitas hidup 2. Rendah
diantara lansiadi 3. Cukup
RW 03 4. Tinggi
Teluknaga
5. Sangat tinggi
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan dan
kesadaranlansia
dalam usaha
pemeliharaan
kesehatan

66
Resiko 4 3 4 4 3 3 4 4 29
ketidakstabilan
kadar glukosa
darah diantara
lansia dengan
DM di RW 03
Teluknaga
pola makan yang
tidak teratur,
jumlahmakan
yang berlebihan

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan skoring di atas, maka prioritas diagnosa
keperawatankomunitas lansia dengan Diabetes Melitus di RW 03
Teluknaga adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diantara lansia
denganDM di RW 03 Teluknaga berhubungan dengan sikap
lansia yang kurang mendukung
2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia
dengan DM di RW 03 Teluknaga pola makan yang tidak
teratur, jumlah makan yang berlebihan
3. Resiko terjadi penurunan kualitas hidup diantara lansia di
RW 03 Teluknaga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan kesadaran lansia dalam usaha pemeliharaan

67
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan KriteriaHasil Tempat Metode Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Balai RW 03 Demonstrasi, 1. Musyawarah dengan
pemeliharaan keperawatan komunitas Teluknaga Tanya Jawab petugas kader dan petugas
kesehatan diantara selama 1 kali pertemuan pukesmas tentang jadwal
lansia dengan DM diharapkan lansia pelaksanaan posyandu
di RW 03 berpartisipasi aktif dalam lansia di RW 03 Teluknaga
Teluknaga kegiatan posyandu 2. Siapkan tempat dan
berhubungan lansiadengan kriteriahasil: peralatan yang
dengan sikap lansia 1. Kegiatan posyandu diperlukan
yang kurang berjalan dengan 3. Catat data demografidan
mendukung lancardan efektif data kesehatan lansia
2. Kegiatan posyandu 4. Pemeriksaan status
diikuti oleh semua kesehatan, BB, Tensi
lansiaRW 03 lansia
Teluknaga 5. Kerjasama dengan
3. Kegiatan posyandu Puskesmas dalam
dapatmelaporkan pelayanan kesehatan

68
status kesehatan lansia (pengobatan lansia)
4. Lansia menyatakan
kesediaannyauntuk
mau mengikuti
kegiatan posyandu
lansia
2. Resiko Setelah dilakukan asuhan Balai RW 03 Pemeriksaan 1. Mempersiapkan tempat dan
ketidakstabilan keperawatan komunitas Teluknaga Gula darah peralatan yang diperlukan
kadar glukosa darah selama 2 kali pertemuan 2. Menyampaikan izin
diantara lansia diharapkan lansia mampu pemakaian tempat dan
dengan DM di RW mengontrol kadar gula peralatan yang diperlukan
03 Teluknaga pola darahnya dengan kriteria 3. Berkoordinasi dengan
makan yang tidak hasil: kader posyandu lansia
teratur, jumlah 1. Lansia mengalami 4. Mengundang lansia RW 02
makan yang penurunan kadar sejumlah 25 lansia
berlebihan glukosa darah 5. Melakukan pemeriksaan gula
2. Lansia tidak darah dengan tertib
menunjukkan gejala –

69
gejala memperberat
penyakit (timbul luka)
3. Pemeriksaan gula darah
diikuti minimal 80%
lansia di Rw 03
Teluknaga
4. Lansia kooperatif saat
dilakukan pemeriksaan
3. Resiko terjadi Setelah dilakukan asuhan Balai RW 03 Ceramah, 1. Mempersiapkan tempat dan
penurunan kualitas keperawatan komunitas Teluknaga tanya jawab, peralatan yang diperlukan
hidup diantara lansia selama 2 kali pertemuan demonstrasi 2. Menyampaikan izin
di RW 03 diharapkan lansia pemakaian tempat dan
Teluknaga mengetahui penyakit peralatan yang diperlukan
berhubungan diabetes mellitus dengan 3. Berkoordinasi dengan
dengan kurangnya kriteria hasil: kader posyandu lansia
pengetahuan dan 1. Lansia Mengerti tentang 4. Mengundang seluruh lansia
kesadaran lansia DM RW 03 Teluknaga
dalam usaha 2. Lansia mengetahui Diit DM 5. Penyampaian materi
pemeliharaan

70
kesehatan 3. Penyuluhan diikuti penyuluhan
minimal 50% lansia di RW 6. Melakukan demonstrasi
03 Teluknaga senam kaki yang diikuti
4. Lansia mampu mengisi oleh lansia dengan DM
waktu luang dengan senam

D. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Waktu/Tempat Sasaran Implementasi
Keperawatan
Ketidakefektifan pemeliharaan 03 Agustus 2022/ Kelompok lansia Posyandu Lansia
kesehatandiantara lansia dengan DM Balai RW 03 Teluknaga dengan DM di RW 03
di RW 03 Teluknaga berhubungan Teluknaga
dengan sikap lansia yang kurang
mendukung
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa 03 Agustus 2022/ Kelompok lansia Pemeriksaan Gula
darah diantara lansia dengan DM di Balai RW 03 Teluknaga dengan DM di RW 03 Darah
RW 03 Teluknaga pola makan yang Teluknaga
tidak teratur, jumlahmakan yang

71
berlebihan

Resiko terjadi penurunan kualitas 03 Agustus 2022/ Kelompok lansia Pendidikan


hidupdiantara lansia di RW 03 Balai RW 03 Teluknaga dengan DM di RW 03 kesehatantentang
Teluknaga Neglasari berhubungan Teluknaga DM dan DietDM
dengan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran lansia dalam usaha
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa 04 Agustus 2022/ Kelompok lansia Pemeriksaan Gula
darah diantara lansia dengan DM di Balai RW 03 Teluknaga dengan DM di RW 03 Darah
RW 03 Teluknaga pola makan yang Teluknaga
tidak teratur, jumlah makan yang
berlebihan
Resiko terjadi penurunan kualitas 04 Agustus 2022/ Kelompok lansia Senam Kaki DM
hidupdiantara lansia di RW 03 Balai RW 03 Teluknaga dengan DM di RW 03
Teluknaga berhubungan dengan Teluknaga
kurangnya pengetahuan dan
kesadaran lansia dalam usaha

72
E. Evaluasi Keperawatan
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1. 03 Agustus Ketidakefektifan pemeliharaan S: Lansia mengatakan memiliki riwayat diabetes mellitus


2022 kesehatan diantara lansia dengan DM di O:

Rw 03 Teluknaga berhubungan dengan sikap - Lansia (100%) teridentifikasi gula darah tinggi di atas normal

lansia yang kurang mendukung - Semua lansia aktif dalam pemeriksaan gula darah
A: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diantara lansia dengan
DM di Rw 03 Teluknaga teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Pelaksanaan posyandu lansia sesuai jadwal
2 03 Agustus Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah S: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diantaralansia dengan
2022 diantara lansia dengan DM Rw 03 Teluknaga DM di Rw 03 Teluknaga
berhubungan dengan pola makan yang tidak O:
teratur, jumlah makan yang berlebihan - Pemeriksaan gula darah di Rw 03 Teluknaga
- diikuti oleh 20 lansia
- Kegiatan pemeriksaan gula darah berjalandengan lancar
dan tertib
A: Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia

73
dengan DM di Rw 03 Teluknaga teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Pemeriksaan gula darah
3 03 Agustus Resiko terjadi penurunan kualitas hidup S: 68% lansia mengatakan tidak tahu tentang penyakit DM
2022 diantara lansia di RW 03 Teluknaga O:
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan - Lansia banyak yang bertanya saat penyuluhan
dan kesadaranlansia dalam usaha - Lansia mampu menjawab nilai gula darah acakdan puasa
- Lansia mampu menjawab penyebab daridiabetes
mellitus
Kegiatan berlangsung lancar
A: Resiko terjadi penurunan kualitas hidup diantara lansia di RW 03
Teluknaga teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Senam kaki diabetes mellitus
4 04 Agustus Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah S: Lansia mengatakan suka dengan adanyapemeriksaann
2022 diantara lansia dengan DM di RW 03 gula darah
Teluknaga pola makan yang tidak teratur, O:
jumlah makan yang berlebihan - 16 (80%) lansia telah terjadi penurunan nilaigula darah

74
A: Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah diantara lansia
dengan DM di RW 03 Teluknaga teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan lansia untuk rutin memeriksakan gula darah guna
memantaukesehatannya
5 04 Agustus Resiko terjadi penurunan kualitas hidup S: Sebagian besar lansia mengatakan senang mengikuti senam kaki
2022 diantara lansia di RW 03 Teluknaga diabetes mellitus
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan O:
dan kesadaran - Senam lansia diikuti oleh 19 lansia
lansia dalam usaha
- Kegiatan senam kaki berjalan dengan lancardan tertib
- Demonstrasi senam kaki dilakukan secaraperlahan –
lahan
- Sebagian besar lansia mampu untuk menirukan
A: Resiko terjadi penurunan kualitas hidup diantara lansia di RW 03
Teluknaga teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kader kesehatan menganjurkan lansia untukmelakukan
senam kaki DM secara rutin

75
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak orang pada awalnya tidak tahu bahwa mereka menderita
diabetes. Catatan dari International Diabetes Federation (IDF) 2015
adalah, dari 415 juta pengidap diabetes dewasa usia 20-79 tahun di seluruh
dunia, ada 193 juta (hampir 50 %) yang tidak tahu bahwa dirinya terkena
diabetes. Bahkan, diperkirakan ada 318 juta orang dewasa lainnya yang
sebenarnya sudah mengalami gangguan toleransi gula, atau yang
dinamakan prediabetes, calon pengidap diabetes. Jumlah di atas
melampaui populasi penduduk di negara kita.
Dengan demikian adanya asuhan keperawatan komunitas terhadap
populasi yang menderita penyakit kronis seperti Diabetes Melitus (DM)
tersebut diharapkan adanya peningkatan kesehatan yang ditandai dengan
adanya perubahan perilaku seperti; rutin berolahraga serta melakukan
pemeriksaan gula darah. Diharapkan juga kepada komunitas tersebut juga
terdapat perubahan pola makan serta menerapkan diet yang dianjurkan
kepada para penderita penyakit Diabetes Melitus (DM).

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap pembaca dapat
memahami bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan masalah
kesehatan populasi Diabetes Melitus (DM).
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca, dan dengan adanya materi pada makalah ini bisa
menunjang pembelajaran dan diskusi dalam kelas. Kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dan kesempurnaan
penyusun makalah berikutnya.

76
DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association (ANA). 2004. Scope and Standards for Nurse
Administrators, Edisi 2. Washington : Nursesbooks.org.

Efendi, Ferri & Makhfudi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Friedman, M. M (1998). Keperawatan keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC

Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Tim

Nasrullah, Dede. 2019. Modul Kuliah Etika Keperawatan

Oetari, R.A. 2019. Khasiat Obat Tradisional Sebagai Antioksidan Diabetes.


Yogyakarta: Rapha Publishing.

PERKENI. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. PERKENI : Jakarta

Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC

Smeltzer, S. C & Bare, B, G. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
(Vol 2). Jakarta : EGC

Tandra, Hans. 2018. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

77
LAMPIRAN

1. Angket

ANGKET KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH


DIABETES MELITUS PADA LANISA

NO VARIABEL SUB VARIABEL PERTANYAAN DALAM


ANGKET
1. Fisik dan perilaku  Fisik 1) Fisik
 Perilaku a) Berapa gula darah
terakhir?
………
b) Berapa berat badan?
………
c) Apakah ada penurunan
berat badan?
………
d) Berapa tinggi badan?
………
e) Berapa usia sekarang?
………
2) Perilaku
a) Apakah sering minum
minuman manis?
……….
b) Apakah saat makan
melakukan diet rendah
gula?
………

78
c) Apakah frekuensi BAK
dimalam hari sering?
………
d) Apakah mengonsumsi
obat secara teratur?
..……….
e) Berapa kali berolahraga
dalam seminggu?
……….
f) Apakah rutin memeriksa
gula darah?
……….
g) Apakah di pagi hari
sering mengantuk?
………..
2. Faktor genetik  Riwayat 1) Apakah didalam keluarga
keturunan mempunyai riwayat
keturunan penyakit Diabetes
Melitus?
…………
2) Siapakah yang terkena
penyakit Diabetes Melitus?
…………
3. Pelayanan kesehatan  Fasilitas 1) Apakah memanfaatkan
dan sosial kesehatan fasilitas kesehatan untuk
 Asuransi anggota keluarga yang
kesehatan menderita Diabetes
Melitus?
………….

79
2) Apakah memiliki asuransi
kesehatan?
………….
4. Ekonomi  Pekerjaan 1) Pekerjaan keluarga
 Penghasilan ……………
2) Penghasilan perbulan:
Rp…………
5. Keamanan dan  Praktek 1) kebiasaan mandi/kebersihan
transportasi kebersihan diri diri berapa kali perhari?
 Mencuci kaki dan ……………
mencegah infeksi 2) Kebiasaan mencuci kaki
 Transportasi berapa kali dan apakah tahu
cara penanganan luka agar
tidak terjadi infeksi?
……………
3) Transportasi yang
digunakan sehari-hari?
……………
6. Politik dan  Kebijakan 1) Apakah ada kemudahan
pemerintahan pemerintah pelayanan kesehatan untuk
tentang Diabetes penderita Diabetes Melitus?
Melitus ……………
7. Komunikasi  Media 1) Apa alat komunikasi yang
komunikasi yang digunakan?
digunakan ……….
 Informasi tentang 2) Apakah pernah
Diabetes Melitus mendapatkan informasi
tentang Diabetes Melitus?
.............

80
3) Bila ya, apa/darimana
sumber informasinya?
………..
8. Pendidikan  Tingkat 1) Apa pendidikan terakhir?
pendidikan ………...

9. Rekreasi  Rekreasi keluarga 1) Fasilitas rekreasi yang


penderita digunakan keluarga adalah?
Diabetes Melitus ………..

81
2. Satuan Acara Penyuluhuan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan pada Kelompok Khusus (Lansia)


dengan Gangguan Sistem Endokrin
Sub Pokok Bahasan : Diabetes Melitus
Tempat : Balai Desa Negla Sari
Sasaran : Kelompok
Waktu : 09.00 - Selesai
Tanggal : 03 Agustus 2022

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran
diharapkan dapat memahami penyakit Diabetes Mellitus.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, sasaran dapat:
1. Menjelaskan pengertian Diabetes Mellitus
2. Menyebutkan tipe Diabetes Mellitus
3. Menyebutkan faktor risiko Diabetes Mellitus
4. Menyebutkan tanda dan gejala Diabetes Mellitus
5. Menjelaskan pengendalian Diabetes Mellitus
6. Menyebutkan komplikasi Diabetes Mellitus

C. Materi
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Tipe Diabetes Mellitus
3. Faktor risiko Diabetes Mellitus
4. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus
5. Pengendalian Diabetes Mellitus

82
6. Komplikasi Diabetes Mellitus

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet
2. Power Point (PPT)

F. Kegiatan
Waktu Kegiatan
No Tahap
(Menit) Penyuluh Peserta
1. Perkenalan 5 menit 1. Memberikan salam 1. Menjawab
dan salam
pembukaan 2. Memperkenalkan diri 2. Menyimak
3. Menjelaskan maksud 3. Menyimak
dan tujuan penyuluhan
4. Menyebutkan materi 4. Menyimak
pokok
5. Membagikan leaflet 5. Menerima
leaflet
2. Inti 20 1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab
menit sasaran tentang
Diabetes Mellitus
2. Menjelaskan materi 2. Memperhatik
a. Pengertian an
Diabetes Mellitus
b. Tipe Diabetes
Mellitus

83
c. Faktor risiko
Diabetes Mellitus
d. Tanda dan gejala
Diabetes Mellitus
e. Pengendalian
Diabetes Mellitus
f. Komplikasi
Diabetes Mellitus
3. Memberikan 3. Bertanya
kesempatan untuk
bertanya
4. Menjawab pertanyaan 4. Menjawab
3. Penutup 5 menit 1. Melakukan evaluasi 1. Menjawab
dengan memberikan
pertanyaan
2. Menyimpulkan materi 2. Menyimak
3. Menutup kegiatan 3. Menyimak
4. Memberikan salam 4. Menjawab
salam

G. Sumber
Damayanti, S. (2016). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Subiyanto, P. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Endokrin: Untuk Dosen dan Mahasiswa DIII
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes Edisi Kedua dan Paling Komplit. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

84
H. Evaluasi
1. Jenis : Pertanyaan terbuka
2. Bentuk : Lisan
3. Waktu :
4. Soal :
a. Jelaskan pengertian Diabetes Mellitus
b. Sebutkan tipe Diabetes Mellitus
c. Sebutkan faktor risiko Diabetes Mellitus
d. Sebutkan tanda dan gejala Diabetes Mellitus
e. Jelaskan pengendalian Diabetes Mellitus
f. Sebutkan komplikasi Diabetes Mellitus

Tangerang, 03 Agustus Agustus 2022

Penyuluh

85
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN

1. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
dikarakteristikkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)
karena defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau kombinasi keduanya. Pada
keadaan normal sejumlah glukosa dari makanan akan bersirkulasi di dalam
darah, kadar glukosa dalam darah diatur oleh insulin, yaitu hormon yang
diproduksi oleh pankreas, berfungsi mengontrol kadar glukosa dalam darah
dengan cara mengatur pembentukan dan penyimpanan glukosa. Pada penderita
DM, sel-sel dalam tubuh berhenti berespon terhadap insulin, hal ini
mengakibatkan hiperglikemia

2. Tipe Diabetes Mellitus


Ada beberapa tipe dari diabetes mellitus, yaitu:
a. DM tipe 1
Diabetes tipe ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin pada tubuh kurang atau tidak ada
sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena
tidak dapat diangkut ke dalam sel.
b. DM tipe 2
Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai. Biasanya terjadi
pada usia di atas 40 tahun. Sekitar 90-95% penderita diabetes adalah tipe 2.
Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa memproduksi insulin, tetapi
kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci
untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah
meningkat.
c. Diabetes gestational
Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes tipe gestasi
atau gestational diabetes.
d. DM tipe lain

86
Diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain yang mengganggu produksi
insulin atau memengaruhi kerja insulin.

3. Faktor risiko Diabetes Mellitus


a. Obesitas
b. Dislipidemia
c. Usia
d. Pre-diabetes
e. Gaya hidup sedentary atau jarang melakukan aktivitas fisik
f. Riwayat keluarga atau herediter
g. Seorang ibu dengan riwayat diabetes gestasional.

4. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus


Tanda dan gejala khas yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes meliputi
trias poli, yaitu:
a. Poliuria yaitu keadaan sering kencing.
b. Polidipsia yaitu keluhan sering haus dan sering minum.
c. Polifagia yaitu keluhan mudah lapar dan sering makan.

5. Pengendalian Diabetes Mellitus


Terdapat 4 pilar pengendalian diabetes mellitus, yaitu:
a. Edukasi
Edukasi mengenai pengertian diabetes mellitus, apa yang menyebabkan
penyakit tersebut, kemudian komplikasi apa yang terjadi jika penderitanya
bersikap acuh tak acuh dalam melakukan pengobatan, serta tanda dan gejala
diabetes beserta cara mengatasinya perlu dipahami oleh penderita diabetes
mellitus.
b. Pengaturan makan
Sudah menjadi kewajiban bagi penderita diabetes untuk mengontrol setiap
asupan makanan yang akan dikonsumsi. Penderita harus lebih cermat
memilih setiap kandungan gizi yang terdapat dalam makanan agar pankreas

87
yang mengalami gangguan tidak merengek kesakitan untuk menghasilkan
insulin.
c. Olahraga
Manfaat olahraga yaitu mengontrol kadar gula darah dan juga dapat
menurunkan berat badan. Dengan olahraga yang teratur dapat menurunkan
resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin di otot-otot dan jaringan
lain sehingga kadar gula darah mengalami perbaikan. Olahraga yang
dianjurkan adalah olahraga aerobik seperti senam, jalan kaki, jogging,
bersepeda dan berenang.
d. Obat-obatan
Pemberian obat dilakukan untuk mengatasi kekurangan produksi insulin
serta menurunkan resistensi insulin.

6. Komplikasi Diabetes Mellitus


a. Bagian mata, kelainan lensa mata (katarakta lentis), kelainan retina
(retinopati), dan gangguan saraf mata (neuropati).
b. Bagian mulut, kelainan gusi berupa radang (gingivitis) dan kelainan
jaringan ikat penyangga gigi berupa radang (periodentitis).
c. Bagian jantung berupa gangguan saraf autonom jantung (autonomic
neuropati diabetic).
d. Bagian urogenital berupa impotensi pada pria, tidak berfungsinya saraf
kandung kemih (diabetiC neurogenenic vertical disfunction), dan penyakit
ginjal (nefropati diabetic).
e. Bagian saraf berupa gangguan safar perifer, autonom, dan sentral.
Bagian kulit berupa radang kulit (dermatitis), gangguan saraf kulit, dan gangren

88
3. Leaflet

89
4. Standar Operasional Prosedur (Senam Kaki Diabetes Mellitus)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


SENAM KAKI DIABETES MELLITUS

Pengertian Senam kaki diabetes adalah kegiatan atau latihan yang


dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah
terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah
bagian kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki
sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga
mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.
(Graceistin Ruben dkk, 2016).
Tujuan Tujuan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus adalah:
1. Memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes,
sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut
2. Membantu sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil
kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
3. Mengatasi keterbatasan jumlah insulin pada penderita
Diabetes Mellitus
4. Senam kaki diabetes juga digunakan sebagai latihan kaki.
Meningkatkan rasa nyaman, mengurangi nyeri,
mengurangi kerusakan saraf dan mengontrol gula darah.
(Rostika Flora dkk, 2012).
Persiapan Alat Alat yang harus dipersiapkan adalah:
1. Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk)
2. Prosedur pelaksanaan senam kaki
3. Koran bekas
4. Lembar Observasi Senam Kaki

90
Persiapan Sedangkan persiapan untuk responden adalah
Responden 1. Kontrak topik, waktu dan tempat
2. Jelaskan tujuan dilaksanakan senam kaki.
3. Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti
lingkungan yang nyaman bagi pasien
4. Jaga privasi pasien
Fase Interaksi 1. Mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dilaksanakan senam kaki
3. Menjelaskan prosedur dan proses pelaksanaan senam kaki
Fase Kerja 1. Perawat/ Instruktur mencuci tangan.
2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien
duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.
Dapat juga dilakukan dalam posisi berbaring dengan
meluruskan kaki

3. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah


kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke
bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam
sebanyak 10 kali

91
4. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat
telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki
diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas.
Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan
diulangi sebanyak 10 kali.Pada posisi tidur, menggerakkan
jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan
kaki kanan sebanyak 10 kali

5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki


diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada
posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar
dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.

92
6. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki harus
diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar
pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

7. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada


pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari
angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian. Gerakan ini
sama dengan posisi tidur.

93
8. Letakkan sehelai Koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi
seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, bukalah
bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja.
a. Lalu robek loran menjadi dua bagian, pisahkan kedua
bagian koran.
b. Sebagian koran dirobek-robek menjadi kecil-kecil
dengan kedua kaki
c. Pindahkan kumpulan robekan-robekan tersebut
dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada
bagian kertas yang utuh.
d. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bola.

Fase Terminasi 1. Mengucapkan salam


2. Menanyakan respon responden setelah melakukan senam
kaki diabetes.
3. Membuat kontrak rencana tindak lanjut
Evaluasi Tahapan evaluasi:
1. Responden dapat menjelaskan tentang pengertian senam
kaki Diabetes Mellitus.
2. Responden dapat menyebutkan 2 dari 4 tujuan senam kaki
diabetes.
3. Responden dapat menyebutkan gerakan-gerakan senam
kaki dan dapat memperagakan gerakan senam kaki secara
mandiri.

94
Dokumentasi Tahapan Dokumentasi:
Tindakan 1. Perhatikan respon responden setelah melakukan senam
kaki dan catat responnya.
2. Lihat tindakan yang dilakukan oleh responden apakah
sesuai atau tidak dengan prosedur senam kaki.
3. Perhatikan tingkat kemampuan responden dalam
melakukan senam kaki.

95

Anda mungkin juga menyukai