Anda di halaman 1dari 31

SISTEM PERSYARAFAN, STROKE

DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:

1. Annisa Yunistiya P
2. Diana Wulandari
3. Iim Imaroh
4. Nofitasari
5. Salsa Nabila
6. Siti Rohayani
7. Yusril
SISTEM
PERSYARAFAN
A. PENGERTIAN
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang
bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk
dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan
makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam
Tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem sistem syaraf

Penghantar
impls

efektor
B. FUNGSI SISTEM SARAF

Alat komunikasi

Pengendali atau pengatur kerja


organ tubuh

pusat pengendali tanggapan


atau reaksi tubuh terhadap
perubahan
C. STRUKTUR SEL SYARAF (NEURON)
D. KLASIFIKASI NEURON

1. Sel Saraf Sensori → impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,


yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis).
Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi
(intermediet).
2. Sel Saraf Motor → mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke
otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap
rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat.
Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3. Sel Saraf Intermediet → Sel saraf intermediet disebut juga sel
saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat
dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf
sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di
dalam sistem saraf pusat.
E. HUBUNGAN ANTAR SEL SARAF

Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi


menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel
saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik
dan sel saraf motorik
F. MEKANISME PENGHANTAR IMPULS

1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf


Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena
adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan
bagian dalam sel.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan
neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson
membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam
sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan
membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula
sinapsis
G. PEMBAGIAN SISTEM SARAF

Sistem Saraf terdiri atas dua :


1. Sistem Saraf Pusat.
a. Otak
Bagian dari otak:
 Otak besar
 Otak tengah
 Otak belakang
 Otak kecil
 Sumsung tulang belakang
(Otak) (Otak kecil)

(Sumsum tulang belakang)


2. Sistem Saraf Tepi
Sistem Saraf tepi terbagi atas 2 bagian juga yaitu:
a. 12 serabut saraf otak ( saraf kranial).
b. 31 pasang serabut saraf sum - sum tulang belakang

3. Sitem Saraf Sadar


Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua
yaitu :
c. Sistem saraf kepala (kranial).
d. Sistem saraf tulang belakang (spinal).
4. Sistem saraf Tak Sadar
Berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Saraf Simpatik
b. Saraf Parasimpatik
H. GANGGUAN PADA SISTEM SARAF

1. Gangguan pada serebrum.


2. Ganglion Basalis. 
3. Batang otak,pons dan medula oblongata.
4. Kerusakan pada sumsum tulang belakang. 
5. Spastisitas dan kekakuan. 
6. Terputusnya serabut saraf campuran 
7. Neuritis 
8. Neuritis siatika atau lebih dikenal dengan siatika
9. Ensefaliatis 
10. Meningitis 
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
SISTEM SARAF
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Kejang-kejang
2. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya di rumah klien mengalami demam, flu dan batuk, klien
mulai kejang pada tanggal 23 April 2016 jam 20.00 (pada saat kejang
mata melirik ke atas, pada seluruh badan, setelah kejang klien sadar
dan menangis pada saat kejang keluar buih lewat mulut) dan
langsung di bawa ke RS.
3. Riwayat penyakit dulu
Sebelumnya klien pernah msuk rumah sakit dengan diare pada saat
umur 1 bulan
4. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan kejang
didalan keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/batuk

Analisis Data
Tanda dan gejala Etiologi Masalah
DS: Peningkatan tekanan Gangguan perfusi
- Ibu mengatakan anaknya kejang- intrakranial jaringan
kenjang, keluar buih dari    
mulutnya. Hipertermi Resiko terjadi
DO: kejang ulang
- Kejang-kejang
- Demam
- Flu
- Batuk
- Sakit kepala
- S: 40oC
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
ditandai dengan S: 40oC
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial ditandai dengan sakit kepala

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Kep Tujuan Rencana Rasio

Resiko terjadi Klien tidak mengalami kejang selama - Longgarkan pakaian, berikan - Proses konveksi akan terhalang
kejang ulang berhubungan dengan hipertermi pakaian tipis yang mudah oleh pakaian ketat dan tidak
berhubungan dengan Kriteria hasil: menyerap keringat menyerap keringat
hipertermi - Tidak terjadi serangan kejang - Berikan kompres dingin - Perpindahan panas secara
ulang - Berikan ektra cairan (susu, konduksi
- Suhu 36,5-37,5o C sari buah dll) - Saat demam kebutuhan akan
- Nadi 110-120x/mnt (bayi) - Observasi kejang dan tanda cairan tubuh meningkat
100-110x/mnt (anak) vital 4jam - Pemantauan yang teratur
- RR 30-40x/mnt (bayi) - Batasi aktivitas selama anak menentukan tindakan yang akan
24-28x/mnt (anak) panas dilakukan
- Kesadaran composmentis - Berikan anti piretika dan - Aktivitas dapat meningkatkan
pengobatan sesuai advis metabolisme dan meningkatkan
panas
- Menurunkan panas pada pusat
hipotalamus dan sebagai
propilaksis
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Kep Tujuan Rencana Rasio


1. Resiko terjadi Klien tidak mengalami - Longgarkan - Proses konveksi akan
kejang ulang kejang selama pakaian, berikan terhalang oleh pakaian
berhubungan berhubungan dengan pakaian tipis yang ketat dan tidak menyerap
dengan hipertermi hipertermi mudah menyerap keringat
Kriteria hasil: keringat - Perpindahan panas secara
- Tidak terjadi - Berikan kompres konduksi
serangan kejang dingin - Saat demam kebutuhan
ulang - Berikan ektra akan cairan tubuh
- Suhu 36,5-37,5o C cairan (susu, sari meningkat
- Nadi 110-120x/mnt buah dll) - Pemantauan yang teratur
(bayi) - Observasi kejang menentukan tindakan yang
100-110x/mnt dan tanda vital akan dilakukan
(anak) 4jam - Aktivitas dapat
- RR 30-40x/mnt - Batasi aktivitas meningkatkan metabolisme
(bayi) selama anak panas dan meningkatkan panas
24-28x/mnt (anak) - Berikan anti - Menurunkan panas pada
- Kesadaran piretika dan pusat hipotalamus dan
composmentis pengobatan sesuai sebagai propilaksis
advis
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tgl/jam Dx Kep Pelaksanaan


Rabu/15/04/16 Resiko terjadi kejang - Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah
Jam: 10.00 WIB ulang berhubungan menyerap keringat
  dengan hipertermi  
Jam 10.30 WIB  
  - Memberikan kompres dingin di daerah kepala, leher, dan
  ketiak
Jam 11.00 WIB  
   
  - Memberikan ektra cairan (susu, sari buah dll)
Jam 11.30 WIB  
   
  - Mengobservasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Jam 12.00 WIB  
   
- Membatasi aktivitas selama anak panas
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis
E. EVALUASI KEPERAWATAN

No. Dx Hari/tgl/ja SOAP


Kep m
1 Kamis, S: Ibu klien mengatakan bahwa kejang masih terjadi
16/04/16 O:
- Jam 11.00 klien kejang
- Suhu tunuh jam 11. 00 38,6oC
- Keadaan umum klien masih lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
STROKE

A. PENGERTIAN
Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami
kerusakan karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi
yang cukup.

B. FAKTOR RESIKO
 Usia lanjut Hipertensi (tekanan darah tinggi),
 Serangan stroke sebelumnya atau transient ischemic attack
(TIA),
 Diabetes
 Kolesterol tinggi
 Atrial fibrilasi
C. GEJALA STROKE
 Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu
sisi tubuh.
 Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
 Penglihatan ganda.
 Pusing.
 Bicara tidak jelas (rero).

D. TANDA-TANDA SERANGAN STROKE


 Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan lemas
pada muka, tangan atau kaki, terutama pada satu bagian tubuh saja.
 Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti.
 Satu mata atau kedua mata mendadak kabur.
 Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan
keseimbangan.
E. KOMPLIKASI
1. TIK meningkat 5. Aspirasi
2. Atelektasis 6. Disritmia jantung
3. Kontraktur 7. Malnutrisi
4. Gagal napas

F. TINDAKAN PENCEGAHAN
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan
memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam
Penurunan berat badan apabila kegemukan
Berhenti merokok
Peningkatan kegiatan fisik, jalan setiap hari sebagai bagian dari
program kebugaran.
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

A. PENGKAJIAN
. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
saat Pengkajian Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan
mengalami kelemahan untuk bergerak dan bicara pelo.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan masuk RS : pasien mengalami penurunan kesadaran
dan mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan
 Riwayat kesehatan pasien :pasien mengatakan memiliki
penyakit Hipertensi tahun 2017. Pasien lalu ke IGD dr
Soedjono dan kemudian pasien dirawat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
 Pasien mengatakan pernah menjalani rawat inap di ruang
bugenvil rs dr soedjono kurang lebih 3 bulan yang lalu
dengan diagnosa hipertensi,pasien belum pernah menjalani
tindakan operasi
 Pasien mengatakan tidak mempunyai elergi makanan
minuman maupun obat.
b. Pemeriksaan head to toe

abnormal :

Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah

 Tangan kanan mengalami kelemahan dan  kaki kanan mengalami kelemahan


tangan kiri bisa digerakkan secara dan kiri tidak terjadi kelemahan,
leluasa.  kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5.
 Kekuatan otot kanan 4 dan kiri 5.  Kuku pada jari kaki terlihat bersih
 Tangan kiri terpasang infus Asering 20
tpm.
Saraf Kranials Jenis Fungsi Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Pasien dapat membedakan bau minyak wangi dan bauk teh
II Optikus Sensorik Tidak ada gangguan penglihatan
III Okulomotor Motorik Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan pupil ketika
ada pantulan cahaya.
IV Troklearis Motorik Tidak ada gangguan dalam pergerakan bola mata
V Trigeminalis Sensorik Wajah perot
Motorik Sedikit ada gangguan pada saat mengunyah
VI Abdusens Motorik Tidak dapat menggerakkan bola mata ke samping.
VII Fasiali Motorik Terdapat gangguan pada saat bicara, bicara pelo
VIII Vestibulokoklear Sensorik Tidak ada gangguan pendengaran
 
IX Glosofaringeus Sensorik terdapat kesulitan dalam menelan.
Motorik
X Vagus Sensorik Tidak ada gangguan
Motorik
XI Asesorius Spinal Sensorik Anggota badan sebelah kanan suah digerakkan dan dapat
mengangkat bahu sebelah kiri
 
XII Hipoglosus Motorik Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa menggerakkan lidah
dari sisi yang satu ke yang lain, terdapat kesulitan dalam
menelan
Analisa data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
 
1. DS : Hipertensitroke non Ketidakefektifan
hemoragik perfusi jaringan
- Pasien mengatakan mengeluh tensi selalu tinggi
perifer
dan mempunyai riwayat darah tinggi.  
- Pasien mengatakan kepala terasa pusing
- Pasien mengatakan bicara pelo sebelum masuk
RS
DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- Pasien tampak lemah
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Bicara pelo
- Terdapat gangguan pada pemeriksaan nervus IX
Glosofaringeus dan XII Hipoglosus
 
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan hipertensi,
2. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan
kekuatan otot (kerusakan neuron)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
D. Pelaksanaan Dan Evaluasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Senin, 2 Juni 2018 Setelah dilakukan asuhan - Kaji tanda-tanda - Memudahkan perawat
09.00 WIB keperawatan selama 3 x vital menentukan intervensi
24 jam, mencapai selanjutnya.
   
Circulation status dengan
 
Ketidakefektifan kriteria hasil : - Batasi gerakan
perfusi jaringan kepala ,leher dan -Teknik non
a. Tekanan systole dan
perifer berhubungan punggung farmakologis membantu
distole dalam rentang
dengan hipertensi, mengurangi kenaikan
normal(130/90)  
ICH (intracerebral tanda –tanda vital.
hemmorrhage) b. Tidak ada tanda-tanda - Anjurkan pasien
 
tekanan intrakranial lebih untuk banyak istirahat
dari 15 mmHg - Memberikan
 
kenyamanan pada
c. (TD: 110-120/60-80
-Kelola obat pasien.
mmHg, N: 60-100 x/mnt,
amlodipin 10 mg/24
RR: 1620x/mnt, S :
jam dan injeksi
3636,5°C).
piracetam 3gr - Amlodipin sebagai
  penurunkan tensi
secara farmakaologi
 
 
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN/INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/tgl/jam Dx Kep Pelaksanaan/implementasi Evaluasi


Senin, 2 Juni Ketidakefektifan 1. mengkaji tanda-tanda vital S :
2018 perfusi jaringan dan keluhan pasien
- Pasien mengatakan pusing
perifer berhubungan
  2. Menganjurkan pasien untuk badan terasa lemas
dengan hipertensi,
  banyak istirahat
ICH (intracerebral
 
Jam 11.00 hemmorrhage O:
WIB   - KU : Cukup, Composmentis
  TTD.
- Pasien terlihat lemas -
  Bicara pelo
  - Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat -
 
TD = 200/100 mmHg - Nadi
= 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan otot
Hari/tgl/jam Dx Kep Pelaksanaan/implementasi Evaluasi

Senin, 2 Juni  
2018 A : Ketidakefektifan perfusi
  jaringan perifer belum
teratasi
 
 
Jam 11.00
WIB P : Lanjutkan intervensi -
  mengkaji tanda-tanda vital -
Menganjurkan pasien untuk
  banyak istirahat tapi sering
   
 

Anda mungkin juga menyukai