Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN HASIL PRAKTEK

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA DALAM


KONTEKS PELAYANAN KESEHATAN UTAMA DI RW 19
KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL KECAMATAN
PEDURUNGAN KABUPATEN SEMARANG

26 NOVEMBER-8 DESEMBER 2018

OLEH: Kelompok V

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018

1
Nama anggota kelompok:

1. Agung Trilaksono (G0A016026)


2. Nurul Afwa Septiana (G0A016027)
3. Siti Fatimah (G0A016028)
4. Indira Imtiyazun U.A (G0A016029)
5. Ayu Nadia (G0A016030)
6. Lia Nikmatul Khasanah (G0A016031)
7. Dani Febriani (G0A016032)

2
PENGESAHAN

Judul : Laporan Akhir Asuhan Keperawatan Komunitas di RT. 06 dan


RT 08 RW. 19 Kelurahan Muktiharjo Kecamatan Pedurungan
Kabupaten Semarang.

Disusun Oleh : Kelompok 5 di Kelurahan Muktiharjo, Program Studi DIII


Keperawatan Muhammadiyah Semarang Tahun Ajaran
2018/2019.

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ita Ns. Siti Aisah, M.Kep. Sp.Kom

3
KATA PENGANTAR

Segala puji dari Allah pencurah kasih sayang tiada batas yang dikehendaki-
Nya. Allah telah mencurahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Asuhan Keperawatan Komunitas di RT. 06 di RT
08 RW. 19 Kelurahan Muktiharjo Kecamatan Pedurungan Kabupaten Semarang.
Sholawat serta salam semoga senantisa tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW
sebagai pemberi syafaat dan pembawa kabar gembira.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang


bersangkutan dalam menyelesaikan penulisan Laporan Akhir Asuhan Keperawatan
Komunitas ini . Laporan Akhir Asuhan Komunitas ini penulis ajukan untuk
memenuhi tugas yang ditetapkan oleh institusi. Keperawatan Komunitas 2
Universitas Muhammadiyah Semarang. Penulis telah berusaha sangat maksimal
untuk memberikan yang terbaik, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.

Dalam menyelesaikan penulisan Laporan Akhir Asuhan Keperawatan


Komunitas ini tentu telah melibatkan banyak pihak secara langsung maupun tidak
langsung dalam memberikan konstitusi yang positif demi terwujudnya sebuah
karya yang baik. Semoga semua pihak yang telah membantu yang menyelesaikan
makalah ini Laporan Akhir Asuhan Keperawatan Komunitas ini medapatkan
sebaik-baik pahala dari Allah. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki penulis
berharap semoga Laporan Akhir Asuhan Keperawatan Komunitas ini dapat
memberikan tambahan wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya sehingga diharapkan dapat dijadikan pedoman dan dapat menjadikan
refrensi

Semarang, 3 Desember 2018

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan Laporan............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................... 3
A. Konsep Pelayanan Kesehatan Utama.............................................................. 3
B. Konsep Keperawatan Komunitas................................................................... 12
C. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas...................................................... 30
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS LANSIA
A. Persiapan (Persiapan ke masyarakat dan persiapan teknis)........................... 39
B. Pelaksanaan.................................................................................................... 39
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 41
A. Pengkajian...................................................................................................... 41
B. Perencanaan................................................................................................... 46
C. Pelaksanaan.................................................................................................... 47
D. Evaluasi.......................................................................................................... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 51
A. Kesimpulan.................................................................................................... 51
B. Saran.............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 53

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan, sehingga
tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang selalu
digunakan dalam indeks dala pembangunan manusia. Untuk mencapai suatu derajat
kesehatan yang baik, harus dibutuhkan peranan pendidikan kesehatan yang
berkelanjutan dimasyarakat. Pada lansia terjadi penyakit degeneratif yang meliputi
athritis gout, hipertensi gangguan pendengaran, kelainan jantung, penurunan fisual,
dan gangguan pada tulang penyakit digeneratif tersebut disebabkan oleh adanya
masalah kemunduran fungsi organ, antomi tubuh dan pola makan. Dari penyakit
tersebut penyakit gout arthritis dan hipertensi menjadi keluhan utama pada lansia,
karena menggagu aktifitas sehari-hari, bahkan bisa membuat ulit tidur. Gout
arthritis adalah penyakit yang menyakitkan, lama kelamaan akan menggalami
penumpukan kristal keras mengakibatkan nekrosis sehungga membutuhkan
tindakan pembedahan atau oprasi.

Gour arthritis sendiri adalah penyakit yang menyerang bagian sendi yang
dikarenakan kelainan metabolisme urin (Fitriana 2015). DiAmerika sendiri
penyakit gout arthritis sendiri adalah salah satu penyebab umum yang sering terjadi.
Pencegahan penyakit gout artyritis sendiri adalah menghindari mengkonsumsi
makanan yang tinggi akan urin yang tinggi seperti : makanan jeroan, makanan yang
sudah diawetkan, daging angsa. Sehingga sanggat penting bagi lansia untuk
mengetahui diet makanan seperti apa untuk mencegah atau mengantisipasi
terjadinya masalah yang serius lagi (Firiana 2015).

Sedangkan Hipertensi adalah penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi


kerena hipertensi adalah merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping
prefelensinya yang tinggi dan cendurung meningkat dimasa yang akan datang, juga
karena tingkat keganasan yang tinggi berupa kecatatan permanen dan kematian

6
yang mendadak. Klarifikai hipertensi berdasarkan penyebab adalah hipertensi
priper dan hipertensi sekunder sedangkan pencegahanya memberikan edukasi
tentang hipertensi, memodifikasi gaya hidup, tidur yang cukup , kurangi makanan
yang kolesterol garam, menggurangi alkohol dan berhenti merokok.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa atau mahasiswi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Semarang memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan
Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada
c. Mampu menentukan dianogsa keperawatan pada komunitas khusus lansia
d. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia
f. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Pelayanan Kesehatan Utama


Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan
esensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga
didalam masyarakat. Fokus dari pelayanan primer luas jangkauannya dan
merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan
pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan
menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang
lebih baik.
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan negara
bertanggung jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di dunia, termasuk
Indonesia, pelayanan kesehatannya tumbuh menjadi industri yang tak terkendali
dan menjadi tidak manusiawi. Mengalami hal yang oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) sebagai “the commercialization of healthcare in unregulated health
systems”. Kondisi ini ditandai dengan maraknya komersialisasi pelayanan dan
pendidikan, yang dipicu oleh pembiayaan kesehatan yang belum baik.
Setelah deklarasi Alma Ala (1978), program kesehatan menjadi gerakan politik
universal. Deklarasi ini telah menjadi tonggak sejarah pradapan manusia.
Kesehatan diakui sebagai hak asasi manusia tanpa memandang status sosial
ekonom,ras, dan kwarganegaraan, agama, dan gender.
1. Definisi PHC
Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus
diperjuaangkan, serta mengingatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat
pembangunan sosial, dan bukan sekadar hasil dari kemajuan pembangunan
ekonomi semata. Kesadaran ini melahirkan konseep primary health care (PHC)
yang intinya: pertama,menggalang potensi pemerintah-swasta-masyarakat
lintas sektor,mengingat kesehatan kesehatan adalah tanggung jawab bersama.
Kedua, menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta menolak dominasi

8
elite dokter yang cenderung mengutamakan layanan rumah sakit, peralatan
caggih, dan mahal. Ketiga, memanfaatkan teknologi secara tepat guna pada
setiap tingkat pelayanan. Berbagai negara dibelahan dunia, seperti di Uni
Eropa, Amerika Latin, serta dibeberapa negara Asia, berhasil menata kembali
sistem kesehatan dengan kembalimenerapkan primary health care (PHC)
sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknolog praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination). Pelayanan
kesehatan primer/PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk menjamin
tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan
kesehatan yang diberikan adalah essensial bias diraih dan mengutamakan pada
peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai
partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
2. Unsur Utama PHC
3 unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :
a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
b. Melibatkan peran serta masyarakat
c. Melibatkan kerja sama lintas sektoral
3. Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan princip-prinsip PHC
sebagaipendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua 5
pinsip PHC sebagai berikut :
1) Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu peralatan primer
dan layanan untuk memenuhi masalah kesehatan dalam masyarakat bagi

9
semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan, atau pedesaan dan kelas sosial
a. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha,
pekerjaaan, dan kegiatan dengan peran serta individu agar berperilaku
sehat serta mencegah terjangkitnya penyakit.
b. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,
layak, dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas
untuk vaksin sold storage).
c. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan
maksimal dari lokal, nasional, sumberdaya yang tersedia lainnya.
d. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatanPengakuan
bahwa kesehatan tidak dapat diperebaiki oleh intervensi hanya dalam
sector kesehatan formal. Sector-sektor ini mencakup pertanian,
pendidikan, komunikasi, dan metode pencegahan
2) Program-Program PHC
Program-program PHC antara lain :
a) Asuransi kesehatan
b) Pos obat desa (POD)
c) Tanaman obat keluarga (TOGA)
d) Pos kesehatan
e) Kemitraan dengan sektor di luar kesehatan
f) Peningkaatan pemberdayaan masyarakat
g) Upaya promotif dan preventif
h) Pelayanan kesehatan dasar
i) Tenaga kesehastan sukarela
j) Kader kesehatan
k) Kegiatan peningkatan kesehatan

10
3) Tujuan Phc
a. Tujuan umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselengggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan.
b. Tujuan khusus
1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
4) Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan
sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
Ciri-Ciri PHC
a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan yang mementingkan kesehtan individu maupun
masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
g. Pelayanan yang berorientasi pada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
4) Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a) Pemeliharaan kesehatan
b) Pencegahan penyakit
c) Diagnosis dan pengobatan
d) Pelayanan tindak lanjut
e) Pemberian sertifikat

11
Penerapan Phc Di Indonesia Melalui Pkmd

1. Definisi PKMD
Pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian
kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gorong royong dan
swadayadalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan
masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan di
bidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan kesehatan
sejahtera.
2. Tujuan PKMD
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri
sendsiri di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu
hidup
b. Tujuan khusus
a) Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang
dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam
meningkatkan mutu hidup mereka
b) Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk
berperan secara aktif dan bersuadaya dalam meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri
c) Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat
yang mampu,terampil serta berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan desa
d) Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi
beberapa indikator :
1) Angka kesakitan menurun
2) Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan
anak
3) Angka kelahiran menurun
4) Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
5)

12
3. Ciri-ciri PKMD
1) Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan prakarsa
masyarakat sendiri,dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan
kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang
dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan
2) Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara
musyawarah dan mufakat
3) Pelaksaan kegiatan berdasarkan pada peran serta aktif dan suadaya
masyarakat dalam arti masyarakat memanfaatkan secara optimal
kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat.
4) Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melekati dan menunjang
tidak mengakibatkan ketergantungan.
5) Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
6) Memanfaatkan teknologi tepat guna itu kegiatan yang dilakukan
sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari delapan unsur phc.
4. Prinsip-prinsip PKMD
1) Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan
tersebut bukan merupakan kegiatan kesehatan secara langsung . ini
berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kegiatan saja
koma,melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya
yang srecara tidak langsung peningkatan taraf kesehatan
2) Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerja sama yang
baik :
a) Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lainnya
yang bersangkutan
b) Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut
dengan masyarakat

13
Dalam hal ini masyarakat jika tidak dapat memecahkan masalah atau
kebutuhannya sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh
sektor yang bersangkutan.

3) Wadah kegiatan PKMD


Kegiatan PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan
desa,sedangkan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan
desa adalah LKMD ( Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), maka
dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Sesuai
surat keputusan presiden Nomor : 28 Tentang “Penyempurnaan dan
penempatan fungsi lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka
pada dasarnya LKMD merupakan wadah partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa.”
4) Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan dalam kegiatan PKMD
1) Masyarakat perlu dikembangkan pengertian yang benar tentang
kesehatan dan tentang program-progaman yang dilaksanakan
pemerintah
2) Masyarakat perlu dikembangkan kesadaranya akan potensi dan
sumber daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina
kemampuan dandan keberanianya, untuk berperan secara aktif
dan bersuwadaya dalam meningkat mutu hidup dan
kesejahteraan mereka.
3) Sikap mental pihak penyelengaraan pelayanan perlu
dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menyadari bahwa
masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk menolong diri
mereka sendiri, dalam meningkatkan mutun hidup dan
kesejahteraan mereka.
4) Harus ada kepekaan dari pada para Pembina untuk memahami
aspirasi yang tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara
wajar dan tepat.
5) Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinbamis dan
berkesinambungan baik antara Pembina maupun antara Pembina

14
dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang
mendukung kegiatan PKMD
5. Strategi pembinaan
1) Tim pembinaan PKMD dimasing-masing tingkat sekaligus
dijadikan sebagai forum keordinasi dimasing-masing tingkat.
2) Setiap kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh
salah satu sektor, terlebih dahulu dibahas dalam forum keoordinasi,
untuk memungkinkan bantuan dari sektor-sektor lain untuk
menghindari tumpang tindih
3) Jenis bantuan apapun yang akan dijalankan harus selalu berdasarkan
pada porposi pada kebutuhan masyarakat setempat.
4) Seluruh tahap klegiatan, mulai dari persiapan, perencanaan
pelaksanaan, penilaian, pembinaan sampai pada perluasan,
dilakukan oleh masyarakat senidir dan dimana perlu dibantu oleh
pemerintah secara lintas program dan lintas secara sektoral.
5) Wadah kegiatan PKMD adalah lembaga ketahanan masyarakat desa
(LKMD) sesuai surat keputusan presiden nomor 28 tentang
penyempurnaan dan penetapan fungsi lembaga swadaya desa
menjadi LKMD. Maka pada dasarnya LKMD merupakan wadah
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa
6. Mekanisme pembinaan peran serta masyarakat dalam PKMD
Untuk mengenal masalah dan kebutuhan mereka sendiri, masyarakat
mendapatkan bimbingan dan motifasi dari puskesmas yang bekerja
sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan. Dalam hal ini masalah
dan kebutuhan masyarakat tidak mungkin diatasi sendiri, maka
pelayanan langsung diberikan oleh puskesmas dan atau sektor yang
bersangkutan. Bagian dari mekanisme pemetaan PKMD dapat dilihat
sebagai berikut:

15
PONED Dan PONEK
PONED adalah pelayanan kegawat daruratan obstetric neonatal ensesial
dasar, yang dilakukan pada tingkat pelayanan primer. Komponen didalam
poned adalah agar pada tingkat pelayanan primer mampu memberikan
pertolongan kegawat daruratan pada kasus:
a. Infeksi nifas
b. Perdarahan Post partum
c. Preeklamsia dan Eklamsia
d. Distosia bahu dan extrasi fakum
e. Resusitasi neunatus

Pertongan pada kasus kegawatan obstetric neonatal secara tepat akan


mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Seperti setelah diketahui bahwa penyebab terbanyak kematian ibu ( 90% )
disebabkan oleh komplikasi obstetric, seperti preexlamsia/ exlamsia,
perdarahan, infeksi, dan partus macet. Untuk itulah departemen kesehatan
melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi serata mengupayakan pekayanan tersebut sedekat ,mungkin
pada ibu hamil. Dengan demikian upaya poned merupakan terobosan
pelayanan kesehatan pada ibu supaya pemerintah mampu mendekatkan
pelayanan kegawat daruratan obetetri pada masyarakat. Dengan cara itu
pemerintah mampu mencegah keterlambatan dalam pertolongan dan
keterlambatan dalam merujuk kasus-kasus kegawat daruratan obstetric dan
neonatal. Poned juga dilakukan dalam rangka upaya penyampaian 3 pesan
kunci Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu:

a. Setiap persalinan harus ditolong oleh tangan kesehatan terlatih


b. Setiap komplikasi obstetric mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan
terlatih
c. Setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

16
oleh karena itu didalam konsep poned setiap tenaga kesehatan diunit
pelayanan nkesehatan dasar, khususnya puskesmas rawat inap harus dapat
memberikan pelayanan yang trampil dalam pelayanan komplikasi obstetric
dan neonatal yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Adapun poned adalah pelayanan kegawat daruratan obstetric dan neonatal


emergency konprehensif. Artinya bahwa setiap tenaga kesehatan diunit
pelayanan menengah, khususnya rumah sakit tingkat kabupaten harus dapat
memberikan pelayanan yang terampil dalam penanganan kasus rujukan
komplikasi obstetric dan neonatal dari unit pelayanan dasar, sehingga tidak
terjadi keterlambatan pertolongan ditingkat pelayanan rujukan yang
seharusnya mampu menangani kasus-kasus komplikasi obstetric.

B. Konsep Keperawatan Komunitas


Komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia
sebagai bagian dari pengalaman yang saling terkait dengan keluarga, rumah,
serta sebagai ragam budaya dan agama (Erwin, 2002). Keperawatan
kesehatan komunitas adalah area pelayanan keperawatan profesional yang
diberikan secara holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) dan difokuskan pada
kelompok risiko tinggi yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
melalui upaya melibatkan komunitas sebagai mitra dalam menyelesaikan
masalah (Hithcock, Scubert & Thomas, 1999; Allender & Spradley, 2001,
Stanhope& Lancaster, 2016)
Praktik keperawatan komunitas adalah sintesis praktik keperawatan
dan praktik kesehatan masyarakat, diaplikasikan dalam peningkatan dan
pemeliharaan kesehtan masyarakat (populasi), menggunakan ilmu yang
berasal darikeperawatan, sosial, dan kesehatan masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2016). Lingkup praktik keperawatan komunitas adalah generalis
dan spesialis. Praktik keperawatan generalis bertujuan memberikan asuhan
keperawatan komunitas dasar (basic community) dengan sasaran individu,
keluarga, dan kelompok untuk beberapa aspek keterampilan dan dasar
(beginning skill). Sedangkan praktik keperawatan spesialis bertujuan

17
memberikan asuhan keperawatan komunitas lanjut (advanced nursing
community) dengan sasaran kelompok (agregat) dan masyarakat serta
masalah individu dan keluarga yang kompleks.
1. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah mempertahankan sistem klien
dalam keadaan stabil melalui upaya prevensi primer, sekunder, dan
tersier (Pacala,2007;Wallace, dalam Allender; Rector; & Warner,
2014). Adapun penjelasan mengenai upaya prevensi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Prevensi Primer
Prevensi Primer ditunjukkan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah promosi kesehatan dan perlindungan
spesifik agar terhindar dari masalah/penyakit. Contohnya adalah
memberikan imunisasi pada balita, pemberian vaksin, serta
promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Prevensi Sekunder
Prevensi Sekunder ditunjukkan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang beresiko mengalami masalah
kesehatan. Bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah
pelayanan/ asuhan keperawatan mencakup identifikasi kesehatan,
melakukan penganggulangan masalah kesehatan secara tepat dan
cepat, upaya penemuan penyakit sejak awal (skrining kesehatan),
pemeriksaan kesehatan berkala, serta melakukan rujukan terhadap
masyarakat yang memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.
c. Prevensi Tersier
Prevensi Tersier ditunjukkan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat pada masa pemulihan setelah mengalami masalah
kesehatan. Bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah upaya
rehabilitasi pasca perawatan di fasilitastatanan pelayanan
kesehatan lain untuk mencegah ketidakmampuan,

18
ketidakberdayaan atau kecacatan lebih lanjut. Contoh tindakan
yang dilakukan adalah melatih rentang pergerakan sendi/rangeof
motion (ROM) pada klien pasca stroke, atau melakukan kegiatan
pemulihan kesehatan pasca bencana.
Perawatan komunitas harus dapat memahami tiga upaya prevensi
di atas. Untuk lebih memahami pelaksanaannya berikut penjelasan
konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) yang ada
di Indonesia.
2. Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di
Indonesia
Keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) atau Community Healt
Nursing (CHN) yang lebih dikenal di Indonesia sebagai Public Healt
Nursing (PHN). Menurut Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan UKKM PKM, Perkesmas adalah pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara Ilmu
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang ditunjukkan pada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi. Upaya
pencapaian dan peningkatan derajat kesehatan yang optimal dilakukan
melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(peventif) di semua tingkat pencegahan (level of prevention) dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Tujuan pelayanan Perkemas adalah meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan
masyarakat yang optimal. Pelayanan keperawtan diberikan secara
langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang sehat-sakit dengan
mempertimbangkan seberapa rumit maslah kesehatan masyarakat
mempengaruhi individu, keluarga, dan kelompok maupun masyarakat.
Sasaran Perkesmas adalah seluruh sistem klien mencakup individu,
keluarga, kelompok berisiko tinggi termasuk kelompok/masyarakat di

19
daerah kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau
pelayanan kesehatan.
Ciri-ciri dari pelayanan Perkesmas menurut Hithcock, Scubert &
Thomas, (1999); Allender, Rector, & Warner, (2014), Stanhope &
Lancaster (2016) adalah:
a. Perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat
b. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
c. Fokus intervensi keperawatan pada pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan primer.
d. Adanya kemitraan perawat Perkesmas dengan klien dalam upaya
kemandirian klien
e. Memerlukan kolaborasi multidisiplin dan melibatkan peran serta
klien secara aktif
f. Terjadi proses alih peran dari perawat Perkesmas kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, masyarakat) hingga terjadi
kemandirian.

Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu,


keluarga, kelompok, komunitas/masyarakat yang mempunyai
masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan,
maupun ketidak mampuan dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya. Ketidaktahuan merupakan suatu kondisi saat
masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup
mengenai masalah kesehatan dan cara penanganannya.
Ketiidakmauan berhubungan dengan tidak adanya kesadaran atau
sikap yang positif dari masyarakat mengenai tindakan atau aktivitas
yang mendukung kesehatan. Ketidakmampuan terjadi saat
masyarakat telah memiliki pengetahuan dan kesadaran namun
belum mampu melakukan tindakan atau aktivitas yang mendukung
kesehatan akibat kurangnya dukungan sarana. Contohnya, ibu hamil
yang telah memiliki pengetahuan mengenai pemeriksan kehamilan

20
secara teratur dan sudah memiliki kemauan untuk memeriksakan
kehamilan namun belum mampu memeriksakan kehamilan ke
Puskesmas karena tidak punya uang transport.

Prioritas sasaran pelayanan keperawatan komunitas adalah


komunitas yang mempunyai masalah kesehatan:

1) Daerah yang belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan


(Puskesmas serta jaringannya)
2) Daerah yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
tetapi memerlukan tindak lanjut keoerawatan di rumah.

Sistem klien sebagai sasaran Perkesmas terdiri dari:

a. Sasaran Individu
Individu meliputi balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia
lanjut, penderita penyakit menular dan tidak menular antara lain
TB paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
ISPA/Pneumonia, dan penderita penyakit degeneratif.
b. Sasaran Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk risiko (at risk);
rentan terhadap maslah kesehatan (vulnerable group) atau risiko
tinggi (high risk group) dengan prioritas:
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum
mempunyai kartu sehat;
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi, penyakit menular
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana

21
pelayanan kesehatan atau tindak lanjut perawatan di rumah
pasca rawat.
c. Sasaran Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang
beresiko atau rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik
yang terkait maupun tidak terkait dalam suatu institusi. Prioritas
sasaran kelompok adalah:
1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain Posyandu, kelompok balita, kelompok
ibu hamil, kelompok usia lanjut, kelompok penderita
penyakit tertentu, kelompok pekerja inform
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi
antara lain: sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia
lanjut, rumah tahanan, lembaga permasyarakatan.
d. Sasaran Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada:
1) Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai jumlah bayi meninggal lebih tinggi
dibandingkan daerah lain, jumlah penderita penyakit tertentu
lebih tinggi dibandingkan daerah lain, cakupan pelayanan
kesehatan lebih rendah dari dari daerah lain;
2) Masyarakat didaerah endemik penyakit menular (Malaria,
diare, demam berdarah, dll) masyarakat dilokasi/barak
pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya;
3) Masyarakat didaearah dengan kondisi geografi sulit antara
lain daerah terpencil atau daerah perbatasan
4) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan transportasi
sulit seperti daerah transmigrasi.

22
Pelayanan perkesmas dapat di berikan secara langsung pada semua tatanan
pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Unit pelayanan kesehatan ( rumah sakit, puskesmas, dll) yang


mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap termasuk pelayanan
keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan
obat.
b. Rumah
Perawat homecare memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran
homecare dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mempunyai risiko masalah kesehatan.
c. Sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sehari ( day care) atau
sesaat di berbagai institusi pendidikan ( TK, SD, SMP, SMA, Perguruan
Tinggi ) dengan sasaran siswa/ i, mahasiswa/i, serta karyawan lingkup
sekolah. Perawat sekolah melaksanakan program skrining kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan dalam asuhan
keperawatan yang holistic.
d. Tempat kerja/industry
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industry,
pabrik, dll. Contoh pelayanan yang di lakukan dapat berupa pemberian
pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi
seimbang, penurunan stress,olahraga dan penanganan perokok, serta
pengawasan makanan.
e. Barak/ kelompok penampungan
Pelayanan dan asuhan keperawatan di berikan kepada kelompok lansia
di penampungan, gelandangan, anak jalanan, pemulung/ pengemis,
kelompok penderita HIV dan WTS. Perawat memberikan tindakan
perawatan langsung terhadapm kasus akut, penyakit kronis, dan
kecacatan ganda, dan mental.

23
f. Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling di berikan kepada
individu, kelompok masyarakat di pedesaan dan kelompok terlantar.
Pelayanan keperawatan yang di lakukan adalah skrining kesehatan,
asuhan keperawatan pada kasus penyakit akut dan kronis termasuk
pengobatan sederhana sesuai dengan program Puskesmas, pengelolaan
dan rujukan kasus penyakit.
g. Di panti atau kelompok khusus lain seperti panti asuhan anak, Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW), dan panti sosial lainnya serta rumah
tahanan atau lembaga pemasyarakatan. Pelayanan dan asuhan
keperawatan yang di berikan terkait masalah kesehatan atau risiko
terjadi masalah kesehatan pada tahanan tersebut. Contohnya penyakit
kulit pada lansia dip anti, kebersihan diri, serta deficit keperawatan diri.
h. Komunitas/ masyarakat ( RT,RW, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten).
Pelayanan dan asuhan keperawatan di tujukan pada kelompok risiko
yakni pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, remaja,
lansia mendapat perlakuan kekerasan.
i. Pelayanan keperawatan wisata seperti pelayanan keperawatan di pantai.

Kegiatan Perkesmas berdasarkan Pemenkes RI no. 75 tahun 2014 tentang


Puskesmas terkait kegiatan Perkesmas meliputi kegiatan di dalam maupun
di luar gedung Puskesmas baik upaya kesehatan perorangan (UKP) dan atau
upaya kesehatan masyarakat(UKM).

1) Kegiatan dalam gedung Puskesmas


Merupakan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat yang di
lakukan di ruang rawat jalan dan ruang inap, yang meliputi:
a) Penemuan kasus baru pada pasien rawat jalan.
b) Pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan berbagai
terapi modalitas keperawatan, dan terapi komplementer.

24
c) Penyuluhan/ pendidikan kesehatan.
d) Pemantauan keteraturan berobat.
e) Pelayanan konseling keperawatan.
f) Pemberian intervensi yang merupakan tugas limpah sesuai
pelimpahan kewenangan yang di berikan dan atau prosedur yang
telah ditetapkan.
g) Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di
gedung Puskesmas (kenyamanan, keamanan, komunikasi
terapeutik).
h) Rujukan kasus/ masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain di
Puskesmas.
i) Dokumentasi keperawatan.
2) Kegiatan luar gedung Puskesmas
Perawat melakukan kunjungan ke keluarga/ kelompok/ masyarakat
untuk melakukan asuhan keperawatan di individu/ keluarga/ kelompok/
masyarakat. Asuhan keperawatan individu dalam konteks keluarga dan
asuhan keperawatan keluarga, akan di jelaskan terpisah di bagian lain.
Berikut akan di jelaskan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
khusus dan masyarakat binaan, yaitu:
a) Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus
Merupakan asuhan keperawatan pada kelompok masyarakat rawan
kesehatan yang memerlukan perhatian khusus, baik dalam suatu
institusi maupun non institusi. Kegiatannya meliputi:
i. Identifikasi faktor risiko terjadinya masalah kesehatan di
kelompok.
ii. Pemberian asuhan keperawatan langsung pada penghuni yang
memerlukan keperawatan dengan menerapkan terapi
keperawatan dan terapi komplementer.
iii. Pendidikan/ penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan.

25
iv. Pembentukan, bimbingan dan memantau kader-kader
kesehatan sesuai jenis kelompoknya dan memberikan motivasi
kepada kader.
v. Pendokumentasian keperawatan dan lain-lain.
b) Asuhan keperawatan masyarakat di daerah binaan
Merupakan asuhan keperawatan yang ditunjukkan pada masyarakat
yang berisiko, rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan. Kegiatannya antara lain meliputi
kegiatan kunjungan ke daerah binaan untuk :
i. Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi disuatu daerah
dengan masalah spesifik.
ii. Pemberian asuhan keperawatan disuatu daerah sesuai
dengan hasil identifikasi.
iii. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui kegiatan
memotivasi masyarakat untuk membentuk upaya kesehatan
berbasis masyarakat
iv. Pendidik/penyuluhan kesehatan masyarakat
v. Pemberian advokasi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang optimal.
vi. Pembentukan kelompok swabantu
vii. Pembentukan, pengembangan dan pemantauan kader-kader
kesehatan dimasyarakat dan meningkatkan motivasinya.
viii. Pelaksanaan dan monitoring kegiatan PHBS
ix. Peningkatan jejaring kerja melalui kemitraan
x. Pendokumentasian keperawatan

26
3. Strategi Intervensi Keperawatan
Pelayanan keperawatan komunitas yang diberikan seyogyanya
memperhatikan strategi intervensi keperawatan komunitas agar tujuan
yang diharapkan dapat tercapai, berikut uraiannya :
a. Proses Kelompok
Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas yang dilakukan dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat (melalui pembentukan peer atau social support
berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat). Perawatan
komunitas dapat membentuk kelompok baru atau bekerja sama
dengan kelompok yanag telah ada (Stanhope & Lancaster, 2016).
Proses kelompok ini dilakukan dengan membentuk kelompok dari-
oleh-untuk masyarakat yang memperhatikan kesehatan
diwilayahnya sehingga dapat secara mandiri mengatasi masalah
yang muncul di masyarakat. Sehingga suatu intervensi, kelompok
bisa menjadi cost efficient treatmentdengan hasil terapeutik yang
positif (Snyder & Lindquist, 2009)
Pengaruh positif strategi intervensi dengan proses kelompok
meliputi:
1) Membangun harapan ketika anggota kelompok menyadari
bahwa ada orang lainyang telah menghadapi atau berhasil
menyelesaikan masalah yang sama
2) Universalitas dengan menyadarai bahwa dirinya tidak sendiri
menghadapi masalah yang sama
3) Berbagi informasi
4) Altruisme dan saling membantu
5) Koreksi berantai atau berurutan, hubungan yang paralel terjadi
dalam kelompok dan dalam keluarga
6) Pengembangan teknik sosialisasi
7) Perilaku imitatif dari pemimpin kelompok

27
8) Katarsis, ketika anggota belajar untuk mengekspresikan
perasaan secara tepat
9) Faktor-faktor eksistensial ketika anggota kelompok menyadari
bahwa hidup kadang tidak adil dan setiap orang harus
bertanggung jawab terhadap cara hidup yang telah ditempuh
(Yalom, 1983; dalam Hitchock, Schubert Thomas, 1999).

Adapun tahapan dalam proses kelompok meliputi:

a. Fase Awal (Initiative phase)


1) Tingkat kepercayaan terhadap kelompok
2) Tentukan tujuan yang spesifik dan ketua kelompok
3) Perlu ditentukan batasan, pengertian, maksud, tujuan,
strategi intervensi & kapan tujuan dapat tercapai.
4) Ketua bertanggung jawab meyakinkan kelompok tentang
peran, norma dan tujuan kelompok.
b. Fase Kerja (Work phase)
1) Kelompok mengembangkan keeratan (cohesiveness) untuk
dapat berfungsi sebagai tim dan berupaya mencapai tujuan
kelompok.
2) Menyelesaikan konflik yang timbul akibat adanya
perselisihan/perbedaan pendapat
3) Penyelesaian masalah dan pembuatan perubahan
4) Membuat keputusan kelompok bisa melalui keputusan
ketua kelompok, voting atau konsensus
c. Fase Akhir (Termination phase)
1) Terminasi dilakukan jika tujuan sudah tercapai atau sesuai
waktu yang ditentukan.
2) Kelompok mengevaluasi tercapainya tujuan dan
menetapkan rencana tindak lanjutnya
3) Lakukan diskusi dengan kelompok untuk mengekspresikan
perasaan (Express Feeling).

28
b. Promosi Kesehatan
Berbagai bentuk dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Diseminasi informasi
Salah satu bentuk dari desiminasi informasi adalah pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam
rangka promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran
informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk
berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2016). Pendidikan
kesehatan umumny bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi ketidakmampuan dan merupakan upaya untuk
mengaktualisasikan potensi kesehatan dari individu, keluarga,
komunitas dan masyarakat.diseminasi bertujuan untuk
mengubah sikap,keyakinan dan perilaku masyarakat melalui
pemberian informsi serta memunculkan kesadaran bahwa suatu
masalaah yang timbul dapat diatasi. Contohnya pemasangan
informasi, pemberian via televisi tentang upaya menghentikan
kebiasaan merokok; pembuatan brosur untuk kontrol berat
badan, memasukkan artikel tentang kebugaran di surat kabar.
b) Pengkajian dan pembinaan
Mendorong seseorang agar mengurangi faktor resiko dan
mengadopsi gaya hidup sehat. Contohnya melakukan penilaian
terhadap resiko kesehatan (memperkirakan resiko penyakit
berdasarkan riwayat medis, pemeriksa : fisik dan lain-lain),
mengadakan lomba atau kompetisi penampilan sesuai indikator
sehat.
c) Modifikasi gaya hidup (Life Stile Modification)
Membantu klien bertanggung jawab atas kesehatan sendiri dan
membuat perubahan perilaku yang sesuai untuk meningkatkan
kualitas kehidupan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam memodifikasi gaya hidup diantaranya perubahan situasi,
tersedianya pengetahuan & ketrampilan untuk melaksanakan

29
dan meneruskan perubahan, hasil yang akan diperoleh dari
perilaku baru, serta adanya dukungan fisik & sosial untuk
merubah perilaku.
d) Penata lingkungan (Environmental Restructuring)
Kegiatan ini mencakup kegiatan penyediaan atau penataan
faktor pendukung untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan
dan peningkatan perilaku. Lingkungan yang ditata mencakup
lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi misalnya mengatur
kenyamanan dan keamanan fisik, mengindarkan terjadi
pencernaan air minum, menciptakan keterpaduan kelompok,
dan menetapkan penyediaan koperasi.
c. Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan atau wermenempot adalah suatu kegiatan
keperawatan komunitas dengan melibatkan masyarakat secra aktif
untuk menyelesaikan masalah yang ada di komunitas, masyarakat
sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Hitchock, Shubert &
Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2016). Pemberdayaan adalah
keseluruhan upaya untuk meningkatkan kontrol dalam pengambilan
keputusan untuk meningkatkan kontrol dalam pengambilan
keputusan pada level individual, keluarga, komunitas dan
masyarakat (Nies & McEwen, 2015). Perawat dapat menggunakan
strategi pemberdayaan untuk membantu masyarakat
mengembangkan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah,
menciptakan jejaring, negosiasi, lobbyingdan mendapatkn informasi
untuk meningkatkan kesehatan (Nies & McEwen, 2015).
Labonte (1994) dalam Stanhope & Lancaster (2016)
menyebutkan terdapat lima area pemberdayaan yaitu interpersonal
(personal empowerment), intragroup (small group development),
intergroup (komunitas), interorganizational (coalitiona building),
dan political action. Pemberdayaan dengan model multilevel seperti

30
ini memungkinkan perawat komunitas melakukan intervensi dalam
cakupan mikro dan makro.
Proses pemberdayaan masyarakat memiliki tahapan yang meliputi:
a) Tahap persiapan (Enggement)
Pada tahap Enggement dilakukan persiapan awal atau entry point
proses pemberdayaan yang meliputi persiapan sumber daya
manusia, sarana serta lingkungan. Persiapan yang dilakukan
meliputi:
1) Persiapan tenaga pemberdaya; Tahap ini ditujukkan ntuk
menyamakan persepsi dan pengetahuan antara anggota
terutama jika tenaga petugan memiliki latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda.
2) Persiapan lapangan; pada tahapan ini perawat melakukan
pengkajian kelayakan pada daerah yang akan dijadikan
sasaran baik secara formal maupaun informal. Selain itu,
pada tahap ini, perijinan juga dilakukan. Akses relasi dengan
tokoh informal juga penting untuk dilakukan agar terjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat.
b) Tahap Pengkajian (Assesment)
Pengkajian dapat dilakukan terhadap individu (tokoh masyarakat)
atau kelompok-kelompok masyarakat dengan menggunakan
metode focus groupdiscussion, curah pendapat atau nominal
group proces. Perawat komunitas melakukan identifikai masalah
mengenai kebutuhan masyarakat. Masyarakat mulai dilibatkan
secara aktif agar permasalaahn yang dirasakan masyarakat benar-
benar berasal dari masyarakat sendiri. Setelah mendapatkan
permasalaahn, perawat memfasilitasi masyarakat dalam
menyususn prioritas masalah akan ditinjaklanjuti.
c) Tahap Perencanaan Kegiatan (Designing)
Perawat komunitas melakukan penyusunan perencanaan program
pemberdayaan masyarakat pada tahap designing.

31
Perencanaan program dilakukan aktif bersama partisipasi
masyarakat. Masyarakat tidak hanya dituntut untuk mengetahui
permasalahan dan kebutuhannya namun juga bekerja saama
dengan perawat untuk menyusun penanganan yang tepat dan
sesuai.
Diskusi dilakukan perwalian masyarakat dan perawat mengenai
alternatif program dan tujuan yang ingin dicapai yang dapat
dilakukan oleh masyarakat dalam proses pemberdayaan. Perawat
bertugas sebagai fasilitator yang membantu masyaraakat
berdiskusi bersama mengenai rencana program dan
menuangkannya dalam bentuk tertulis seperti penyusunan
proposal.
d) Tahap Implementasi (Pelaksanaan Program)
Tahap implementasi merupakan tahap pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat. Proses implementasi yang baik harus
dilandasi kerjasama yang baik antara perawat dan masyarakat dan
masyarakata maupun antar masyaarakat. Hal ini ditunjukkan agar
proses pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.
e) Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan sebagai proses pengawasan dari masyarakat
dan perawat terhadap program yang sedang dijalankan. Pada
tahap evaluasi, warga harus dilibatkan agar terbentuk
pengawasan secara internal dan dalam rangka memandirikan
masyarakat dengan memanfaatkan sumber dayaa yang ada.
Evaluasi diharapkan dapaat memberikan umpan balik yang
berguna bagi perbaikan program.
f) Tahap Terminasi (disengngement)
Pada tahap terakhir ini terjadi ‘pemutusan’ hubungan secara
formal dengan komunitas. Hal ini dilakukan karena masyarakat
telah mampu secara mandiri atau telah mencapai waktu yang

32
ditetapkan sebelumnya. Proses terminasi tidak serta merta
dilakukan secara mendadak namun harus bertahap. Sehingga jika
perawat belum menyelesaikan dengan baik maka kontak dengan
masyarakat tetap dilakukan namun tidak secara rutin dan
akhirnya perlahan-lahan dikurangi kontrak dengan komunitas
sasaran.
d. Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat) untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan
atas kesepakatan prinsip dan peran masing-masing (Depkes, 2006).
Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif
antara perawat komunitas, masyarakata, maupun lintas sektor dan
program. Bentuk kegiatannya adalah kolaborasi, negosiasi dan
sharing dilakukan untuk saling menguntungkan (Stanhope &
Lancaster, 2016; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999)
Partnership adalah intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk
kerjasama dengan pihak terkait untuk membina, mengawasi, dan
mencegah permasalahan komunitas (Ervin, 2002). Pihak yang dapat
dilibatkan dalam partnershipadalah pemerintah (Dinas Kesehatan ,
Dinas Pendidikan, Kelurahan), Lembaga Swadaya
Masyarakat/LSM dan pihak swasta. Bentuk kegiatan tersebut dapat
kerjasama dan dukungan dari pihak yang diajak kerjasama. Program
dapat berasal dari pihak yang diajak kerjasama atau perawat.
Aktivitas kemitraan dapat membantu perawat dalam mengubah
komunitas risiko tinggi kedalam realitas komunitas yang berarti.
Kemitraan dapat terjadi jika perawat dapat memenuhi tanggung
jawab profesionalnya untuk :

33
a) Mengidentifikasi dan menetapkan hubungan dengan klien
b) Kolaborasi dengan komunitas dan pimpinan poliyik,wakil dari
pengguna, profesi dari bidang lain dan perawat atau pekerja
kesehatan (healt car worker)
c) Mempertahankan jaringan untuk memfasilitasi perubahan
informasi dan berbagi kekuatan dalam sistem kesehatan.
d) Menjadi advokad bagi klien utama dikomunitas.

Jenis dari kemitraan meliputi :

a) Kerjasama dengan konsumen (Consumery Advocacy)


Consumery Advocacy merupakan bentuk partnership yang
terjadi jika melihat kebijakan sumber pelayanan kesehatan
prioritas tertinggi ditunjukkan untuk kebutuhan klien.
Consumery Advocacy juga diartikan sebagai upaya pemecahan
masalah lebih lanjut jika penyelesaian konflik tidak konsisten
dengan keinginan klien. Perawat diharapkan melakukan
advokasi jika kebutuhan kelompok berisiko tidak tersedia
didalam program atau didalam sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan
penyediaan dana, penyediaan waktu dari profesi lain.
Keterlibatan klien dalam proses advokasi sangat penting.
b) Multidisiplin kolaborasi sangat efektif untuk mengidentifikasi
dan mengkaji resiko kesehatan di masyarakat yaitu:
1) Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas
2) Menentukan populasi yang beresiko sakit, cacat, dan
kematian
3) Merencanakan program dan mengalokasikan sumber
4) Mengidentifikasi isu-isu penelitian
c) Membangun Jejaring (Networking)
1) Mengumpulkan informasi tentang kebutuhan (why) dan
cara (how). Menurunkan resiko kesehatan di masyarakat

34
dan dapat memfasilitasi perawat untuk masuk ke
masyarakat dan mengembangkan kerjasama komunitas.
2) Meningkatkan dan mempertahankan hubungan kerjasama
dengan profesi lain dan memfasilitasi terjadinya tipe
kerjasama perawat dengan klien maupun keejasama
dengan multidisiplin.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan bagian integral dari proses
keperawatan yang berdasarkan pada ilmu keperawatan, yang ditunjukkan
langsung kepada masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan dan
rehabilitasi. Proses asuhan keperawatan komunitas adalah metode asuhan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien individu, keluarga, serta
kelompok melalui tahapan pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan intervensi, dan evaluasi keperawatan (Stanhope & Lancaster,
2016).
a. Pengkajian keperawatan komunitas
Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Anderson & MC.
Farlane, 2011). Pengkajian komunitas dilakukan dengan
mengaplikasikan beberapa teori dan konsep model keperawatan yang
relevan. Informasi atau data ini dapat diperoleh secara langsung atau
tidak langsung di komunitas.
1) Jenis data komunitas
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu
dikumpulkan meliputi data :

35
a. Data inti komunitas
Data inti komunitas yang dikaji terdiri dari :
1) Sejarah/riwayat (riwayat daerah ini, perubahan daerah ini)
2) Demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis)
3) Tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok)
4) Status perkawinan (kawin, janda/duda, single)
5) Statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia dan
penyebab kematian)
6) Nilai-nilai dan keyakinan, dan agama
b. Data subsistem komunitas
Data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian
komunitas meliputi :
1) Lingkungan fisik : kualitas air, pembuangan limbah, kualitas
udara, flora, ruang terbuka, perumahan, daerah hijau, musim,
binatang, kualitas makanan dan akses.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan dan sosial perlu dikaji di komunitas :
puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen
pelayanan kesehatan di rumah, pusat emergency, rumah
perawatan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan kesehatan
mental, apakah ada yang mengalami sakit akut dan kronis.
3) Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi meliputi
karakteristik keuangan keluarga dan individu, status
pekerjaan, kategori pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak
bekerja, lokasi industri, pasar dan pusat bisnis.
4) Transportasi dan keamanan
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan
keamanan meliputi alat transportasi penduduk datang dan
keluar wilayah, transportasi umum (bus, taxi, angkot, dll dan

36
transportasi privat (sumber transportasi, transportasi untuk
menyandang cacat). Layanan perlindungan kebakaran
meliputi perlindungan kebakaran dan polisi, sanitasi, dan
kualitas udara.
5) Politik dan pemerintahan
Data yang perlu dikumpulkan meliputi : pemerintahan (RT,
RW, desa/kelurahan, kecamatan, dsb). Kelompok pelayanan
masyarakat (posyandu, PKK, karangtaruna, posbindu,
poskesdes, panti, dll). Politik (kegiatan politik yang ada di
wilayah tersebut, dan peran peserta partai politik dalam
pelayanan kesehatan).
6) Komunitas data yang terkait
Data yang dikumpulkan terkait dengan komunikasi dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1) Komunikasi formal
meliputi surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet, dan
hotline, 2) Komunikasi informal meliputi : papan
pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari masjid, dll.
7) Pendidikan
Data terkait dengan pendidikan meliputi sekolah yang ada di
komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan khusus,
pelayanan di sekolah, program makan di sekolah, akses
pendidikan yang lebih tinggi.
8) Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu dikumpulkan meliputi
: taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan
privat, fasilitas khusus.
c. Data persepsi yang dikaji meliputi :
1) Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu
bagaimana perasaan masyarakat tentang kehidupan
bermasyarakat yang diraskan di lingkungan tempat tinggal

37
mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan,
tanyakan pada masyarakat kelompok yang berbeda (misalnya,
lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah tangga, dll).
2) Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pertanyaan umum tentang kondisi
umum tentang kondisi umum dari masyarakat apa yang
menjadi kekuatan, apa masalahnya/potensional masalah yang
dapat diidentifikasi.
Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang
didapat dengan cara: 1) survei epidemologi; 2) pengamatan epidemologi;
3) dan skrining kesehatan. Sedangkan pada data sekunder, data didapatkan
dari data yang sudah ada sebelumnya. Sumber data sekunder didapat dari:
1) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, puskesmas, atau
balai pengobatan
2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya Kementrian
Kesehatan, Dinas Kesehatan, atau Biro Pusat Statistik.
3) Absensi sekolah, industri, dan perusahaan
4) Secara internasional, data dapat diperoleh dari data WHO, seperti:
laporan populasi dan statistik vital, population bulletin, dll.

Data yang dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas dapat


diperoleh dengan metode wawancara, angket, observasi dan pemeriksaan.
Setelah data terkumpul, analisis data komunitas dapat dilakukan dalam
beberapa tahap yaitu kategorisasi, ringkasan, perbandingan, dan
kesimpulan.

1. Kategorisasi. Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara.


Pengkategorian data pengkajian komunitas diantaranya: a)
karakteristik demografi (komposisi keluarga, usia, jenis kelamin, etnis
dan kelompok ras); b) karalteristik geografis (batas wilayah, jumlah
dan besarnya kepala keluarga (KK), ruang publik dan jalan); c)
karakteristik sosial-ekonomi (pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat

38
pendidikan, dan pola kepemilikan rumah); d) sumber dan pelayanan
kesehatan (rumh sakit, puskesmas, klinik, pusat kesehatan mental, dll).
2. Ringkasan. Setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas
berikutnya adalah meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan
ringkasan disaajikan dalam benetuk ukuran seperti jumlah, bagan dan
grafik.
3. Perbandingan adalah melakukan analisis data meliputi identifikasi
kesenjangan data dan ketidaksesuaian. Data pembanding sangat
diperlukan untuk menetapkan pola atau kecenderungan yang ada atau
jika data tidak benar dan perlu revalidasi yang membutuhkan data asli.
Perbedaan data dapat terjadi karena dapat keslahan pencatatan data.
Contoh perbandingan dapat dilakukan dengan menggunakan data hasil
pengkajian komunitas dan membandingkannya dengan data lain yang
sama yang merupakan standar yang ditetapkan untuk suatu wilayah
kabupaten/kota, atau provinsi atau nasional. Misal terkait dengan
angka kematian bayi/IMR disuatu wilayah dibandingkan IMR standar
pada tingkat kabupaten/kota.
4. Membuat kesimpulan. Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat
kategori, ringkasan, dan dibandingkan, maka tahap akhir adalah
membuat kesimpulan secara logis dari peristiwa yang kemudian
dibuatkan pernyataan penegakan diagnosis keperawatan komunitas.
2. Sesuai hasil munas IPKKI 2 di Yogyakarta ditetapkan formulasi diagnosis
keperawatan menggunakan ketentuan diagnosis keperawatan NANDA
(2015-2017) dan ICMP. Formulasi dagnosa tersebut digunakan tanpa
menuliskan etiologi. Penulisan tersebut dengan label diagnosis sesuai
dengan NANDA (2015-2017). Mencakup diagnosis aktual, promosi
kesehatan/sejahtera atau resiko.
3. Perencanaan Keperawatan Komunitas
Perencanaan yang disusun dalam keperawatan kesehatan komunitas
berorientasi pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeloiharaan

39
kesehatan, dan management krisis dalam menyusun perencanaan
keperawatan kesehatan komunitas melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan prioritas
penetapan prioritas masalah perlu melibatkan masyarakat/komunitas
dalam suatu pertemuan musyawarah masyarakat. Masyarakat atau
komunitas akan memprioritaskan masalah yang ada dengan bimbingan
atau arahan perawat kesehatan komunitas. Perawat dalam menentukan
prioritas masalah memperhatikan 6 kriteria yaitu:
1) Kesadaran masyarakat akan masalah
2) Motivasi masyarakat untukmenyelesaikan masalah
3) Kemampuan perawat daam mempengaruhi penyelesaian masalah.
4) Ketersediaan ahli atau pihak terkait terhadap solusi masalah
5) Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan.
6) Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat
dicapai (Stanhope & Lancaster, 2016)
b. Menetapkan sasaran (Goal)
Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, langkah selanjutnya
adalah menetapkan sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam
pelayanan kesehatan sasaran adalah pernyataan situasi kedepan, kondosi
atau status jangka panjang dan belum bisa diukur. Berikut ini adalah
contoh dari penulisan sasaran:
1) Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi
2) Memperbaiki komunikasai antara orang tua dan guru
3) Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan arah
4) Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler
c. Menetapkan Tujuan (Objeptif)
Tujuan adalah pernyataan hasil yang diharapkan dan dapat diukur,
dibatasi waktu berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan
karakteristik dalam penulisan tujuan:
1) Menggunakan kata kerja

40
2) Menggambarkan tingkah laku ahir,kualitas penampilan, kuantitas
penampilan, bagaimana penampilan diukur
3) Berhubungan dengan sasaran (Goal)
4) Adanya batas waktu. Penulisan tujuan mengacu pada
(Nursing Outcome Classification (NOC)
d. Menetapkan Rencana Intervensi
Dalam penetapan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas,
maka harus mencakup:
1) Hal apa yang akan dilakukan
2) Waktu atau kapan melakukannya
3) Jumlah
4) Target atau siapa yang menjadi sasaran
5) Tempat atau lokasi
Hal yang perlu diperhatikan saat menetapkan rencana intervensi
meliputi:
1) Program pemerintah terkait dengan maslah kesehatan yang ada
2) Kondisi atau situasi yang ada
3) Sumber daya yang ada didalam dn diluar komunitas yang dapat
dimanfaatkan
4) Program yang lalu yang pernah dijalankan
5) Menekankan pada pemberdayaan masyarakat
6) penggunaan teknologi tepat guna
7) mengedepankan upaya promotif dan prefentif tanpa mengabaikan
upya kuratif dan rehabilitatif.
Penyusunan rencana keperawatan komunitas menggnakan integrasi
mengacu pada NIC
4. Implementasi keperawatan komunitas
Implementasi merupakan tahap kegiatan selanjutnya setelah perencanaan
kegiatan keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas.
Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal yang sangat penting dalam

41
implementasi keperawatan kesehatan komunitas adalah melakukan berbagai
tindakan yang berupa promosi kesehatan, atau mengatasi kondisi tidak
sehat, mencegah penyakit dan dampak pemulihan pada tahap implementasi
ini perawat tetap fokus pada program kesehatan masyarakat yang telah
ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi keperawatan
komunitas memiliki beberapa strategi implementasi diantaranya proses
kelompok, promosi kesehatan, dan kemitraan (patnership).
5. Evaluasi Keperawatan Komunitas
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis
mengenai suatu kebijakan, program kegiatan berdasarkan informasidan
hasil analisis dibandingkan terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan
keberhailannya untuk keperlun pemangku kepentingan.
a. Jenis-jenis Evaluasi menurut waktu
1) Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program yang
bertujuan memperbaikipelaksanaan program dan kemungkinan
adanya temuan utama berupa berbagai masalah dalampelaksanaan
program.
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudaah
selesai, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan
temuan utama berupa pencapaian apa saja dari pelaksanaan program.
b. Prinsipprinsip evaluasi meliputi:
1) Penguatan program.
2) Menggunakan berbagai pendekatan.
3) Desain evaluasi untuk kriteria penting dikomunitas.
4) Menciptakan proses partisipasi.
5) Diharapkan lebih fleksibel
6) Membangun kapasitas
c. Proses evaluasi meliputi
1) Menentukan tujuan evaluasi

42
2) Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3) Mendiskusikan rencana evaluasi
4) Menentukan pelaku evaluasi
5) Melaksanakan evaluasi
6) Mendeseminasikan hasil evaluasi
7) Mengunakan hasil evaluasi
d. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:
1) Relevansi (revance):
Apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
2) Keefektifan (effektifeness)
Apakah tujuan program dapat tercapai?
3) Efisisensi (efficiency)
Apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling rendah?
4) Hasil (outcomes)
Apakah indikator tujuan program membaik?
5) Dampak (impact)
Apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
6) Keberlanjutan (sustainability)
Apakah perbaikan indikator terus berlanjut setelah program selesai?

43
BAB III

APLIKASI KEPERAWATAN KOMUNITAS/KELOMPOK

(LANSIA) DI RW XIX

A. Persiapan (Persiapan ke masyarakat dan persiapan teknis)


Mengurus perizinan kepada:
1. CI Puskesmas (Klinik)
2. Kader lansia desa Muktiharjo rw XIX Semarang
3. Ketua Lansia
4. Ketua RW XIX
B. Pelaksanaan (Tahap pengkajian, tahap perencanaan, tahap implementasi, dan
tahap evaluasi)
1. Tahap Pengkajian
a. Komunikasi Terapeutik
b. Orientasi
c. Menanyakan riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit keluarga
3) Riwayat penyakit masa lalu
2. Tahap Perencanaan
a. Komunikasi terapeutik (Pembukaan)
b. Observasi Tanda-tanda Vital sebelum dan sesudah
c. Lakukan terapi senam lansia
d. Lakukan terapi pijat refleksi kaki
3. Tahap Implementasi
a. Melakukan komunikasi terapeutik
b. Melakukan observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan
terapi
c. Melakukan terapi senam lansia

44
d. Melakukan terapi pijat refleksi kaki
4. Tahap Evaluasi
S : Respon klien
(Apa yang dirasakan klien terhadap kondisinya setelah dilakukan tindakan
yang diberikan)
O : Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik (Keadaan klien
yang dapat kita lihat, dan sebagai pendukung misal keadaan umum).
A : Analisis dan interpetasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi (masalah
potensial), serta perlu tindakan segera.
P : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan
termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium serta
konseling untuk tindak lanjut.

45
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Fasilitas Yankes Posyandu No. Reg


Nama Perawat Yang Kelompok 5 Tanggal 30 November 2018
Mengkaji pekerjaan
Nama Kelompok Kelompok 5 Alamat RT. 06 RW. 19
Keluragan
Muktiharjo Kidul

1. DATA DASAR ANGGOTA KELOMPOK


No Nama JK Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Keadaan
Umum
1. Ny. S P 58 S1 Pend. IRT Islam Jawa Composmentis
2. Ny. S P 71 - IRT Islam Jawa Composmentis
3. Ny. S P 59 S1 Pend IRT Islam Jawa Composmentis
4. Ny. E P 54 SLTA IRT Islam Jawa Composmentis
5. Ny. S P 53 SLTP IRT Islam Jawa Composmentis
6. Ny. Y P 51 SMEA IRT Islam Jawa Composmentis
7. Ny. S P 66 SD IRT Islam Jawa Composmentis

46
2. STATUS KESEHATAN ANGGOTA KELOMPOK
TTV Status Gizi Riwayat Alat Pola
Penyakit Bantu
Olahraga Tidur
Protesa
TD N RR S TB BB Konjungtiva -
(mmHg) (°C) (cm) (kg)
110/80 80 22 36,5 153 82 Tidak Asam - Jarang 11.00-
anemis urat 04.00
WIB
160/100 82 20 36,5 147 45 Tidak Asam - Seminggu 09.00-
anemis urat sekali 04.00
WIB
200/100 88 22 36,5 152 73 Tidak HT - Seminggu 02.00-
anemis sekali 04.00
WIB
170/100 80 21 36,6 151 63 Tidak HT - Seminggu 11.00-
anemis sekali 04.30
WIB
100/60 81 21 36,7 149 88 Tidak Asam - Seminggu 09.00-
anemis urat sekali 04.00
WIB
140/80 80 20 36.8 153 71 Tidak HT -
anemis
150/90 80 21 36,5 157 51 Tidak Asam -
anemis urat

47
Lanjutan
Analisa Masalah
Kesehatan
Tingginya angka
kejadian hipertensi
diwilayah RT. 06 RW.
19 Kelurahan Muktiharjo
Kidul

3. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN


No Uraian Pengkajian Penilaian Gambaran Kondisi
Ada Tidak
A. Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Yang
Tersedia Untuk
Kelompok
1. Posyandu  Sebulan sekali
2. Tenaga  Baik
Kesehatan Yang
Berpraktik
3. Puskesmas dan  Baik
Jaringnnya
4. Klinik  Baik
5. Rumah Sakit  Baik

48
B. Pelayanan
Kesehatan Yang
Dimanfaatkan Oleh
Kelompok
1. Makanan  Baik
Tambahan
2. Vitamin  Baik
Tambahan
3. Pelayanan  Baik
Kesehatan
C Fasilitas
Pendidikan
1. Fasilitas  Baik
Pendidikan Yang
Tersedia Untuk
Kelompok
a. Playgroup
Lanjutan
No Uraian Pengkajian Penilaian Gambar Kondisi
Ada Tidak
D Status Ekonomi
1. Sumbangan (asal  Klien mendapatkan uang dari anaknya.
sumber
pendapatan)
2. Jenis pekerjaan 
3. Rata-rata 
pendapatan
perbulan
E. Status Sosial
Budaya Spiritual

49
1. Saran ibadah  Baik
2. Kegiatan  Baik
keagamaan
3. Kepercayaan  Baik
yang
bertantangan
dengan
penanggulangan
masalah
kesehatan.
4. Kegiatan sosial  Baik
(kerjabakti,
arisan, dll)
F. Komunikasi
1. Alat komunikasi Baik
yang digunakan \
Dalam kelompok
sehari-hari.
a. Telepon
b. Handphone 
2. Efektifitas proses 
komunikasi antar
anggota dalam
kelompok
G. Fasilitas rekreasi Baik
yang tersedia untuk
kelompok
Sarana olahraga 
H. Kebiasaan/perilaku
dalam kelompok

50
1. Pemeliharaan  Baik
kebersihan diri
2. Pengelolaan  Baik
makanan bersih
dan sehat

Mengetahui:

Nama Koordinator Tanggal/Tanda Tangan:

B. Perencanaan

No. Diagnosa Tujuan Tujuan Intervensi


keperawatan umum khusus Evaluasi
keperawatan
keluarga (TUM) (TUK) Kriteria Standar
1. Kurangnya Setelah Setelah Warga Masyarakat Lakukan
pengetahuan dilakukan dilakukan mampu mendengarkan penyuluhan
tentang edukasi edukasi menangani dan memberi tentang
penyakit mengenai selama 3 penyakit feedback yang hipertensi
hipertensi hari warga hipertensi baik dengan
warga dapat dapat ditandai aktif
mengetahui mengetahui dalam
tentang definisi bertanya saat
penyakit. hipertensi, penyuluhan
penyebab
hipertensi,
cara
mencegah
hipertensi
2. Tingginya Setelah Setelah Tekanan Tekanan Pengaplikasian
angka dilakukan dilakukan darah darah klien senam
kejadian tindakan tindakan klien dalam rentang hipertensi dan
hipertensi keperawatan keperawatan dalam normal
diwilayah komunitas komunitas

51
RT. 06 RW. selama 3 selama 3 rentang pijat refleksi
19 Kelurahan hari maka hari warga normal kaki
Muktiharjo hipertensi di mampu
Warga
Kidul. RT. 06 RW mengatasi
mampu
19 Kel. hipertensi.
mengatasi
Muktiharjo
hipertensi
Kidul
menurun.
Setelah
dilakukan
edukasi
mengenai
hipertensi
warga dapat
mengetahui
tentang
penyakit.

C. Implementasi

Tanggal No. Tujuan khusus (TUK) Implementasi Evaluasi Paraf


Dx. formatif
Kep.
1 1 Setelah dilakukan Melakukan Ds:
desember edukasi selama 3 hari penyuluhan
Warga
2018 warga dapat mengetahui tentang
mengatakan
definisi hipertensi, hipertensi
Jam 18.30 sudah mengerti
penyebab hipertensi,
WIB tentang
cara mencegah
penyakit
hipertensi
hipertensi.
Do:
Warga tampak
mengerti

2 2 Setelah dilakukan Mengobservasi Ds:-


Desember tindakan keperawatan tanda-tanda Vital Do: TD:
2018 komunitas selama 3 hari

52
Jam 16.00 warga mampu mengatasi Ny. S: 120/80
WIB hipertensi. mmHg
Ny. S 130/70
mmHg
Ny. S 150/70
mmHg
Ny. E 170/100
mmHg
Ny. S 130/80
mmHg
Ny. Y 160/80
mmHg
Ny. S 120/100
Pengaplikasian mmHg
senam hipertensi
Jam 16.15 DS :
WIB Warga
mengatakan
setelah
dilakukan
senam merasa
badan terasa
lebih nyaman.
D0 :
Warga mampu
mengikuti
gerakan senam
Pengaplikasian
dengan baik
pijat refleksi
Jam 17.00 kaki DS :
WIB
Warga
mengatakan
badannya lebih
rileks dan
Mengobservasi
Jam 17.30 nyaman
tanda-tanda vital
WIB
setelah DO : Warga
dilakukan senam tampak rileks

53
dan pijat refleksi Ds:-
kaki
Do: TD:
Ny.S : 120/80
mmhg
Ny.S : 120/80
mmhg
Ny.S : 150/80
mmhg
Ny.E : 150/80
mmhg
Ny.S : 130/80
mmhg
Ny.Y : 140/80
mmhg
Ny.S : 110/70
mmhg

D. Evaluasi

Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi sumatif Paraf

Minggu, 2 Kurangnya pengetahuan S : Warga


Desember tentang penyakit mengatakan sudah
2018 mengerti tentang
penyakit hipertensi.
O: Warga tampak
mengerti
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan
intervensi

Minggu, 2 S: warga mengatakan


Tingginya angka kejadian badannya merasa
Desember
hipertensi diwilayah RT. lebih rileks dan
2018
06 RW. 19 Kelurahan nyaman
Muktiharjo Kidul.

54
O: warga tampak
nyaman dan rilex
A: masalah teratasi
P: pertahankan
intervensi

55
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan diRT. 06 dan 08 RW
XIX Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan Kabupten
Semarang menunjukan bahwa terdapat beberapa Lansia yang mengalami
penyakit Hipertensi dan tidak mengetahui cara mencegah, menangani
Hipertensi.
Komunitas (Comunnity) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai nilai (Valuase), perhatian yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga, misalnya didalam kesehatan dikenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyususi, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah Desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan lain
sebagainya. (Alimul 2009).
Keperawatan Komunitas adalah suatu dalam hal keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat dengan menekan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
preventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif
sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal mengambil keputusan
dalam memelihara kesehatanya (Mubarak 2009).
B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari.

56
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diRT. 06 dan
08 RW. XIX Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Pedurungan
Kabupaten Semarang.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan Asuhan Keperawatan ini dapat dijadikan refrensi dalam
penerapanya pada proses pendidikan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Riasmini, Ni Made dkk. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,


Kelompok dan Komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan
NIC di Puskesmas dan Mayrakat. Universitas Indonesia: Jakarta
Nurarif, Huda Amin dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Mediactio:
Jogjakarta
Alimul H.,Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W, I & Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika

58

Anda mungkin juga menyukai