REHABILITASI MUSIBAH
Standar Kompetensi
Setelah membaca dan mengikuti pembelajaran bab ini diharapkan Mahasiswa dapat:
1 . Menjelaskan arti dan makna musibah
2. Menjelaskan bahwa sakit adalah salah satu diantara bentuk musibah
3. Menjelaskan bagaimana menyikapi dengan benar kedatangan musibah
4. Menjelaskan bagaimana cara merawat orang sakaratul maut
5. Menjelaskan duduk perkara prevalensi tahlilan menurut tata hukum Islam
6. Menjelaskan lafal doa untuk orang Islam yang meninggal menurut tuntunan Rasulullah
7. Menjelaskan tentang sikap lemah lernbut dalam merawat orang sakit.
A. Arti Musibah
Masyarakat terdiri atas (1) lapisan-Iapisan sosial baik dari segi ekonomi, sosial, politik,
agama, dan aspek lainnya. (2) hubungan-hubungan antar individu, antar invidu terhadap
kelompok atau sebaliknya, dan hubungan antar kelompok, (3) pembagian status dan peran-peran
sosial. Jika kecerobohan itu telah menjadi budaya, maka ceroboh itu telah memasuki secara
mantab dalam keseluruhan jaringan sosial itu. Contoh kecerobohan struktural-sistematis adalah
korupsi dalam proyek pembangunan gedung sekolah. Dalam proyek ini yang terlibat secara
langsung adalah : (1) Dinas yang berwenang memberikan ijin mendirikan bangunan, (2) Dinas
yang berwenang mengijinkan tanah itu boleh atau tidak dikeringkan untuk didirikan bangunan,
(3) Dinas yang berwenang menghitung dan menarik pajak baik tanah yang di atasnya didirikan
bangunan maupun bangunannya sendiri setelah berdiri, (4) Pemborong, (5) pelaksana, (6)
pimpinan proyek, (7) pengawas, (8) pemborong fiktif sekedar bendera,(9) mandor, (10), pekeija,
(11) kerohanian, dan (12) aneka toko material. Satu sama lain ke 12 sektor ini saling terkait
secara fungsional membentuk sesuatu yang disebut korupsi jika mereka bekerja tidak atas dasar
syariat agama. Sektor I - 3 tidak mau bekerja kalau tidak ada pelicin atau biasa disebut uang
siluman dengan cara mengulur-ulur waktu perijinannya. Dalam ke tiga dinas terdapat konseptor,
penulis (pengetik) pengurusan tanda tangan pimpinan, arsiparis, dan ekspedisitor. Masing-
masing butuh uang rokok untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Setelah diberi pelicin
keseluruhan administrasi menjadi beres. Sektor 6 meminta setoran 5 % terlebih dahulu dari nilai
harga proyek sebelum proyek itu digarap. Sektor (4) karena telah banyak mengeluarkan biaya
siluman, maka ia mengurangi kualitas bahan-bahan bangunan dan mcnggelembungkan satuan-
satuan harga barang, perijinan, dan seluruh upah kerja.
118
Ada saling pengertian antara pemborong, pengawas, dan perencana dalam pengurangan
kualitas bahan-bahan bangunan dan penggelembungan setiap satuan harga barang. Antara
mandor dan para pekerja ada saling pengertian mengambil atau menukar bahan-bahan bangunan
dengan perhitungan tidak mencolok. Antara bagian pengadaan barang-banrang (tukang belanja)
dan toko-toko material (suplaier) saling ada pengertian untuk menaikkan satuan-satuan harga
barang, tetapi pembayarannya normal dengan harapan tokonya menjadi langganan dan yang
belanja memperoleh keuntungan pribadi, Sektor kerohanian menjalankan praktik ritus yang jauh
dan ajaran agama dengan sasaran ritus keseluruhan sektor sukses dan selamat, artinya
mendoakan para koruptor.
Kecerobohan semacam itulah akhirnya Allah mcnurunkan musibah, dalam arti musibah itu
terjadi sebagai akibat perbuatan tangan manusia jahil. Dalam hal ini Alquran mengatakan:
Artinya
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu
berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) itu" Katakanlah !’, Itu dari ( kesalahan) dirimu
sendiri", Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Q.S. Ali Imran/3:165).
119
Arti penting dari dua ayat ini adalah suatu petunjuk - yang dapat dijadikan pedoman atau
teori - jika manusia ceroboh (aku, kita, kami, kamu, kamu semua) pasti akan datang musibah
(bencana, malapetaka, suatu peristiwa yang menyedihkan). Untung saja Allah itu Maha
Pengampun sehingga kecerobohan manusia itu, untuk sebagian besar masih diampuni. Akan
tetapi, jika kecerobohan ini diterus-teraskan, Allah tidak akan mengampuni lagi. Allah berfirman:
Artinya
(yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang
menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya
seorangpun yang akan memberi petunjuk QS al-Mu’min/40/:33).
2. Kemunafikan
Secara umum, ntunafik berarti berpura-pura percaya atau setia kepada agama tetapi
sebenarnya dalam hatinya tidak percaya; selalu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
perbuatannya. Kemunafikan adalah perbuatan munafik (Kamus Besar,1990:599). Kemunafikan
tidak pernah berakibat baik menurut agama, justru musibah pasti menimpa kepada para munafik.
Dalam hal ini Alquran mengatakan:
Artinya
120
Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan
perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah,
kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna."
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka (QS. Al-Mu’min/40:62-63).
Salah satu arti penting dari kedua ayat ini adalah jikamanusia memperagakan perilaku
(kepercayaan keyakinan, cita-cita, perkataan, perbuatan) yang tcrgolong munafik pasti berbuah
musibah (malapetaka, bencana, keadaan yang menyedihkan). Dari teori ini juga dapat disusun
teori berikutnya. Jika manusia tidak memperagakan kemunafikan, memiliki peluang untuk
selamat.
Artinya
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak Pula) Pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam Kitab (lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah (Q.S. al-Hadid/57 : 22).
Jenis musibah semacam ini jelas menjadi rahasia Allah semata.Penjelasan musibah sebagai
ketetapan Allah dimaksudkan sebagaimana dijelaskan pada ayat berikutnya, apabila seseorang
tertimpa musibah supaya tidak bersedih secara berlarut-larut, dan jika memperoleh sesuatu yang
menggembirakan supaya tidak bersukacita berlebihan (Q.S. al-Hadid/57: 23). Penekanan Allah
kepada manusia adalah supaya mereka berlomba-lomba kepada ampunan-Nya dan surga. (Q.S.
al-Hadid/57 : 21). Jadi apa yang terjadi di dunia supaya dijalani dengan baik, jangan terhenti
terpikat oleh keindahan dan kemegahan dunia, melainkan perhatian utama adalah ampunan Ilahi
121
dan surga anugerah-Nya. Musibah hanya terjadi karena izin Allah sebagai batu ujian untuk
memperoleh kesuksesan besar, ampunan Allah dan Surga. Berikut ayat yang menjelaskan bahwa
musibah hanya terjadi karena izin Allah:
Artinya
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barang
siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S. at-Taghabun/64 : 1 1).
Antara ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya (yang dikutip dalam uraian ini) tampak
bertentangan. Di satu pihak musibah terjadi karena akibat perbuatan jahil, ceroboh, atau
kemunafikan manusia, di sisi lain musibah tidak akan terjadi kalau bukan karena lakdir atau izin
Allah. Pemahamannya adalah jika manusia ceroboh, jahil, dan munafik, pasti ditetapkan (takdir)
atau diizini (rekomendasi) musibah menimpa kepada manusia. Bagi mereka yang tidak jahil,
ceroboh, dan munafik, peluang untuk selamat atau memperoleh petunjuk Allah lebih besar.
Dari uraian ini dapat dtambil kesimpulan bahwa musibah adalah sesuatu yang kita
rasakan sangat menyedihkan, mulai dari rasa sakit secara orang-perorang, kerusakan lingkungan
secara mendadak seperti tanah longsor, banjir bandang, gelombang pasang, kebakaran, badai,
sunami, hingga kematian massal. Penyebab musibah adalah perbuatan manusia sendiri kemudian
ditetapkan oleh Allah.
122
1. Istirja’
Menurut keterangan dari Alquran, jika kita tertimpa musibah baik besar atau kecil supaya
melakukan istirja’, yaitu pernyataan bahwa urusannya dikembalikan kepada allah.
Demikian keterangan Alquran yang dimaksud:
Artinya
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “innalillahi wa
inna lillahi rajiun” sesungguhnya kami adalah milik allah dan kepadanya lah kami kembali
(Q.S. al-Baqarah/2 :156)
Secara umum istirja’ dilakukan berkenaan dengan peristiwa kematian, tetapi biasanya
disertai ratap tangis oleh sanak keluarga si mati. Bahkan, sering terjadi keluarga yang
terkena musibah tidak melakukan istirja’, me;ainkan justru menangisnya sangat keras. Cara
ini sangat tidk benar. Cara yang benar berkenaan dengan datangnya musibah adalah hanya
mencukupkan istirja’ saja. Mereka inilah yang memperoleh berkah, rahmat, dan petunjuk
(hidayah). Ayat sesudah pernyataan istirja’ menjelaskan sebagai berikut :
Artinya
Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari tuhan mereka,
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. al-Baqarah/2 :157)
Ketidak benaran meratap karena musibah juga dijelaskan oleh Rasulullah saw. Dengan
disertai ancaman yang serius. Demikian sabda beliau :
النائحة إذت لم تتب قبل موتها تقام يوم القيامة وعليها سربال من قطران ودرع من جرب
()رواه مسلم واحمدعن ابى مالك الشاعرى
Artinya
Apabila wanita yang meratap tangis tidak bertaubat sebelum dia meninggal, maka dia
akan dibangkitkan pada hari kiamat, dan di tubuhnya dikenakan jubah yang penuh tir dan
dir’ah yang penuh penyakit kudis (H.R Muslim dan Ahmad dari Abi Mlik-al-Asy’ari-
ibrahim, 1988:188)
Dalam hadis itu disebutkan ketika dia meratap (niyahah) secara praktis
melakukan dosa yang amat besar dengan ancaman diberi berpakaian sirbal dan dir’ah.
123
Sirbal artinya baju, gamis, atau jubah. Qathiran maknanya cairan yang berbau busuk,
yang cepat muncul karena panas yang teramat sangat dan dari daging atau tulang yang
terbakar. Jarab artinya penyakit yang menjangkiti kulit dan biasa meninggalkan noda-
noda hitam. Ini merupakan gambaran siksa yang pedih dan azab yang keras. Laki-laki
yang kuat sekalipun tidak akan kuat menanggungnya. Bagaimana kalau ini menimpa
wanita ? (Ibrahim,1988 :188)
Ketika ummu ‘uthiyah masuk Islam, dibaiat Rasulullah, dinasehati secara
langsung untuk tidak melakukan niyahah ketika suaminya tertimpa musibah (Ibrahim,
1988 :189; ‘Abd al-Baqi,1, 1996 :454). Di balik larangan meratapi orang mati ternyata,
orang mati tersebut di alam kubur disiksa karena ditangisi atau diratapi oleh keluarganya
yang masih hidup-belum termasuk disiksa karena perbuatan jahatnya ketika masih hidup
di dunia. Demikian sabda Nabi saw :
من نيح عليه يعذب بما نيح عليه )رواه:سمعت النبي صلى ا عليه وسلم يقول
(البحارى و مسلم عن المغيره
Artinya
Aku (al-mughirah) mendengar Nabi saw bersabda : “Barang siapa yang diratapi, dia akan
disiksa sebab diratapinya (H.R al-Bukhari dan Muslim dari al-Mughirah).
Artinya
Ya Allah, ampunilah kepada orang yang masih hidup dan yang sudah mati dari kami,
yang kecil dan yang tua dari kami, yang laki-laki dan perempuan dari kami, ya Allah
hidupkanlah dari kami dengan hidup secara iman dan matikanlah kami dengan mati
dalam keadaan Islam (H.R. at-Turmuzi dari Abu Ibrahim al-asyhali dari bapaknya)
Dan:
اللهم إغفر له وارحمه واغسله بالبرد كما يغسل الثوب )رواه الترمذى عن عوف بن
(مالك
Artinya
Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, mandikanlah dia dengan air sejuk sebagaimana
kain dicuci (H.R. at-Turmuzi dari ‘Auf bin Malik)
2. Menalkin orang yang sakaratul maut
Secara praktis sakaratul maut adalah proses yang hebat perjalanan ruh keluar dari badan
(naza’) menuju kematian. Secara literal sakar berarti mabuk atau tidak sadar. Jadi, karena
kedahsyatan peristiwa kematian, seseorang menjadi tidak sadarkan diri, yang secara
medis disebut koma, sering disertai keringat dingin pada pelipis (H.R. at- Turmuzi,11.
[t.th] : 224) selanjutnya mati.
Orang yang dalam keadaan sakaratul maut adalah orang yang dalam keadaan paling
kritis dan membutuhkan perhatian (perawatan) ekstra dari saudara-saudaranya seiman.
Dalam keadaan sakaratul maut supaya ditalkin(dibisiki) bacaan “la illaha illa-llah”
( tidak ada Tuhan kecuali Allah (H.R. at- Turmuzi dari Abu Said al-Hudri,11[t.th] :725).
Talkin supaya dilakukan berulang-ulang sehingga ia membacanya kalimat itu ( la illaha
illa-llah) sungguh sangat beruntung karena Rasulullah bersabda :
(من كان أخر قوله ل إله إل ل دخل الجنة )رواه الترمذى عن ابى سعيد الخد رى
126
Artinya
Barang siapa yang akhir ucapannya “la illaha illa-llah” pasti masuk surga {H.R at-
Turmuzi dari Abu Said al-Hudri,11,[t.th.] : 226)
Jika orang yang sedang sakaratul maut itu mondok (opname) di rumah sakit,
secara prinsip menalkin adalah kewajiban tenaga medis termasuk perawat muslim,
meskipun pekerjaan ini dapat dilakukan orang lain, terutama familinya. Sebaiknya, jika
pasien laki-lakin yang menlkin juga laki-laki, dan jika pasien wanita yang menalkin juga
wanita, kecuali tidak ada pilihan umpama yang ada hanya lak-laki atau wanita.
Merekalah yang berkewajiban menalkinnya tanpa memandang laki-laki atau wanita.
Umar bin Khatab mengatakan bahwa makan-makan dan menginap di rumah duka
termasuk niyahah (meratapi mayit) [Abi syaibah,11, : 1409 H : 550]). Sebelas mazhab
hukum atau ulama fikih dalam Islam menolak prevalensi tahlilan dan makan-makan di
rumah duka untuk memperingati pada hari-hari yang telah disebutkan di muka. Sebelas
mazhab itu adalah Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyyah, Hambaliyah, Sufyan Sauriyyah,
Sufyan bin ‘Uyainah, Lais bin Rahawiyah, Ibnu Jarriyyah, az-Zahiriyyah, dan al-
Auza’iyyah (‘alawi, [t.th] :89).
Pada umumnya, kitab-kitab fikih Syafi’iyyah dalam bentuk kitab kuning yang menjadi
perangkat kurikulum pembelajaran di pondok-pondok pesantren di Indonesia seperti :
Mughni al-Muhtaj, I’anat ath-Thalibin, Hasyiyah al-Qulyubi, Tuhfat al-Muhtaj, al-
Majmu’ al-Muhazzab, Raudah ath-Thalibin, dan al-Iqna’ li sy-Syarbani mengatakan
bahwa menghidangkan makanan dan berkumpulnya masyarakat dalam upacara tahlilan
adalah bid’ah dan tidak disunahkan (harry,2007 : 28). Ulama-ulama kontenporer pun
pada umumnya menolak upacara prevalensi tahlilan-yasinan.
Sejak dari literatur klasik hingga modern yang membolehkan perevalensi tahlilan
hanyalah ath-Thahtawi dari mazhab Hanafiah. Dasar hukum yang digunakannya
hanyalah istihsan, bukan dari Alquran maupun as-Sunnah. Imam Syafi’i sendiri menolak
keras istihsan, kata beliau man istahsana faqad ayara’a (barang siapa yang memakai
istihsan sungguh dia telah menciptakan syariat (al-Banani,11,1402 : 353).
Singkatnya, memperingati orang mati dengan tahlilan dan makan-makan di rumah duka
berakar dari tradisi jahiliyyah, tidak ada akarnya dari Alquran maupun as-Sunnah,
melainkan hanya pandangan salah kaprah dianggap baik, padahal termasuk meratapi
orang yang sudah mati. Tetapi, khususnya di jawa, upacara prevalensi tahlilan ini sudah
mendarah daging. Jika dikritik supaya kembali kepada ajaran Islam yang benar dan
autentik justru mengatakan terhadap pengeritiknya bukan ahlu sunnah wal jamaah.
Padahal, yang melakukan prevalensi itu melestarikan trasdisi jahiliyyah. Jadi, yang sudah
128
diyakini benar dikatakan salah. Hukum telah dijungkirbalikkan oleh para tokoh agama
sendiri.
اللهم احيينى ماكانة الحياة خيرا لى وتوفنى إذا كانت الوفاة خيرا لى )رواه الترمذى
(عن أنس بن مالك
Artinya :
Ya Allah, hidupkanlah/sembuhkanlah aku jika hidup itu lebih baik bagiku, dan matikanlah
aku jika mati itu lebih baik bagiku ( H.R. at-Turmuzi dari Anas bin Malik, II, [t.tH.] : 265).
Berharap mati saja tidak boleh, apalagi bunuh diri ! orang yang mati karena bunuh diri tidak
perlu di salati. Demikian pesan dari Rasulullah :
(أن رجل قتل نفسه فلم يصل عليه صلى ا عليه وسلم )رواه جابر بن سمرة
Artinya :
Bahwa seorang laki-laki membunuh dirinya maka beliau Saw tidak menyalatinya ( H.R. at-
Turmuzi dari Jabir bin Samurah, II. [t.th.] : 265)
2. Kewajiban Berobat
Kewajiban orang sakit adalah berobat supaya sehat kembali. Dikisahkan bahwa seorang
dari desa ( A’rabiyyun ) datang kepada Nabi Saw lalu bertanya, “Apakah aku harus berobat
wahai Rasulullah ?” jawab beliau :
فقالوا. تداواو فإن ا لم يضع داء إل وضع له شافاء او دواء إل داء واحدا,نعم يا عباد ا:
130
( الهرام )رواه الترمذى عن اسامة بن شاريك: وما هو ؟ قال,يارسول ا.
Artinya :
Ya, wahai hamba-hamba Allah !, berobatlah kamu. Sesungguhnya Allah tidak memberikan
penyakit kecuali memberinya obat pula, kecuali satu penyakit. Mereka bertanya, “Apa itu
wahai Rasulullah ?” jawabnya “ pikun“ ( H.R. at-Turmuzidari Uswah bin Syarik,II, [t.th] :
258 ).
Secara praktis berobat yang paling komrehensif melalui dokter ahli. Atas dasar
pemeriksaan dokter. Apa nasihatnya supaya dipenuhi, apakah berobat jalan atau rawat inap
di rumah sakit yang dirujuk. Di rumah sakit, pemeriksaan jenis penyakit apa yang diderita
pasien dapat diketahui secara lebih akurat, sehingga obat apa yang harus diminum serta
tindakan apa yang harus dijalani akan lebih mengenai sasaran, dan harapan berikutnya, sakit
lekas hilang dan pasien lekas sembuh.
Secara realistis orang sakit adalah orang yang paling atau sekurang-kurangnya sangat
lemah. Orang lemah amat perlu dikasihani. Terlalu besar kesalahan orang yang mengelabuhi
orang sakit. Demikian contoh mengelabuhi orang sakit. Sudah berobatnya mahal, masih
dipermahal lagi dari harga yang sudah tinggi; Harga obat dinaikan 10 kali lipat, justru
obatnya diganti dengan obat yang kualitasnya rendah untuk daya penyembuhannya; Obat
masih banyak sudah diminta supaya menebus resep lagi sehingga sisa obat tadi dibawa
pulang untuk praktik di luar kedinasan; Obat untuk diagnose sebenarnya cukup 30 tablet,
ditulis 50 tablet sehingga sisanya untuk kepentingan sendiri; menipu pasien yang meminta
ruang kelas sesuai dengan fasilitas yang diberikan oleh perusahaannya dikatakan kosong,
lalu ditunjukkan kelas yang lebih tinggi, padahal ruang yang diminta masih ada yang
kosong; Obat generik yang mestinya tersedia bagi pasien dikatakan kosong supaya membeli
obat bermerek yang jauh lebih mahal, padahal kualitasnya sama supaya memperoleh komisi
dari rekanannya; jenis obat yang mestinya masuk dalam dafrar askes dikatakan tidak
termasuk askes, sehingga obat tersebut harus dibeli oleh pasien. Cara – cara ini di samping
mengelabuhi orang sakit juga termasuk korupsi. Siksa koruptor kelak amat berat. Demikian
sabda Nabi Saw :
131
قام فينا النبي صلى ا عليه وسلم فذكر الغلول فعظمه:عن أبى هريرة رضي ا عنه قال
اوعلى رقبته فرس له حمحة,وعظم امره ل القين احد كم يوم القيامة على رقبته شااة لها ثغاء
,وعلى رقبته بعير له رغاء, ل املك لك شايأ قد ابلغت: يارسول ا اغثنى ! فأقول:يقول
يارسول: فيقول, وعلى رقبته صامة. ل املك لك شايأ قد ابلغتك:يارسول ا اغثنى ! فأقول
يارسول ا: او على رقبته رقاع تخفق فيقول. ل املك لك شايأ قد ابلغت:ا اغثنى! فأقول
( ل املك لك شايأ قد ابلغتك )متفق عليه:اغثنى! فأقول
Artinya :
Dari Abi Huraihah, ia berkata, Nabi Saw berdiri ditengah – tengah kita dan menyebut
ghulul, maka sangat memberatkan dosanya, sehingga bersabda: “ Jangan sampai aku
bertemu seorang pada hari kiamat memikul kambing di atas lehernya yang mengembik-
embik, atau kuda yang mendengking, lalu memanggil, ya Rasulullah, tolonglah aku”, maka
aku jawab ; “aku tidak dapat menolongmu dari siksa Allah sedikitpun, aku telah
memperingatkan kepadamu”. Juga di atas lehernya Onta yang bersuara, lalu berseru : “Ya
Rasulullah, tolonglah aku”, maka aku menjawab : ”aku tidak bisa menolongmu sedikitpun
dari siksa Allah. Aku telah memperingatkan kepadamu”. Atau di atas lehernya kain-kain
yang berkibar, lalu berseru, “Ya Rasulullah, tolonglah aku,” jawabku, “aku tidak dapat
menolongmu walau sedikitpun, aku telah memperingatkan kepadamu.” (Mutafaqun ‘alaih –
‘Abd al-Baqi,II,1996:710-711).
Dari hadis ini dapat diperluas pemahamannya, bahwa apa saja yang dikorupsikan itu akan
dibawa serta dihari kiamat dengan dikalungkan pada lehernya. Karena demikian berat
siksaan para koruptor, maka siapapun dari kita, inklusif perawat, harus bekerja menurut
profesinya secara professional dan jujur, mencakup antara lain : aman, nyaman, etis, estetis.
Dan ekonomis ( Sinopsis, 1982 : 3), berlaku lemah lembut kepada siapapun, termasuk
pasien, adalah suatu kewajiban.
132
ترى المؤمنين فى تراحمهم وتوادهم وتواطفهم كمثل الجسد إذا اشاتكى عضوا تداعى له
(سائر جسده بالسهر والحمى )متفق عليه عن النعمان بن بشير
Artinya :
Engkau akan melihat orang mukmin dalam kasih sayang, cinta mencinta, dan pegaulan
mereka ibarat satu badan. Jika satu anggotanya sakit. Maka menjalar kepada yang lain
anggota sehingga terasa panas dan tidak dapat tidur. ( H.Mustafaq ‘alaih dari Nu’man bin
Basyir – ‘Abd al-Baqi,II, 1996 : 993 ).
Atau lebih singkat beliau berkata :
(إن المؤمن للمؤمن كالبنيان الواحد يشده بعضه بعضا وشابك اصابعه )متفق عليه
Artinya ;
Seorang mukmin terhadap sesama mukmin bagaikan satu bangunan yang setengahnya
menguatkan setengahnya yang lain, lalu Nabi Saw mengeramkan jari-jemarinya.
( H.Muatanfaqun ‘alaih dari Abi Musa – ‘Abd al-Baqi,II, 1996 : 992 ).
إن ا رفيق يحب الرفق ويعط الرفق مال يعطى على العفف ومال يعطى على ما سواه
()رواه مسلم عن عائشة
Artinya :
Sesungguhnya Allah itu lemah lembut dan menyukai orang yang lemah lembut, dan Dia
akan memberi sesuatu yang tidak diberikan kepada orang kasar, dan Dia tidak akan
memberikan kepada orang yang selainnya. ( H.R. Muslim dari ‘Aisyah – an-Nawawi,
[t.th.] : 307 ).
Kebanyakan orang yang masuk surga adalah orang yang akhlaknya baik, demikian
sebuah hadis berbunyi :
133
تقوى ا وحسن: فقال,سئل رسول ا صلى ا عليه وسلم عن اكثر ما يدخل الناس الجنة
( الفم ولفرج )رواه الترمذى عن ابى هريرة: فقال, وسئل عن اكثر ما يدخل النار,الخلق
Artinya :
Rasulullah ditanyai tentang yang paling banyak masuk surga ? jawabnya “taqwallah” dan
kebaikan budipekerti”. Ia juga ditanyai yang paling banyak masuk neraka ? jawabnya, “
orang yang suka mengomel dan mengumbar kelamin “. (H.R Turmuzi dari Abi Huraihah –
an-Nawawi, [t.th] : 304 ).
Jika perawat bekerja lebih banyak didorong untuk mencari uang dan sepi dari dorongan
ibadah, ketidakberdayaan pasien akan tertelantarkan. Sebaliknya, jika perawat bekerja atas
dasar iman, mencari karunia Allah, menolong sesama umat, dan mencari rid}a-Nya, di
samping kerjanya bernilai ibadah, pasiennya akan terlayani dengan memuaskan. Soal hasil
kerja diserahkan kepada Allah.
134
E. Ringkasan
Musibah merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi orang terkena musibah itu. Menurut
Alquran, orang terkena musibah disebabkan karena ia hidup secara ceroboh, munafik, atau
karena takdir Allah. Hanya yang terkena musibah lah yang bisa mengatakan bahwa musibahnya
itu sebagai peringatan, hukuman, atau ujian iman berkenaan dengan perilaku hariannya.
Musibah merentang dari sakit hingga puncaknya yaitu meninggal. Islam memberikan
tuntunan dalam menyikapi musibah yang berupa sakit, yaitu supaya bersabar dan berobat. Jika
wujud musibah itu kematian, maka ketika dalam keadaan sakaratul maut harus ditalqin: la
ila>ha illa-lla>h. Jika sudah benar-benar meninggal semua yang hidup melakukan istirja’ secara
ikhlas dam tawakkal kepada Allah. Kewajiban merawat orang yang telah meninggal hanyalah
empat perkara, yaitu: memandikan, mengafani, menyalati, dan mengebumikannya. Mendoakan
ampunan untuk si mayyit amat utama. Rasulullah, sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in tidak
mengajarkan prevalensi, seperti tahlilan lengkap dengan makan-makan pasca tahlilan. Beliau dan
sahabat seperti Umar bin Khathab memasukkan prevalensi sebagai ratapan terhadap mayyit.
Itulah sebabnya beliau melaknat orang-orang yang meratapi mayyit.
F. Latihan – latihan
1. Apa yang saudara ketahui tentang musibah baik menurut pengertian terminoligis maupun
praktis ?
2. Ada semacam pertentangan kandungan dalam Alquran bahwa musibah terjadi karena
perbuatan jahil dan ceroboh manusia di satu pihak, dan di sisi lain musibah sudah
ketentuan Allah di Lauh Mahfudz. Bagaimana cara mengkromikan maksud yang tampak
pertentangan ini ?
3. Ada banyak faktor penyebab terjadinya musibah, sebut dan jelaskan masing – masingya !
4. Tulislah sebuah ayat sekaligus terjemahannya bahwa musibah itu desebabkan oleh
kemunafikan manusia !
5. Bagaimana cara umum menyikapi musibah ?
6. Jelaskan sikap Rasulullah terhadap orang yang meratapi orang mati ?
7. Bagaimana tindakan yang benar merawat orang sakaratul maut ?
8. Tulislah salah satu doa untuk orang mati, berikut terjemahannya ke dalam bahasa
Indonesia ?
9. Apa yang dimaksud prevalensi tahlilan-yasinan ?
135
10. Jelaskah bagaimana komentar tokoh-tokoh mazhab fikih tentang prevalensi tahlilan dari
segi tata hukum Islam ?
G. Jawaban
1. Pengertian musibah secara terminologis adalah malapetaka atau bencana. Pengertiannya
secara praktis adalah peristiwa atau kejadian yang menyedihkan, seperti seseorang
tertimpa sakit parah, atau terkena kecelakaan di jalan, atau kematian seseorang.
2. Menurut Alquran, orang terkena musibah merupakan akibat perbuatan cerobohnya. Di lain
pihak, musibah hanya terjadi karena takdir Allah. Dari kedua ini tampak ada
pertentangan, mana yang benar, yang pertama atau yang kedua. Keduanya adalah benar
karena memang berasal dari firman Allah. Cara mengompromikan dari keduanya adalah
Allah itu maha kuasa. Bisa saja orang ceroboh itu justru tidak terkena musibah dalam arti
sakit. Ia tidak dihukum oleh Allah. Dalam posisi demikian itu sebenarnya ia dibiarkan
oleh Allah dalam kesesatannya (istidraj). Suatu saat pasti ia mati. Inilah takdir Allah
kepadanya. Karena Allah itu maha adil, maka dalam kematiannya itulah ia akan
memperoleh balasan atas kecerobohannya di dunia.
3. Faktor-faktor yang menjadikan seseorang atau kaum terkena musiabah antara lain:
a. Ceroboh.contoh perbuatan ceroboh adalah mengelabuhi resep obat pasien. Obat yang
mestinya masih dapat diminum, kemudian diberi resep baru, setelah itu sisa resep lama
disimpan untuk keperluan pribadi seperti dijual untuk pasienlainnya.
b. Munafik. Contohnya adalah orang mengaku beriman, padahal hatinya tidak sejalan
dengan pengakuannya.
c. Takdir. Allah itu maha kuasa dan tidak ada yang dapat menandingi-Nya. Jika Allah
menetapkan seseorang untuk meninggal, pastilah kehendak-Nya terjadi.
4. Ayat yang menyebutkan bahwa musibah mengenai orang munafik adalahn sebagai
berikut:
136
Adapun terjemah ayat itu adalah sebagai berikut: Maka bagaimanakah halnya apabila mereka
(orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri,
kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak
menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna." Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka (QS. Al-Mu’min/40:62-63).
4. Cara umum menyikapi musibah menurut Islam adalahmaka ia harus (1) sabar atas
musibah yang menimpa epadanya, (2) wajib berobat atas sakit yang diderita, (3) jika
ditaksir oleh daokter yang merawatnya sakitnya sudah tidak bisa disembuhkan,maka
hendaklah berdoa dengan nada pasrah kepada Allah. Jika keadaan hidup lebih baik agar
Allah menganugerahi, jika keadaan mati itu lebih baik supaya Dia mematikannya saja.
Jika wujud musibah itu sakit yang berlanjut pada kematian, maka (1) Baik si sakit
maupun para familinya tidak perlu bersedih, (2) Famili menalqin kepada si sakit dalam
keadaan sakaratul maut dengan kalimah tauhid :La> ila>ha illalla>h kepada si sakit.
(2) Jika si sakit telah benar-benar meninggal, semua yang hidup membaca lafal istirja’ ,
Inna lilla>hi wa inna ilaihi ra>ji’u>n. (3) melaksanakan kewajiban pokok terhadap
jenazah, yaitu: memandikannya, mengafaninya, menyalatkannya, dan mengebumikannya.
(4) Mendoakan ampunan untuknya amat diutamakan. (5) melarang melakukan prevalensi
untuk si mayyit karena tidak ada tuntunannya dari Rasulullah.
5. Sikap Rasulullah tergadap peratap si mayyit adalah (1) sedih karena kasihan kepada si
mayyit. Ia justru disiksa karean tangisan keluarganya itu. (2) Rasulullah menghendaki
agar siapa saja mengikhlaskan kepada si mayyit karena itu memang kehendak Allah. (3)
melarang melakukan ratapan kepada si mayyit. (4) jika tetap meratapi kepada si mayyit,
Rasulullah melaknat kepada si peratap. Salah satu bentuk laknatnya adalah supaya mulut
orang yang menangis itu ditutup dengan tanah.
137
6. Tindakan yang benar merawat orang yang sedang dalam keadaan sakaratul maut adalah
menalqin kalimah tauhid la> ila>ha illalla>h, tidak membacakan surat yasin untuknya
karena tidakdiajarkan oleh Rasulullah, dan tidak boleh meratapinya.
7. Salah satu doa untuk orang mati adalah sebagai berikut:
اللهم اغفرله وارحمه وعفه وعف عنه واكرم نزوله ووسع مد خله واغسله بالماء والثلج
والبرد.
Artinya: Ya Allah, ampunilah dia, kasihanilah dia, berilah kesehatan dia, ampunilah
dosanya, mulyakanlah di tempatnya (yang baru), lapangkanlah tempat masuknya,
mandikanlah dia dengan air, air embun, dan air sejuk.
8. Prevalensi adalah orang banyak berkumpul di tempat orang yang sedang menerima
musibah kematian salah satu keluarganya untuk melakukan tahlilan dan yasinan. Upacara
ini diyakini memperoleh pahala dari Allah, kemudian pahala ini dikirimkan kepada orang
yang meninggal tersebut. Setelah selesai membaca tahlilan dan yasinan mereka
melakukan makan bersama, minimal snak, bisa makan secara komplit (nasi lengkap lauk-
pauk, makan-makanan, air minum).
9. Komentar tokoh-tokoh fikh tentang prevalensi secara singkat adalah bid’ah karena tidak
diajarkan oleh Rasulullah. Sebelas tokoh mazhab fikih ini adalah: Imam Hanafi, Imam
Syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbal, Sufyan as-Sauri, Sufyan bin ‘Uyainah,
Lais bin Rahawaih, Ibnu Jarir, Dawud azh-zhahiri, dan al-Auza’i. Ulama yang
membolehkan prevalensi hanyalah at-Tahthawi dari kalangan Hnbaliyah.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
‘Abd al-Baqi, Ahmad Fuad, 1996, al-Lu’lu wa al-Marjan,I, (trans), Ghazali Mukri, Surabaya: al-
Ikhlas.
Al-Banani, 1402 H., Hasyiyah al-Banani ‘Ala Matn al-Jam’u al-Jawami’, II. Beirut: Dar al-
Fikr.
138
“ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; PN
BalaiPustaka.
Ibrahim, Majdi as-Sayyid, 1994, 50 Wasiat Rasulullah Bagi Wanita (trans). Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Ibn Ahmad, as-Syyiad’Alawi, [t.th.], Majmu’a Sab’ah Kutub Mufidah [t.t], Syirkah Nur Asia.
Ibn Majah, [t.th.], Sunan Ibnu Majah,I,Beirut: Dar al-Fikr.
Ismani, Nila, 2001, Etika Keperawatan.Jakarta: Widya Medika.
Al-Kufi, Ibn Abi Syaibah, 1409 H., Mashnaf Ibn Abi Syaibah, II. Riyad: Maktabah ar-Rasyad.
Al-Munawwir, Ahmad Warson,1984, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap.
Yogyakarta: Ponpes Krapyak.
An-Nawawi, Abu Zakaria bin Syaraf, [t.th.], Riyad ash-Shalihin, Surabaya: Syirkah Maktabah
wa Mathba’ah Ahmad bin Nabhan wa Auladuh.
“Sinopsis Dasar-Dasar Keperawatan”, [t.th.], Buku XV. Jakarta: Pusdiklat Departemen
Kesehatan Republik Indonesia japan Internasional Corporation City.
At-Turmuzi, Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, [t.th.], Sunan at-Turmuzi,II-V. Semarang:
Toha Putra.
Boyd, M. A. (1998). psychiatric nursing: contemporary practice. Philadelphia: Lippincott
Fontaine, K. L. (2003). Mental health nursing. (5th ed). New Jersey: Pearson Education, Inc
Karen, F.L. 2003. Mental health Nursing. (5th ed).New Jersey. Pearson Education.Inc.
Keliat, dkk. (2007). Modul IC-CMHN. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Poerwanto, W.J.S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia.(3th ed), Jakarta, Balai Pustaka, Departemen
Pendidikan nasional.
Schultz, J. M. (1998). Psychiatric Nursing Care Plans. (5th ed). Philadelphia : Lippincott
Shives, L. R. (1998). Basic concepts in psychiatric - mental health nursing. (4th ed.) New York:
Lippincott.
139
Shives, L.R. (2005). Basic Concepts of Psychiatric Mental health Nursing. (6th ed).Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins
Stuart, G.W., Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of Psychiatric Nursing. ( 7th ed). Philadelphia.
Mosby.
Tomey, A. M. (1998). Nursing theories and their work. (4th ed). St.Louis: Mosby
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition).
St.Louis : Mosby
Wilkinson, J.M. (2005). Prentice hall nursing diagnosis handbook with nic intervention and noc
outcomes. (8th ed). New Jersey: Pearson Prentice Hall.
140