Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEGEL EXERCISE UNTUK LANSIA

“MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


KEPERAWATAN GERONTIK”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII


NURUL ALFI SYAHRA (P00320015040)
NOVIANTI RUSLI (P00320015039)
IKING (P00320015022)
IRSAN PRAYOGU (P00320015023)
WIKA AL RAJAB (P00320015049)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya Penulis
bisa menyelasaikan makalah ini yang berjudul “Makalah Kegel Exercise Untuk Lanjut Usia”.
Laporan ini kami buat guna untuk memenuhi kewajiban kami sebagai Mahasiswa yaitu
mengumpulkan tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dosen atas bimbingan dan ilmu
yang telah diberikan kepada kami sekaligus pemberian tugas ini guna untuk sebagai bekal kami
dimasa yang akan datang. Dan tidak lupa juga Penulis ucapkan terima kasih banyak kepada
teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat kepada kami dalam penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu dengan kerendahan hati Penulis meminta kepada para pembaca agar senantiasa
dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis harapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga apa yang telah Penulis kerjakan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamin.

Kendari, 10 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
DaftarPustaka ........................................................................................................... ii
BabI Pendahuluan .................................................................................................... 1
A......................................................................................................................Latar
Belakang......................................................................................................... 1
B......................................................................................................................Rumusan
Masalah .......................................................................................................... 2
C......................................................................................................................Tujuan
.........................................................................................................................2
D......................................................................................................................Manfaat
.........................................................................................................................2
BabII........................................................................................................................... 3
A......................................................................................................................Pengertian
Keperawatan GerontikdanPenuaan ........................................................... 3
B......................................................................................................................Perubahan
Terkait Usia PadaSistemUrinaria ................................................................ 3
C......................................................................................................................Kegel
Exercise .......................................................................................................... 6
BabIII ......................................................................................................................... 9
A......................................................................................................................Kesimpulan
.........................................................................................................................9
B......................................................................................................................Saran9
DaftarPustaka ........................................................................................................... 10

3
BI
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

B
A
Laporan WHO tahun 2013 menyebutkan bahwa sekitar 200 juta penduduk di seluruh
dunia mengalami inkontinensia urin, tetapi angka yang sebenarnya tidak diketahui karena
banyak kasus yang tidak dilaporkan. Hanya kurang dari 40% penderita inkontinensia urin
yang mencari pertolongan karena masalah ini dianggap sebagai suatu hal yang memalukan,
merupakan hal yang wajar dari proses menua, penyakit yang sudah tidak dapat diobati, atau
bahkan dokter menganggap sebagai suatu masalah kesehatan yang tidak serius dan tidak
perlu diobati.
Proses menua merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi antara satu sama lain. Keadaan tersebut
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada lanjut usia. (Anwar, 2010).
Dari perubahan-perubahan yang terjadi pada usia tersebut, perubahan pada sistem
perkemihan atau sistem urinaria secara potensial memiliki tingkat kepentingan yang cukup
besar. Inkontinensia urine adalah salah satu masalah yang banyak dialami oleh lansia dan
perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia.
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial. Merupakan
salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia (Soetojo, 2006).
Laporan WHO tahun 2013 menyebutkan bahwa sekitar 200 juta penduduk di seluruh
dunia mengalami inkontinensia urin, tetapi angka yang sebenarnya tidak diketahui karena
banyak kasus yang tidak dilaporkan. Hanya kurang dari 40% penderita inkontinensia urin
yang mencari pertolongan karena masalah ini dianggap sebagai suatu hal yang memalukan,
merupakan hal yang wajar dari proses menua, penyakit yang sudah tidak dapat diobati, atau
bahkan dokter menganggap sebagai suatu masalah kesehatan yang tidak serius dan tidak
perlu diobati.
4
Di dunia diperkirakan 20 % perempuan menderita gangguan inkontinensiaurin.
Sedangkan di 11 negara Asia termasuk Indonesia ditemukan 5.052 perempuan yang
menghadapi problem inkontinensia urin (Widyaningsih, 2009).
B. RUMUSANMASALAH

5
1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan gerontik danpenuaan?
2. Bagaimana perubahan terkait usia pada sistemurinaria?
3. Bagaimana pelaksanaan dari kegelexercise?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan gerontik danpenuaaan
2. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada sistemurianaria
3. Untuk mengetahui tata cara dalam melakukan pemberian kegelexercise
D. MAN FAAT
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah selain untuk menambah wawasan mahasiswa
keperawatan, juga sebagai bahan acuan dalam pemberian implementasi keperawatan tentang
kegel exercise.

BAB II
PEEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEPERAWATAN GERONTIK DANPENUAAN

6
Keperawatan gerontik adalah praktik perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua (Lueckerotte, 2000)
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang professional
dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsokososial dan
spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia >60 tahun, baik yang kondisinya
sehat maupun sakit. (Maryam, dkk, 2011)
Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat
menjalankan perannnya pada tiap tatanan pelayanan (dirumah sakit, rumah, dan panti)
dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untukmeningkatkan
fungsi optimal para lansia secara komprehensif.
Penuaan merupakan proses perubahan normal yang berhubungan dengan waktu,
sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari
rentang kehidupan. (Fatimah, 2010)
Menurut UU RI No.4 tahun 1965 lanjut usia adalah mereka yang berusia 65 tahun
keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang
diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional
Tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas lanjut usia adalah 60 tahun atau lebih.
Secara umum manusia dikatakan lanjut usia apabila sudah berusia 60 tahun, tetapi
definisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologis dan kronologis.
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
memperatahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia dalam menghadapi kematian dengan
tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik. (Maryam, dkk, 2011)
B. PERUBAHAN TERKAIT USIA PADA SISTEMURINARIA
Penyimpanan dan pengeluaran urine dalam interval yang sesuai adalah suatu proses
koordinasi volunter dan involunter yang rumit. Sistem tersebut harus utuh secara fisik dan
neurologis dan harus terdapat kesadaran kognitif dan keinginan untuk berkemih dan tempat
serta situasi yang tepat untuk melakukannya.
Kandung kemih berisi urine yang dikeluarkan dari ureter dengan kecepatan 2
ml/menit. Otot kandung kemih (detrusor) relaksasi untuk mengakomodasi peningkatan
volume ketika sfingter internal pada leher kandung kemih dan sfingter eksternal pada otot-
otot dasar panggul konstriksi sehingga kebocoran tidak terjadi. Kapasitas kandung kemih
yang normal sekitar 300-600 ml, dengan sensasi keinginan untuk berkemih dirasakan. Ketika
berkemih atau miksi terjadi, otot detrusor kontraksi dan sfingter internal dan eksternal
relaksasi, yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda, hampir semua urine dikeluarkan

7
dalam proses ini. Pada lansia, tidak semua urine dikeluarkan, tetapi dengan residu urine
50mL atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari 100mL mengindikasikan adanya
retensi urine secara signifikan.
Secara neurologi, jalur untuk relaksasi dan kontraksi adalah dalam medulla spinalis
pada pusat miksi sacral (S2-S4) dan dalam T11 sampai L2. Pengendalian yang terlokalisasi
digantikan oleh pusat kendali kandung kemih dalam korteks serebral dan oleh batang otak.
Gangguan pada titik apapun pada sistem ini memiliki konsekuensi untuk inkontinensia.
Sebagai contoh, pasien dengan dimensia dengan kehilangan kogitif tidak mengalami
hambatan social dalam berkemih dikoridor ruangan dengan adanya orang lain disekitarnya.
Perubahaan pada umumnya yang menyertai penuaan, termasuk kapasitas kandung
kemih yang lebih kecil. Peningkatan volume residu dan kontriksi kandung kemih yang tidak
disadari. Pada wanita lansia, penurunan produksi estrogen menyebabkan atrofi jaringan
uretra dan efek akibat melahirkan dapat dilihat pada melemahnya otot-otot dasar panggul.
Pada pria lansia, hipertrofi prostat menyebabkan tekanan pada leher kandung kemih dna
uretra. Penurunan waktu reaksi dapat juga memengaruhi pengendalian neurologis pada
kandungkemih.Atrofiotot-ototakibatpenuaansecaraumummemengaruhiototkandung
kemih, sehingga kontraksi tidak sekuat pada usia muda.
Berikut perubahan struktur dan fungsi pada penuaan sistem renal dan urinaria:
1. Perubahan struktur :
a. Membrane basalis glomerulusmenebal
b. Toatl permukaan glomerular berkurang
c. Panjang dan volume tubulus proksimalmenurun
d. Pada tubulus distal berkembangdiverticula
e. Sirkulasi renal berubah atauberkurang
f. Kapasitas kandung kemih menurun
g. Volume residualmeningkat
h. Terjadi kontraksi kandung kemih secara involunter(detrusor)
2. Perubahan fungsi
a. GFR seringmenurun
b. Kemampuan konsentrasi menurun
c. Nokturia sering terjadi
d. Serum kreatinin tetap sama
e. Kecenderungan kehilangan garam telah diketahui
f. Metabolisme kalsium dan vitamin D mungkin terpengaruh
g. Mekanisme homeostatis berubah dan menjadisulit
h. Frekuensi meningkat, interval antara keinginan dan berkemih menurun. (Stanley
& Beare, 2006)

8
Adapaun perubahan normal pada sistem urinaria akibat penuaan menurut Stanley &
Beare (2006) terlihat pada tabel berikut :
Perubahan Normal Terkait Usia Implikasi Klinis
Penebalan dasar membrane Fiktrasi darah kurang efisien
Penurunan area permukaan glomerular
Penurunan panjang dan volume tubulus
proksimal
Penurunan aliran darah vascular
Penurunan total cairan tubuh
Penurunan massa otot yang tidakberlemak
Risiko dehidrasi
Peningkatan total lemak tubuh
Penurunan cairan intra sel
Penurunan sensasi haus
Penurunan kemampuan untuk memekatkan
urine Penigkatan risiko oeteoporosis
Penurunan hormone yang penting untuk absorsi
Peningkatan risiko inkontinensia
kalsium dari saluran gastrointestinal
Penurunan kapasitas kandung kemih
Peningkatan volume residu
Peningkatan kontraksi kandung kemih yang
tidak disadari
Atrofi pada otot kandung kemih secara umum

C. KEGELEXERCISE
Kegel Exercise atau senam Kegel merupakan terapi non operatif yang palingsering
dilakukan untuk mengatasi stress inkontinensia karena membantu meningkatkan tonus dan
kekuatan otot pada uretra dan periuretra (Bobak, 2004)
Latihan kegel exercise dianjurkan bagi mereka yang mengalami inkontinensia stress.
Otot-otot yang terlibat dapat diidentifikasi dengan cara memberitahukan pasien untuk
menghentikan aliran urin pada pertengahan pancaran. Otot-otot yang digunakan untuk
melakukan hal ini adalah otot-otot yang akan diperkuat. (Stanley & Beare, 2006)
Senam Kegel hasilnya tidak akan didapat dalam waktu sehari. Pada penelitian
sebelumnya, senam Kegel dilakukan sebanyak 10 kali dalam 4 minggu dapat memberikan
hasil yang bermanfaat untuk memperkuat otot-otot panggul yang dibuktikan dari hasil
penelititannya yaitu adanya pengaruh signifikan senam Kegel terhadap tingkat inkontinensia
(Wahyu W, 2009).
Pelatihan senam Kegel dengan frekuensi tiga kali perminggu selama empat minggu
lebih efektif dibandingkan dengan senam Kegel dengan frekuensi satu kali seminggu selama

9
empat bulan dalam menurunkan frekuensi buang air kecil wanita usia 50-60 tahun yang
mengalami stress urinary incontinence di Sanggar Senam Citra Denpasar (Lestari, 2011).
1. Tujuan
Latihan kegel exercise bertujuan untuk mencapai 40 sampai 60 kali pengurangan selama
10 detik setiap harinya. Melakukan 15 kali latihan pada waktu makan dan waktu tidur
merupakan jadwal yang mudah diingat. Peningkatan dapat dilihat dalam waktu 4 sampai
6 minggu, dengan peningkatan maksimal selama 3 bulan. (Stanley & Beare, 2006)
2. Indikasi SenamKegel
Senam Kegel dianjurkan bagi wanita dan pria yang umumnya memiliki keluhan terkait
lemahnya otot PC. Berikut adalah beberapa indikasi senam Kegel:
a. Pria dan wanita yang memiliki masalahinkontinensia (tidak mampu menahan
buang air kecil).
b. Wanita yang sudah mengalami menopause untuk mempertahankan kekuatanotot
panggul dari penurunan kadar estrogen.
c. Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunnya rahim) karena melemahnyaotot
dasar panggul, juga untuk wanita yang mengalami masalah seksual.
d. Pria yang mengalami masalah ejakulasi dini serta ereksi lebih lama.(Ardani,
2010).
3. Kontra Indikasi Pemberian Senam Kegel
Penderita penyakit jantung yang dapat mengakibatkan nyeri dada saat melakukan gerakan
minimal, penderita diabetes, penderita hipertensi, dan penderita penyakit kelamin
(Hartati, 2009 dalam Ardani,2010).
4. Tahap Pelatihan SenamKegel
Tahappelatihan senam Kegel dibagi menjadi tiga bagian latihan sesuai dengan
kemampuan klien dalam melakukan latihan. Pelatihan senam Kegel dibedakan menjadi
tiga yaitu pelatihan gerak cepat, pelatihan mengencangkan dan pelatihan super Kegel.
a. Pelatihan Gerak Cepat
Pelatihan pertama adalah pelatihan gerak cepat, dilakukan dalam posisi duduk,
berdiri, berbaring, jongkok, atau posisi apa saja yang terbaik.
b. Pelatihan Mengencangkan
Setelah pelatihan gerak cepat, dilanjutkan dengan pelatihan senam Kegel berikutnya.
Saat mengencangkan ODP, tetap kencangkan kuat-kuat selama satu hingga dua detik
kemudian lepaskan dan ulangi masing-masing dengan sepuluh hitungan. Tegangkan,
tahan dan lepaskan otot tersebut.
c. Pelatihan Super Kegel
Tahap selanjutnya adalah super Kegel yang diberikan untuk orang-orang yang telah
menguasai senam Kegel. super Kegel dilakukan dengan mengencangkan ODP

10
sekencang-kencangnya sampai hitungan sepuluh kemudian lepaskan. Lakukan
berulang-ulang dengan sepuluh hitungan setidaknya sekali sehari (Di Fiori, 2005
dalam Ardani, 2010).
5. Petunjuk SenamKegel
Senam Kegel dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Posisi berdiri tegak dengan posisi kaki lurus dan agakterbuka.
b. Fokuskan konsentrasi pada kontraksi otot daerah vagina, uretra danrectum.
c. Kontraksikan ODP seperti saat menahan defekasi atauberkemih.
d. Rasakan kontraksi ODP, pastikan kontraksi sudah benar tanpa adanya kontraksi
ototabdominal,contohnyajanganmenahannapas.Controlkontraksiototabdominal
dengan meletakkan tangan pada perut.
e. Pertahankan kontraksi sesuai kemampuan kurang lebih sepuluhdetik.
f. Rileks dan rasakan ODP dalam keadaanrileks.
g. Kontraksikan ODP kembali, pastikan kontraksi otot sudahbenar.
h. Rileks dan coba rasakan otot-otot berkontraksi danrileks.
i. Sesekali percepat kontraksi, pastikan tidak ada kontraksi ototlain.
j. Lakukankontraksiyangcepatbeberapakali.Padatahapawal,lakukantigakali
pengulangan karena otot yang lemah mudah lelah.
k. Target latihan ini adalah sepuluh kali kontraksi lambat dan sepuluh kali kontraksi
cepat. Tiap kontraksi dipertahankan selama sepuluh hitungan. Lakukan enamhingga
delapan kali selama sehari atau setiap saat.
l. Senam Kegel dapat pula dilakukan secara sederhana dengancara:
1) Saat berkemih coba untuk menahan aliran urin sampai beberapakali.
2) Pada posisi apapun, coba lakukan kontraksi ODP. Pertahankan selama tiga
sampai lima detik jika sudah terbiasa latihan dapat ditingkatkan menjadi sepuluh
detik (Pudjiati, Sri Surini & Utomo; Di Fiori, 2005 dalam Ardani,2010).

11
BAB III
PEUTUP
A. KESIMPULAN
Penuaan merupakan proses perubahan normal yang berhubungan dengan waktu,
sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari
rentang kehidupan.
Pada usia lanjut terdapat banyak masalah kesehatan seperti inkontinensia urine.
Dalam mengatasi masalah inkontinensia urine, perawat dapat memberikan salah satu
implementasi keperawatan yaitu kegel exercise.
Kegel Exercise atau senam Kegel merupakan terapi non operatif yang paling sering
dilakukan untuk mengatasi stress inkontinensia karena membantu meningkatkan tonus dan
kekuatan otot pada uretra dan periuretra.
Senam Kegel hasilnya tidak akan didapat dalam waktu sehari. Pada penelitian
sebelumnya, senam Kegel dilakukan sebanyak 10 kali dalam 4 minggu dapat memberikan
hasil yang bermanfaat untuk memperkuat otot-otot panggul yang dibuktikan dari hasil
penelititannya yaitu adanya pengaruh signifikan senam Kegel terhadap tingkat inkontinensia.
B. SARAN
1. Bagi pembaca : dapat memahami tentang kegel exercise untuklansia
2. Bagi penulis : memperbanyak lagi wawasan tentang keperawatan gerontik agar
dapat dijadikan bekal untuk menjadi tenaga keperawatan yangprofessional

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Z, (2010), Penanganan gangguan tidur pada lansia. Diakses 10 Maret 2018
http://researchreport.umm.ac.id/index.php/research--report/article/viewFile/ 341/ 453
ummresearch report full text.pdf

12
Ardani, N.M.K. (2010). Pengaruh Senam Kegel Terhadap Kontraksi Otot Dasar Panggul Pada
Lansia Wanita Di Banjar Pegok Denpasar Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar : Keperawatan Maternitas Ed.4. EGC : Jakarta
Fatimah, S.Kp. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia. TIM : Jakarta
Lestari, W. (2011) Perbandingan Senam Kegel 1x Seminggu Dengan 3x Seminggu Terhadap
Penurunan Frekuensi Buang Air Kecil Pada Wanita Dewasa Usia 50-60 Tahun Dengan
Stress Urinary Incontinence. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
Maryam, R. S, dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika : Jakarta
Stanley, M & Beare, P. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2. EGC : Jakarta
Soetojo.(2006). Inkontinensia Urin perlu Penanganan Multi Disiplin. Diakses tanggal 10 Maret
2018 dari http://unair.ac.id/2009/03/13/inkontinensiaurine-perlupenanganan-multi-
disiplin/
Wahyu, W. (2009). Pengaruh Senam Kegel Terhadap Frekuensi Inkontinensia Urine Pada Lansia
Di Panti Werda Pucang Gading Semarang. Skripsi Diterbitkan. Semarang: Universitas
Muhammadiyah
Widyaningsih, Wahyu, (2009), Pengaruh Latihan Kegel Terhadap Frekuensi Inkontinensia Urine
Pada Lansia di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Diakses tanggal 9 Maret 2018
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-
gdlwahyuwidya-5190

13

Anda mungkin juga menyukai