Anda di halaman 1dari 16

DETERMINAN SOSIAL TERHADAP DIABETES MILETUS

TIPE 2

MAKALAH

OLEH :

Marlita NIM 2017.D.01.014

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN
MASYARAKAT TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpah rahmat-Nya sehingga kami bias menyelesaikan makalah ini
dengan baik.Dalam pembuatan proposal ini tidak jauh dari dukungan berbagai
pihak, baik dari keluarga, teman-teman, keluarga, maupun dosen yang setia
memberikan masukan yang sangat berharga bagi proses pembuatan proposal ini.

Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena sebagai manusia kami tidak lepas dari kesalahan,
maka dari itu kami mohon dukungan dari berbagai pihak demi kebaikan
kedepannya.Demikianlah proposal ini kami buat, atas perhatian dan
kesempatannya untuk membaca kami ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................

DAFTAR ISI................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................

A. Latar belakang....................................................................
B. Tujuan ...............................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................

A. Pengertian diabetes............................................................
B. Gejala diabetes miletus......................................................
C. Upaya pencegahan diabetes milestus mengingat jumah
Pasien yang semakin meningkat dan besarnya biaya........
D. Pengelolaam diabetes melitus tujuan pengelolaan diabetes
Miletus...............................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................

A. Simpulan ...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit tidak menular atau Non Communicable Diseases (NCD)
membunuh 38 juta orang setiap tahun. Hampir tiga perempat dari
kematian adalah akibat NCD yaitu sebanyak 28 juta jiwa, terjadi di
negaraberpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah penyakit
kardiovaskularuntuk sebagian kematian akibat NCD atau 17,5 juta orang
per tahun,diikuti oleh kanker (8,2 juta), penyakit pernapasan (4 juta), dan
diabetes(1,5 juta). Ini adalah 4 kelompok penyakit untuk 82% dari semua
kematian
NCD yaitu, penggunaan tembakau, aktivitas fisik, pengguna alkohol dan
diet yang tidak sehat semua meningkatkan risiko kematian dari NCD
(WHO, 2015). Delapan negara yang memiliki indeks kualitas hidup
rendah dan sangat rendah yaitu: Ho Chi Minh City, Vietnam (8.92%),
Dhaka, Bangladesh (29.84%), Manila, Philippines (41.10%), Kuala
Lumpur, Malaysia (43.23%), Bangkok, Thailand (51.49%), Mumbai, India
(54.62%), Rio De Janeiro, Brazil (55.88%), dan Jakarta, Indonesia
(59.41%). Indeks Kualitas Hidup (lebih tinggi lebih baik) adalah perkiraan
kualitas hidup secara keseluruhan dengan menggunakan rumus empiris
yang rumus saat ini (yang ditulis dalam bahasa pemrograman Java).
Indonesia dengan nilai indeks kualitas hidup 59,41% didefiniskan dengan
tingkat indeks kualitas hidup masih rendah (Numbeo, 2016). Diabetes
adalah salah satu keadaan darurat kesehatan global terbesar sejak abad 21.
Setiap tahun semakin banyak orang hidup dengan kondisi tersebut, yang
dapat mengakibatkan komplikasi yang mengubah hidup. Selain 415 juta
orang dewasa di dunia yang diperkirakan saat ini menderita diabetes,
terdapat 318 juta orang dewasa dengan gangguan toleransi glukosa, yang
menempatkan mereka pada risiko tinggi penyakit di masa depan
(Aldworth Jeannette et al., 2015). Diabetes mellitus mempengaruhi 24 juta
orang di Amerika Serikat. Untuk mengelola diabetes mereka berhasil,
pasien harus mematuhi rejimen pengobatan yang mencakup pembatasan
diet, tujuan aktivitas fisik, dan pemantauan kadar glukosa. Banyak faktor
yang mempengaruhi kemampuan pasien untuk mematuhi rejimen
pengobatan, misalnya, keyakinan individu, harapan pengobatan, keyakinan
kesehatan, dan kurangnya dukungan sosial. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk Mengatasi bagaimana perbedaan jenis dukungan, seperti
dukungan fungsional atau emosional, terkait dengan hasil bagi pasien.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk meringkas apa yang dikenal dari
dampak dukungan sosial dan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan
pada pasien dengan diabetes dan untuk mengeksplorasi metode saat ini
dan intervensi yang digunakan untuk memfasilitasi dukungan keluarga
untuk pasien diabetes (Miller and DiMatteo, 2013). Penanganan diabetes
melitus bertujuan untuk meminimalkan komplikasi, mengurangi
penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup. Kualitas hidup telah muncul
sebagai paradigma baru penilaian hasil kesehatan dan beban penyakit.
Kulitas hidup merupakan konsep multi dimensi yang mencakup berbagai
macam atribut mempengaruhi persepsi dan kepuasan individu dengan
kehidupan. Penilaian kualitas hidup di antara pasien dengan diabetes telah
melalui pendekatan yang berbeda(Daher et al., 2016).
B. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara terapi gizi / diet dengan kualitas hidup
penderita diabetes mellitus tipe 2.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diabetes
Melitus Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu sindrom klinik yang
khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi
atau penurunan efektifitas insulin. Gangguan metabolik ini mempengaruhi
metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, air dan elektrolit. Gangguan
metabolisme tergantung pada adanya kehilangan aktivitas insulin dalam
tubuh dan pada banyak kasus, akhirnya menimbulkan kerusakan selular,
khususnya sel endotelial vaskular pada mata, ginjal dan susunan saraf
(Soegondo, 2004).
Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes melitus adalah
suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar glukosa
darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) dengan diagnosa kadar gula
darah sewaktu >> 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa >> 120 mg/dl,
yang terjadi oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin
adalah suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, mengendalikan
kadar kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya. Pada penderita diabetes kemampuan tubuh untuk
bereaksi terhadap insulin dapat menurunkan atau pankreas dapat
menghentikan sama sekali produksi insulin. Oleh karena itu terjadi
gangguan jumlah insulin sehingga pengaturan kadar glukosa darah
menjadi tidak stabil.Diabetes Mellitus Tipe-2 atau Tidak Tergantung
Insulin (DMTTI) Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari
kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang melibatkan reseptor
insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama
adalah berkurangnya sensitivitas terhadap insulin, yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia
dapat diatasi dengan berbagai cara dan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi gula
dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.
Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh
terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya
lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap
efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif (Mirza, 2008). DM
Tipe-2 biasanya terjadi pada usia > 40 tahun. Penderita DM Tipe-2 lebih
sering dijumpai dari pada DM Tipe-1, proporsinya mencapai 90% dari
seluruh kasus diabetes. Pasien-pasien yang termasuk dalam kelompok
DM Tipe-2 biasanya memiliki berat badan yang berlebih dan memiliki
riwayat adanya anggota keluarga yang menderita DM, 25% dari pasien
DM Tipe-2 mempunyai riwayat adanya anggota keluarga yang menderita
DM. Kembar identik dengan DM Tipe-2, pasangan kembarnya akan
menderita penyakit yang sama (Noer, 1996).
B. Gejala Diabetes Melitus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut (Mirza, 2008). Penderita kencing manis umumnya
menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua
dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan
seseorang Tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
kencing manis dapat halnya pada penderita Diabetes Mellitus Tipe-2,
umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka
mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis. 2.6.4.
Determinan Diabetes Melitus Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
diabetes melitus terdiri dari:
1. Genetik Diabetes melitus dapat menurun menurut silsilah keluarga
yangmengidap penyakit diabetes melitus, yang disebabkan oleh karena
kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan
insulin dengan baik. Individu yang mempunyai riwayat keluarga
penderita diabetes melitus memiliki resiko empat kali lebih besar jika
dibandingkan dengan keluarga yang sehat. Jika kedua orang tuanya
menderita diabetes melitus, insiden pada anak-anaknya akan
meningkat, tergantung pada umur berapa orang tuanya mendapat
diabetes melitus. Resiko terbesar bagi anak-anak untuk mengalami
diabetes melitus terjadi jika salah satu atau kedua orang tua mengalami
penyakit ini sebelum 40 tahun. Walaupun demikian, tidak lebih dari 25
% dari anak-anak mereka akan menderita penyakit diabetes melitus
dan gambaran ini lebih rendah pada anak-anak dari orang tua dengan
diabetes melitus yang timbulnya lebih lanjut (Waspadji, 1997).
2. Umur Bertambahnya usia mengakibatkan mundurnya fungsi alat
tubuh sehingga menyebabkan gangguan fungsi pankreas dan kerja dari
insulin. Pada usia lanjut cenderung diabetes melitus tipe 2 (Noer,
1996).
3. Pola Makan dan Obesitas Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi
pergeseran pola makan di masyarakat, seperti pola makan di berbagai
daerah pun berubah dari pola makan tradisional ke pola makan
modren. Hal ini dapat terlihat jelas dengan semakin banyaknya orang
mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan berlemak.
Kelebihan mengkonsumsi lemak, maka lemak tersebut akan tersimpan
dalam tubuh dalam bentuk jaringan lemak yang dapat menimbulkan
kenaikan berat badan(obesitas).Kelebihan berat badan atu obesitas
merupakan faktor resiko dari beberapa penyakit degeneratif dan
metabolik termasuk diabetes melitus. Pada individu yang obesitas
banyak diketahui terjadinya retensi insulin. Akibat dari retensi insulin
adalah diproduksinya insulin secara berlebihan eleh sel beta pankreas,
sehingga insulin didalam darah menjadi berlebihan (hiperinsulinemia).
Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan
pengeluaran natrium oleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma
neropineprin. Insulin diperlukan untuk mengelola lemak agar dapat
disimpan ke dalam sel-sel tubuh. Apabila insulin tidak mampu lagi
mengubah lemak menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh, maka
lemak akan tertimbun dalam darah dan akan menaikkan kadar gula
dalam darah (Noer,1996).
4. Kurangnya Aktivitas Fisik Aktivitas fisik seperti pergerakan badan
atau olah raga yang dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat
dilakukan untuk menghindari kegemukan dan obesitas. Pada saat
tubuh melakukan aktivitas atau gerakan maka sejumlah gula akan
dibakar untuk dijadikan tenaga, sehingga jumlah gula dalam tubuh
akan berkurang sehingga kebutuhan hormon insulin juga berkurang.
Dengan demikian, untuk menghindari timbulnya penyakit diabetes
melitus karena kadar gula darah yang meningkat akibat konsumsi
makanan yang berlebihan dapat diimbangi dengan aktifitas fisik yang
seimbang, misalnya dengan melakukan senam, jalan jogging, berenang
dan bersepeda. Kegiatan tersebut apabila dilakukan secara teratur dapat
menurunkan resiko terkena penyakit diabetes melitus, sehingga kadar
gula darah dapat normal kembali dan cara kerja insulin tidak terganggu
(Soegondo, 2004).
5. Kehamilan Diabetes melitus yang terjadi pada saat kehamilan disebut
Diabetes Melitus Gestasi (DMG). Hal ini disebabkan oleh karena
adanya gangguan toleransi insulin. Pada waktu kehamilan tubuh
banyak memproduksi hormon estrogen, progesteron, gonadotropin,
dan kortikosteroid, dimana hormon tersebut memiliki fungsi yang
antagonis dengan insulin. Untuk itu tubuh memerlukan jumlah insulin
yang lebih banyak. Oleh sebab itu, setiap kehamilan bisa menyebabkan
munculnya diabetes melitus. Jika seorang wanita memiliki riwayat
keluarga penderita diabetes melitus, maka ia akan mengalami
kemungkinan lebih besar untuk menderita Diabetes Melitus
Gestasional (Waspadji, 1997).

C. Upaya Pencegahan Diabetes Melitus Mengingat jumlah pasien yang


semakin meningkat dan besarnya biaya
perawatan pasien penderita diabetes melitus yang terutama disebabkan
oleh karena komplikasi, maka upaya yang paling baik adalah pencegahan.
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada penderita diabetes
melitus ada 3 tahap, yaitu :
1. Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah suatu upaya yang
ditujukan pada orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi,
yakni mereka yang belum menderita diabetes melitus, tetapi berpotensi
untuk menderita diabetes melitus. Pencegahan ini merupakan suatu
cara yang sangat sulit karena yang menjadi sasarannya adalah orang-
orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat sehingga
cakupannya menjadi sangat luas (Noer, 1996). Yang bertanggung
jawab dalam hal ini bukan hanya profesi tetapi semua pihak, untuk
mempromosikan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup
beresiko, seperti : kampanye makanan sehat dengan pola tradisional
yang mengandung lemak rendah atau pola makan seimbang, menjaga
berat badan agar tidak gemuk dengan olah raga secara teratur. Cara
tersebut merupakan alternatif terbaik dan harus sudahditanamkan pada
anak-anak sekolah sejak taman kanak-kanak. Hal ini merupakan salah
satu upaya pencegahan primer yang sangat murah dan efektif (Noer,
1996).
2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan
atau menghambat timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan
memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi dini dilakukan
dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Menurut
WHO (1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan
tersebut memerlukan biaya yang sangat besar (PERKENI, 2002). Pada
pencegahan sekunder penyuluhan tentang perilaku terhadap sehat
seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan ditambah dengan
peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan
kesehatan, disamping itu juga diperlukan penyuluhan kepada pasien
dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan
pencegahan komplikasi.
3. Pencegahan Tertier Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang
diakibatkannya terdiri dari 3 tahap, antara lain :
a). Mencegah timbulnya komplikasi.
b). Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi kegagalan
organ.
c). Mencegah terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ atau
jaringan. Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara
pasien dan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-
dokter yang terkait dengan komplikasinya. Dalam hal ini peran
penyuluhan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien
untuk mengendalikan diabetesnya (Soegondo, 2004).
D. Pengelolaan Diabetes Melitus Tujuan pengelolaan diabetes
melitus
dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan
jangka pendek adalah hilangnya berbagai keluhan/ gejala diabetes
sehingga penderita dapat menikmati hidup sehat dan nyaman.
Sedangkan tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai
komplikasi baik pada pembuluh darah maupun pada susunan syaraf
sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas (Waspadji,
1997).
1. Edukasi / Penyuluhan Edukasi diabetes adalah pendidikan dan
latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam
pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap penderita
diabetes. Disamping kepada penderita, edukasi juga diberikan
kepada anggota keluarga penderita dan kelompok masyarakat yang
beresiko tinggi. Tim kesehatan harus senantiasa mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku. Makanya dibutuhkan
edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan
motivasi (Waspadji, 1997). Beberapa hal yang perlu dijelaskan
pada penderita diabetes melitus adalah apa penyakit diabetes
melitus itu, cara perencanaan makanan yang benar (jumlah kalori,
jadwal makan dan jenisnya), kesehatan mulut (tidak boleh ada sisa
makan dalam mulut, selalu berkumur setiap habis makan), latihan
ringan, sedang, teratur setiap hari
2. Diet Diabetes Tujuan utama terapi diet pada penderita diabetes
melitus adalah menurunkan atau mengendalikan berat badan
disamping mengendalikan kadar gula atau kolesterol. Semua ini
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mencegah paling tidak menunda terjadinya komplikasi akut
maupun kronis. Penurunan berat badan pasien diabetes melitus
yang mengalami obesitas umumnya akan menurunkan resistensi
insulin. Dengan demikian, penurunan berat badan akan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan memperbaiki
pengendalian glukosa darah (Mirza, 2008).
3. Latihan Fisik Diabetes melitus akan terawat dengan baik apabila
terdapat keseimbangan antara diet, latihan fisik secara teratur setiap
hari dan kerja insulin. Latihan juga dapat membuang kelebihan
kalori, sehingga dapat mencegah kegemukan juga bermanfaat
untuk mengatasi adanya resistensi insulin pada obesitas (Noer,
1996). Meskipun latihan teratur itu baik untuk penderita diabetes
melitus, tetapi syarat yang harus dipenuhi adalah persediaan insulin
di dalam tubuh harus cukup. Apabila latihan dikerjakan oleh
penderita diabetes melitus yang tidak cukup persediaan insulinnya,
maka latihan akan memperburuk bagi penderita tersebut. Beberapa
kegunaan dari latihan teratur setiap hari pada penderita diabetes
melitus antara lain :
a). Meningkatkan kepekaan insulin apabila dikerjakan setiap 1,5
jam sesudah makan dapat mengurangi resistensi insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin pada reseptornya.
b). Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.
c). Meningkatkan kadar kolesterol HDL yang merupakan faktor
protektif untuk penyakit jantung koroner.
d). Glikogen otot dan hati menjadi kurang, maka selama latihan
akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
e). Menurunkan total kolesterol dan trigliserida dalam darah,
karena terjadi pembak aran asam lemak menjadi lebih baik.
d). Intervensi Farmakologis Intervensi farmakologis ditambahkan
jika sasaran glukosa darah normal belum tercapai dengan
pengaturan makan dan latihan fisik. Dalam pengelolaan diabetes
melitus yang memakai obat hipoglikemia ini ada dua macam obat
yang diberikan yaitu pemberian secara oral dan secara injeksi. Obat
yang diberikan secara oral/hipoglikemia yang umum dipakai
adalah Sulfonilurea dan Binguanid. Sedangkan yang diberikan
secara injeksi adalah insulin (Waspadji, 1997).
E. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling umum daridiabetes.
Biasanya terjadi pada orang dewasa. Padadiabetes tipe 2, tubuh
mampu memproduksi insulin tetapimenjadi resisten sehingga
insulin tidak efektif. Seiring waktu,kadar insulin kemudian menjadi
tidak cukup. Keduanyaresistensi insulin dan defisiensi
menyebabkan kadar glukosa darah tinggi.
1. Gejala diabetes tipe 2 meliputi:
a). Sering buang air kecil
b). haus berlebihan
c). Berat badan
d). Penglihatan kabur banyak orang dengan diabetes tipe 2
tetapi tidak menyadari kondisi mereka pada waktu yang lama
karena gejala biasanya tidak disadari dari pada diabetes tipe 1
danwaktu bertahun-tahun untuk didiagnosis. Namun, selamaini
tubuh mengalami kerusakan akibat glukosa darah
yangberlebihan. Akibatnya, banyak orang yang sudah memiliki
berbagai macam komplikasi ketika mereka didiagnosis dengan
diabetes tipe 2. Meskipun penyebab pasti untuk penyebab
diabetes tipe 2 masih belum diketahui, adabeberapa faktor
risiko penting yang paling penting adalahkelebihan berat
badan, fisik tidak aktif dan gizi buruk. Faktor-faktor lain yang
berperan adalah latar belakang etnis, keluarga diabetes, latar
belakang masa lalu dari diabetes gestational dan usia lanjut.
Landasan pengobatan diabetes tipe 2 adalah adopsi dari diet
yang sehat,meningkatkan aktivitas fisik dan pemeliharaan berat
badan yang normal.
Jika kadar glukosa darah terus meningkat namun,orang dengan
tipe 2 diabetes dapat diresepkan insulin.Jumlah orang dengan
diabetes tipe 2 berkembang pesat diseluruh dunia. Kenaikan ini
terkait dengan penuaan populasi, perkembangan ekonomi,
peningkatan urbanisasi,kurang diet sehat dan kurangnya
aktivitas fisik.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Melitus Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu sindrom klinik


yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan
oleh defisiensi atau penurunan efektifitas insulin.
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM
atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan
kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine
sering dilebung atau dikerubuti semut (Mirza, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.acedemia.edu/37268409/MAKALAH_DIABETES_MELITUS_TIP
E_2_DISUSUN_OLEH_ANIK_YULIARTI_MARLINA_RISTIN_APRIANI

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/615/619

https://id.scribd.com/doc/255835261/makalah-tentang-diabetes-miletus-tipe-2

https://www.slideshare.net/mobile/lodymamesah/2744093777-
makalahdiabetesmelitustipe2

http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/MAKALAH-DIABETES-MILETUS-
TIPE-2-pdf

Anda mungkin juga menyukai