MAKALAH
OLEH :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpah rahmat-Nya sehingga kami bias menyelesaikan makalah ini
dengan baik.Dalam pembuatan proposal ini tidak jauh dari dukungan berbagai
pihak, baik dari keluarga, teman-teman, keluarga, maupun dosen yang setia
memberikan masukan yang sangat berharga bagi proses pembuatan proposal ini.
Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini masih
jauh dari kata sempurna karena sebagai manusia kami tidak lepas dari kesalahan,
maka dari itu kami mohon dukungan dari berbagai pihak demi kebaikan
kedepannya.Demikianlah proposal ini kami buat, atas perhatian dan
kesempatannya untuk membaca kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................
DAFTAR ISI................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................
A. Latar belakang....................................................................
B. Tujuan ...............................................................................
A. Definisi determinan..........................................................
B. Lanjut usia (lansia)
1. Proses Menua..............................................................
C. Tujuan posyandu lansia....................................................
D. Sasaran posyandu lansia...................................................
E. Kegiatan posyandu lansia.................................................
F. Mekanisme pelayan posyandi lansia menurut departemen
Kesehatan RI (2003 )........................................................
G. Perilaku dan model pemanfaatan pelayanan Keseh-
Atan...................................................................................
A. Simpulan ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Prevalensi dan insidensi nyeri punggung bawah (NPB) pada lanjut usia
(lansia) menunjukkan peningkatan. Dampak NPB adalah nyeri,spasme pada
otot, fleksibilitas punggung berkurang, fungsi punggung terganggu,
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (AKS) dan kualitas hidup
yang kurang. Faktor determinan sosial seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, status ekonomi, kepemilikan asuransi kesehatan dan fungsi
keluarga merupakan faktor yang dapat berhubungan dengan kualitas hidup
lansia penderita NPB. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan
determinan sosial dan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia dengan
NPB. Manfaat penelitian adalah sebagai sumber informasi pengetahuan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan di layanan kesehatan primer terutama
upaya promotif dan preventif.
B. Tujuan
TINJAUAN TEORI
A. Definisi determinan
1. Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan secara perlahan–lahan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering terjadi pada kaum lansia.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan
(Nugroho, 2008). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Memasuki
usia tua berarti mengalami perubahan atau kemunduran, seperti kemunduran
fisiologis, fisik dan psikologis. Kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, 1 pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk dan gerakan lamban. (Budianto, 2009).
Manusia yang mulai menjadi tua secara alamiah akan mengalami berbagai
perubahan, baik yang menyangkut kondisi fisik maupun mentalnya. Terdapat
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu batasan
penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) (2012) yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yakni ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Jika ditinjau secara
ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat. C. Pengertian dan Batasan Lanjut Usia
Menurut ilmu Gerontologi,
lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup
manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa dan merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai
usia lanjut tersebut (Nugroho, 2008). Beberapa pendapat tentang batasan umur
lanjut usia yaitu:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Determinan sosial adalah faktor-faktor penentu secara sosial di dalam
masyarakat. Pada prinsipnya determinan sosial adalah sejumlah variabel
yang tergolong dalam faktor sosial, seperti; budaya, politik, ekonomi,
pendidikan, faktor biologi dan perilaku yang mempengaruhi status
kesehatan individu atau masyarakat. Determinan sosial berkontribusi
terhadap kesenjangan kesehatan di dalam kelompok masyarakat yang
disebut determinan sosial kesehatan dan mempengaruhi kesehatan baik
secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat menjadi tolak
ukur status kesehatan masyarakat. Determinan sosial kesehatan
merupakan proses yang membentuk perilaku di dalam masyarakat.
Perilaku adalah semua kegiatan yang dilakukan manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Perilaku seseorang terbentuk dari pengetahuan, sikap dan praktek atau
tindakan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/04._BAB_I.pdf
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2636
https://e-journal.unair.ac.id/JIET/article/view/14033
http://theicph.com/id_ID/id_ID/icph/health-determinants/
https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/40472