Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan”
Dosen Pengampu :
Siti Rusdianah Jafar,SKM.,M.Kes.
Disusun Oleh
Kelompok 8
1. ARPIANI (P07120420008)
2. Adinda Shaffira Putri (P07120420002)
3. Ammar Abdullah (P07120420004)
4. Anggi Husriyanti (P07120420005)
5. Anggi Rahmawati(P00620420001)
6. Muhammad Rifki (P7124020026)
T.A. 2021/2022
KATA PENGHANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
30 Agustus 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
Kesimpulan......................................................................................................... 14
Saran.................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu, selain itu manusia disebut juga sebagai
makhluk sosial, di mana manusia tidak akan lepas dari pengaruh lingkungannya.
Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi dengan manusia lain atau disebut juga interaksi sosial. Interaksi
sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam masyarakat.
Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat
berlangsung dengan baik. Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar
dalam masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat,
lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan,
serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal
sebagaimana dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak
dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala patologis.
Masalah Sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur kebudayaan atau
masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Apabila antar unsur-
unsur tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu
sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok. Masalah-masalah
sosial tersebut berbeda dengan problema-problema lainya di dalam masyarakat
karena masalah-masalah sosial tersebut berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Hal ini dinamakan masalah karena bersnagkut-
paut dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
iv
4. Apakah Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial dalam Masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya masalah
sosial
v
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan sosial. Kata “sosial”
membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, politik, fisika, kimia, dan
masalah lainnya. Meskipun bidang-bidang ini masih terkait dengan masalah sosial.
Kata “sosial” antara lain mengacu pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial,
dan organisasi sosial. Sementara itu kata “masalah” mengacu pada kondisi, situasi,
perilaku yang tidak diinginkan, bertentangan, aneh, tidak benar, dan sulit. Masalah
Sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur kebudayaan atau masyarakat
yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
1. Soerjono Soekanto
2. Soetomo
Masalah sosial adalah sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian
besar warga masyarakat.
3. Martin S. Weinberg
Masalah sosial adalah situasi yang dinyatakan sebagai suatu yang bertentangan
dengan nilai – nilai oleh warga masyarakat yang cukup signifikan, di mana mereka
sepakat dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut.
vi
B. Faktor Penyebab Masalah Sosial dalam Masyarakat
Terdapat 4 faktor utama penyebab timbulnya masalah sosial, yaitu antara lain:
1. Faktor Ekonomi
Biasanya berupa pengangguran, kemiskinan, dll. Dalam masalah ini bisanya yang
bertanggung jawab adalah pemerintah, karena pemerintah kurang menyediakan
lapangan perkerjaan bagi masyarakat. Faktor ekonomi juga dapat dijadikan acuan
maju atau tidaknya suatu negara dan faktor eknonomi juga dapat mempengaruhi
aspek psikologis dan biologis masyarakat.
2. Faktor Biologis
Ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang dirasakan secara
nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas fisik) yang dapat
dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan masyarakat umum serta
kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun diperkotaan. Misalnya seperti
kurang gizi, penyakit menular dan lain – lain.
3. Faktor budaya
4. Faktor Psikologis
Ini muncul jika psikologis suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis juga
dapat muncul jika beban hidup yang berat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya
yang ada di daerah perkotaan, pekerjaan yang menumpuk sehingga menimbulkan
luapan emosi dan stres yang nantinya dapat memicu konflik antar anggota
masyarakat.
vii
C. Contoh Masalah yang timbul dalam Masyarakat
a. Secara Absolut, ialah kemiskinan tersebut dapat diukur dengan standar tertentu.
Seseorang yang memiliki taraf hidup di bawah standar, maka dapat disebut miskin.
Namun, jika seseorang yang berada di atas standar dapat dikatakan tidak miskin.
Melalui konsep ini, kemiskinan dilihat dari seberapa jauh peningkatan taraf hidup
lapisan terbawah yang dibandingkan dengan lapisan masyarakat lainnya.
1) Kemiskinan Natural atau Alamiah, yaitu kemiskinan yang timbul sebagai akibat
terbatasnya jumlah sumber daya atau karena tingkat perkembangan teknologi yang
rendah.
2) Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang
ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi
dan fasilitas – fasilitas secara merata.
Kriminalitas berasal dari kata “crime” yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah
semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum
pidana. Kriminalitas yang terjadi di lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar individu. Kejahatan juga dapat timbul
karena perilaku menyimpang dan kondisi masyarakat yang abnormal. Tindakan
kriminalitas yang terjadi di masyarakat harus menjadi perhatian aparat polisi dan
viii
masyarakat sekitar. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari
terjadinya masalah kriminalitas di lingkungan masyarakat, antara lain:
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks
sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
yang memiliki seperangkat kondisi:
a. Sistem ekonomi uang, buruh upah dan sistem produksi untuk keuntungan tetap
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil
ix
e. Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan
penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap
hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil
ketidaksanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.
a. Fatalisme,
Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata adil
berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun dan tidak sewenang-wenang.
Sedangkan menurut istilah keadilan adalah penagkuan dan perlakuan yang seimbang
antara hak dan kewajiban. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam
tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu :
a Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan tidak
sama yang tidak sama
x
b. Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya digunakan
dalam hal hukum bisnis
1) Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di pengadilan
dimana fokusnya adalah pelaku
Sebagai salah satu contoh lagi ketidakadilan di negara ini adalah budaya hakim
sendiri. Budaya tersebut dilakukan bila terjadi tindakan kejahatan dan menangkap
basah pelaku kejahatan tersebut. Pelaku kejahatan biasanya akan babak-belur atau
bahkan meninggal jika polisi tidak langsung menanganinya langsung. Budaya
tersebut sebaiknya tidak dilakukan oleh masyarakat, seharusnya masyarakat
xi
menyerahkan pelaku kejahatan kepada aparat hukum dan membiarkan aparat hukum
yang menindak langsung terhadap tindak kejahatan.
5. Pengangguran
Pengangguran adalah masalah serius yang dihadapi Indonesia sejak beberapa tahun
yang lalu. Jumlah penduduk yang semakin banyak tak diimbangi dengan jumlah
lapangan kerja yang banyak pula, sehingga terjadi banyak pengangguran.
Pengangguran juga bertambah seiring kebiasaan masyarakat yang datang dari daerah
memadati ibu kota. Kadang mereka datang dengan modal nekat tanpa ketrampilan
khusus sehingga di kota mereka tak punya kerjaan. Sebenarnya lapangan pekerjaan
bisa kita ciptakan sendiri tanpa harus pergi ke ibukota.
6. Pendidikan
xii
tidak hanya memperhatikan kepada kenaikan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika
kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah.
Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR
besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah
pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan
terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak
Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka
a. Kriteria Utama
Suatu masalah sosial, yaitu tidak adanya penyesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-
nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur
yang pertama dan pokok masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok
antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi nyata hidupnya. Artinya, adanya
kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang
seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup.
Pernyataan tersebut di atas sering kali diartikan secara sempit, yaitu masalah sosial
merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber
langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi, sebab-sebab
terpenting masalah sosial haruslah bersifat sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata
pada perwujudannya yang bersifat sosial, tetapi juga sumbernya. Berdasarkan jalan
pikiran yang demikian, kejadian-kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan
manusia bukanlah merupakan masalah sosial.
xiii
Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian di
uji coba pada kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah yang
menentukan apakah suatu gejala merupakan suatu masalah sosial atau tidak.
1 Dampak positif
Gejala sosial yang ada di masyarakat harus kita sikapi dengan baik. Bila kita dapat
terbuka dan mengimbangi perubahan sosial-budaya yang ada. Maka perubahan
tersebut akan berdampak positif dan memberikan kita mamfaat. Hal ini dapat dilihat
dengan kemajuan bidang tekhnologi. Dalam bidang tekhnologi kita mengenal
tekhnologi komunikasi, seperi telepon, handphone, telegram, email, dsb. Dengan
adanya alat komunikasi yang modern, maka, maka kita dapat melakukan interaksi
jarak jauh tanpa harus bertemu secara langsung.
2 Dampak negatif
Seseorang yang tidak dapat menerima perubahan yang terjadi akan mengalami
keguncangan culture shock. Ketidak sanggupan seseorang dalam menghadapi gejala
sosial akan membawa kearah prilaku menyimpang.
xiv
F. Upaya Pengendalian Masalah Sosial dalam Masyarakat
Hukum dibuat untuk mengatur anggota masyarakat agar tingkah lakunya sesuai
dengan norma yang berlaku. Apabila ada anggota masyarakat yang melakukan
penyimpangan, maka harus dihukum, sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan untuk menegakkan pelaksanaan hukum dalam masyarakat agar tercipta
keadilan dan terjaminnya kepastian hukum dalam masyarakat.
Pembinaan ini diterapkan bagi para nara pidana yang ada di lembaga
permasyarakatan. Pembinaan ini dimaksudkan agar setelah selesai menjalani
hukuman narapidana tersebut dapat kembali hidup secara wajar dan tidak mengulangi
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum. Pembinaan yang diberikan, antara lain
pembinaan keagamaan, moral, dan pemberian keterampilan sebagai modal apabila
nanti kembali ke masyarakat.
Nilai ini terutama dilakukan kepada remaja dan kelompok masyarakat terbelakang.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara langsung, misalnya dengan memberikan ceramah
xv
keagamaan melalui pengajian-pengajian dan melalui sekolah dengan memberikan
pelajaran agama dilakukan tidak langsung dengan memanfaatkan televisi dan radio
sebagai media untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang agama.
xvi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk menghadapi masalah sosial dibutuhkan sikap yang bijaksana dan cermat dalam
meneliti sebuah masalah sosial itu. Tidak sedikit masalah sosial dikaitkan dengan
suasana hati seseorang, oleh karena itu kita harus berusaha menyikapi suatu masalah
sosial dengan baik. Tidak menghakimi seseorang yang tersangkut masalah sosial
secara langsung, karena negara kita memiliki hukum yang baik untuk mengatasi hal-
hal seperti itu.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
agustus 2021
29 agustus 2021
2021
http://donaldtintin.blogspot.co.id/2018/04/klasifikasi-masalah-sosial.html
http://www.ilmupsikologi.com/2018/04//definisi-dan-klasifikasi-masalah-sosial.
xviii
xix