Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN PERKEMBANGAN MASALAH SOSIAL DAN

KEBUDAYAAN DI INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan

Dosen Pengampu:
Anika Ni’matun Nisa, M. Pd.

Disusun Oleh:
MUHAMMAD SHODIQ NUR NGAINI
NIM: 201210282
MURNI KAROMAH
NIM: 201210291

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
NOVEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Penyusun panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah dengan judul "Hubungan Perkembangan Masalah Sosial
dan Kebudayaan di Indonesia".

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun substansi materinya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penyusun
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Ponorogo, 23 Oktober 2023

Penyusun

Kelompok 11/PAI.I

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan ................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Masalah Sosial di Indonesia .............................. 3

B. Perkembangan Kebudayaan di Indonesia .................................. 12

C. Hubungan Perkembangan Masalah Sosial dan Kebudayaan di


Indonesia .................................................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 17

B. Saran ........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah sosial adalah salah satu fenomena yang terjadi dalam lingkup
masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai sosial yang ada
dalam masyarakat. Masalah-masalah tersebut memiliki sifat sosial karena
bersangkut paut dengan hubungan antar manusia dan berada di dalam suatu
kerangka bagian kebudayaan-kebudayaan yang normatif. Hal-hal tersebut
dinamakan sebagai masalah karena berhubungan dengan gejala-gejala yang
mengganggu kelanggengan suatu masyarakat.1
Masalah sosial selalu timbul dan muncul setiap saat selama dinamika
dalam masyarakat masih mengalami perkembangan dan perubahan. Masalah-
masalah sosial yang bermunculan dapat dalam bentuk yang terorganisasi
maupun tidak terorganisasi ataupun dalam bentuk individu maupun
kelompok. Masalah-masalah sosial ini terjadi secara nyata sebagai akibat dari
kurangnya penyesuaian budaya.2
Masalah sosial apabila dibiarkan secara terus menerus dan tidak ada
tindakan dapat menjadikan terganggungnya fungsionalitas sosial. Hal ini
dapat terjadi karena masalah sosial dapat berdampak pada sektor kehidupan
lainnya. Hal ini dicontohkan seperti masalah kemiskinan yang kronis dapat
menghambat fungsionalitas seseorang karena dengan kondisi tersebut
pembentukan identitas seseorang akan menjadi buruk, mengalami
ketidakpuasan pribadi, dan tidak dapat menjalankan perannya sebagai bagian
dari keluarga maupun masyarakat.3

1
Nidhia Firdha Kurniasih and Fathurrahman Kurniawan Ikhsan, “Masalah Sosial Anak
Usia Dasar,” At-Ta’lim : Media Informasi Pendidikan Islam 18, no. 1 (2019): 113.
2
Iskandar Wiryokusumo, “Problem Sosial Dan Budaya,” Jurnal Budaya Nusantara 2, no.
1 (2018): 239.
3
Budi Muhammad Taftazani, “Masalah Sosial Dan Wirausaha Sosial,” Share : Social
Work Journal 7, no. 1 (2017): 93.

1
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk melakukan pengkajian
lebih mendalam tentang masalah sosial agar nantinya dapat mengetahui
tindakan dalam mengatasinya. Oleh karena itu, makalah ini akan mengangkat
judul tentang “Hubungan Perkembangan Masalah Sosial dan Kebudayaan di
Indonesia” yang di dalamnya akan memuat penjelasan seputar perkembangan
masalah sosial, perkembengan kebudayaan, dan hubungan perkembangan
masalah sosial dan kebudayaan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan masalah sosial di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan kebudayaan di Indonesia?
3. Bagaimana hubungan perkembangan masalah sosial dan kebudayaan di
Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menjelaskan tentang perkembangan masalah sosial di Indonesia.
2. Untuk menjelaskan tentang perkembangan kebudayaan di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan tentang hubungan perkembangan masalah sosial dan
kebudayaan di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Masalah Sosial di Indonesia


1. Definisi Masalah Sosial
Ada dua kata dalam konsep masalah sosial, yaitu masalah dan
sosial. Kata masalah mengacu pada kondisi, situasi, atau perilaku yang
tidak diinginkan, bertentangan, aneh, tidak benar, dan sulit. Masalah
muncul apabila terjadi ketidaksesuaian antara harapan (das sollen)
dengan kenyataan yang terjadi (das sein). Adapun kata sosial mengacu
pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial.
Kata sosial membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, politik,
fisika, kimia, biologi, dan lain-lain.
Masalah-masalah sosial menyangkut nilai-nilai dan segi moral
karena untuk dapat mengklasifikasikan suatu persoalan sebagai masalah
sosial harus digunakan penilaian sebagai ukurannya. Apabila suatu
masyarakat menganggap bunuh diri, perceraian, dan penyalahgunaan
obat-obatan terlarang sebagai masalah sosial maka masyarakat tidak
semata-mata menunjuk pada tata kelakuan yang menyimpang, tetapi juga
mencerminkan ukuran-ukuran umum mengenai segi moral.
Definisi masalah sosial menurut para ahli diantaranya sebagai
berikut:
a. Soetomo, masalah sosial merupakan suatu kondisi yang tidak
diinginkan oleh sebagian besar masyarakat.
b. Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Berdasarkan definisi masalah sosial tersebut, maka dapat dilihat
dua elemen penting yang terkait dengannya, yaitu:

3
a. Elemen Objektif
Elemen objektif menyangkut keberadaan suatu kondisi sosial.
Kondisi sosial disadari melalui pengalaman hidup, media dan
pendidikan. Contohnya: melihat pengemis serta membaca berita
tentang orang kehilangan pekerjaan, perang, kemiskinan, dan
perdagangan manusia, kondisi sosial seperti ini membahayakan
masyarakat karena benar-benar nyata dialami masyarakat.
b. Elemen Subjektif
Elemen subjektif menyangkut keyakinan bahwa kondisi
sosial tertentu berbahaya bagi masyarakat dan harus diatasi. Kondisi
sosial seperti ini oleh sebagian masyarakat tertentu tidak dianggap
sebagai kondisi yang mengurangi kualitas hidup mereka.
Berdasarkan kedua elemen tersebut, masalah sosial didefinisikan
sebagai kondisi sosial yang dipandang berbahaya bagi anggota
masyarakat dan harus segera diatasi. Dari definisi tersebut, ada empat hal
yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Istilah masalah sosial menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah.
b. Masalah sosial adalah kondisi sulit yang memengaruhi sebagian
besar masyarakat.
c. Definisi masalah sosial mengandung optimisme untuk dapat diubah.
d. Masalah sosial adalah kondisi yang dapat diubah.4
2. Pendekatan Masalah Sosial
Dalam mendiagnosis masalah sosial diperlukan pendekatan
sebagai perangkat untuk membaca aspek masalah secara konseptual.
Eitzon membedakan dua pendekatan sebagai berikut:
a. Person Blame Approach
Person Blame Approach merupakan pendekatan untuk
memahami masalah sosial pada level individu. Diagnosis masalah
menempatkan individu sebagai unit analisisnya. Sumber masalah

4
Tim Ganesha Operation, Pasti Bisa Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI (Yogyakarta:
Penerbit Duta, 2017), 21.

4
sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang
menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut, ditemukan faktor
penyebabnya yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis ataupun
proses sosialisasinya.
b. System Blame Approach
System Blame Approach merupakan unit analisis untuk
memahami sumber masalah pada level sistem. Pendekatan ini
mempunyai asumsi bahwa sistem dan struktur sosial lebih dominan
dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat
tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu, masalah sosial
terjadi karena sistem yang berlaku tidak mampu dalam
mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk
penyesuaian antarkomponen dan unsur dalam sistem tersebut.
Untuk mendiagnosis masalah pengangguran misalnya, secara
lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor yang melekat pada
diri penganggur, seperti kurang inovatif atau malas mencari peluang,
tetapi juga perlu dilihat sumber masalahnya dari level sistem, baik
sistem pendidikan, sisitem produksi, sistem perekonomian maupun
sistem sosial politik pada tingkat yang lebih luas.5
3. Penyebab Masalah Sosial
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri
manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor
ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. Ada pula faktor-
faktor penyebab permasalahan sosial yang didasarkan pada kepincangan-
kepincangan dalam warisan fisik, warisan biologis, warisan sosial, dan
kebijaksanaan sosial. Masalah sosial yang berasal dari faktor biologis,
contohnya penyakit. Masalah sosial yang berasal dari faktor psikologis,
contohnya penyakit jiwa. Adapun masalah sosial yang berasal dari
kebudayaan, contohnya perceraian.

5
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Tujuan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015),
248.

5
Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh masyarakat,
pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan sebagainya.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok
antara nilai dalam masyarakat dan realitas yang ada. Masalah sosial
merupakan persoalan-persoalan yang muncul secara langsung atau
bersumber langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial.
Namun, ada saatnya masalah sosial juga dapat berasal dari gejala yang
bukan sosial, seperti bencana alam.
Jadi, masalah-masalah sosial berdasarkan asalnya dapat
dikategorikan menjadi empat jenis faktor yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ekonomi, seperti kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya.
b. Faktor budaya, seperti perceraian, kenakalan remaja,
kejahatan,konflik rasial dan keagamaan, dan sebagainya.
c. Faktor biologis, seperti penyakit menular, keracunan makanan, dan
sebagainya.
d. Faktor biopsikologis, seperti penyakit saraf, gangguan jiwa, aliran
sesat, dan sebagainya.6
4. Bentuk-Bentuk Masalah Sosial
Unsur-unsur dari masalah sosial adalah adanya kesenjangan yang
mencolok antara nilai-nilai dan kondisi nyata kehidupan. Ada
ketidakcocokan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang
seluruhnya terjadi dan yang telah terjadi dalam kenyataan pergaulan
hidup. Tingkatan perbedaan dalam setiap masyarakat berbeda-beda,
bergantung pada nilai-nilai yang dianutnya. Beberapa bentuk
permasalahan sosial yang lazim atau sering dijumpai dalam suatu
masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana
seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan

6
Operation, Pasti Bisa Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI, 23.

6
taraf kehidupan kelompok dan tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental maupun fisik dalam kelompok tersebut. Kemiskinan juga
dapat diartikan sebagai kesenjangan ekonomi atau ketimpangan
dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
berpendapatan tinggi dan kelompok masayarakat berpendapatan
rendah. Tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah
garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di
banyak negara berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.
John Friendman mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu
kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (essential) individu
sebagai manusia. Sementara itu, Chambers menggambarkan
kemiskinan, terutama di pedesaan, mempunyai lima karakteristik
yang saling terkait, yaitu kemiskinan material, kelemahan fisik,
keterkucilan dan keterpencilan, kerentanan, dan ketidakberdayaan.
Dari kelima karakteristik tersebut, yang perlu mendapat perhatian
adalah kerentanan dan ketidakberdayaan.
Kerentanan merupakan ketidakmampuan keluarga miskin
untuk menyediakan sesuatu guna mengatasi situasi tersebut, seperti
datangnya bencana alam, kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-
tiba menimpa keluarga miskin. Kerentanan sering menimbulkan
kondisi memprihatinkan yang menyebabkan keluarga miskin harus
menjual harta benda dan aset produksinya sehingga mereka semakin
rentan dan tidak berdaya. Adapun ketidakberdayaan adalah di mana
elit desa dengan dengan seenaknya memfungsikan diri sebagai
ekonomi yang menjaring bantuan yang sebenarnya diperuntukkan
bagi orang miskin.
Ketidakberdayaan keluarga miskin pada kesempatan yang
lain mungkin dimanifestasikan dalam hal seringnya keluarga miskin
ditipu dan ditekan oleh orang yang memiliki kekuasaan.
Ketidakberdayaan mengakibatkan terjadinya bias bantuan untuk si

7
miskin kepada kelas di atasnya yang seharusnya berhak memperoleh
subsidi, seperti kasus dana Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Secara ekonomi, kesmiskinan dapat didefinisikan sebagai
kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok
orang. Sumber daya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya
aspek finansial, melainkan semua jenis kekayaan (wealth) yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Adapun secara sosiologis, kemiskinan merupakan kondisi
standar hidup rendah yang timbul sebagai akibat adanya kembaga
kemasyarakatan di bidang ekonomi yang tidak berfungsi dengan
baik. Contohnya: di bidang produksi, distribusi, serta konsumsi dan
jasa.
Pengukuran tingkat kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Kemiskinan absolut, mengacu pada kurangnya sumber daya yang
diperlukan untuk kesejahteraan, seperti makanan, air, perumahan,
sanitasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan (kebutuhan dasar
tidak dipenuhi).
2) Kemiskinan relatif, mengacu pada kurangnya sumber daya
material dan ekonomi dibandingkan dengan beberapa penduduk
lainnya.
b. Kriminalitas/Kejahatan
Dalam sosiologi, kriminalitas atau kejahatan disebutkan oleh
kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama
menghasilkanperilaku-perilaku sosial lainnya. Menurut E. H.
Sutherland, seseorang berperilaku jahat dengan cara yang sama
dengan perilaku tidak jahat. Artinya, perilaku jahat dipelajari dalam
interaksi dengan orang lain dan orang tersebut mendapatkan perilaku
jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya dengan orang-orang
yang berperilaku cenderung melawan norma-norma hukum yang ada.

8
Kriminalitas atau kejahatan ialah suatu tindakan yang
melanggar norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat.
Kriminalitas atau kejahatan merupakan perilaku yang merugikan
orang lain dan melanggar hukum, baik direncanakan maupun tidak
direncanakan. Perilaku yang termasuk dalam tindakan kriminal,
diantaranya pencurian, penganiayaan, pembunuhan, penipuan,
pemerkosaan, dan perampokan. Tindakan ini biasanya mengakibatkan
pihak lain kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan kehilangan
nyawa (diatur dalam KUHP = Kitab Undang-undang Hukum Pidana).
Bentuk kriminalitas atau kejahatan ada bermacam-macam. Bentuk-
bentuk kriminalitas atau kejahatan yang sering terjadi di sekitar kita
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Kejahatan kerah putih (white collar crime), yaitu kejahatan yang
mengacu pada kejahatan orang-orang terpandang atau berstatus
tinggi. Contohnya korupsi dan kolusi.
2) Kejahatan kerah biru (blue collar crime), yaitu kejahatan yang
dilakukan oleh orang-orang golongan rendah. Contohnya mencuri
jemuran dan mencopet di bus.
3) Kejahatan tanpa korban (crime without victim), yaitu kejahatan
yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak
pidana orang lain. Contohnya berjudi, mabuk-mabukan, dan
penyalahgunaan narkotika.
4) Kejahatan terorganisasi (organized crime), yaitu kejahatan yang
pelakunya merupakan komplotan yang secara bersinambung
melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang atau
kekuasaan agar terhindar dari hukum. Contohnya komplotan
korupsi dan penyediaan jasa prostitusi.
5) Kejahatan korporat (corporate crime), yaitu kejahatan yang
dilakukan atas nama organisasi atas nama organisasi atau
perusahaan dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan
kerugian. Contohnya suatu perusahaan membuang limbah

9
beracun ke sungai yang mengakibatkan penduduk sekitar
mengalami berbagai jenis penyakit.
Beberapa faktor yang menjadi pendorong timbulnya kejahatan
adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya perubahan sosial, ekonomi, dan politik, seperti perang
dan bertambahnya kejahatan.
2) Pemerintah yang korup sehingga mendorong orang mencari
kesempatan untuk berbuat kejahatan.
3) Masalah kependudukan dan kesulitan ekonomi.
4) Pengembangan sikap mental yang keliru, misalnya ambisi yang
berlebihan untuk menaikkan status dengan cara menyuap.
5) Kurangnya model (teladan) dan orang yang dituakan (senior).
c. Kesenjangan Sosio-Ekonomi
Ada kalanya dalam masyarakat terjadi kesenjangan, yaitu
keadaan di mana terdapat ketidakseimbangan, tidak simetris, atau
berbeda. Kesenjangan membawa dampak pada kesenjangan sosio-
ekonomi dan stratifikasi sosial. Kesenjangan sosio-ekonomi
mencakup kemiskinan dan kesejahteraan, sedangkan sosial mencakup
kesenjangan politik dan budaya. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan sosio-ekonomi dalam kehidupan masyarakat
adalah sebagai berikut:
1) Menurunnya pendapatan per kapita akibat pertumbuhan penduduk
yang tinggi tanpa diimbangi peningkatan produktivitas.
2) Ketidakmerataan pembangungan antardaerah sebagai akibat
kebijakan politik dan kurang persiapan sumber daya manusia
(SDM).
3) Rendahnya mobilitas sosial akibat sikap mental tradisional yang
kurang menyukai persaingan dan kewirausahaan.
4) Adanya pencemaran lingkungan alam.

10
d. Masalah Kependudukan
Penduduk suatu negara pada hakikatnya merupakan sumber
daya yang sangat penting bagi Pembangunan karena penduduk
merupakan subjek dan objek pembangunan. Salah satu tugas utama
negara adalah menjamin dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya
serta mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap gangguan
kesejahteraan. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan
adalah perubahan demografis yang kadang kala tidak disadari, seperti
jumlah dan perkembangan penduduk, komposisi penduduk,
pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk dan kepadatan
penduduk, kualitas penduduk, serta mobilitas penduduk. Masalah
kependudukan perlu ditanggulangi karena pembangunan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan rakyat harus disertai dengan pengaturan
pertumbuhan jumlah penduduk melalui berbagai program
kependudukan. Gangguan-gangguan kependudukan di Indonesia
menimbulkan masalah-masalah berikut:
1) Bagaimana menyebarkan penduduk sehingga tercipta kepadatan
penduduk yang serasi untuk seluruh wilayah Indonesia.
2) Bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran sehingga
perkembangan kependudukan dapat diawali dengan seksama.
e. Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi keluarga merupakan perpecahan keluarga
sebagai suatu unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi
kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya. Pada
saat ini, disorganisasi keluarga mungkin terjadi karena konflik peran
sosial atas dasar perbedaan ras. agama, atau faktor sosial ekonomi.
Namun, ada juga disorganisasi keluarga yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan dari perubahan unsur-unsur warisan sosialnya.
Pada hakikatnya, disorganisasi keluarga pada masyarakat yang sedang
dalam masa transisi menuju masyarakat modern yang kompleks

11
disebabkan oleh keterlambatan untuk menyesuaikan diri dengan
sistuasi sosial ekonomi yang baru.
f. Kenakalan Remaja
Masalah generasi muda pada umumnya ditandai dengan dua
ciri yang berlawanan, yaitu sebagai berikut:
1) Sikap keinginan untuk melawan, misalnya dalam bentuk
radikalisme dan delinkuensi. Sikap melawan biasanya disertai
dengan rasa takut bahwa masyarakat mungkin akan hancur karena
perbuatan yang menyimpang.
2) Sikap yang apatis, misalnya penyesuaian yang membabi buta
terhadap ukuran moral generasi tua. Sikap apatis biasanya disertai
dengan rasa kecewa terhadap masyarakat.
Generasi muda biasanya menghadapi masalah sosial dan
biologis. Apabila seseorang mencapai usis remaja, secara fisik ia telah
matang, namun untuk dapat dikatakan matang dalam arti sosial masih
diperlukan faktor-faktor lainnya. Dia perlu banyak belajar mengenai
nilai dan norma masyarakatnya. Apabila dibiarkan, kenakalan remaja
dapat menimbulkan gap generation karena anak yang diharapkan
sebagai faktor kader penerus bangsa tergelincir kea rah perilaku yang
negatif. Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan, kenakalan atau delinquency
adalah perbuatan antisosial yang dilakukan oleh anak/remaja, yang
jika dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan sebagai tindak
kejahatan. Pendapat lain menyatakan bahwa perbuatan delinquency
adalah semua perbuatan penyelewengan normaa-norma kelompok
tertentu yang menimbulkan keonaran dalam masyarakat yang
dilakukan oleh anak muda.7

B. Perkembangan Kebudayaan di Indonesia


Ditinjau dari segi bahasa, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta,
yakni buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti

7
Operation, 25.

12
akal. Sehingga kebudayaan dapat diartikan segala sesuatu yang bersangkutan
dengan akal. Pendapat lain mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari
perkembangan kata majemuk budi-daya. Atas dasar ini, kebudayaan berarti
hasil dari cipta, rasa, dan karsa.
Cipta diartikan sebagai bagian dari jiwa manusia yang bersifat abstrak
dan menjadi pusat intelegensi manusia yang menghasilkan aneka macam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan rasa berarti bagian jiwa manusia yang
bersifat abstrak dan menjadi pusat segala macam pertimbangan yang
menghasilkan sistem nilai dan norma. Adapun karsa adalah bagian jiwa
manusia yang abstrak yang menjadi pusat kendali kehendak dan nafsu.8
Sedangkan secara istilah, terdapat beberapa definisi dari para ahli.
Antara lain, yaitu Andreas Eppink yang mengartikan kebudayaan sebagai
suatu keseluruhan yang mengandung pengertian nilai sosial, norma sosial,
ilmu pengetahuan, struktur sosial, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut
Edward Burnett Taylor mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang
kompleks yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
hukum, dan kemampuan lain yang dimiliki seseorang sebagai anggota
masyarakat. Adapun menurut Selamet Riyadi mendefinisikan kebudayaan
sebagai suatu bentuk rasa cinta dari nenek moyang kita yang diwariskan
kepada keturunannya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, diperoleh pengertian
kebudayaan secara terminologi sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia yang perwujudannya dapat berupa benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya seperti perilaku,
dan benda-benda yang bersifat nyata seperti peralatan hidup dan kesenian.9
Kebudayaan itu sendiri selalu mengalami perkembangan.
Perkembangan kebudayaan terjadi seiring dengan perkembangan manusia.

8
Wida Widianti, Sosiologi SMA Dan MA Kelas XI IPS (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), 60.
9
Harisan Boni Firmando, Sosiologi Kebudayaan: Dari Nilai Budaya Hingga Praktik
Sosial (Yogyakarta: CV. Bintang Semesta Media, 2022), 12.

13
Perkembangan kebudayaan itu terjadi sangat kompleks dan dinamis. Hal ini
disebabkan dengan adanya beberapa faktor, antara lain:
1. Perubahan lingkungan alam.
2. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan orang lain.
3. Perubahan karena adanya penemuan.
4. Perubahan pandangan hidup.10
Perkembangan dari kebudayaan menurut Koentjaningrat diwujudkan
dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai sesuatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
Wujud ini adalah wujud ideal kebudayaan yang berfungsi untuk
mengatur, mengendalikan, dan memberi arah pada tingkah laku manusia
dalam masyarakat. Kebudayaan ideal disebut sebagai adat tata kelakuan
atau adat istiadat. Adat ini terdiri dari lapisan yang paling abstrak sampai
yang paling konkret dan terbatas. Lapisan paling abstrak berupa sistem
nilai budaya, diikuti oleh sistem norma, sistem hukum, dan peraturan-
peraturan aktivitas dalam kehidupan. Kebudayaan ideal ini dapat
diidentifikasi melalui tempat penuangannya, seperti pada tulisan, arsip,
dan lain sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
Wujud ini sering disebut sebagai sistem sosial yang merupakan
aktivitas-aktivitas manusia dalam berinteraksi dan bergaul. Interaksi dan
pergaulan yang terjadi ini mengikuti pola pada wujud yang pertama.
Wujud yang kedua ini sudah dalam bentuk nyata sehingga dapat
diobservasi dan didokumentasikan. Seperti, budaya ideal Jawa yang
mempunyai pandangan keramat terhadap sesuatu hal atau benda, maka
pada wujud kedua ini dimanifestasikan dalam bentuk kebiasaanya berupa
penyediaan sesajen di tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat.

10
Ridwan and Firda Fibrila, Buku Ajar Memahami Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
Dalam Kebidanan (Purwodadi: CV. Sarnu Untung, 2023), 26.

14
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
Wujud ini disebut sebagai kebudayaan fisik. Wujud kebudayaan
ini berupa benda-benda atau hal yang dapat diidentifikasi melalui panca
indra. Seperti pesawat, komputer, pakaian, perhiasan, ataupun lainnya.11

C. Hubungan Perkembangan Masalah Sosial dan Kebudayaan di Indonesia


Masalah sosial merupakan suatu kondisi yang diakibatkan oleh adanya
aspek-aspek perubahan sosial. Perubahan sosial sendiri merupakan suatu
proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan bisa meliputi nilai-nilai
sosial, norma, maupun berbagai pola kehidupan di masyarakat. Munculnya
masalah sosial di masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
mana antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain dapat berbeda.
Salah satu faktor munculnya masalah sosial adalah faktor
perkembangan kebudayaan. Faktor perkembangan budaya di samping
memiliki hal positif, juga memiliki dampak negatif berupa munculnya
masalah sosial. Hal ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian pelaksanaan
nilai, norma, dan kepentingan sosial yang diakibatkan oleh perubahan sosial
dan pola pengertian masyarakat multikultural. Hal ini menjadikan perbedaan
yang mendalam antara nilai atau unsur yang ada dalam masyarakat dengan
realita yang terjadi.12
Faktor budaya dalam masyarakat itu sendiri meliputi nilai-nilai,
norma, tradisi, kepercayaan, bahasa, dan perilaku yang dibagikan oleh
anggota masyarakat. Faktor budaya yang mengalami perkembangan dapat
mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk cara berpikir, berinteraksi,
dan bertindak. Aspek-aspek tersebut yang biasanya didasari oleh nilai-nilai
dan norma-norma yang ada dalam masyarakat dapat menjadi suatu masalah
jika terjadi perbedaan.13

11
Kurniati Abidin, Pengantar Sosiologi Dan Antropologi (Makassar: Universitas Negeri
Makassar, 2017), 82.
12
Moh. Yunus and Andi Risma Jaya, Metode Dan Model Pengambilan Keputusan (The
Way to Success) (Indramayu: CV. Adanu Abimata, 2020), 5.
13
Amruddin et al., Sosiologi Pedesaam (Padang: Get Press Indonesia, 2023), 129.

15
Kebudayaan yang berbeda bisa menimbulkan permasalahan baru yang
ada dalam masyarakat. Perkembangan kebudayaan bisa berperan dalam
kehidupan masyarakat. Contoh sederhana peran dari faktor budaya yaitu
saling menghormati orang lain dan kepekaan terhadap lingkungan.
Sedangkan hal negatif dari faktor budaya yaitu ketidakpedulian terhadap
lingkungan. Contoh dari faktor perkembangan kebudayaan yang
memunculkan masalah sosial seperti kenakalan remaja, konflik antar suku,
pernikahan dini, perceraian, diskriminasi, dan lain-lain.14
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan sikap saling
menghormati terhadap perbedaan budaya dan menjadi anggota masyarakat
yang berpikir terbuka sehingga dapat mencegah timbulnya masalah sosial
akibat dari adanya perkembangan kebudayaan. Selain itu, dibutuhkan
penyuluhan sosial yang baik dan mencukupi, karena peran nilai dan norma
dalam proses sosialiasi dapat mencegah terjadinya masalah sosial. Faktor
perkembangan kebudayaan harus diperhatikan karena kebudayaan ini
merupakan cerminan dari kehidupan suatu masyarakat pada suatu daerah.15

14
Syamsu Budiyanti, Analisis Sosial: Sebuah Pengantar (Bantul: Jejak Pustaka, 2022),
43.
15
Yunus and Jaya, Metode Dan Model Pengambilan Keputusan (The Way to Success), 8.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Dalam mendiagnosis masalah sosial, dapat dilakukan melalui dua
pendekatan, yaitu person blame approach dan system blame approach.
Masalah sosial sendiri terjadi karena beberapa sebab yang dapat
dikategorikan dalam empat faktor yaitu masalah ekonomi, masalah budaya,
masalah biologis, dan masalah psikologis. Beberapa bentuk permasalahan
sosial yang lazim atau sering dijumpai dalam suatu masyarakat yaitu
kemiskinan, kriminalitas atau kejahatan, kesenjangan sosio-ekonomi, masalah
kependudukan, disorganisasi keluarga, dan kenakalan remaja.
Adapun kebudayaan sebagai sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia yang perwujudannya dapat berupa benda-benda yang
diciptakan oleh manusia. Kebudayaan selalu mengalami perkembangan
karena adanya perubahan lingkungan, kontak dengan orang lain, penemuan,
dan adanya pandangan hidup. Kebudayaan ini perkembangannya diwujudkan
dalam tiga bentuk, yaitu dalam wujud kebudayaan sebagai sesuatu yang
kompleks dari ide-ide, kebudayaan sebagai sesuatu yang kompleks dari
aktivitas, dan kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Sedangkan hubungan antara perkembangan masalah sosial dan
kebudayaan Salah satu faktor munculnya masalah sosial adalah faktor
perkembangan kebudayaan. Faktor perkembangan budaya di samping
memiliki hal positif, juga memiliki dampak negatif berupa munculnya
masalah sosial. Hal ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian pelaksanaan
nilai, norma, dan kepentingan sosial yang diakibatkan oleh perubahan sosial
dan pola pengertian masyarakat multikultural.

17
B. Saran
Masalah sosial merupakan suatu yang terus mengalami
perkembangan. Perkembangan masalah sosial ini disebabkan adanya
kebudayaan yang dinamis. Oleh karenanya, perlu diperhatikan setiap
perkembangan kebudayaan yang terjadi. Karena perkembangan tersebut jika
dapat diarahkan menuju hal positif, maka akan memberikan kestabilitasan
dalam masyarakat. Akan tetapi jika sebaliknya, maka akan menjadikan
instabilitas dalam kehidupan masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori, Dan Tujuan. Jakarta: PT Bumi Aksara,


2015.
Abidin, Kurniati. Pengantar Sosiologi Dan Antropologi. Makassar: Universitas
Negeri Makassar, 2017.
Amruddin, Roosganda Elizabeth, Faidah Azuz, and Talitha Wenifrida Massenga.
Sosiologi Pedesaam. Padang: Get Press Indonesia, 2023.
Budiyanti, Syamsu. Analisis Sosial: Sebuah Pengantar. Bantul: Jejak Pustaka,
2022.
Firmando, Harisan Boni. Sosiologi Kebudayaan: Dari Nilai Budaya Hingga
Praktik Sosial. Yogyakarta: CV. Bintang Semesta Media, 2022.
Kurniasih, Nidhia Firdha, and Fathurrahman Kurniawan Ikhsan. “Masalah Sosial
Anak Usia Dasar.” At-Ta’lim : Media Informasi Pendidikan Islam 18, no. 1
(2019): 111–36.
Operation, Tim Ganesha. Pasti Bisa Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI.
Yogyakarta: Penerbit Duta, 2017.
Ridwan, and Firda Fibrila. Buku Ajar Memahami Ilmu Sosial Budaya Dasar
(ISBD) Dalam Kebidanan. Purwodadi: CV. Sarnu Untung, 2023.
Taftazani, Budi Muhammad. “Masalah Sosial Dan Wirausaha Sosial.” Share :
Social Work Journal 7, no. 1 (2017): 90–101.
Widianti, Wida. Sosiologi SMA Dan MA Kelas XI IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Wiryokusumo, Iskandar. “Problem Sosial Dan Budaya.” Jurnal Budaya
Nusantara 2, no. 1 (2018): 239–43.
Yunus, Moh., and Andi Risma Jaya. Metode Dan Model Pengambilan Keputusan
(The Way to Success). Indramayu: CV. Adanu Abimata, 2020.

Anda mungkin juga menyukai