Anda di halaman 1dari 27

Makalah

FENOMENA SOSIAL, PROSES SOSIAL DAN MASALAH


SOSIAL
Dosen Pengampu:
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M. Si / Ibu Jubaidah Hasibuan. M, Pd

Disusun Oleh:

Elsa Yustina Aritonang (1183171021)


Masro Lubis (1181171015)
Afiva Ariyunia (1183371007)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T. A 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
makalah ini. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi
Masyarakat Desa dan Kota pada prodi Pendidikan Masyarakat di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan. Secara garis besar makalah ini membahas proses sosial,interaksi
sosial dan masalah sosial pada masyarakat.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M. Si / Ibu
Jubaidah Hasibuan. M, Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Masyarakat desa dan
Kota. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, terutama dari Bapak/Ibu dosen
pembimbing dan teman-teman.
Terima kasih

Medan, 05 November 2020

Kelompok-5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...........................................................................................01
A. Latar Belakang............................................................................................................01
B. Rumusan Masalah........................................................................................................01
C. Tujuan..........................................................................................................................01
i
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................02
A. Fenomena Sosial..........................................................................................................02
B. Proses Sosial................................................................................................................03
C. Masalah Sosial.............................................................................................................05
BAB III : PENUTUP.....................................................................................................08
A. Kesimpulan..................................................................................................................08
B. Saran............................................................................................................................08
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................09

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses sosial pada kenyataannya berlangsung sangat pesat. Baik proses sosial yang bersifat
asosiatif maupun yang bersifat disosiatif. Proses sosial disosiatif contohnya dengan maraknya pertikaian
baik yang nyata dengan fisik, maupun yang hanya bersifat kontravensi seperti pertikaian antar agama
yang sampai pada level saling serang. Sehingga banyak teroris-teroris yang melakukan pengeboman atas
nama agamanya. Selain itu kontravensi sesama umat beragama yang berbeda aliran juga marak terjadi
seperti contohnya aliran dalam Islam yaitu NU dan Muhammaddiyah yang sering memperdebatkan
pandangan mereka.

Selain maraknya proses sosialisasi yang bersifat disosiatif, proses sosial yang bersifat asosiatif
juga banyak terjadi pada masyarakat kita. Seperti contohnya koalisi partai politik yang bertujuan untuk
memperkuat kekuasaan mereka. Proses sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut mempunyai dampak
positif maupun negatif sehingga untuk memeperbesar dampak positif menekan dampak negatif maka kita
harus memahami proses sosial proses-proses sosial tersebut, sehingga pada kesempatan kali ini kami akan
mempelajari lebih jauh mengenai proses sosial yang terjadi pada mayarakat.

B. Rumusan Masalah

1) Apa itu fenomena sosial?

2) Apa saja proses sosial?

3) Apa saja masalah sosial?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui apa itu fenomena sosial.

2) Untuk mengetahui proses sosial.

3) Untuk mengetahui apa saja masalah sosial.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. FENOMENA SOSIAL
1. Pengertian Fenomena Sosial
Fenomena sosial dalam perspektif sosiologis sering disebut sebagai problem sosial
(social problems). Masalah sosial merupakan suatu gejala (fenomena) sosial yang mempunyai
dimensi atau aspek kajian yang sangat luas atau kompleks, dan dapat ditinjau dari berbagai
perspektif (sudut pandang atau teori). Oleh karena itu banyak dijumpai beragam pengertian
atau definisi tentang masalah sosial (social problems) yang dikemukakan oleh para ahli. Dari
beragam pengertian tentang masalah sosial, dapat disimpulkan bahwa suatu fenomena atau
gejala kehidupan dikatakan sebagai masalah sosial (social problems) adalah apabila: (1) sesuatu
yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-norma yang
dijunjung tinggi oleh kelompok; (2) sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok itu telah
menyebabkan terjadinya disintegrasi kehidupan dalam kelompok; dan (3) sesuatu yang
dilakukan individu atau kelompok itu telah memunculkan kegelisahan, ketidak-bahagiaan
individu lain dalam kelompok.
Karena studi masalah sosial itu begitu kompleks, maka analisis tentang suatu fenomena
sosial dikatakan sebagai masalah (problem) juga dapat diinjau dari beragam perspektif
(beragam teori), misalnya sesuatu dikatakan problem menurut teori fungsional struktural akan
berbeda dengan menurut teori konflik, atau teori interaksionis simbolik, atau teori integrasi
(dalam kajian berikut akan disinggung masing-masing teori).
Beberapa pengertian fenomena sosial lainnya adalah sebagai beriku :
 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pengertian fenomena sosial adalah kejadian nyata yang dapat dilihat secara langsung
melalui pancaindra dan dapat dijelaskan dalam penelitian bersifat ilmiah. Dalam arti ini
jelas bahwa fenomena sosial harus bisa dibuktikan melalui langkah penelitian yang
sistematis agar apa yang dilihanya dapat dipertanggung jawabkan
 Freddy Rangkuti (2011)

2
 Definisi fenomena sosial adalah fakta sosial atau kejadian sosial yang terlihat di
lapangan. Fenomena sosial ini mampu memberikan gambaran masyarakat secara
umum, dari dinamika kelompok sosialnya atau dapat menciptakan intergrasi sosialnya.

2. Sumber Masalah Sosial Dalam Pendekatan Individu dan Pendekatan Kelompok


Berdasarkan uraian masalah sosial ditinjau dari perspektif teoritik di atas, para ahli
mengelompokkan tentang sumber masalah sosial kedalam dua sudut pandang atau
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan individu (faktor internal); dan (2) pendekatan sosial atau
kelompok (faktor eksternal).
Pertama, pendekatan individu. Pendekatan ini lebih berorientasi pada teori interaksionis
simbolik. Dalam pendekatan ini memandang bahwa sumber masalah social (problem sosial)
adalah disebabkan oleh kondisi internal individu yang ‘eror’ atau ‘menyimpang’. Kondisi
individu yang menyimpang ini dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) kondisi individu menyimpang
karena faktor biologis (fisik) yang mendorong untuk menyimpang; dan faktor mentalitas
(kejiwaan) negatif yang mendorong periaku menyimpang; dan (b) kondisi individu menyimpang
karena faktor sosialisasi sub budaya menyimpang. Misalnya lingkungan keluarga yang
disintegratif; Kedua, pendekatan kelompok. Pendekatan ini lebih berorientasi pada teori
fungsional struktural dan teori konflik. Pendekatan ini memandang bahwa sumber masalah
sosial disebabkan oleh faktor: (a) desain perencanaan pembangunan tidak disusun baik, atau
pelaksanaan pembangunan telah menyimpang dari perencanaan yang ada; (b) adanya
kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang begitu besar; (c) terjadinya pemberontakan
atau peperangan atau koflik politik dan militer (disintegrasi sosial-politik); (d) terjadinya
bencana alam yang membawa kehancuran infrastruktur; dan (e) struktur kekuasaan negara
yang bersifat absolut atau otoriterianisme atau berkembangnya sistem diskriminasi.

3. Beragam Masalah Sosial Dalam Pembangunan


1) Masalah Kemiskinan
Dalam kajian sosiologi pembangunan, konsep kemiskinan dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu: (1) kemiskinan absolut (a fixed yardstick). Konsep kemiskinan absolut ini
dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang kongkit. Ukuran ini lazimnya
berorientasi pada kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pangan, papan dan
sandang. Besarnya ukuran setiap negara berbeda; (2) kemiskinan relatif (the idea of
relative). Konsep kemiskinan relatif ini dirumuskan berdasarkan atau memperhatikan
dimensi tempat dan waktu. Asumsi ini, bahwa kemiskinan di daerah satu dengan daerah
lain tidak sama, demikian juga antara waktu dulu dengan sekarang berbeda; (3) kemiskinan
subjektif. Konsep kemiskinan sbjektif ini dirumuskan berdasarkan perasaan individu atau
kelompok miskin. Kita menilai individu atau kelompok tertentu miskin, tetapi kelompok
yang kita nilai menganggap bahwa dirinya bukan miskin, atau sebaliknya. Konsep
3
kemiskinan ketiga inilah yang lebih tepat apabila memahami konsep kemiskinan dan
bagaimana langkah strategis dalam menangani kemiskinan.
Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menanggulangi kemiskinan
antara lain: (1) menyusun perencanaan pembangunan yang tepat dan integral; (2)
melaksanakan program pembangunan di segala bidang, yang berbasis kerakyatan; (3)
meningkatkan kualitas layanan pendidikan secara maksimal sesuai dengan amanat UUD
1945; (4) reformasi birokrasi (transparansi, efisiensi dan akuntabilitas pengelolaan sumber
daya pembangunan); (5) menegakkan kepastian hukum dan berkeadilan; dan (6)
meningkatkan peran serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media massa dalam
proses pembangunan.

4
2) Masalah kenakalan remaja atau perilaku menyimpang remaja
Pengertian perilaku menyimpang (deviasi sosial) adalah semua bentuk perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Jadi, perilaku menyimpang remaja
adalah semua bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang
berlaku di masyarakat. Diantara bentuk atau macam-macam perilaku menyimpang remaja
antara lain: (a) tawuran antar pelajar; (b) penyimpangan seksual meliputi homoseksual,
lesbianisme, dan hubungan seksual sebelum nikah; (c) alkoholisme; (d) penyalahgunaan
obat terlarang atau narkotika; (e) kebut-kebutan di jalan raya; (f) pencurian atau penipuan,
dan bentuk-bentuk tindakan kriminalitas lainnya
Bentuk penyimpangan perilaku remaja dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: (a)
penyimpangan primer, yaitu penyimpangan yang sifatnya temporer, sementara, dan
masyarakat masih bisa mentolerir; (b) penyimpangan sekunder, yaitu penyimpangan yang
dapat merugikan atau mengancam keselamatan orang lain, misalnya tindakan kriminal; (c)
penyimpangan kelompok, yaitu penyimpangan yang dilakukan secara kelompok, misalnya
geng untuk berkelahi, narkotik; dan (d) penyimpangan individu, yaitu perilaku menyimpang
yang dilakukan secara sendiri.
Diantara langkah strategis untuk meminimalkan terjadinya kenakalan remaja antara
lain: (1) menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama (menunjung tinggi nilai
spiritual); (2) menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis (hubungan antara ayah, ibu
dan anak terjalin dengan baik); (3) mewujudkan kesamaan nilai, norma yang dipegang
antara ayah dan ibu dalam mendidik anak; (4) memberikan kasih sayang secara wajar atau
proporsional (tidak memanjakan anak); (5) memberikan perhatian secara proporsional
terhadap beragam kebutuhan anak; (6) memberikan pengawasan secara wajar atau
proporsional terhadap pergaulan anak di lingkungan masyarakat atau teman bermainnya;
dan (7) memberikan contoh tauladan yang terbaik pada anak, dan setiap pemberian
layanan pada aak diarahkan pada upaya membentuk karakter atau mentalitas positif.

3) Masalah Lingkungan Hidup


Problem atau masalah lingkungan hidup harus menjadi perhatian yang sangat
serius, karena persoalan lingkungan adalah: (a) menyangkut jaminan kualitas kelangsungan
kehidupan generasi dimasa-masa yang akan datang; dan (2) kegagalan dalam menangani
persoalan lingkungan akan membawa dampak negatif disemu sektor kehidupan, baik
dalam level lokal, nasional dan bahkan dunia, misalnya: terjadinya bencana banjir,
pemanasan global; tanah longsor dan sebagainya.
Ada beberapa langkah strategis dalam menangani masalah pencemaran lingkungan
hidup, yaitu: (1) menerapkan sistem hukum secara tegas dan berkeadilan terhadap setiap
pelaku penceramaran lingkungan; (2) melakukan gerakan perlawanan terhadap
pencemaran lingkungan hidup pada semua lapiran masyarakat, misalnya gerakan reboisasi,
5
menjalankan konservasi, dan melakukan daur ulang; (3) melakukan kontrol dan
pengendalian terhadap pertumbuhan penduduk; (4) melakukan inovasi teknologi, yaitu
teknologi yang ramah lingkungan; (5) membudayakan gaya hidup masyarakat yang
konsumeris dan mekanis (orientasi kekinian) berubah pada orientasi hidup pada
kelangsungan generasi mendatang (orientasi masa depan); dan (6) mengembangkan
pendidikan kelestarian lingkungan di setiap jenjang pendidikan.

4) Masalah Konflik SARA


Masalah konflik Suku, Agama, Ras dan Antar kelompok (SARA), bagi negara-negara
berkembang yang multikultural (termasuk Indonesia) adalah problem yang sewaktu-waktu
bisa muncul, dan dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan. Oleh karena setiap
desain pembangunan dan pelaksanaan pembangunan harus betul-betul meminimalkan
terjadinya konflik SARA. Unsur-unsur konflik SARA adalah: (a) ada dua pihak atau lebih yang
terlibat konflik; (b) ada tujuan yang menjadi sasaran konflik, dan tujuan tersebut sebagai
sumber konflik; dan (c) ada perbedaan pikiran, perasaan dan tindakan untuk meraih tujuan
yang saling memaksakan atau menghancurkan.
Strategi penyelesaian konflik, antara lain: Pertama, melakukan manajemen konflik.
Manajemen konflik adalah: “tindakan konstruktif yang direncanakan, diorganisasi,
digerakkan dan dievaluasi secara teratur atas semua usaha demi mengakhiri konflik”. Ada
delapan konsep dalam melakukan manajemen konflik, yaitu: (a) pengakuan diri bahwa
dalam setiap masyarakat selalu ada konflik; (b) analisis situasi yang menyebabkan konflik;
(c) analisis pola perilaku pihak-pihak yang terlibat konflik; (d) menentukan pendekatan
konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian; (e) membuka semua jalur-jalur
komunikasi, baik langsung atau tidak langsung; (f) melakukan negoisasi atau perundingan
dengan pihak-pihak yang terlibat konflik; (g) rumuskan beberapa anjuran, alternatif,
konfirmasi relasi sampai tekanan; dan (h) hiduplah dengan penuh motivasi kerja dengan
konflik. Semua konflik tidak mungkin dihilangkan sama sekali, yang bisa hanya
diminimalkan.
Kedua, melakukan analisis konflik, yaitu melakukan penelitian tentang pola budaya
antar etnik atau kelompok yang sedang konflik. Tujuan penelitian ini adalah: (a) akan dapat
melacak sejarah etnik, karena sejarah budaya etnik sangat menentukan karakter etnik
masing-masing; (b) menjelaskan faktor penyebab konflik antar etnik; (c) melakukan
interpretasi terhadap konflik etnik dengan melihat sebab-sebabnya; (d) mengelaborasi
nasionalisme etnik dan peranannya dalam eskalasi konflik sosial; dan (e) menggambarkan
situasi khusus yang terjadi dalam kondisi kekinian dan meprediksi kondisi keakanan; Ketiga,
melakukan pendidikan komunikasi lintas budaya. Diantara strategi pendidikan komunikasi
lintas budaya adalah memberlakukan pendidikan multikultural yang terintegrasi pada

6
setiap mata pelajaran di setiap satuan pendidikan. Inti pendidikan multikultural adalah,
demokratisasi, humanisasi dan pluralis.

5) Masalah Kriminalitas
Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan problem sosial yang bersifat laten
(selalu ada dalam kehidupan masyarakat atau negara manapun), namun tindakan kriminal
bukanlah penyimpangan perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi tindakan kriminal
merupakan hasil dari sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering
dikategorikan sebagai tindak pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara
contoh tindakan kriminal adalah: korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan
atau pemalsuan, penculikan, perkosaan, sindikat narkotik atau penyalahgunaan obat
terlarang.
Hal-hal yang mendorong terjadinya perilaku menyimpang dalam bentuk tindakan
kriminal antara lain: (1) terjadinya perubahan sosial, politik, ekonomi yang bersifat revolusi,
misalnya terjadi peperangan; (2) terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang
begitu besar, sebagai akibat kesalahan strategi atau perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan; (3) adanya peluang atau kesempatan untuk terjadinya tindakan
kriminal, karena alat-alat penegak hukum tidak tegas atau tidak ada kepastian hukum di
masyarakat; (4) pemerintah yang lemah (tidak bersih) dan aparat pemerintah yang korup,
atau banyak muncul penjahat kerah putih (white collar crime) di setiap departemen
pemerintah atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi; (5) meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak terkendali, sehingga jumlah pengangguran dan urbanisasi
meningkat; (6) kondisi kehidupan keluarga yang disintegratif; dan (7) berkembangnya sikap
mental negatif, misalnya: hedonistis, konsumersitis, suka menempuh jalan pintas dalam
meraih tujuan dan sejenisnya.
Pendekatan atau metode yang dapat ditempuh untuk mencegah terjadinya
tindakan kriminal adalah: (a) metode preventif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian
informasi (penyuluhan), pendidikan, pelaksanaan program pembangunan yang benar; (b)
metode represif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian hukuman, penangkapan dan
pemenjaraan sampai pada penembakan. Metode terbaik dalam menangani tindak kriminal
adalah metode preventif.

6) Masalah aksi protes, pergolakan daerah, dan pelanggaran HAM


Aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, merupakan masalah sosial
yang cukup kompleks, dan menuntut adanya perhatian khusus dalam pemecahannya.
Telebih kondisi sosial budaya masyarakat yang multikultural, seperti di Indonesia. Hampir
setiap hari terjadi aksi protes dan demonstrasi di daerah-daerah. Hal ini tentu dapat
mengganggu proses perubahan atau pembangunan masyarakat.
7
Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam proses pembangunan
masyarakat Indonesia, untuk meminimalkan terjadinya aksi protes, demonstrasi, tindak
kriminal, dan pelanggaran HAM, antara lain: (1) merumuskan pokok-pokok kebijakan
pembangunan masyarakat, antara lain: (a) pembangunan harus memihak rakyat, dinamis-
berkelanjutan, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan; (b) pembangunan harus
memanfaatkan secara baik sumber daya masyarakat dan meningkatan partisipasi peran
masyarakatnya; (2) memprioritaskan pembangunan SDM, yaitu membangun ketaatan pada
prinsip-prinsip moral (hukum) dan agama; sikap kesetiakawanan sosial; kreativitas;
produktivitas; pengembangan rasionalitas; dan kemampuan menegakkan kemandirian
untuk berkarya; (3) program yang disusun di sektor pembangunan masyarakat, betul-betul
memperhatikan kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat, dengan memperhatikan skala
prioritas dan kondisi lingkungan fisik serta sosio-budaya masyarakatnya; (4) proses
pembangunan sosial, ekonomi dan politik masyarakat, harus lebih meningkatkan kearah
otonomi daerah dan otonomi masyarakat yang lebih berkualitas; (5) proses pelaksanaan
pembangunan masyarakat hendaknya dilakukan secara demokratis, transparansi dan
akuntabel dalam pengelolaan keuangan; dan (6) karena basis ekonomi masyarakat
Indonesia adalah pertanian, maka program pembangunan harus berbasis pada
pembangunan teknologi pertanian di pedesaan.

4. Faktor Penyebab Fenomena Sosial


Faktor penyebab dari Fenomena Sosial antara lain:
Faktor Kultural
Faktor kultural adalah nilai yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat
atau komunitas. Beberapa contoh gejalas sosial menurut faktor kultural antara lain
kemiskinan, kerja bakti, perilaku menyimpang dan lain-lain.
Faktor Struktural
Faktor ini adalah sebuah keadaan yang menjadi pengaruh struktur yang disusun oleh pola
tertentu. Faktor ini dapat dilihat dari pola hubungan sesama individu dan kelompoknya
terjalin dalam lingkungan masyarakat. Contoh gejala sosial yang dipengaruhi oleh faktor
struktural antara lain seperti penyuluhan sosial, interaksi sesama individu dan lain
sebagainya.

8
A. Pengertian Proses Sosial

Proses Sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu,
sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam
kehidupan masyarakat.

Proses sosial merupakan proses hubungan yang dinamis dalam bermasyarakat dengan
mengombinasikan aksi-aksi sosial (interaksi sosial) sebagai pengaruh timbal-balik antara dua
pihak atau lebih demi mencapai tujuan tertentu (Abdulsyani, 2012: 151). Prasyarat interaksi
sosial adalah hubungan sosial antara dua posisi dalam proses komunikasi: komunikator dan
penerima. Perspektif kedua berfokus pada hubungan sosial yang relevan lain dari komunikator
atau penerima dan pengaruh mereka pada asal-usul atau hasil komunikasi.

Proses sosial bisa dikatakan sebagai cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan
saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Proses sosial
adalah suatu interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa
hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

B. Jenis Proses Sosial

Proses sosial dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial
yang disosiatif.
1) Proses Sosial Asosiatif

Proses Sosial Asosiatif. Proses sosial bisa disebut asosiatif apabila proses itu mengindikasikan
adanya “gerak pendekatan atau penyatuan”.

 Berikut ini adalah empat bentuk khusus proses sosial yang asosiatif, yakni:
Kooperasi, berasal dari dua kata latin, co yang berarti bersama-sama, dan operani yang
berarti bekerja. Kooperasi, dengan demikian, berarti kerja sama. Kooperasi merupakan
perwujudan minat dan perhatian orang untuk bekerja bersama sama dalam suatu
kesepahaman, sekalipun motifnya sering dan bisa tertuju pada kepentingan diri sendiri.
 Akomodasi, adalah suatu proses ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat
diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi ini terjadi pada orang-
orang atau kelompok-kelompok yang mau tak mau harus bekerja sama, sekalipun dalam
9
kenyataannya mereka masing-masing selalu memiliki paham yang berbeda dan
bertentangan.
 Asimilasi, merupakan proses yang lebih berlanjut apabila dibandingkan dengan proses
akomodasi. Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-
pihak atau warga-warga dari dua-tiga kelompok yang tengah berasimilasi akan
merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai milik bersama.
 Amalgamasi, merupakan proses sosial yang melebur dua kelompok budaya menjadi
satu, yang pada akhirnya melahirkan sesuatu yang baru.

2) Proses Sosial Disasosiatif


Proses sosial disasosiatif dapat ditemukan pada setiap masyarakat. Bentuk dan coraknya
tentu saja akan bervariasi, tergantung dari keadaan budaya masyarakat yang bersangkutan.
Proses sosial disasosiatif dapat diuraikan menjadi tiga bentuk, yakni:

 Kompetisi. Proses ini adalah proses sosial yang mengandung perjuangan untuk
memperebutkan tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya terbatas, yang semata-mata
bermanfaat untuk mempertahankan suatu kelestarian hidup.
 Konflik, Konflik adalah suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang-
orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan.
Dalam bentuknya yang ekstrem, konflik itu dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk
mempertahankan hidup dan eksistensi (jadi bersifat defensif), akan tetapi juga
bertujuan sampai ke taraf pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang
dipandang sebagai lawan atau saingannya.
 Kontravensi, berasal dari kata latin, conta dan venire, yang berarti menghalangi atau
menantang.

Penyebab Terjadinya Proses Sosial

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Selain itu interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
perorangan, kelompok dengan kelompok atau orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial telah
terjadi karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan terjadinya perubahan
dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai proses
sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok
manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai
suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

10
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi
tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan
kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah
pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung
dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem interaksinya.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor :

a. Faktor internal :

 Dorongan untuk meneruskan keturunan

 Dorongan untuk mempertahankan kehidupan

 Dorongan untuk berkomunikasi

b. Faktor eksternal

 Imitasi

Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya
hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinnya. Imitasi biasanya muncul di lingkungan tetangga atau
masyarakat

 Sugesti

Yaitu rangsangan atau pengaruh yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang
yang diberikan sugesti menuruti atau melaksanakannya tanpa berpikir lebih kritis.

 Identifikasi

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena
kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

 Proses Simpati

Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam
proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati
adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

 Motivasi

11
Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain, sehingga
orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional
dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih
tinggi dan berwibawa.

 Proses Empati

Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati
dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens).

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan
antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
1) Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga
bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain
itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
2) Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut.

12
Masalah Sosial
A.    Pengertian Masalah Sosial  
Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan sosial. Kata “sosial”
membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, politik, fisika, kimia, dan masalah lainnya.
Meskipun bidang-bidang ini masih terkait dengan masalah sosial. Kata “sosial” antara lain
mengacu pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Sementara itu
kata “masalah” mengacu pada kondisi, situasi, perilaku yang tidak diinginkan, bertentangan,
aneh, tidak benar, dan sulit. Masalah Sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur
kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Adanya berbagai pandangan para tokoh sosiologi dalam mengidentifikasi masalah sosial.
Pandangan itu antara lain, sebagai berikut:
 Soerjono Soekanto
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
 Soetomo
Masalah sosial adalah sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar
warga masyarakat.
 Martin S. Weinberg
Masalah sosial adalah situasi yang dinyatakan sebagai suatu yang bertentangan dengan
nilai – nilai oleh warga masyarakat yang cukup signifikan, di mana mereka sepakat
dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut.

B.     Faktor Penyebab Masalah Sosial dalam Masyarakat


Terdapat 4 faktor utama penyebab timbulnya masalah sosial, yaitu antara lain:
 Faktor Ekonomi
Biasanya berupa pengangguran, kemiskinan, dll. Dalam masalah ini bisanya yang
bertanggung jawab adalah pemerintah, karena pemerintah kurang menyediakan lapangan
perkerjaan bagi masyarakat. Faktor ekonomi juga dapat dijadikan acuan maju atau
tidaknya suatu negara dan faktor eknonomi juga dapat mempengaruhi aspek psikologis
dan biologis masyarakat.
 Faktor Biologis
Ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang dirasakan secara
nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas fisik) yang dapat
dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan masyarakat umum serta kualitas
masalah pemukiman baik dipedesaan maupun diperkotaan. Misalnya seperti kurang gizi,
penyakit menular dan lain – lain.
13
 Faktor budaya
Ini menimbulkan berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka penyakit
kejiwaan. Pendorongnya adalah perkembangan teknologi (komunikasi dan transportasi)
dan implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum, pendidikan, keagamaan, serta
pemakaian waktu senggang.

 Faktor Psikologis
Ini muncul jika psikologis suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis juga dapat
muncul jika beban hidup yang berat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya yang ada
di daerah perkotaan, pekerjaan yang menumpuk sehingga menimbulkan luapan emosi
dan stres yang nantinya dapat memicu konflik antar anggota masyarakat.

C.    Contoh Masalah yang timbul dalam Masyarakat


1.      Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial dalam Masyarakat
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya
sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Tingkat kemiskinan di masyarakat dapat
diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu:
 Secara Absolut, ialah kemiskinan tersebut dapat diukur dengan standar tertentu.
Seseorang yang memiliki taraf hidup di bawah standar, maka dapat disebut miskin.
Namun, jika seseorang yang berada di atas standar dapat dikatakan tidak miskin.
 Secara Relatif, digunakan dalam masyarakat yang sudah mengalami perkembangan dan
terbuka.
Melalui konsep ini, kemiskinan dilihat dari seberapa jauh peningkatan taraf hidup lapisan
terbawah yang dibandingkan dengan lapisan masyarakat lainnya.
Secara teoritis kemiskinan berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:
 Kemiskinan Natural atau Alamiah, yaitu kemiskinan yang timbul sebagai akibat terbatasnya
jumlah sumber daya atau karena tingkat perkembangan teknologi yang rendah.
 Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada
membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas –
fasilitas secara merata.
2.      Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial dalam Masyarakat
Kriminalitas berasal dari kata “crime” yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah semua
perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas
yang terjadi di lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam
maupun luar individu. Kejahatan juga dapat timbul karena perilaku menyimpang dan kondisi
masyarakat yang abnormal. Tindakan kriminalitas yang terjadi di masyarakat harus menjadi
perhatian aparat polisi dan masyarakat sekitar. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan
untuk menghindari terjadinya masalah kriminalitas di lingkungan masyarakat, antara lain:
 Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum.

14
   Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur pemerintah lainnya yang
saling berhubungan.
  Adanya partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan
kriminalitas.
  Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung adanya tindakan
kejahatan.

3.      Kesenjangan Sosial Sebagai Masalah Sosial


Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada di
masyarakat  yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan
sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi.
Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedakan dalam aspek apapun, orang desa yang
merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama
ini dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang
“miskin”. Kesenjangan sosial dapat terjadi karena pembangunan dan modernisasi tidak
dilaksanakan secara merata dan berimbang.
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks
sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang
memiliki seperangkat kondisi:
 Sistem ekonomi uang, buruh upah dan sistem produksi untuk  keuntungan tetap tingginya
tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil
 Rendahnya upah buruh
 Tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi
dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah
  Sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral, dan
  Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan penumpukan
harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap hemat, serta adanya
anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidaksanggupan pribadi atau
memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.
Menurut Parker Seymour dan Robert J. Kleiner (1983) formulasi kebudayaan kemiskinan
mencakup pengertian bahwa semua orang yang terlibat dalam situasi tersebut memiliki aspirasi-
aspirasi yang rendah sebagai salah satu bentuk adaptasi yang realistis.
Beberapa ciri kebudayaan kemiskinan adalah :
Fatalisme,
 Rendahnya tingkat aspirasi,
 Rendahnya kemauan mengejar sasaran,
 Kurang melihat kemajuan pribadi ,

15
 Perasaan ketidak berdayaan/ketidakmampuan,
 Perasaan untuk selalu gagal,
 Perasaan menilai diri sendiri negatif,
 Pilihan sebagai posisi pekerja kasar, dan
 Tingkat kompromis yang menyedihkan.

4.      Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial


Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata adil
berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun dan tidak sewenang-wenang. Sedangkan
menurut istilah keadilan adalah penagkuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, ada tiga
macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu :
 Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan tidak sama
yang tidak sama
  Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya digunakan dalam
hal hukum bisnis
 Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan semula, biasanya digunakan
dalam perkara gugatan ganti kerugian.
Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
 Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di pengadilan
dimana fokusnya adalah pelaku
  Keadilan restoratif, yaitu keadlian yang berlaku dalam proses penyelesaian sengketa
non-litigasi dimana fokusnya bukan pada pelaku, tetapi pada kepentingan “victims”
(korban).
Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia. Masih
banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan harus

16
diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum
yang sama tanpa kecuali.
Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat kalangan bawah
perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan atas atau
pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan hukum. Ini
jelas merupakan sebuah ketidakadilan.
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang mempunyai
kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka pasti
aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang biasa seperti Nenek
Minah dan teman-temannya itu, yang hanya melakukan tindakan pencurian kecil langsung
ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan
korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya

Sebagai salah satu contoh lagi ketidakadilan di negara ini adalah budaya hakim
sendiri. Budaya tersebut dilakukan bila terjadi tindakan kejahatan dan menangkap basah
pelaku kejahatan tersebut. Pelaku kejahatan biasanya akan babak-belur atau bahkan
meninggal jika polisi tidak langsung menanganinya langsung. Budaya tersebut sebaiknya
tidak dilakukan oleh masyarakat, seharusnya masyarakat menyerahkan pelaku kejahatan
kepada aparat hukum dan membiarkan aparat hukum yang menindak langsung terhadap
tindak kejahatan.
Tetapi apakah fenomena budaya hakim sendiri terjadi karena ketidakpercayaan
masyarakat terhadap aparat hukum dan hukum  yang berlaku di Indonesia? Mungkin saja
fenomena hakim sendiri lahir karena aparat hukum yang tidak menegakkan hukum. Banyak
juga kita lihat di televisi aparat-aparat hukum yang berlaku tidak adil, sebagai contoh kita
ambil kasus korupsi simulator SIM petinggi POLRI. Seharusnya aparat hukum yang
menegakkan hukum, tetapi pada kenyataannya adalah aparat hukum tersebut yang
melanggar hukum. Atau bahkan seorang hakim yang seharusnya jadi pengadil di negeri ini
malah disuap. Harus kemanakah mencari keadilan di negeri ini?
5.      Pengangguran
Pengangguran adalah masalah serius yang dihadapi Indonesia sejak beberapa tahun yang
lalu. Jumlah penduduk yang semakin banyak tak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang
banyak pula, sehingga terjadi banyak pengangguran.
17
Pengangguran juga bertambah seiring kebiasaan masyarakat yang datang dari daerah memadati
ibu kota. Kadang mereka datang dengan modal nekat tanpa ketrampilan khusus sehingga di kota
mereka tak punya kerjaan. Sebenarnya lapangan pekerjaan bisa kita ciptakan sendiri tanpa harus
pergi ke ibukota.
6.      Pendidikan
Indonesia termasuk negara yang tingkat pendidikannya cukup rendah di dunia. Banyak
sekali anak-anak yang harusnya sekolah, mereka sibuk membantu orang tuanya untuk bekerja
mencari nafkah.
Pastinya mereka (anak-anak Indonesia) ingin merasakan sekolah seperti anak-anak yang
lain. akan tetapi keadaan perekonomian orang tua yang kurang mampu membuat mereka
mengubur keinginan tersebut. Meskipun pemerintah telah mengucurkan dana BOS, tetapi pada
kenyataannya masih banyak anak-anak di jalanan ketika jam sekolah.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi
harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya
memperhatikan kepada kenaikan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya
Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib
Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita
lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang
memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-
anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka

D.    Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial dalam Masyarakat


Di dalam menentukan apakah suatu masalah-masalah problema sosial atau tidak,
sosiologi menggunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu sebagai berikut:
 Kriteria Utama
Suatu masalah sosial, yaitu tidak adanya penyesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial
dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Unsur-unsur yang pertama dan
pokok masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-
kondisi nyata hidupnya. Artinya, adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan
masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam kenyataan
pergaulan hidup.
 Sumber-Sumber Sosial dan Masalah Sosial
Pernyataan tersebut di atas sering kali diartikan secara sempit, yaitu masalah sosial merupakan
persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber langsung pada kondisi-
kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi, sebab-sebab terpenting masalah sosial haruslah
bersifat sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat sosial, tetapi
juga sumbernya. Berdasarkan jalan pikiran yang demikian, kejadian-kejadian yang tidak
bersumber pada perbuatan manusia bukanlah merupakan masalah sosial.
 Pihak-Pihak yang Menetapkan Apakah suatu Kepincangan Merupakan Masalah Sosial atau
Tidak.

18
Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian di uji coba pada
kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah yang menentukan apakah suatu
gejala merupakan suatu masalah sosial atau tidak.
 Perhatian Masyarakat dan Masalah Sosial
Suatu masalah yang merupakan manifest social problem adalah kepincangan-kepincangan yang
menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan. Lain halnya
dengan latent social problem yang sulit diatasi karena walaupun masyarakat tidak menyukainya,
masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi masalah tersebut, sosiologi
seharusnya berpegang pada perbedaan kedua macam masalah tersebut yang didasarkan pada
sistem nilai-nilai masyarakat; sosiologi seharusnya mendorong masyarakat untuk memperbaiki
kepincangan-kepincangan yang diterimanya sebagai gejala abnormal yang mungkin dihilangkan
atau diatasi.

E.     Dampak Gejala Sosial di Masyarakat


Dampak gejala sosial ada yang bersifat positif dan negatif.
 Dampak positif
Gejala sosial yang ada di masyarakat harus kita sikapi dengan baik. Bila kita dapat
terbuka dan mengimbangi perubahan sosial-budaya yang ada. Maka perubahan tersebut akan
berdampak positif dan memberikan kita mamfaat. Hal ini dapat dilihat dengan kemajuan bidang
tekhnologi. Dalam bidang tekhnologi kita mengenal tekhnologi komunikasi, seperi telepon,
handphone, telegram, email, dsb. Dengan adanya alat komunikasi yang modern, maka, maka kita
dapat melakukan interaksi jarak jauh tanpa harus bertemu secara langsung.

Dampak negatif
Seseorang yang tidak dapat menerima perubahan yang terjadi akan mengalami keguncangan
culture shock. Ketidak sanggupan seseorang dalam menghadapi gejala sosial akan membawa
kearah prilaku menyimpang.
F.     Upaya Pengendalian Masalah Sosial dalam Masyarakat
 Membentuk institusi atau lembaga
Institusi atau lembaga dibentuk untuk mengawasi tindakan-tindakan anggota masyarakat.
termasuk juga orang-orang yang duduk dalam lembaga itu, agar tindakkannya tidak
menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku umum di masyarakat. Adapun lembaga
yang dibentuk di antaranya adalah pengadilan, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan,
dan lain-lain.
 Penerapan hukum secara tegas
Hukum dibuat untuk mengatur anggota masyarakat agar tingkah lakunya sesuai dengan
norma yang berlaku. Apabila ada anggota masyarakat yang melakukan penyimpangan,
maka harus dihukum, sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk
19
menegakkan pelaksanaan hukum dalam masyarakat agar tercipta keadilan dan terjaminnya
kepastian hukum dalam masyarakat.
 Pembinaan melalui lembaga permasyarakatan
Pembinaan ini diterapkan bagi para nara pidana yang ada di lembaga permasyarakatan.
Pembinaan ini dimaksudkan agar setelah selesai menjalani hukuman narapidana tersebut
dapat kembali hidup secara wajar dan tidak mengulangi perbuatan-perbuatan yang
melanggar hukum. Pembinaan yang diberikan, antara lain pembinaan keagamaan, moral,
dan pemberian keterampilan sebagai modal apabila nanti kembali ke masyarakat.
 Penerangan dan bimbingan hidup beragama
Nilai ini terutama dilakukan kepada remaja dan kelompok masyarakat terbelakang.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara langsung, misalnya dengan memberikan ceramah
keagamaan melalui pengajian-pengajian dan melalui sekolah dengan memberikan pelajaran
agama dilakukan tidak langsung dengan memanfaatkan televisi dan radio sebagai media
untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang agama.
 Penciptaan lapangan kerja
Pengangguran merupakan masalah sosial yang memicu munculnya penyimpangan sosial
yang dilandasi alasan ekonomi. Kebutuhan hidup yang kompleks mendorong manusia yang
menganggur melakukan tindak kejahatan seperti pencurian, penodongan, perampokan, dan
berbagai tindak kejahatan lainnya agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi hidupnya.
Dengan diciptakannya lapangan pekerjaan berarti memberi peluang dan kesempatan kepada
anggota masyarakat untuk bisa mendapatkan pekerjaan, sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fenomena merupakan rangkaian peristiwa dan bentuk keadaan yang dapat diamati dan
dinilai lewat kaca mata ilmiah atau lewat disipilin ilmu tertentu. Salah satu fenomena yang dapat
diukur dengan kerangka ilmiah adalah  fenomena sosial. Fenomena sosial itu sendiri merupakan
gejala atau peristiwa yang dapat diamati dalam kehidupan sosial. Fenomena sosial tersebut dapat
terjadi dikarenakan ada suatu kejadian yang diluar dari kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat (sosial).

21
Dalam ilmu sosial, fenomena tersebut seringkali diidentikkan dengan masalah sosial. Hal
tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Soejono Soekanto, fenomena atau masalah
sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial.

Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu yang
sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan
masyarakat. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial
tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga
dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor yaitu: Imitasi, Sugesti,
Identifikasi, Proses simpati, Motivasi, Proses Empati. Syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya
kontak sosial dan komunikasi. Proses sosial ada yang bersifat asosiatif (kerjasama) dan disosiatif
(perpecahan).

B. Saran

Kami menyarankan bahwa dalam proses sosial terjadi banyak perubahan dalam kehidupan kita.
Perubahan tersebut bisa bersifat mendasar meliputi sandi-sandi kehidupan dasar masyarakat maupun yang
hanya bersifat ringan. Dan perubahan sosial tersebut ada yang berdampak positif maupun negatif. Maka
dari itu kita harus benar-benar selektif memfilter hal-hal baru yang masuk pada kehidupan kita sebagai
hasil dari adanya proses sosial. Agar kita tidak terjerumus pada hal-hal yang salah dan tidak sesuai
dengan moral dan kebudayaan asli bangsa kita.

DAFTAR PUSTAKA
22
Abdulsyani. 2012. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara
Brewis, Alexandar A., dkk. 2011. Body Norms and Fat Stigma in Global Perspective. The University of
Chicago Press Journals. Vol. 52. No. 2.

Dwi Narwoko, .J & Bagong Suyanto dkk 2006. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta :
Kencana.
Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol. 12. No. 2

Lewis (1983), Potret Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan dan Kemiskinan di Indonesia Dalam
Tinjauan Ekonomi Politik Pembangunan. Jurnal Ilmu dan Budaya

Mannheim, Karl, 1985, Systematic Sociology Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.

Pohan, Budiman & Gunawan, wahyu. 2019. Proses sosial sebagai akar Sublimasi masyarakat
Pedesaaan. Jurnal Simulacra. Vol 2 (2)

Seymour dan Kleiner Robert J (1983), Potret Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan dan
Kemiskinan di Indonesia Dalam Tinjauan Ekonomi Politik Pembangunan. Jurnal Ilmu dan
Budaya

Soekanto, S. (1990). Sosiologi sebagai suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers

Purwadi, P. (2004). Proses pembentukan identitas diri remaja. Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia,
1(1).

Sousa, Pedro Miguel Lopes De. 2008. Body-Image and Obesity in Adolescence: Comparative Study of
Social-Demographic, Psychological, and Behavioral Aspects. The Spanish Journal of Psychology. Vol. 11.
No. 2

Subakti, A. Ramlan 2011 Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

23
24

Anda mungkin juga menyukai