Anda di halaman 1dari 22

MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: sejarah perkembangan wilayah dan kota
Dosen pengampu: Nur Syam A. S, S. T., M.Si
Nurul istiqomah ulil albar
Nur fatimah

OLEH
A. DHITA MAULYA PRATIWI
PWK-B
60800121030

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya yang
berlimpah dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan syarat wajib
dalam menyelesaikan tugas mata pelajaran.

Ada kebanggaan tersendiri jika kegiatan penelitian ini bisa selesai dengan hasil
yang baik. Dengan keterbatasan penulis dalam membuat riset, maka cukup
banyak hambatan yang penulis temui di lapangan. Dan jika penelitian ini pada
akhirnya bisa diselesaikan dengan baik tentulah karena bantuan dan dukungan
dari banyak pihak terkait.

Untuk itu, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang telah
membantu. Diantaranya :
1. Nur Syam A. S, S. T., M.Si. Selaku dosen pengampu
2. Nurul istiqomah ulil albar
3.Nur fatimah
Tak ada yang bisa penulis berikan selain doa dan rasa terima kasih yang tulus
kepada pendukung. Namun tidak lupa juga masukan yang berguna seperti saran
atau kritik dari para pembaca sangat diharapkan oleh penulis. penulis sangat
berharap bahwa makalah ini akan sangat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Makassar , jumat 22 oktober 2021

Penulis
. DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
• 1.1 Latar Belakang
• 1.2 Rumusan Masalah
• 1.3 Tujuan Penulisan
• 1.4 Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN

 2.1 Pengertian Masalah Sosial


 2.2. Faktor Penyebab Masalah Sosial dalam Masyarakat
 2.3 Contoh Masalah yang timbul dalam Masyarakat
 2.4 Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial dalam
Masyarakat
 2.5 Dampak Gejala Sosial di Masyarakat
 2.6 Upaya Pengendalian Masalah Sosial dalam Masyarakat

BAB III PENUTUP


• A. Kesimpulan
• B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu, selain itu manusia disebut
juga sebagai makhluk sosial, di mana manusia tidak akan lepas dari pengaruh
lingkungannya. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain atau disebut juga
interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang
berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan
diterapkan dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,
interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik. Sosiologi terutama
menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma,
kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses
sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua
gejala tersebut berlangsung secara normal sebagaimana dikehendaki masyarakat
bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal
atau gejala-gejala patologis.
Masalah Sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur
kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Apabila antar unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan
sosial akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan
kelompok. Masalah-masalah sosial tersebut berbeda dengan problema-problema
lainya di dalam masyarakat karena masalah-masalah sosial tersebut
berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Hal ini dinamakan masalah karena bersnagkut-paut dengan
gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan masalah sosial?
2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya masalah sosial?
3. Apa sajakah contoh masalah sosial dalam masyarakat?
4. Apakah Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial dalam
Masyarakat?
5. Apakah Dampak Gejala Sosial di Masyarakat?
6. Apakah Upaya Pengendalian Masalah Sosial dalam Masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui masalah sosial
2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah sosial
3. Untuk mengetahui contoh masalah sosial dalam masyarakat
4. Untuk mengetahui Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial dalam
Masyarakat
5. Untuk mengetahui Dampak Gejala Sosial di Masyarakat
6. Untuk mengetahui Upaya Pengendalian Masalah Sosial dalam Masyarakat
7. untuk memenhi tugas dari dosen pengampu.

1.4 Manfaat penulisan


adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang masalah sossial yang
terjadi dimasyarakat.
2. sebagai kajian dalam melakukan observasi tentang masalah sosial yang terjadi
dimasyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah Sosial

Masalah sosial adalah dampak dari berbagai interaksi sosial, baik


interaksi sosial antarindividu, antarindividu dengan kelompok, maupun
antarkelompok. Dalam keadaan normal, interaksi sosial dapat menghasilkan
integrasi. Di sisi lain, interaksi sosial juga dapat menghasilkan konflik dengan
pihak lainnya.

Adanya berbagai pandangan para tokoh sosiologi dalam mengidentifikasi


masalah sosial. Pandangan itu antara lain, sebagai berikut:
1. Soerjono Soekanto
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
2. Soetomo
Masalah sosial adalah sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh
sebagian besar warga masyarakat.
3. Martin S. Weinberg
Masalah sosial adalah situasi yang dinyatakan sebagai suatu yang bertentangan
dengan nilai – nilai oleh warga masyarakat yang cukup signifikan, di mana
mereka sepakat dibutuhkannya suatu tindakan untuk mengubah situasi tersebut.

2.2 Faktor Penyebab Masalah Sosial dalam Masyarakat


Terdapat 4 faktor utama penyebab timbulnya masalah sosial, yaitu antara
lain:
1. Faktor Ekonomi
Biasanya berupa pengangguran, kemiskinan, dll. Dalam masalah ini bisanya
yang bertanggung jawab adalah pemerintah, karena pemerintah kurang
menyediakan lapangan perkerjaan bagi masyarakat. Faktor ekonomi juga dapat
dijadikan acuan maju atau tidaknya suatu negara dan faktor eknonomi juga
dapat mempengaruhi aspek psikologis dan biologis masyarakat.
2. Faktor Biologis
Ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang dirasakan
secara nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas fisik)
yang dapat dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan
masyarakat umum serta kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun
diperkotaan. Misalnya seperti kurang gizi, penyakit menular dan lain – lain.
3. Faktor budaya
Ini menimbulkan berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka
penyakit kejiwaan. Pendorongnya adalah perkembangan teknologi (komunikasi
dan transportasi) dan implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum,
pendidikan, keagamaan, serta pemakaian waktu senggang.

4. Faktor Psikologis
Ini muncul jika psikologis suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis
juga dapat muncul jika beban hidup yang berat yang dirasakan oleh masyarakat
khususnya yang ada di daerah perkotaan, pekerjaan yang menumpuk sehingga
menimbulkan luapan emosi dan stres yang nantinya dapat memicu konflik antar
anggota masyarakat.

2.3 Contoh Masalah yang timbul dalam Masyarakat


1. Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial dalam Masyarakat
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.

pengertian Kemiskinan Menurut Para Ahli

1. Hall dan Midgley

Menurut Hall dan Midgley pengertian kemiskinan adalah kondisi deprivasi


materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar
kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi
relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.

2. Reitsma dan Kleinpenning

Pengertian kemiskinan menurut Reitsma dan Kleinpenning adalah


ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat
material maupun non-material.

3. Friedman

Menurut Friedman pengertian kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan


untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan,
organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan, serta informasi.
4. Suparlan

Menurut Suparlan pengertian kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang


rendah karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila
dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.

5. Faturachman dan Marcelinus Molo

Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo pengertian kemiskinan adalah


ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tingkat kemiskinan di masyarakat dapat diukur melalui berbagai


pendekatan, yaitu:
a. Secara Absolut, ialah kemiskinan tersebut dapat diukur dengan standar
tertentu. Seseorang yang memiliki taraf hidup di bawah standar, maka dapat
disebut miskin. Namun, jika seseorang yang berada di atas standar dapat
dikatakan tidak miskin.
b. Secara Relatif, digunakan dalam masyarakat yang sudah mengalami
perkembangan dan terbuka.
Melalui konsep ini, kemiskinan dilihat dari seberapa jauh peningkatan
taraf hidup lapisan terbawah yang dibandingkan dengan lapisan masyarakat
lainnya.
Secara teoritis kemiskinan berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2
kategori, yaitu:
1) Kemiskinan Natural atau Alamiah, yaitu kemiskinan yang timbul sebagai
akibat terbatasnya jumlah sumber daya atau karena tingkat perkembangan
teknologi yang rendah.
2) Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial
yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana
ekonomi dan fasilitas – fasilitas secara merata.
2. Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial dalam Masyarakat
Kriminalitas berasal dari kata “crime” yang artinya kejahatan.
Kriminalitas adalah semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan
dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas yang terjadi di lingkungan
masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun
luar individu. Kejahatan juga dapat timbul karena perilaku menyimpang dan
kondisi masyarakat yang abnormal. Tindakan kriminalitas yang terjadi di
masyarakat harus menjadi perhatian aparat polisi dan masyarakat sekitar. Ada
beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah
kriminalitas di lingkungan masyarakat, antara lain:
a. Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum.
b. Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur
pemerintah lainnya yang saling berhubungan.
c. Adanya partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan
penanggulangan kriminalitas.
d. Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung adanya
tindakan kejahatan.

Pengertian kriminalitas menurut para ahli:

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pengertian kriminalitas menurut KBBI adalah hal yang bersifat kriminal atau
perbuatan yang melanggar hukum pidana; kejahatan.

2. Kartono

Mengatakan bahwa kriminalitas merupakan semua aktivitas yang ditentang oleh


masyarakat karena melanggar hukum, sosial dan agama serta merugikan baik
secara ekonomis maupun psikologis.
3. R. Susilo

Menyatakan bahwa kriminalitas yaitu tindakan yang dapat merugikan korban.


Namun, terkadang juga merugikan masyarakat karena dapat menghilangkan
ketertiban dan ketentraman.

4. Elliat

Mendefinisikan kriminalitas sebagai tingkah laku yang melanggar hukum dan


dapat dijatuhi hukuman denda, penjara dan hukuman mati.

5. W.A Bonger

Pengertian kriminalitas adalah perbuatan antisosial yang dilakukan oleh


seseorang baik dalam kondisi sadar maupun tidak sadar.

6. Kartini Kartono

Berpendapat bahwa kriminalitas merupakan tindak kejahatan yang dilakukan


secara sadar maupun tidak sadar baik pria atau wanita yang dapat merugikan
orang lain. Kriminalitas tidak warisan atau bawaan sejak lahir.

7. M. v. T

Kriminalitas adalah perbuatan yang tidak ditentukan dalam undang-undang,


sebagai perbuatan pidana, telah dirasakan sebagai onrecht sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan hukum.

8. Dr. Sahetapy dan Mardjono Reksodipuro

Dua ahli tersebut mendefinisikan kriminalitas sebagai perbuatan yang dilarang


oleh hukum publik untuk melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa
pidana oleh aparat penegak hukum. Perbuatan tersebut dilarang karena
melanggar norma-norma yang ada.

9. Soerjono Soekanto

Kriminalitas adalah suatu tindak kejahatan yang timbul akibat adanya perubahan
kondisi ekonomi yang pesat.
3. Kesenjangan Sosial Sebagai Masalah Sosial
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang
ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok.
Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya
dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah
dibedakan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut
terkena dampak dari hal ini. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini
dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan
yang “miskin”. Kesenjangan sosial dapat terjadi karena pembangunan dan
modernisasi tidak dilaksanakan secara merata dan berimbang.

Kesenjangan sosial menurut para ahli:

 Abad Badruzaman

Kesenjangan sosial menurut Abda Badruzaman adalah suatu


ketidakseimbangan sosial yang ada di dalam masyarakat. Hal tersebut
menjadi suatu perbedaan yang mencolok. Selain itu, Abda
mendefinisikan juga bahwa kesenjangan sosial adalah ketika suatu
keadaan di mana orang kaya mempunyai atau memiliki suatu
kedudukan yang lebih tinggi dan lebih berkuasa dibandingkan dengan
orang miskin.

 Max Weber
Max Weber sebagai salah satu ahli di bidang sosial mendefinisikan
kesenjangan sosial sebagai hasil dari adanya perbedaan kepentingan
dari masing-masing individu yang ada di dalam masyarakat yang
diekspresikan dalam sistem perilaku dan tindakan setiap individu
tersebut.

 Emile Durkheim

Emile berpendapat bahwa kesenjangan atau ketimpangan sosial sebagai


pembedaan fungsi sosial di dalam masyarakat yang tidak dapat
dihindarkan sehingga akan selalu ada di dalam masyarakat manapun.

Soerjono Soekanto

Kesenjangan sosial menurut para ahliselanjutnya adalah Soerjono


Soekanto. Ia berpendapat bahwa kesenjangan sosial merupakan suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur mengenai kebudayaan (masyarakat)
yang memberikan dampak negatif bagi kehidupan kelompok
masyarakat.
Selain definisi kesenjangan sosial menurut para ahli di atas, terdapat
juga beberapa faktor yang menyebabkan adanya kesenjangan sosial di
dalam masyarakat. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

Kondisi Geografis

Letak dan kondisi geografis suatu masyarakat dapat mempengaruhi


adanya kesenjangan yang ada di dalam masyarakat tersebut.
Masyarakat yang tinggal dan menetap di tempat yang memiliki
geografis dataran rendah cenderung lebih mudah membangun
infrasturktur sehingga pendapatan akan lebih mudah.

Tingkat Demografis

Tingkat demografis seperti pendidikan, kesehatan struktur


kependudukan dan hal yang berkaitan dengan penduduk juga
mempengaruhi kesenjangan sosial. Hal ini berpengaruh pada
produktivitas yang dihasilkan suatu individu di dalam masyarakat.

Peran Pemerintah
Pemerintah juga punya peran adanya kesenjangan sosial secara tidak
langsung, seperti misalnya program transmigrasi. Penduduk pendatang
dalam kasus tertentu akan lebih mudah dan lebih cepat maju
dibandingkan penduduk setempat.

Sumber Daya Alam Setempat

Ketersediaan sumber daya alam juga ikut mempengaruhi kesenjangan


sosial yang ada. Suatu daerah yang kaya akan alam akan lebih mudah
maju dibandingkan dengan daerah yang miskin akan sumber daya
alam.
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai
konteks sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam
masyarakat yang memiliki seperangkat kondisi:
a. Sistem ekonomi uang, buruh upah dan sistem produksi untuk keuntungan
tetap tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga
tak terampil
b. Rendahnya upah buruh
c. Tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi
sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa
pemerintah
d. Sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral, dan
e. Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan
penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan
sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai
hasil ketidaksanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah
kedudukannya.
Menurut Parker Seymour dan Robert J. Kleiner (1983) formulasi
kebudayaan kemiskinan mencakup pengertian bahwa semua orang yang terlibat
dalam situasi tersebut memiliki aspirasi-aspirasi yang rendah sebagai salah satu
bentuk adaptasi yang realistis.
Beberapa ciri kebudayaan kemiskinan adalah :
a. Fatalisme,
b. Rendahnya tingkat aspirasi,
c. Rendahnya kemauan mengejar sasaran,
d. Kurang melihat kemajuan pribadi ,
e. Perasaan ketidak berdayaan/ketidakmampuan,
f. Perasaan untuk selalu gagal,
g. Perasaan menilai diri sendiri negatif,
h. Pilihan sebagai posisi pekerja kasar, dan
i. Tingkat kompromis yang menyedihkan.

2.4 Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial


Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S
Poerwadarminta, kata adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun
dan tidak sewenang-wenang. Sedangkan menurut istilah keadilan adalah
penagkuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, ada
tiga macam keadilan menurut Aristoteles, yaitu :
a. Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan memberikan
tidak sama yang tidak sama
b. Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional, biasanya
digunakan dalam hal hukum bisnis
c. Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan semula,
biasanya digunakan dalam perkara gugatan ganti kerugian.
Keadilan juga dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
1) Keadilan restitutif, yaitu keadilan yang berlaku dalam proses litigasi di
pengadilan dimana fokusnya adalah pelaku
2) Keadilan restoratif, yaitu keadlian yang berlaku dalam proses
penyelesaian sengketa non-litigasi dimana fokusnya bukan pada pelaku,
tetapi pada kepentingan “victims” (korban).
Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk
menciptakan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap
sistem hukum Indonesia. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum
yang terjadi di negara kita. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya
setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa
kecuali.
Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi masyarakat
kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi
masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya
menjerat mereka dengan tuntutan hukum. Ini jelas merupakan sebuah
ketidakadilan.
Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang adalah yang
mempunyai kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai
kekuatan. Mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara
dilanggar. Orang biasa seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang
hanya melakukan tindakan pencurian kecil langsung ditangkap dan
dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan
korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan bebasnya
Sebagai salah satu contoh lagi ketidakadilan di negara ini adalah
budaya hakim sendiri. Budaya tersebut dilakukan bila terjadi tindakan
kejahatan dan menangkap basah pelaku kejahatan tersebut. Pelaku kejahatan
biasanya akan babak-belur atau bahkan meninggal jika polisi tidak langsung
menanganinya langsung. Budaya tersebut sebaiknya tidak dilakukan oleh
masyarakat, seharusnya masyarakat menyerahkan pelaku kejahatan kepada
aparat hukum dan membiarkan aparat hukum yang menindak langsung
terhadap tindak kejahatan.
Tetapi apakah fenomena budaya hakim sendiri terjadi karena
ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat hukum dan hukum yang
berlaku di Indonesia? Mungkin saja fenomena hakim sendiri lahir karena
aparat hukum yang tidak menegakkan hukum. Banyak juga kita lihat di
televisi aparat-aparat hukum yang berlaku tidak adil, sebagai contoh kita
ambil kasus korupsi simulator SIM petinggi POLRI. Seharusnya aparat
hukum yang menegakkan hukum, tetapi pada kenyataannya adalah aparat
hukum tersebut yang melanggar hukum. Atau bahkan seorang hakim yang
seharusnya jadi pengadil di negeri ini malah disuap. Harus kemanakah
mencari keadilan di negeri ini?
5. Pengangguran
Pengangguran adalah masalah serius yang dihadapi Indonesia sejak
beberapa tahun yang lalu. Jumlah penduduk yang semakin banyak tak
diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang banyak pula, sehingga terjadi
banyak pengangguran.
Pengangguran juga bertambah seiring kebiasaan masyarakat yang datang dari
daerah memadati ibu kota. Kadang mereka datang dengan modal nekat tanpa
ketrampilan khusus sehingga di kota mereka tak punya kerjaan. Sebenarnya
lapangan pekerjaan bisa kita ciptakan sendiri tanpa harus pergi ke ibukota.

6. Pendidikan
Indonesia termasuk negara yang tingkat pendidikannya cukup rendah di
dunia. Banyak sekali anak-anak yang harusnya sekolah, mereka sibuk
membantu orang tuanya untuk bekerja mencari nafkah.
Pastinya mereka (anak-anak Indonesia) ingin merasakan sekolah seperti
anak-anak yang lain. akan tetapi keadaan perekonomian orang tua yang kurang
mampu membuat mereka mengubur keinginan tersebut. Meskipun pemerintah
telah mengucurkan dana BOS, tetapi pada kenyataannya masih banyak anak-
anak di jalanan ketika jam sekolah.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara
terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya
menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikan
anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan
mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib
Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan
yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak
memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program
wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak
yang putus sekolah sebelum mereka

2.4 Ukuran-Ukuran Sosiologi Terhadap Masalah Sosial dalam Masyarakat


Di dalam menentukan apakah suatu masalah-masalah problema sosial
atau tidak, sosiologi menggunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran,
yaitu sebagai berikut:
a. Kriteria Utama
Suatu masalah sosial, yaitu tidak adanya penyesuaian antara ukuran-ukuran dan
nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial.
Unsur-unsur yang pertama dan pokok masalah sosial adalah adanya perbedaan
yang mencolok antara nilai-nilai dengan kondisi-kondisi nyata hidupnya.
Artinya, adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan
masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam
kenyataan pergaulan hidup.
b. Sumber-Sumber Sosial dan Masalah Sosial
Pernyataan tersebut di atas sering kali diartikan secara sempit, yaitu masalah
sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau
bersumber langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi,
sebab-sebab terpenting masalah sosial haruslah bersifat sosial. Ukurannya
tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang bersifat sosial, tetapi juga
sumbernya. Berdasarkan jalan pikiran yang demikian, kejadian-kejadian yang
tidak bersumber pada perbuatan manusia bukanlah merupakan masalah sosial.
c. Pihak-Pihak yang Menetapkan Apakah suatu Kepincangan Merupakan
Masalah Sosial atau Tidak.
Dalam hal ini para sosiologi harus mempunyai hipotesis sendiri untuk kemudian
di uji coba pada kenyataan-kenyataan yang ada. Sikap masyarakat itu sendirilah
yang menentukan apakah suatu gejala merupakan suatu masalah sosial atau
tidak.
d. Perhatian Masyarakat dan Masalah Sosial
Suatu masalah yang merupakan manifest social problem adalah kepincangan-
kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi
atau bahkan dihilangkan. Lain halnya dengan latent social problem yang sulit
diatasi karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, masyarakat tidak
berdaya untuk mengatasinya. Di dalam mengatasi masalah tersebut, sosiologi
seharusnya berpegang pada perbedaan kedua macam masalah tersebut yang
didasarkan pada sistem nilai-nilai masyarakat; sosiologi seharusnya mendorong
masyarakat untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan yang diterimanya
sebagai gejala abnormal yang mungkin dihilangkan atau diatasi.

2.5 Dampak Gejala Sosial di Masyarakat


Dampak gejala sosial ada yang bersifat positif dan negatif.
1 Dampak positif
Gejala sosial yang ada di masyarakat harus kita sikapi dengan baik. Bila kita
dapat terbuka dan mengimbangi perubahan sosial-budaya yang ada. Maka
perubahan tersebut akan berdampak positif dan memberikan kita mamfaat. Hal
ini dapat dilihat dengan kemajuan bidang tekhnologi. Dalam bidang tekhnologi
kita mengenal tekhnologi komunikasi, seperi telepon, handphone, telegram,
email, dsb. Dengan adanya alat komunikasi yang modern, maka, maka kita
dapat melakukan interaksi jarak jauh tanpa harus bertemu secara langsung.
2 Dampak negatif
Seseorang yang tidak dapat menerima perubahan yang terjadi akan mengalami
keguncangan culture shock. Ketidak sanggupan seseorang dalam menghadapi
gejala sosial akan membawa kearah prilaku menyimpang.

2.6 Upaya Pengendalian Masalah Sosial dalam Masyarakat


1. Membentuk institusi atau lembaga
Institusi atau lembaga dibentuk untuk mengawasi tindakan-tindakan
anggota masyarakat. termasuk juga orang-orang yang duduk dalam
lembaga itu, agar tindakkannya tidak menyimpang dari nilai dan norma
yang berlaku umum di masyarakat. Adapun lembaga yang dibentuk di
antaranya adalah pengadilan, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan,
dan lain-lain.
2. Penerapan hukum secara tegas
Hukum dibuat untuk mengatur anggota masyarakat agar tingkah lakunya
sesuai dengan norma yang berlaku. Apabila ada anggota masyarakat yang
melakukan penyimpangan, maka harus dihukum, sesuai dengan hukum
yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk menegakkan pelaksanaan
hukum dalam masyarakat agar tercipta keadilan dan terjaminnya
kepastian hukum dalam masyarakat.
3. Pembinaan melalui lembaga permasyarakatan
Pembinaan ini diterapkan bagi para nara pidana yang ada di lembaga
permasyarakatan. Pembinaan ini dimaksudkan agar setelah selesai
menjalani hukuman narapidana tersebut dapat kembali hidup secara wajar
dan tidak mengulangi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum.
Pembinaan yang diberikan, antara lain pembinaan keagamaan, moral, dan
pemberian keterampilan sebagai modal apabila nanti kembali ke
masyarakat.
4. Penerangan dan bimbingan hidup beragama
Nilai ini terutama dilakukan kepada remaja dan kelompok masyarakat
terbelakang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara langsung, misalnya
dengan memberikan ceramah keagamaan melalui pengajian-pengajian
dan melalui sekolah dengan memberikan pelajaran agama dilakukan tidak
langsung dengan memanfaatkan televisi dan radio sebagai media untuk
menyebarluaskan pengetahuan tentang agama.
5. Penciptaan lapangan kerja
Pengangguran merupakan masalah sosial yang memicu munculnya
penyimpangan sosial yang dilandasi alasan ekonomi. Kebutuhan hidup
yang kompleks mendorong manusia yang menganggur melakukan tindak
kejahatan seperti pencurian, penodongan, perampokan, dan berbagai
tindak kejahatan lainnya agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi
hidupnya. Dengan diciptakannya lapangan pekerjaan berarti memberi
peluang dan kesempatan kepada anggota masyarakat untuk bisa
mendapatkan pekerjaan, sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah Sosial ialah ketidaksesuaian antara unsur – unsur kebudayaan
yang membahayakan kehidupan kelompok sosial dan sebagai suatu kondisi
yang tidak diinginkan oleh sebagian masyarakat. Apabila antar unsur-unsur
tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial akan terganggu
sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok. Masalah
sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu alam, biologis, budaya dan sosial.
Masalah sosial juga memiliki karakteristik khusus yang menjadikan masalah
tersebut menjadi masalah sosial.
Beberapa masalah sosial penting meliputi, kemiskinan, pengangguran,
pendidikan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda dalam
masyarakat modern, peperangan, pelanggaran terhadap norma-norma
masyarakat, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, birokrasi.
Kejahatan juga dapat timbul karena perilaku menyimpang dan kondisi
masyarakat yang abnormal. Ukuran - ukuran Sosiologi terhadap masalah sosial
meliputi, kriteria utama, sumber - sumber sosial dan masalah sosial.

B. Saran
Untuk menghadapi masalah sosial dibutuhkan sikap yang bijaksana dan
cermat dalam meneliti sebuah masalah sosial itu. Tidak sedikit masalah sosial
dikaitkan dengan suasana hati seseorang, oleh karena itu kita harus berusaha
menyikapi suatu masalah sosial dengan baik. Tidak menghakimi seseorang yang
tersangkut masalah sosial secara langsung, karena negara kita memiliki hukum
yang baik untuk mengatasi hal-hal seperti itu.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi_sosial
https://www.google.com/amp/s/www.ruangguru.com/blog/pengertian-masalah-
sosial-dan-5-kriteria-untuk-menentukannya%3fhs_amp=truehttps://
id.wikipedia.org/wiki/Masalah_sosial
https://id.wikipedia.org/wiki/Masalah-dan-upaya pencegahannya
http://www.anneahira.com/pengertian-sosial.htm
http://donaldtintin.blogspot.co.id/2018/04/ klasifikasi-masalah-sosial.html
http://www.ilmupsikologi.com/2018/04//definisi-dan-klasifikasi-masalah-sosial.
http://savieraandriany.blogspot.co.id/2018/04/ masalah-sosial.html
http://falah-kharisma.blogspot.co.id/2018/04/ /penyebab-permasalahan-
sosial.html
http://palingberkesan.blogspot.com2018/04/ /macam-jenis-masalah-sosial-di-
indonesia.html
https://m.liputan6.com/hot/read/4566760/7-penyebab-kemiskinan-dan-pengertiannya-
menurut-ahli-wajib-dipahami
https://www.mingseli.id/2020/06/pengertian-kriminalitas-menurut-para-
ahli.html?m=1
https://blog.atmago.com/kesenjangan-sosial/simak-pengertian-kesenjangan-
sosial-menurut-para-ahli/

Anda mungkin juga menyukai