Anda di halaman 1dari 23

KONSEP IMAN KEPADA ALLAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi


Salah satu tugas pada mata kuliah
Akidah Akhlak

OLEH
KELOMPOK 6
1. Idam Ramadhan 60800118045
2. A. Dhita Pratiwi Maulya 60800121030
3. Nursyamsi Ardy Faradillah 60800121032
4. Rosdian Saputra Rahmat Wijaya
60800121035

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan izin-Nya,
penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu.
Makalah ini berjudul “Konsep Iman Kepada Allah ”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari


dosen pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
wawasan tambahan bagi penulis dan pembaca.

Kami sebagai penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Titi


Mildawati, S.Pd.I., M.Pd.I sebagai dosen pengampu. Tidak lupa bagi rekan-rekan
mahasiswa lain yang telah mendukung dan mengingatkan dalam penyusunan
makalah ini kami mengucapkan terimakasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya


sempurna. Maka dari itu maka terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa
membangun kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya bisa menulis makalah
dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Makassar, 2 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................................2
D. Manfaat ..................................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
A. Konsep Iman Kepada Allah....................................................................................3
B. Bukti Wujud Allah .................................................................................................5
C. Dalil Wajibnya Beriman Kepada Allah ................................................................10
D. Kedudukan Iman Kepada Allah ...........................................................................11
E. Ruang Lingkup Iman Kepada Allah .....................................................................12
F. Hikmah Beriman Kepada Allah ...........................................................................14
BAB III ...........................................................................................................................19
PENUTUP ......................................................................................................................19
A. Kesimpulan ..........................................................................................................19
B. Saran ....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya alam semesta beserta isinya, termasuk manusia dengan segala
kelebihan dan kekurangannya pasti di balik hal itu ada yang
menciptakannya. Semua hal yang ada pasti ada yang menciptakannya
kecuali sang pencipta yaitu Allah SWT. Dalam meyakini hal tersebut,
dibutuhkan hati dan akal pikiran untuk mengakui kebenaran dan
keberadaan Allah Swt.
Allah SWT merupakan Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta
dengan segala isinya, Yang Maha Esa dan tidak ada yang serupa
dengannya sehingga diperintahkan untuk beriman kepada-Nya.
Sebagaimana dalam QS. Thaha: 14 dijelaskan bahwa tiada tuhan selain
Allah dan tiada sekutu baginya untuk menanamkan rasa tauhid kepada-
Nya sehingga ia memerintahkan untuk kita menyembahnya dan
mengingatnya dengan melaksanakan shalat. Sebagaimana dalam firman
Allah Qs. Thaha: 14,
َّ ‫ َٗأَقِ ٌِ ٱى‬ِّْٚ‫ٱَّللُ ََل ِئ ٰىََٔ ِئ ََّل أَّ َ۠ب فَٲ ْعجُذ‬
ٙ‫صيَ ٰ٘ح َ ِى ِز ْم ِش‬ َّ ‫ أََّب‬َِّّْٚ‫ِئ‬
Terjemahan: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.”
Iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran yang
diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai
landasan untuk melakukan perbuatan. Al-qur‟an dengan tegas memegang
taguh pengertian seperti ini, karena menurut Al-qur‟an walaupun setan dan
malaikat itu sama-sama adanya, namun beriman kepada malaikat acap kali
disebut sebagai bagian dari rukun iman, sedang terhadap setan orang
diharuskan mengkafirinya. Untuk memperkuat keyakinan kita dalam
beriman kepada Allah SWT, penulis tertarik menulis makalah yang
berjudul Konsep Iman Kepada Allah SWT.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep iman kepada Allah?
2. Bagaimana meyakini adanya Allah?
3. Jelaskan dalil tentang wajibnya beriman kepada Allah?
4. Bagaimana kedudukan iman kepada Allah?
5. Bagaimana ruang lingkup iman kepada Allah?
6. Jelaskan hikmah beriman kepada Allah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep iman kepada Allah.
2. Untuk mengetahui keyakinan keberadaan Allah.
3. Untuk mengetahui dalil tentang wajibnya beriman kepada Allah.
4. Untuk mengetahui kedudukan iman kepada Allah.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup iman kepada Allah.
6. Untuk mengetahui hikmah beriman kepada Allah.

D. Manfaat
Menambah wawasan penulis dan pmbaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Iman Kepada Allah


Menurut ajaran agama Islam, umat muslim mengimani enam rukun
iman. Keenam rukun iman tersebut wajib diimani dan diyakini oleh orang
Islam. Secara bahasa iman berasal dari kata bahasa arab yaitu kata amana
– yu‟minu - imana yang dapat diartikan sebagai percaya dan yakin. Selain
itu, iman dapat diartikan sebagai tashdiq atau membenarkan yang
maknanya hampir sama secara istilah. Sedangkan menurut istilah dalam
buku Ensiklopedi iman yang ditulis oleh Syaikh Abdul Majid Az-Zandani,
iman dapat diartikan sesuai dengan makna linguistiknya yaitu tashdiq atau
mempercayai. Iman secara istilah, maknawi atau terminologis merupakan
percaya dengan yakin akan keberadaan Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab-
Nya, para Rasul-Nya, akhirat, hingga qadha dan qadar yang telah
terangkum dalam rukun iman menurut ajaran agama Islam.
Pada dasarnya, iman berasal dari bahasa Arab yang dapat diartikan
sebagai ‘percaya’. Namun, pengertian iman secara istilah adalah
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan serta mengamalkan
dengan perbuatan. Jadi tidak hanya menghafalkan keenam rukun iman,
namun kita perlu membenarkan hati kita bahwa Allah itu ada dengan
segala keagungannya. Lalu mengucapkannya dengan lisan yang diucapkan
pada kalimat syahadat serta diamalkan perintah-Nya serta menghindari
larangan-Nya di dunia nyata. Sebagaimana dalam Al-Quran surat Al-
Baqarah ayat 163 yang berbunyi:
َّ َ٘ ُٕ ‫َٗ ِئ ٰىَ ُٖ ُن ٌْ ِئ ٰىَٔ ٰ َٗ ِحذ ۖ ََّل ِئ ٰىََٔ ِئ ََّل‬
َّ ُِ ََ ٰ ‫ٱىش ْح‬
ٌُ ٞ‫ٱىش ِح‬
Terjemahan: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Dalam memahami makna iman, bisa kita implikasikan dalam hidup
dengan keyakinan yang kuat bahwasanya Allah SWT merupakan Tuhan
segala sesuatu dan rajanya. Dialah Allah SWT yang Maha Kuasa atas

3
segala sesuatu di alam semesta ini. Bisa kita lihat makna iman yang
pertama adalah meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha
Kuasa atas ciptaan-Nya. Maka tak heran dengan kita mentadabburi
ciptaan-Nya akan bisa meningkatkan keimanan kita pada-Nya. Makna
yang kedua adalah meyakini hanya Allah SWT saja sebagai Tuhan yang
berhak untuk disembah. Makna kedua ini mengisyaratkan bahwa
keimanan dibuktikan dengan kita secara konstan mampu meningkatkan
kualitas ibadah kita pada-Nya.
Dr. Taisir At-Tamimi, seorang ulama Palestina terkemuka
menjelaskan makna iman kepada Allah sebagai berikut: “Iman kepada
Allah maksudnya adalah pembenaran yang sempurna dan keyakinan yang
pasti nan kokoh yang tidak tercampuri keraguan sedikit pun kepada
adanya Allah dan rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, nama-nama dan sifat-
sifat-Nya, dan kepada keesaan Allah, yaitu Allah-lah satu-satunya tempat
bergantung , tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah-Nya atau dalam
uluhiyah-Nya atau dalam hal nama-nama dan sifat-sifatNya.” Sedangkan
Dr.Muhammad Na‟im Yasin mengatakan bahwa iman kepada Allah „Azza
wa Jalla maknanya adalah keyakinan yang bersifat mutlak bahwa Allah itu
Rabb segala sesuatu dan rajanya dan penciptanya.
Allah-lah satu-satunya yang berhak untuk diesakan dengan ibadah
baik itu berupa shalat, puasa, doa, harap, rasa takut, kehinaan dan
ketundukan dan bahwa Allah itu memiliki sifat-sifat yang sempurna dan
suci dari segala kekurangan. Jadi iman kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala
itu meliputi mentauhidkan Allah dalam tiga perkara yaitu di dalam
rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Sedangkan makna dari mentauhidkan Allah dalam ketiga perkara tersebut
berarti meyakini keesaan Allah Subhanahu wa Ta‟ala dalam hal
rububiyah, uluhiyah dan sifat-sifat kesempurnaan serta nama-nama yang
agung. Seorang hamba tidak akan menjadi seorang yang beriman kepada
Allah hingga dia meyakini bahwa Allah itu Rabb segala sesuatu dan tiada
Rabb selain Allah. Bahwa Allah itu adalah ilah (yang berhak diibadahi)

4
oleh segala sesuatu dan tidak ada selain Allah yang berhak untuk
diibadahi, dan bahwa Allah itu sempurna dalam sifat-sifat dan nama-
nama-Nya dan tidak ada kesempurnaan pada selain Allah.

B. Bukti Wujud Allah


“Maka Allah SWT adalah Dzat yang bersifat Wujud (Ada), Qadim
(tidak ada permulaan-Nya), Kekal, dan berbeda dengan makhluk secara
mutlak”. Dzat disini bukanlah dzat dalam lisan orang indonesia yang
mempunyai arti materi datu benda, akan tetapi Dzat disini adalah Dzat
dalam lisan orang arab yang mempunyai arti “Dirinya sendiri”, “Haqiqat-
nya” karena Allah ada tanpa membutuhkan bentuk, tempat dan tidak
membutuhkan makhluqnya, karena semuanya adalah ciptaanya dan Allah
berdiri sendiri tanpa ada yang menciptakan dan tidak membutuhkan
pertolongan makhluqnya. Sifat wajib Allah SWT yang dua puluh tersebut
yang pertama adalah sifat Nafsiyah Wujud.
Sifat Wujud pengertiannya tetapnya sesuatu dan pasti adanya, sifat
wujud ini wajib bagi Allah SWT. Dzatnya bukan Illat (Pengaruh Luar)
maksudnya bahwa selain Allah (Makhluk) tidak dapat mempengaruhi
adanya Allah. Adapun sifat wujud tanpa Dzat itu terjadi seperti keberadaan
kita yaitu melalui perbuatan Allah Ta‟ala. Adapun bukti adanya Allah
yaitu adanya makhluk ini, jika Allah SWT tidak ada, maka tidak akan ada
satu makhlukpun. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Thaha: 14 dan Qs.
Ar-Rum: 8,
َّ ‫ َٗأَقِ ٌِ ٱى‬ِّْٚ‫ٱَّللُ ََل ِئ ٰىََٔ ِئ ََّل أَّ َ۠ب فَٲ ْعجُذ‬
ٙ‫صيَ ٰ٘ح َ ِى ِز ْم ِش‬ َّ ‫ أََّب‬َِّّْٚ‫ِئ‬
Terjemahan: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.”
‫ق َٗأ َ َجو‬ ِ ّ ‫َْ ُٖ ََب ِئ ََّل ِث ْٲى َح‬ْٞ َ‫ض َٗ ٍَب ث‬ َ ‫د َٗ ْٱْل َ ْس‬ِ َ٘ ٰ ََ ٰ ‫غ‬ َّ َ‫ أَّفُ ِغ ٌِٖ ۖ ٍَّب َخيَق‬ٚ‫َزَفَ َّن ُشٗا ِف‬ٝ ٌْ َ‫أَ َٗى‬
َّ ‫ٱَّللُ ٱى‬
َُٗ‫ب َس ِثّ ِٖ ٌْ ىَ ٰ َن ِف ُش‬ ِ ‫بط ثِ ِيقَب‬ ِ َّْ‫شا ِ ٍّ َِ ٱى‬ٞ
ً ِ‫ ۖ َٗئِ َُّ َمث‬ًَّٚ ‫غ‬ َ ٍُّ
Terjemahan: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian)
diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada

5
diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang
ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar
ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”
Seseorang muslim yang beriman kepada Allah adalah yang
membenarkan adanya Tuhan Yang Maha Agung Tuhan maha Pencipta
langit dan bumi. Dia mengetahui alam ghaib dan alam nyata, maha
Pengatur, Raja segala sesuatu. Tiada Tuhan melainkan Dia. Dialah Yang
Maha Agung, yang memiliki sifat-sifat maha sempurna. Untuk pertama
kalinya kita mendapat petunjuk dari petunjuk-Nya. (Allah berfirman:
Kalaulah bukan karena petunjuk Allah, tidaklah kita mendapat petunjuk).
Kemudian petunjuk untuk beriman itu kita peroleh berdasarkan dalil naqli
dan aqli.
1. Dalil naqli
a. Di dalam Al-quran Allah memberitakan keberadaan, pengaturan,
nama, dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman dalam Qs. Al-A‟raf:54,
َ ٰٙ ََ٘ ‫َّبً ث ُ ٌَّ ٱ ْعز‬َٝ‫ ِعز َّ ِخ أ‬ِٚ‫ض ف‬
َٚ‫عي‬ َ ‫د َٗ ْٱْل َ ْس‬ َّ ‫ َخيَ َق ٱى‬ِٙ‫ٱَّللُ ٱىَّز‬
ِ َ٘ ٰ ََ ٰ ‫غ‬ َّ ٌُ ‫ئِ َُّ َسثَّ ُن‬
‫غ َّخ ٰ َشد‬ َ ٍُ ًَ٘ ‫ظ َٗ ْٱىقَ ََ َش َٗٱىُّْ ُج‬
َ َْ ‫ش‬ َّ ‫ثًب َٗٱى‬ِٞ‫طيُجُ ۥُٔ َحث‬ ْ َٝ ‫بس‬ َ َٖ َّْ‫ َو ٱى‬ْٞ َّ‫ ٱى‬ِٚ‫ُ ْغش‬ٝ ‫ْٱىعَ ْش ِػ‬
ََِِٞ َ‫ٱَّللُ َسةُّ ْٱى ٰعَي‬
َّ ‫بس َك‬َ َ‫ثِأ َ ٍْ ِشِۦٓ ۖ أ َ ََل ىَُٔ ْٱىخ َْي ُق َٗ ْٱْل َ ٍْ ُش ۖ رَج‬
Terjemahan: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk
kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
Kemudian firman Allah yang menyeru Nabi Musa a.s., sewaktu ia
sampai ke tempat api. Musa diseru dari lembah sebelah kanan,
tempat yang diberkahi sebatang pohon kayu dalam Qs. Al-
Qashash: 30,

6
َُ‫ش َج َش ِح أ‬ َ ٰ ٍِِ ِٙ
َّ ‫ ْٱىجُ ْقعَ ِخ ْٱى َُ ٰجَ َش َم ِخ ٍَِِ ٱى‬ِٚ‫ ََ ِِ ف‬ْٝ َ ‫ش ِط ِة ْٱى َ٘ا ِد ْٱْل‬ َ ‫فَيَ ََّب أَر َ ٰى َٖب ُّ٘د‬
ََِِٞ َ‫ٱَّللُ َسةُّ ْٱى ٰعَي‬
َّ ‫ أََّب‬ِّّٚ ‫ ِئ‬ٰٚ ‫ع‬ َ َُ٘ َٰٝ
Terjemahan: “Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu,
diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya)
pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya
Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.”
b. Berita dari sekitar 124.000 nabi dan rasul yang menyebutkan
adanya Tuhan Allah SWT., tentang rububiyyah terhadap alam
semesta, penciptaan-Nya, pengembangan, nama-nama, dan sifat-
sifat-Nya. Tidak seorang nabi atau rasul pun kecuali hanyalah
Allah telah berbicara kepadanya atau mengutus hanya seorang
utusan atau Allah telah memasukkan ke dalam hatinya sesuatu
yang meyakinkannya bahwa itu kalam Allah dan wahyu-Nya yang
diberikan kepadanya. Pemberitaan sejumlah makhluk dan manusia
pilihan ini memustahilkan akal manusia untuk membohongkannya
atau menyebabkan orang sebanyak ini sepakat untuk berdusta.
Begitu juga pemberitaan sesuatu yang belum diketahui mereka,
tidak diselidiki oleh mereka kebenarannya, dan yang belum pasti
kepada mereka, padahal mereka itu manusia-manusia pilihan,
manusi terbaik. Mereka itu manusia-manusia yang mempunyai
alasan rasional yang lebih kuat, dan mereka itu manusia-manusia
yang terpercaya dalam pembicaraannya.
c. Berimannya berjuta-juta manusia kepada adanya Allah SWT.,
penyembahan serta ketaatan mereka kepada-Nya, padahal pada
saat itu berlaku adat kebiasaan manusia bahwa membenarkan satu
atau dua orang lebih patut daripada mebenarkan suatu kelompok
atau umat manusia atau suatu julah besar manusia yang tidak dapat
dihitung, berdasarkan kesaksian rasio dan fitrah terhadapap
kebenaran mengenai apa yang diberitakan kepada mereka, dan
mengenai apa yang mereka mendekatkan diri kepada-Nya.

7
d. Berita dari berjuta-juta ulama tentang Allah, sifat-sifat, nama-
nama, dan pengaturan-Nya terhadap segala sesuatu, kemampuan-
Nya terhadap segala sesuatu, kemampuan-Nya terhadap segala
sesuatu, kerana itulah mereka menyembah dan menaati, mencitai-
Nya, serta menentang keras demi diri-Nya.
2. Dalil aqli
a. Wujud macam-macam alam, juga makhluk, menjadi bukti adanya
pencipta karena selain diri-Nya (Allah), tidak ada yang mengaku
telah menciptakan ini semua. Akal manusia mustahil akan
mengatakan adanya sesuatu itu tak ada yang mengadakan. Bahkan
mustahil pula adanya sesuatu yang jelasitu tanpa ada yang
mengadakan. Demikian pula, seperti halnya makanan, tak mungkin
ada tanpa ada yang memasaknya, dan tak mungkin ada hamparan
tanah di planet bumi ini tanpa ada yang menciptakannya. Jadi,
bagaimana mungkin alam semesta seperti langit, planet, matahari,
bintang-bintang, bulan, padahal semuanya berbeda serta jarak
masing-maasing berjauhan, dan berputar. Planet bumi dan apa-apa
yang ada seperti manusia, jin, dan binatang-binatang yang
beraneka macam jenisnya itu berbeda pengetahuan dan
pemahamannya, keistimewaan dan ilmunya, juga barang-barang
yang bermanfaat yang ada padanya. Tak mungkin semua ini ada
tanpa adanya Pencipta. Demikian pula hal nya dengan sungai yang
airnya mengalir, uapnya mengepul, tumbuh-tumbuhan yang tumpul
dan buah-buahan yang beraneka rasa dan warna serta ciri-ciri
khusus dan manfaatnya.
b. Adanya firman Allah yang sampai kepada kita, yang kita renung-
renungkan dan kita pahami makna-maknanya merupakan bukti
akan adanya Pencipta semua itu, yaitu Allah SWT. Mustahil ada
kalau tanpa Mutakallim, dan mustahil ada ucapan tetapi tidak ada
yang mengucapkannya. Oleh karena itu, kalau Allah menjadi bukti
terhadap wujud-Nya lebih-lebih kalam Allah ini merupakan syariat

8
yang paling benar sejauh yang diketahui oleh manusia. Hukum-
hukum-Nya merupakan hukum- hukum yang terbaik bagi manusia,
sebagaimana pula bahwa Firman Allah itu mengandung teori-teori
ilmiah yang paling benar, meliputi hal-hal yang ghaib, juga
peristiwa-peristiwa sejarah. Semua itu adalah hal yang memang
benar bagi siapa saja yang mau membenarkan, dan hukum syariat,
dan faedahnya tidak terbatas untuk sepanjang masa walaupun
dengan perbedaaan waktu dan tempat, dan tidak ada teori ilmiah
apapun hal menolak hal itu, dan tidak ada satu berita ghaib pun
yang meleset dari yang diberiatakan didalamnya, sama sekali tidak
mengurangi arti faedah hukum-Nya walaupun masa telah berlalu
sekian lama. Demikian pula sejarawan tidak akan bisa menolak dan
mendustakan berbagai kisah yang disebutkan didalamnya atau
memeperkuat pendustaan atau penolakan peristiwa-peristiawa
sejarah yang diisyaratkan dan dijelaskan oleh-Nya. Terhadap
kalam Allah yang bijak seperti ini mustahil akal mengatakan
bahwa ia adalah ciptaan seorang manusia karena kalam itu betul-
betul berada diatas kemampuan dan pengetahuan manusia. Adalah
salah bila kalam itu kalam manusia. Dialah kalam Pencipta
Manusia, yang menjadi bukti terhadap adanya Allah, kemampuan,
serta kebijaksanaan-Nya.
c. Adanya system yang sangat akurat didalam hukum alam semesta
dalam penciptaan, pembentukan, peredaran, dan pertumbuhan
wujud hidup dialam ini, sesungguhnya semuanya tunduk kepada
tananan hukum alam ini, terikat olehnya, dan sama sekali tidak ada
yang bisa keluar dari tananan tersebut. Seorang suami, misalnya,
menyemburkan spermanya kedalam Rahim istrinya sehingga
terjadi pembuahan yang menakjubkan, yang tidak dibantu oleh
seorang manusia pun. Hanya Allah lah yang dapat memasukan
benih janin itu sampai keluar menjadi bayi. Ini dalam hal
penciptaan awal, demikian pula dalam menumbuhkan dan

9
mendewasakannya, mulai dari bayi dan anak kecil sampai menjadi
pemuda, orang dewasa, dan kakek-kakek. Ini hukum umum yang
terjadi pada manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Hal yang
sama juga terjadi pada planet-planet angkasa dan bintang-bintang
dilangit. Semuanya tunduk, patuh, saling berkaitan, dan tidak ada
hukum yang keluar daripadanya. Jika penyimpangan terjadi dari
hukumnya, maka hal itu pertanda telah matinya planet tersebut.

C. Dalil Wajibnya Beriman Kepada Allah


1. Dalil Dalam Al Qur‟an
a. Qs. An-Nisa: 136
‫ع٘ ِى ِٔۦ‬ُ ‫ َس‬ٰٚ َ‫عي‬ َ ‫ ّ ََّض َه‬ِٙ‫ت ٱىَّز‬ ِ َ‫ع٘ ِى ِٔۦ َٗ ْٱى ِن ٰز‬ ِ َّ ِ‫َِ َءا ٍَُْ٘ا َء ِاٍُْ٘ا ث‬ِٝ‫ُّ َٖب ٱىَّز‬َٝ‫َأ‬ٰٝ
ُ ‫ٲَّلل َٗ َس‬
ُ ‫ٲَّلل َٗ ٍَ ٰيَئِ َنزِِۦٔ َٗ ُمزُجِِۦٔ َٗ ُس‬
ًِ ْ٘ َٞ‫ع ِيِۦٔ َٗ ْٱى‬ ِ َّ ِ‫َ ْنفُ ْش ث‬ٝ ٍَِ َٗ ۖ ‫ أَّضَ َه ٍِِ قَ ْج ُو‬ِٙ‫ت ٱىَّز‬ ِ َ ‫َٗ ْٱى ِن ٰز‬
‫ذًا‬ٞ‫ض ٰيَ ۢ ًل ثَ ِع‬
َ ‫ض َّو‬ َ ْ‫اخ ِش فَقَذ‬ ِ ‫ٱه َء‬ ْ
Terjemahan: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan
kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
b. Qs. Al-A‟raf: 158
ۖ‫ض‬ ِ ‫د َٗ ْٱْل َ ْس‬ ِ َ٘ ٰ ََ ٰ ‫غ‬َّ ‫ ىَ ۥُٔ ٍُ ْيلُ ٱى‬ِٙ‫عًب ٱىَّز‬َِٞ ‫ ُن ٌْ َج‬ْٞ َ‫ٱَّلل ِئى‬ ُ َّْ‫ُّ َٖب ٱى‬َٝ‫َأ‬ٰٝ ‫قُ ْو‬
ُ ‫ َس‬ِّّٚ ‫بط ِئ‬
ِ َّ ‫ع٘ ُه‬
ُِ ٍِ ْ‫ُإ‬ٝ ِٙ‫ ٱىَّز‬ٚ ّ ِ ٍّ ِ ُ ‫ ْٱْل‬ٚ ّ ِ ‫ع٘ ِى ِٔ ٱىَّْ ِج‬ ِ َّ ‫بٍُْ٘ا ِث‬
ُ ‫ٲَّلل َٗ َس‬ ‫ُح ِۦ‬ٝ َ٘ ُٕ ‫ََل ِئ ٰىََٔ ِئ ََّل‬
ِ َٔ‫ذُ ۖ فَـ‬َُِٞ َٝٗ ْٚ
َُُٗ‫ٲَّلل َٗ َم ِي ٰ ََزِِۦٔ َٗٱر َّ ِجعُُ٘ٓ ىَعَيَّ ُن ٌْ ر َ ْٖزَذ‬
ِ َّ ‫ِث‬
Terjemahan: “Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya)
dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”

10
2. Dalil-dalil dari hadits
a. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu „anhu
ٜ‫غَ ُع ث‬ٝ ‫ َل‬،ِٓ‫ذ‬ٞ‫ّفظ ٍُح ََّذ ث‬
ُ ٛ‫ ٗاىز‬:‫عب‬ ً ٘‫ هللا عْٔ ٍشف‬ٜ‫شح سض‬ٝ‫ ٕش‬ٜ‫عِ أث‬
ُ‫ أ ُ ْس ِعيذ‬ٛ‫إٍِ ثبىز‬ٝ ٌ‫َ٘دُ ٗى‬ٝ ٌ‫ ث‬،ٜ
ٌّ ّ‫ َٗل ّصشا‬،ٌّٛ ‫ٖ٘د‬ٝ ‫أحذ ٍِ ٕزٓ اْلٍخ‬
‫ َّئَل مبُ ٍِِ أصحبة اىْبس‬،ٔ‫ث‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu dari Rasulullah
bahwasanya beliau bersabda, “Demi Yang jiwa Muhammad yang
berada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari umat ini baik dia
Yahudi atau Nasrani yang mendengar tentang diriku kemudian
meninggal dunia dan belum beriman dengan ajaran yang aku di
utus dengannya kecuali dia termasuk penghuni neraka.” [HR.
Muslim]
b. Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu „anhu.
:ً‫ هللا عٌْٖ ٍشف٘عب‬ٜ‫شح سض‬ٝ‫ ٕش‬ٜ‫عِ عَش ثِ اىخطبة ٗاثْٔ عجذ هللا ٗأث‬
،‫شٖذٗا أُ َل ئىٔ ئَل هللا ٗأُ ٍحَذًا سع٘ه هللا‬ٝ ٚ‫أ ُ ٍِ ْشدُ أُ أقبرو اىْبط حز‬
ٌٕ‫ دٍب َء‬ٍْٜ ‫ فارا فعي٘ا رىل عصَ٘ا‬،‫ُإر٘ا اىضمبح‬ٝٗ ،‫َ٘ا اىصلح‬ٞ‫ُق‬ٝٗ
ٚ‫ هللا رعبى‬ٚ‫ٗأٍ٘اىٌَٖ ئَل ثحق اإلعلً ٗحغبثٌُٖ عي‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar radhiyallahu „anhu bahwa Rasulullah
bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai
mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan
benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

D. Kedudukan Iman Kepada Allah


Syaikh Dr. Taisir At-Tamimi mengatakan bahwa iman kepada Allah
merupakan rukun pertama dari rukun iman. Bahkan iman kepada Allah
merupakan rukun yang paling agung dibanding yang lain. Rukun iman
yang lain merupakan cabang dari rukun iman kepada Allah. Iman kepada
Allah merupakan tujuan terpenting dari penciptaan makhluk dan diutusnya
para rasul. Iman kepada Allah merupakan asas segala kebaikan dan
sumber semua hidayah. Siapa saja yang mencermati dakwah para rasul

11
dalam al-Quran Al-Karim akan mendapati bahwa setiap rasul memulai
dakwahnya dengan iman kepada Allah.

E. Ruang Lingkup Iman Kepada Allah


1. Beriman kepada Wujud Allah Ta‟ala.
Akal dan fitrah telah menunjukkan akan adanya Allah
Subhanahu wa Ta‟ala ditambah lagi dengan dalil syar‟i yang begitu
banyak. Setiap makhluk telah ditetapkan fithrahnya di atas iman
kepada penciptanya tanpa ada pemikiran dan pengajaran terlebih
dahulu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
ٚ‫٘ىذ عي‬ٝ ‫ ٍب ٍِ ٍ٘ى٘د ئَل‬: ‫ ملسو هيلع هللا ىلص‬ٜ‫ قبه اىْج‬: ‫ هللا عْٔ قبه‬ٜ‫شح سض‬ٝ‫ ٕش‬ٜ‫عِ أث‬
, ‫َخ جَعبء‬ٖٞ‫َخ ث‬ٖٞ‫َجغّ٘ٔ مَب رْزج اىج‬ٝ ٗ‫ْصشأّ أ‬ٝ ٗ‫ْٔ أ‬ٝ‫ٖ٘د‬ٝ ٓ‫اىفطشح فأث٘ا‬
‫ٖب ٍِ جذعبء‬ٞ‫ٕو رحغُ٘ ف‬
Artinya: “Tidak seorang pun bayi yang dilahirkan kecuali dia terlahir
di atas fithrah (tauhid). Maka, kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi sebagaimana
hewan ternak yang dilahirkan selamat apakah engkau merasakan
adanya cacat.” [Muttafaq „alahi. Hadits riwayat Al-Bukhari dan
Muslim]
Mengenai dalil aqli (logika akal sehat) tentang adanya Allah
Swt sebagaimana dalam firman-Nya:
َُُ٘‫ء أ َ ًْ ُٕ ٌُ ْٱى ٰ َخ ِيق‬ْٚ ‫ش‬ َ ِْ ٍِ ‫أ َ ًْ ُخ ِيقُ٘ا‬
َ ‫ ِْش‬ٞ‫غ‬
Terjemahan: “Apakah mereka telah diciptakan tanpa sesuatu pun
(yaitu tanpa adanya pencipta) ataukah mereka itulah yang telah
menciptakan (diri mereka sendiri).” (Qs. Ath-Thur: 35)
Semua makhluk ini tidak tercipta secara serta merta tanpa adanya
pencipta. Demikian pula, seluruh makhluk tersebut bukan
menciptakan diri reka sendiri. Sehingga tidak tersisa kecuali
keyakinan bahwa semua makhluk tersebut diciptakan dengan takdir
dari al-Aziz Yang Maha Perkasa, Al-„Alim lagi Maha Mengetahui.

12
2. Iman kepada Rububiyah Allah Ta‟ala
Yaitu kita beriman bahwa Allah „Azza wa Jalla itulah satu-
satunya Rabb yang telah menciptakan segala sesuatu, raja segala
sesuatu, pengurus segala urusan, seperti rezeki, kehidupan, kematian,
turunnya hujan dan seterusnya. Segala penciptaan dan urusan menjadi
hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam.
3. Iman kepada Uluhiyah Allah Subhanahu wa Ta‟ala
Maksudnya adalah kita beribadah hanya kepada Allah semata.
Kita tidak boleh mengarahkan satu bentuk ibadah pun kepada selain
Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Kita berlepas diri dari apa saja yang
diibadahi selain Allah „Azza wa Jalla.
Ibadah yang wajib ditujukan kepada Allah semata meliputi apa
saja yang dicintai oleh Allah dan diridhai-Nya baik berupa perkataan
dan perbuatan yang zhahir (terlihat) maupun yang batin (tidak
terlihat). Hal itu mencakup shalat, doa, menyembelih binatang,
nadzar, memohon pertolongan dan perlindungan, takut, harap dan
lain-lain. Tauhid uluhiyah disebut juga dengan tauhid ibadah. Tauhid
uluhiyah merupakan inti seluruh risalah dari langit. Allah Ta‟ala
berfirman,
َٙ‫٘د ۖ فَ َِْْ ٌُٖ ٍَّ ِْ َٕذ‬
َ ُ‫ٱىطغ‬َّ ٰ ‫ٱَّللَ َٗٱ ْجزَِْجُ٘ا‬
َّ ‫َ٘ل أ َ ُِ ٱ ْعجُذُٗا‬ ُ ‫ ُم ِّو أ ُ ٍَّخ َّس‬ِٚ‫َٗىَقَذْ ثَعَثَْْب ف‬
ً ‫ع‬
ُ‫ع ِقجَخ‬
َ ٰ َُ‫ْف َمب‬
َ ٞ‫ظ ُشٗا َم‬ُ ّ‫ض فَٲ‬ ِ ‫ ْٱْل َ ْس‬ٚ‫شٗا ِف‬ُِٞ ‫ض ٰيَيَخُ ۖ فَغ‬َّ ‫ ِٔ ٱى‬ْٞ َ‫عي‬
َ ‫ذ‬ْ َّ‫ٱَّللُ َٗ ٍِ ْْ ٌُٖ ٍَّ ِْ َحق‬
َّ
َِٞ‫ْٱى َُ َن ِزّ ِث‬
Terjemahan: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-
tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).”

13
4. Iman dengan Nama-NamaNya yang baik dan Sifat-SifatNya yang
tinggi.
Maksudnya adalah kita beriman dengan nama-nama dan sifat-
sifat yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan untuk diri-Nya sendiri
dan yang telah Nabi tetapkan untuk Allah, yang layak untuk Allah
Azza wa Jalla tanpa tahrif, ta‟thil, takyif dan tamtsil. Tahrif adalah
memalingkan lafazh dari makna yang ditunjukkan oleh lafazh tersebut
tanpa ada dalil yang mendasarinya. Ta‟thil adalah menghilangkan atau
meniadakan sifat atau nama Allah. Takyif adalah keyakinan bahwa
sifat-sifat Allah itu berada pada suatu kondisi tertentu sebagaimana
yang dikhayalkan oleh akal manusia. Sedangkan tamtsil adalah
keyakinan adanya keserupaan suatu sifat dari sifat-sifat Allah dengan
sifat-sifat makhluk. Sebagaimana firman Allah Swt,
ۖ ‫ض ۖ َجعَ َو ىَ ُنٌ ِ ٍّ ِْ أَّفُ ِغ ُن ٌْ أ َ ْص ٰ َٗ ًجب َٗ ٍَِِ ْٱْل َ ّْ ٰعَ ٌِ أ َ ْص ٰ َٗ ًجب‬ ِ ‫د َٗ ْٱْل َ ْس‬
ِ َ٘ ٰ ََ ٰ ‫غ‬ ِ َ‫ف‬
َّ ‫بط ُش ٱى‬
‫ش‬ٞ
ُ ‫ص‬ِ َ‫ ُع ْٱىج‬َِٞ ‫غ‬ َّ ‫ء ۖ َٗ ُٕ َ٘ ٱى‬ْٚ ‫ش‬ َ ٔ‫ْظ م ََِثْ ِيِۦ‬ َ َٞ‫ ِٔ ۖ ى‬ِٞ‫َزْ َسؤُ ُم ٌْ ف‬ٝ
Terjemahan: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi
kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis
binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu
berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-
Syura : 11)

F. Hikmah Beriman Kepada Allah


1. Mengetahui keagungan Allah Swt dan kebesaran-Nya, keindahan dan
kelembutan-Nya serta kemuliaan kekuasaan-Nya. Hal itu ditunjukkan oleh
namanama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya dan anugerah-Nya.
Pengetahuan tersebut memenuhi hati dengan tauhid dan iman, membawa
anggota badan dan indera kepada ketundukkan kepada Allah Ta‟ala dan
kepatuhan kepada-Nya dengan harap dan cemas, rasa cinta dan
pengagungan.

14
2. Memuji Allah Swt dengan nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang
indah dan agung. Melantunkan dzikir di segala keadaan dengan
mengharap pahala-Nya. Hal ini merupakan salah satu sebab terbesar
baiknya hati dan kebersihannya, kesucian jiwa dan kejernihannya serta
cahaya bashirah dan petunjuknya.
3. Berdoa kepada Allah Ta‟ala dengan nama-nama-Nya yang baik dan
sifat-sifat-Nya yang tinggi sesuai kebutuhan dan keadaan, dengan penuh
harap dan kepercayaan tercapainya kebaikan dan perlindungan dari
kejahatan dan para pelakunya serta merasa cukup dengan Allah tanpa
merasa butuh kepada makhluk serta merasa tenang dan sangat butuh
kepada-Nya. Doa merupakan sebab terbesar diperolehnya berbagai
kenikmatan, dijauhkan dari bencana, dijaga dari qadha‟ yang buruk,
ditolong atas musuh dan bertambahnya iman dan petunjuk.
4. Bertawakal dengan benar kepada Allah, menyerahkan semua urusan
kepada-Nya, bersandar kepada-Nya, percaya kepada-Nya dan
membebaskan diri dari ketergantungan kepada selain-Nya.
5. Aktifnya kemauan dan kekuatan dalam bersegera kepada kebaikan,
berlomba dalam amal-amal shalih, menjauhi kesalahan, bersegera
bertaubat dari segala kekhilafan. Semakin kuat iman seorang hamba
kepada Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya, semakin kuat pula
bagian seorang hamba dari perkara-perkara ini.
6. Membenarkan berita-berita dari Allah, pasrah kepada hukum-hukum-
Nya, mengakui kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya dan kasih-sayang-Nya.
Meyakini bahwa semua itu adalah benar dan haq serta memiliki hikmah
yang agung dan tujuan-tujuan yang tinggi.
7. Pasrah kepada pengaturan Allah Subhanahu wa Ta‟ala terhadap
kerajaan-Nya, dan perlakuan-Nya kepada makhluk-Nya dan ketetapan-
Nya kepada hamba-Nya. Meyakini bahwa semua itu berdasarkan ilmu
yang sempurna, kekuasaan yang sangat besar dan hikmah yang sangat
tinggi. Meyakini bahwa semua itu berkisar antara keutamaan dan keadilan.
Maka, apabila Allah telah menetapkan satu perkara maka Dia berkata

15
kepadanya: jadilah, maka terjadilah. Dia tidak ditanya tentang apa yang
Dia lakukan namun justru para hamba itulah yang akan ditanya.
8. Terwujudnya keamanan dan hidayah bagi seorang mukmin di dunia dan
akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. Al-An‟am: 82,
َُُٗ‫ظ ْيٌ أُٗ ٰىَئِ َل ىَ ُٖ ٌُ ْٱْل َ ٍْ ُِ ٌَُٕٗ ٍُّ ْٖزَذ‬ ُ ِ‫َ ْيج‬ٝ ٌْ َ‫َِ َءا ٍَُْ٘ا َٗى‬ِٝ‫ٱىَّز‬
ُ ِ‫ ٰ َََْ ٌُٖ ث‬ِٝ‫غ٘ا ئ‬
Terjemahan: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
9. Berhasil mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat serta
pahala yang baik. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. AnNahl: 97,
ٌُٕ ‫جْش‬ َ ً ‫َ ٰ٘ح‬ٞ‫ََّْ ۥُٔ َح‬ِٞٞ ْ‫ َٗ ُٕ َ٘ ٍُإْ ٍِِ فَيَُْح‬ٰٚ َ ‫ص ِي ًحب ِ ٍِّ رَمَش أ َ ْٗ أُّث‬
َ َ ‫ََّْ ُٖ ٌْ أ‬ٝ‫ّجَخً َٗىََْج ِْض‬ِٞ ‫ط‬ َ ٰ ‫ٍَ ِْ عَ َِ َو‬
َُُ٘‫َ ْع ََي‬ٝ ‫غ ِِ ٍَب مَبُّ٘ا‬ َ ْ‫ثِأَح‬
Terjemahan: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”
10. Kemenangan yang nyata atas musuh-musuh dari kalangan orang-orang
kafir dan munafik serta siapa saja yang memusuhi. Sebagaimana firman
Allah Swt dalam Qs. Al-Mukmin: 51,
ُ‫َقُ٘ ًُ ْٱْل َ ْش ٰ َٖذ‬ٝ ًَ ْ٘ ََٝٗ ‫َب‬ّْٞ ُّ‫َ ٰ٘حِ ٱىذ‬ٞ‫ ْٱى َح‬ِٚ‫َِ َءا ٍَُْ٘ا ف‬ِٝ‫عيََْب َٗٱىَّز‬ ُ ََْْ‫ِئَّّب ى‬
ُ ‫ص ُش ُس‬
Terjemahan: “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-
orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya
saksi-saksi (hari kiamat).”
11. Berkuasa di muka bumi dan agama Islam menjadi kokoh kuat.
Sebagaimana firman Allah swt,

َ َ‫ض َم ََب ا ْعز َْخي‬


‫ف‬ ِ ‫ ْاْل َ ْس‬ِٜ‫َ ْغز َ ْخ ِيفََّْ ُٖ ٌْ ف‬َٞ‫د ى‬ ِ ‫صب ِى َحب‬
َّ ‫اى‬ ‫َِ آ ٍَُْ٘ا ٍِ ْْنُ ٌْ َٗعَ َِيُ٘ا‬ِٝ‫اَّللُ اىَّز‬ َّ َ‫عذ‬
َ َٗ
‫ُجَ ِذّىََّْ ُٖ ٌْ ٍِ ِْ ثَ ْع ِذ خ َْ٘فِ ِٖ ٌْ أ َ ًٍْْب‬َٞ‫ ىَ ُٖ ٌْ َٗى‬ٰٚ ‫ض‬ ْ ِٛ‫اىَّز‬
َ َ ‫اسر‬ ٌُ ُٖ َِْٝ‫ُ ََ ِ ّنَْ َِّ ىَ ُٖ ٌْ د‬َٞ‫َِ ٍِ ِْ قَ ْج ِي ِٖ ٌْ َٗى‬ِٝ‫اىَّز‬
َُُ٘‫ئًب َٗ ٍَ ِْ َمفَ َش ثَ ْعذ َ ٰرَ ِى َل فَأُٗ ٰىَئِ َل ُٕ ٌُ ْاىفَب ِعق‬ْٞ ‫ش‬
َ ٜ‫ُ ْش ِش ُمَُ٘ ِث‬ٝ ‫ ََل‬َُِّْٜٗ‫َ ْعجُذ‬ٝ

16
Terjemahan: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,
dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka
tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. An-Nur:55)
12. Kesatuan kata dan barisan serta saling menolong dalam mewujudkan
tujuan-tujuan yang dituntut secara syar‟i. Hal itu akan mewujudkan
kejayaan kaum Muslimin dan kemuliaan mereka karena kesatuan
aqidahnya dan benarnya aqidah tersebut. Sesungguhnya tidak ada yang
menyatukan manusia secara total dan sempurna kecuali aqidah yang benar
yang dipegang teguh oleh seluruh manusia. Sedangkan kelemahan
berpegang kepada aqidah yang benar atau kesesatan dalam aqidah
merupakan salah satu sebab perselisihan, perpecahan, pertikaian dan
fanatik kepada selain kebenaran.
13. Hati dipenuhi rasa takut kepada Allah, dan dihiasi dengan takwa
kepada Allah. Sesungguhnya siapa saja yang mengenal Allah dengan
sebenar-benar ma‟rifah dan merasakan keagungan-Nya dan kebesaran-
Nya, mengingat keindahan-Nya dan kesempurnaan-Nya, hatinya akan
dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah. Sebagaimana firman Allah Swt,
َّ َٚ‫َ ْخش‬ٝ ‫بط َٗٱىذ ََّٗاةّ ِ َٗ ْٱْل َ ّْ ٰعَ ٌِ ٍُ ْخز َ ِيف أ َ ْى ٰ َُّ٘ ۥُٔ َم ٰزَ ِى َل ِئَّّ ََب‬
‫ٱَّللَ ٍِ ِْ ِعجَب ِد ِٓ ْٱىعُيَ ٰ ََإُا‬ ِ َّْ‫َٗ ٍَِِ ٱى‬
‫غفُ٘س‬ َ ‫ض‬ٝ‫ع ِض‬ َّ َُّ ‫ِئ‬
َ َ‫ٱَّلل‬
Terjemahan: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28)

17
14. Ketaatan mutlak kepada Allah Ta‟ala dan ketundukan secara sukarela
terhadap hukum-hukum-Nya yang syar‟i.
15. Berbuat baik kepada sesama manusia, bersikap kasih sayang kepada
mereka, memaafkan mereka, berlapang dada kepada mereka.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman kepada Allah adalah membenarkan tentang adanya Allah
SWT dengan keyakinan dan pengetahuan bahwa sesungguhnya Allah
SWT wajib ada-Nya dengan dzat nya. Adapun dalil-dalil Al-qur‟an dan
hadis membenarkan adanya Allah seperti yang terdapat dalam Qs. An-
Nisa: 136, Qs. Al-A‟raf: 158, Hadits Abu Hurairah radhiyallahu „anhu dan
Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu „anhu. Sudah sepatutnya kita
untuk mengimani Allah sebagaimana dengan adanya rukun iman.

B. Saran
Setiap manusia harus sadar bahwa tidak ada keraguan untuk
meyakini kebenaran tentang Allah sehingga tidak ada lagi alasan untuk
meninggalkan perintahnya sehingga manusia seharusanya lebih
meningkatkan ibadahnya kepada Allah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alhabib Zaen bin Ibrahim bin Sumait Al-Husaeni Al-Alawi. 2007. Syarah Hadits
Jibril atau Hidayah At-Tholibin Fii Bayani Muhimati. Yaman.

Azhar, dkk. 2017. Iman Kepada Allah. Universitas Islam Negeri Gunung Jati.

El-Jazair, Abu Bakar Jabir. 1990. Pola Hidup Muslim atau Minhajul Muslim.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad Na‟im. 2019. Makna Iman Kepada Allah.

Rahma. 2021. Rukun Iman Pertama, Iman Kepada Allah dan Mengenal Sifat
Wajib Allah.
https://tafsirweb.com/7894-surat-fatir-ayat-28.html

https://tafsirweb.com/4445-surat-an-nahl-ayat-97.html

https://tafsirweb.com/2206-surat-al-anam-ayat-82.html

https://tafsirweb.com/9101-surat-asy-syura-ayat-11.html

https://tafsirweb.com/4384-surat-an-nahl-ayat-36.html

https://tafsirweb.com/10051-surat-at-tur-ayat-35.html

https://tafsirweb.com/2612-surat-al-araf-ayat-158.html

https://tafsirweb.com/7080-surat-al-qashash-ayat-30.html

https://tafsirweb.com/2508-surat-al-araf-ayat-54.html

https://tafsirweb.com/7372-surat-ar-rum-ayat-8.html

https://tafsirweb.com/640-surat-al-baqarah-ayat-163.html

https://tafsirq.com/24-an-nur/ayat-55

https://tafsirweb.com/8863-surat-al-mumin-ayat-51.html

20

Anda mungkin juga menyukai