DISUSUN OLEH:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
berkat dan Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas kuliah ini, dalam mata
kuliah Pendidikan Agama Isalam.
Kami berterimakasih kepada Bapak dosen yang sudah membimbing kami
dalam menyelesaikan tugas ini,kepada semua yang sudah memberikan saran dan
kritik,dan semua yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami mengharapkan agar tugas ini tidak hanya agar terpenuhinya tugas kuliah,
tetapi juga dapat bermanfaat bagi semua pembacanya,dan semoga juga dapat
menambah pengetahuan bagi kami dan pembaca.
Kami sadar bahwa kami masih dalam proses belajar, dan tugas ini pun
tidak luput dari kesalahan. Kami mohon maaf jika ada terdapat kesalahan pada
penulisan dan tata bahasa dalam makalah ini, dan kami mohon kritik dan saran
membangun makalah yang kami buat ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya didalam Islam, kepercayaan kepada Pencipta alam semesta
dipahami sebgai fitrah manusia. Sejak alam arwah, Alaah telah mempertanyakan
kpada ruh manusia tentang ke-ilahiyyah-an diri-Nya kepada manusia. Pada
dasarnya manusia diciptakan sebagai seorang yang bertauhid dan menyerahkan
diri kepada Allah (muslim). Namun, ketika mereka dilahirkan ke dunia ; dan ruh
yang immateri bersatu dengan jasad yang materi, maka kesadaran ilahiyah itu
hanya bersifat potensial (fithrah).
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari iman
2. Untuk mengetahui bagaimana wujud dari iman
3. Untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya iman
4. Untuk mengetahui bagaimana tingkatan dari iman
5. Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara iman dan taqwa
6. Untuk mengetahui bagaimana perilaku orang yang beriman dan tidak beriman
4
7. Untuk mengetahui bagaimana perilaku yang dapat melemahkan dan
menguatkan iman seseorang
8. Untuk mengetahui bagaimana bukti-bukti keberadaan tuhan berupa dalil naqli
dan aqli
D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui apa itu iman
2. Pembaca dapat mengetahui bagaimana wujud dari iman
3. Pembaca dapat mengetahui bagaimana proses terbentuknya iman
4. Pembaca dapat mengetahui bagaimana tingkatan dari iman
5. Pembaca dapat mengetahui bagaimana korelasi antara iman dan taqwa
6. Pembaca dapat mengetahui bagaimana perilaku orang yang beriman dan tidak
beriman
7. Pembaca dapat mengetahui bagaimana perilaku yang dapat melemahkan dan
menguatkan iman seseorang
8. Pembaca dapat mengetahui bagaimana bukti-bukti keberadaan tuhan berupa
dalil naqli dan aqli
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Iman merupakan kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan
dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini dalam
hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam
semesta dan segala isinya.
Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-
Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia
(Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan
kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah, kitab kitab
dan Rasul. Iman itu ada dua jenis: Iman Hak dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang
diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar
segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang -
orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan
segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang
yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. Atau juga pandangan dan sikap
hidup.
B. Wujud Iman
1. Ilahiyah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
ILAAH/ Tuhan seperti Wujud Tuhan, nama dan sifat Tuhan, pebuatan/ af’al
Tuhan ds b.
2. Nubuwwah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
Nabi dan Rasul, termasuk kitab-2 suci dan mukjizatnya.
3. Ruhaniyah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam metafisik seperti – malaikat, jin, setan, ruh dsb.
6
4. Sam’iyah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui melalui Sam’i yakni dalil naqli berupa alqur’an seperti adzab
qubur, surga, neraka, pahala, dosa dsb.
7
tersebut, dapat dikatakan bahwa proses terbentuknya iman dalam diri seseorang
itu melalui 2 tahap, diantaranya:
8
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar.” maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang Menciptakan langit
dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S. al An’am: 74-79).
Kisah Nabi Nuh AS berupaya keras mengajak putranya untuk ikut menaiki
bahtera. Namun putranya itu membangkang. Seperti dalam Al-Quran Surat Huud
Ayat 42-46:
D. Tingkatan Iman
Pada dasarnya, tiap mukmin punya rasa yakin, tapi yang membedakan
hanya satu, yaitu kadar iman yang dimiliki. Semakin kuat iman yang dipelihara
seorang hamba, ia laksana gunung yang berdiri tegak dan kokoh. Dalam salah
9
satu kaidah ushul fikih, disebutkan al-Yaqinu La Yuzalu bi as-Syak (keyakinan
yang kuat tidak akan berubah dengan sebuah keragu-raguan).
Keyakinan tersebut tak akan sanggup diempas dengan mudah oleh tiupan
keragu-raguan ataupun oleh angin waswas yang disebarkan oleh setan. Karena
setan tidak akan berhenti bermanuver guna menyesatkan anak Adam.
Sebagaimana sabda Nabi SAW, Setan akan menyesatkan manusia dan tidaklah
seseorang mengambil jalan lain, kecuali setan juga akan menempuhnya.
Sehingga, apabila dikelompokkan, tingkatan keimanan bisa dibagi ke dalam tiga
lapisan.
1. Pertama, tingkatan dasar atau disebut iman. Kategori ini biasanya diisi oleh
kalangan awam yang kadar keimanannya masih sering naik turun dan
berubah-ubah.
2. Tingkatan kedua, tingkatan iman yang kokoh di hati dan tidak goyah,
sehingga di level ini, hampir saja seseorang mampu melihat yang gaib.
Tingkat keimanan ini disebut yaqin.
3. Level keimanan ketiga yang tertinggi dikenal dengan istilah kasyaf.
Tingkatan ini setara dengan level para wali dan nabi yang tidak lagi ada batas
antara yang gaib dan alam kasat mata.
10
Kedua, merenungkan keajaiban penciptaan alam semesta, hamparan langit
yang luas, bumi tempat berpijak, serta pesona unsur-unsur yang menjadi
pelengkap dan kebutuhan kelangsungan hidup.Sebagaimana firman-Nya, Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk dan pada diri mereka sendiri. (QS Fushilat [41]: 53).
Ketiga, keyakinan yang telah didapat mesti diterapkan baik secara lahir
maupun batin, dan berupaya sebisa mungkin menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Karena, dengan keteguhan iman dan keyakinanlah, Allah akan
senantiasa membimbing dan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada umat
manusia.
b. Pengertian Taqwa, Taqwa dari segi bahasa berasal dari kata “wiqayah”
yang diartikan “memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah
memelihara hubungan baik dengan Allah SWT., memelihara diri daripada
sesuatu yang dilarangNya. Melaksanakan segala perintah-perintahNya dan
meninggalkan segala laranganNya.
11
Firman Allah SWT, dalam Q.S. Al-Jasiyah/ 45: 18. “Kemudian Kami
jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama
itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui.” Karena itu, orang yang bertaqwa adalah
orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran: melaksanakan
perintahnya-Nya, tidak melanggar laranganNya, takut terjerumus ke dalam
perbuatan dosa. Orang yang taqwa adalah orang yang menjaga
(membentengi) diri dari kejahatan, memelihara diri agar tidak melakukan
perbuatan yang tidak diridhai Allah, bertanggungjwab mengenai sikap,
tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban kepada Allah
Swt, Nabi dan Rasulnya.
Kedudukan taqwa sangat penting dalam agama Islam dan kehidupan
manusia. Di dalam Q.S. Al-Hujurat/49:13. Allah Swt, mengatakan bahwa,
Manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa.
Taqwa terhimpun dalam pokok-pokok kebajikan. Ini dapat dibaca pada
Q.S. Al- Baqarah/2: 177. Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang
beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-
nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin, orang- orang yang dalam perjalanan (musafir), dan
peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang–orang yang menepati
janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,
penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.
12
yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Takwa berarti
melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. Iman adalah
percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-
Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang
terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.
Iman yang benar kepada Allah, RasulNya, kitabNya, MalaikatNya, Takdir,
dan hari akhir akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk
melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak
mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat taqwa.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang
benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang
mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan iman dengan
ketaqwaan adalah bahwa ketaqwaan merupakan buah daripada iman yang
benar yang ditandai oleh mulianya akhlak seseorang.
13
d. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (Al-Anfal:3 dan Al-
Mukminun:4).
e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan (Al-Mukminun:3, 5)
f. Memelihara amanah dan menempati janji (Al-Mukminun:6)
g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al-Anfal:74).
h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (An-
nur:62).
b. Poin Kedua, Pada poin kedua beriman kepada selain Allah subhanahu
wataala yaitu beriman kepada apa yang diciptakan para rukun iman
yang ke 2 hingga ke 6 (Malaikat, Rasul-rasul Allah, Kitab-kitab Allah,
hari kiamat, qada dan qadar). Beriman kepada selain Allah yang saya
sebutkan di atas, merupakan bagian yang terintegrasi dan tidak dapat
dilepaspisahkan dengan beriman kepada Allah. Karena selain
merupakan suatu kewajiban yang ada di dalam kitab suci, keimanan
14
kepada apa yang digariskan ini sebagai suatu pemebenaran terhadap
adanya Allah subhanahu wa taala sebagai tuhan seru sekalian alam
15
turun. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, di antaranya lingkungan tempat orang
itu tinggal, relasi dengan orang-orang yang berbeda keyakinan, dan lain-lain.
Kondisi keimanan manusia bisa dinyatakan batal atau rusak jika seseorang
tersebut berbuat sesuatu hal yang merusak keimanan. Hal-hal yang dapat
merusak keimanan, di antaranya.
1. Syirik
Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah. Dalam hal ini, berarti segala
sesuatu yang merupakan kekhususan Allah seperti menyembah Allah atau
berdoa dan meminta kepada selain Allah. Mempersekutukan Allah berarti
munculnya kepercayaan terhadap sesuatu sebagaimana sifat-sifat atau
perbuatan Tuhan terhadap manusia, makhluk, atau alam. Padahal Allah tidak
ada keserupaannya, tidak ada yang menandinginya, satu-satunya yang Maha
Kuasa. Mempercayai mitos berarti merusak kemurnian akidah karena isi
(substansif) kepercayaan telah terisi dengan yang lain atau tercampur.
Syirik dibagi menjadi 2, yaitu syirk jali (syirik terang-terangan) atau biasa
disebut dengan syirik akbar (syirik yang terbesar). Yaitu secara terang-
terangan menyembah selain Allah seperti menyembah patung atau berhala dan
lain-lain. Atau suatu tindakan atau sikap seseorang menyarikatkan/menduakan
kekuasaan, kekuatan, atau pemberi selamat/madarat kepada selain Allah.
Yang kedua syirik ashghar yang dikelompokkan menjadi 3. Syirik dalam
uluhiyah, yaitu orang yang meyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang patut
disembah. Contoh seperti meminta pertolongan kepada yang telah meninggal,
mendatangi dukun, berdoa di pohon-pohon yang dikatakan keramat.
Syirik dalam arrububiyah, yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain
Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan
dan yang lainnya dari sifat-sifat ar-Rububiah-nya. Contoh Firaun yang
mengaku menjadi Tuhan dan dapat mengatur serta menentukan sesuatu,
kemudian juga seperti Raja Namrud pada masa Nabi Ibrahim.
Syirik dalam asma’ wa al-shifat, yaitu kalau seseorang mensifati sebagian
makhluknya dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus. Seperti keyakinan
16
orang Nasrani bahwa Isa adalah anak Allah atau paham trinitasnya, atau
keyakinan Yahudi bahwa Uzair itu anak Allah.
Syirik khafi (syirik samar) atau bisa disebut dengan syirik ashgar (syirik
kecil) yaitu syirik yang tidak terlihat. Syirik yang terjadi pada seseorang
dengan munculnya kekuatan diri merasa besar, agung, terhormat, sehingga
keagungan, kebesaran Allah menjadi terabaikan. Juga orang yang
menginginkan kemanfaatan dengan melalui amalan akhirat.
Di antara yang dikategorikan dalam syirik ashgar adalah ar-riya yaitu
mengamalkan suatu ibadah supaya dilihat manusia dalam rangka mendapatkan
popularitas. Dalam suatu hadis riwayat Muslim dan Ahmad diriwayatkan
bahwa Allah berfirman, “Barang siapa yang memperdengarkan kebaikannya,
maka Allah akan mendengarkan kejelekannya. Dan barang siapa yang
memperlihatkan kebaikannya maka Allah akan memperlihatkan
kejelekannya”. Maka kita memohon semoga Allah senantiasa menjauhkan
dari perbuatan ria.
Sum’ah yaitu mengamalkan suatu ibadah supaya didengar orang lain
dalam rangka mendapatkan popularitas. Dosa syirik tidak dapat diampuni,
terkecuali bila ia meninggalkan sikap-sikap atau segala tindakan yang
mengandung syirik dalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi jika ia masih
percaya terhadap sesuatu selain Allah maka syiriknya tidak terampuni
sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Tetapi bila ia mau bertaubat,
meninggalkan perbuatan syiriknya lantaran ia sebelumnya tidak mengerti apa-
apa sehingga terjerumus ke lembah syirik.
Sebesar-besarnya perkara yang menjadikan seseorang murtad adalah syirik
dalam beribadah kepada selain Allah. Yaitu dia beribadah kepada Allah juga
selain kepada Allah. Maka kesyirikan adalah bentuk kemurtadan yang paling
berbahaya, yaitu seseorang beribadah kepada selain Allah dengan salah satu
dari macam-macam ibadah seperti doa, menyembelih, istighosah, dan lain-
lain.
Seolah-olah kamu menganggap Allah itu tidak mengilmui dan
mengetahui. Demikian setan, dari kalangan jin dan manusia menghiasi untuk
17
mereka dalam keadaan mereka mengaku Islam, bersaksi bahwa tidak ada uhan
selain Allah, mereka mencampuri amalan-amalan mereka dengan kesyirikan
maka mereka keluar dari agama Islam dalam keadaan mereka salat, puasa, dan
haji.
2. Sihir
Secara bahasa, sihir berasal dari kata sakhara-yaskhiru-sikhran yang
berarti menjauhkan, memalingkan atau memalingkan. Sihir yang dimaksud
dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah tangga
orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan
kepada setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar.
Firman Allah SWT, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-
syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya.
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan
amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui,”
Dalam hadis Rasulullah juga menjelaskan bahwa sihir merupakan hal yang
dapat membinasakan, yang terdapat dalam HR. Imam Muslim dari Abu
Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Hendaklah kalian
menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan
18
kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Kesyirikan kepada Allah, sihir,” (HR. Imam Muslim)
Media yang digunakan untuk melakukan sihir di antaranya yaitu jimat,
mantra, dan benda-benda lain yang dianggap memiliki kekuatan. Sihir juga
dianggap sebagai perbuatan yang sangat tercela sehingga Allah akan
mengancam pelakunya dengan ancaman yang berat pula.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, perbuatan yang
termasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa
benda-benda tertentu dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga
memalingkan hati perempuan agar menyukainya.
Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain untuk
memengaruhi hati dan badan seseorang, untuk disakiti atau dibunuh,
memusnahkan harta benda seseorang, dan memutuskan ikatan kasih sayang
seseorang dengan suami istri atau anak atau dengan anggota keluarga lainnya.
3. Ria
Ria memiliki pengertian (istilah) adalah melakukan ibadah dengan niat
ingin nantinya dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT
semata. Sedangkan menurut Al-Hafiz Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, ria adalah
menampakkan tujuan dengan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku
amalan itu.
Menurut Imam Al-Ghazali, ria adalah mencari kedudukan pada hati
manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal yang baik. Sikap ria
sering disebut as-syirk al-ashghor atau as-syirk al-khofiy, yang kira-kira
artinya adalah syirik pada taraf kecil atau ringan.
Sifat ria juga erat kaitannya dengan pamer. Dan intinya sikap ria adalah
melakukan sesuatu bukan atas niat mencari rida Allah, dan hal ini dapat
menjadikan syirik kecil pada manusia. Seperti dalam firman-Nya dalam Surah
Al-Kahfi ayat 110, “Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barang siapa
19
mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan
kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam
beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf: 110)
20
Begitulah telah ditegaskan dalam hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan
asy-Syaikhan, “Tidak ada salat yang paling berat bagi orang-orang munafik
selai salat fajar dan salat isya. Andaikata mereka tahu yang terkandung di
dalam keduanya, pasti mereka akan mendatanginya walaupun dengan
merangkak.”
Dari Abu Hurairoh RA, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda, Allah berfirman: Akulah yang paling tidak mebutuhkan
persekutuan. Barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan yang ada di
dalamnya mempersekutukan Aku dengan sesuatu, maka kutinggalkan dia
bersama sekutunya.” (HR. Muslim).
Ria adalah jenis syirik. Rasulullah saw menyebutkan ria dengan syirkus
saraa-ir (kemusyrikan terselubung), asy-syirkul kahfi (kemusyrikan samar),
dan asy-syirkul asghar (kemusyrikan paling kecil).
Maka dari itu, ria dapat menggugurkan amal dan menghapus pahala. Dan
setiap orang yang ria akan mendapat dosa dan azab dalam beramal. Serta
Allah tahu dan maha mengetahui segala sesuatu yang disembunyikan di dalam
hati para hamba-Nya, baik itu hal buruk ataupun hal baik.
Dari hal ini kita mengetahui, bahwa ria mengandung tiga hal pokok, yaitu
menyenangi nikmatnya pujian, menghindari pujian, dan ambisi mendapatkan
sesuatu yang ada pada manusia.
Keimanan seseorang berbeda dengan keimanan nabi dan rasul. Iman nabi
dan rasul tentu akan selalu naik, sedangkan iman seseorang kadang naik,
kadang turun. Atau bahkan akan terus menurun hingga lenyap sehingga
hatinya akan kosong dari iman.
Mirisnya, orang yang seperti ini yang akan menghuni neraka. Oleh karena
itu, kita harus selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT. Oleh Karena itu, jauhi perbuatan yang dapat membatalkan
keimanan atau menurunkan keimanan, di antaranya syirik, sihir dan ria.
(Alwi Husein Al Habib, Direktur Bidang Pemberdayaan Manusia dan
Mahasiswa Jurusan Ilmu al-Qur'an Tafsir di UIN Walisongo)
21
H. Perilaku dan Perbuataan yang Dapat Menumbuhkan dan
Menguatkan Iman
1. Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya
pengetahuan dan keyakinan tentang iman (QS.35 : 28)
2. Menyimak atau mentadaburkan Al-Qur’an (QS.17 : 282)
3. Dzikir dan Fikir
4. Dzikir adalah mengingat Allah beserta sifat-sifatnya, hal-hal yang
menyangkut keagungannya dan membaca kalam-Nya (QS.33 : 41, 8 :
4)
5. Fikir adalah aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap
ciptaan Allah, ayat-ayat-Nya dan mukjizatnya (QS.3 : 190-191)
6. Mengikuti dan komitmen terhadap Halaqah dzikir. ” Tidaklah
segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para
malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman
hati turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk ke
dalam golongan yang berada disisinya.” (HR. Muslim)
7. Memperbanyak amal saleh yang harus diperhatikan yaitu :
Sesegera mungkin melaksanakan amal-amal saleh (QS.3 : 33,
57 : 21, 22: 90) dan hadits : ” Pelan-pelan (berhati-hati) dalam
segala sesuatu adalah baik kecuali didalam amal akhirat
( HR.Abu Daud)
Melakukannya secara terus menerus ” Allah menyukai amalan
yang walaupun sedikit tapi dikerjakan secara terus menerus
(HR.Bukhari)
8. Tidak merasa bosan. maksudnya kerjakanlah ibadah sesuai dengan
kemampuan ” Sesungguhnya agama itu adalah mudah dan tidaklah
agama itu dikeraskan oleh seseorang melainkan justru ia akan
dikalahkan. Maka berbuatlah yang lurus dan sederhana.” (HR
Bukhari)
22
9. Mengulang amalan yang tertinggal dan terlupakan. ” Barang siapa
yang tertidur hingga ketinggalan bacaan wiridnya dari sebagian
malam atau dari sebaian bacaan wirid, lalu di membacanya lagi antara
shalat subuh dan shalat dzuhur maka ditetapkan baginya seakan-akan
ia membacanya pada waktunya. ” (HR. An-Nasai’)
10. Berharap amalnya diterima Allah dan merasa cemas jika
amalannya tidak diterima Allah Swt
11. Lakukan berbagai macam ibadah. ” Barang siapa yang menafkahi
dua istri dijalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu sorga,’
Wahai hamba Allah ini adalah baik’ lalu barangsiapa yang menjadi
orang yang benyak mendirikan shalat maka ia dipanggil dari pintu
shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad maka ia
dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa menjadi orang yang banyak
melakukan shaum, maka ia dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Barang
siapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan shodaqoh maka ia
dipanggil dari pintu shadaqah.” (HR. Bukhari). Berbakti kepada orang
tua adalah pertengahan dari pintu surga.”(HR Tirmidzi)
12. Dzikrul maut.” Perbanyaklah mengingat pemutus segala
kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi) “Dulu aku melarangmu
menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur karena hal
itu dapat melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan
hari akhirat dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.”
(HR.Hakim)
13. Mengingat akhirat, yaitu mengingat nikmatnya surga dan keras atau
pedihnya neraka (QS.56 : 75, 78)
14. Bernunajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya. Maksudnya :
memohon kepada Allah dengan ketundukkan dan kepasrahan yang
sedalam-dalamnya.
15. Tidak berangan-angan secara muluk-muluk (QS.26 : 205-207,10 :
45)
23
16. Memikirkan kehinaan dunia (QS.3 : 185) Hadits : ” Dunia itu
terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada didalamnya, kecuali
dzikrullah dan apa yang membantunya atau orang yang berilmu atau
orang yang mencari ilmu.” (HR. Ibnu Majah)
17. Mengagungkan hal-halyang terhormat disisi Allah . (QS.22 :
30,32)
18. Al Wala Wal Bara artinya : saling tolong menolong dan loyal kepada
sesama muslim dan memusuhi orang-orang kafir (QS.5 : 2)
19. Tawadu ( rendah hati ). ” Barang siapa menanggalkan pakaian
karena merendahkan diri kepada Allah padahal ia mampu
mengenakannya maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat
bersama para pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan
memilih diantara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk
dikenakannya.” (HR. Ath.Thirmidzi)
20. Muhasabah diri ( QS.59 : 18)
21. Doa (QS.2 : 186)
24
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 54)
Ayat di atas menjelaskan tentang kebenaran Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa/hari yaitu pada masa pertama : pada awal nya
keadaan langitdan bumi dalam satu kesatuan yang padu , masa kedua : pada masa
ini gravitasi mulai mulai berperan dan mulai muncul galaksi-galaksi yang terdiri
atas bintang-bintang. Dan juga muncul planet-planet termasuk planet bumi yang
terdapat dalam tata surya matahri yang merupakan bagian dari galaksi bima sakti,
masa ketiga : masa ini dikenal juga sebagai masa prekambrium pada masa ini
kondisi bumi masih cukup panas sehingga belum ada makhluk hidup di bumi,
masa keempat : masa ini sering di kenal sebagai masa paleozoikum. Pada masa
ini bumi mulai terdapat kehidupan, seperti tumbuhan dan hewan, masa kelima :
masa ini di kenal juga sebagai zaman mesozoikum pada masa ini hewan hewan
seperti reptil mulai muncul hewan lain seperti burung dan hewan hewan raksasa
seperti dinasaurus, pada masa keenam : masa ini di sebut dengan cenozoikum.
Pada masa ini lah hewan seperti mamaliamulai muncul dan pada akhir dari masa
ini mulailah muncul sejarah manusia. Ayat tersebut juga dapat membuktikan
bahwa penelitian yang di lakukan pada zaman sekarang tentang penciptaan alam
semesta sudah tercantum dalam Al-Qur’an sejak dulu sebelum penelitian itu di
lakukan ini juga sebagai bukti tentang kebenaran Allah dan al-qur’an.
Dan ayat di atas juga menjelaskan tentang tempat bersemayam Allah Swt.
25
Ayat di atas menjelaskan tentang bukti kebesaran allah yang telah
menciptakan langit dan bumi lalu pergantian malam dan siang yang begitu
menabjubkan juga merupakan bukti dari kebenaran Allah .
َت لِّ ْل ٰعلِ ِم ْين َ ِض َوا ْختِاَل فُ اَ ْل ِسنَتِ ُك ْم َواَ ْل َوا نِ ُك ْم ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذل
ٍ ك اَل ٰ ٰي ِ ْت َوا اْل َ ر ُ َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه خَ ْل
ِ ق السَّمٰ ٰو
wa min aayaatihii kholqus-samaawaati wal-ardhi wakhtilaafu alsinatikum wa
alwaanikum, inna fii zaalika la`aayaatil lil-'aalimiin
26
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ۗ ً َّوةRُق َوقَا لُوْ ا َم ْن اَ َش ُّد ِمنَّا قُ َّوةً ۗ اَ َولَ ْم يَرَوْ ا اَ َّن هّٰللا َ الَّ ِذيْ خَ لَقَهُ ْم هُ َو اَ َش ُّد ِم ْنهُ ْم ق
ِّ ض بِ َغي ِْر ْال َح
ِ ْفَا َ َّما عَا ٌد فَا ْستَ ْكبَرُوْ ا فِى ااْل َ ر
ََوكَا نُوْ ا بِ ٰا ٰيتِنَا يَجْ َح ُدوْ ن
fa ammaa 'aadung fastakbaruu fil-ardhi bighoiril-haqqi wa qooluu man asyaddu
minnaa quwwah, a wa lam yarou annallohallazii kholaqohum huwa asyaddu
min-hum quwwah, wa kaanuu bi`aayaatinaa yaj-haduun
ٰزىR َر ِة اَ ْخR َذا بُ ااْل ٰ ِخR ُّد ْنيَا ۗ َولَ َعR و ِة الRي فِى ْال َح ٰي
ِ ْزRب ْال ِخ ٍ صرًا فِ ۤ ْي اَيَّا ٍم نَّ ِح َسا
َ ت لِّـنُ ِذ ْيقَهُ ْم َع َذا َ فَا َ رْ َس ْلنَا َعلَ ْي ِه ْم ِر ْيحًا
َ ْصر
َ َوهُ ْم اَل يُ ْن
َصرُوْ ن
fa arsalnaa 'alaihim riihang shorshorong fiii ayyaamin nahisaatil linuziiqohum
'azaabal-khizyi fil-hayaatid-dun-yaa, wa la'azaabul-aakhiroti akhzaa wa hum
laa yungshoruun
"Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam
beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan
yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan azab akhirat pasti lebih
menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan."
(QS. Fussilat 41: Ayat 15-16)
Ayat di atas menjelaskan tentang Kaum ‘Ad yang ingkar akan kebenaran
Allah dan menyombongkan diri di bumi di berikan Azab oleh Allah Swt. Berupa
angin topan yang bertiup dalam beberapa hari sebagai tanda kebesaran Allah dan
sebagai tanda siksaan akibat ingkar kepada Allah.
27
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman merupakan kepercayaan yang berkenan dengan agama dan
diyakini dalam hati. Wujud iman terbagi atas 4 yaitu Ilahiyah, Nubuwwah,
Ruhaniyah, dan Sam’iyah. Iman tumbuh karena pengetahuan mengenai
Tuhan dan timbulnya sikap percaya kepada Allah Swt. Tingkatan iman
terbagi atas 3 tingkatan yaitu tingkatan dasar, tingkatan yaqin dan
tingkatan kasyaf. Hubungan iman dengan ketaqwaan adalah bahwa
ketaqwaan merupakan buah daripada iman yang benar yang ditandai oleh
mulianya akhlak seseorang. Perilaku seseorang dapat dilihat apakah ia
benar-benar beriman ataupun tidak beriman. Serta perilaku tersebut dapat
menguatkan ataupun melemahkan iman seseorang tadi. Bukti keberadaan
Tuhan sudah dijelaskan secara rinci pada Al-qur’an.
B. Saran
Demikianlah dalam hal ini kami akhiri makalah ini tak lupa mohon
maaf kepada semua pihak, kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan
penulisan makalah ini selanjutnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
30