Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KETUHANAN DAN FILSAFAT KETUHANAN

DISUSUN OLEH:

1. Fitrya Rahmah 5193343025


2. Khoirul Ikhsan 5192143003
3. Poetri Ningsih 5193143013
4. Rahmatika Prasasti 5192443008
5. Yona Lian Indria 5193143026

DOSEN PENGAMPU : Dinul Islami, MA


MATA KULIAH : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN TATA BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
berkat dan Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas kuliah ini, dalam mata
kuliah Pendidikan Agama Isalam.
Kami berterimakasih kepada Bapak dosen yang sudah membimbing kami
dalam menyelesaikan tugas ini,kepada semua yang sudah memberikan saran dan
kritik,dan semua yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami mengharapkan agar tugas ini tidak hanya agar terpenuhinya tugas kuliah,
tetapi juga dapat bermanfaat bagi semua pembacanya,dan semoga juga dapat
menambah pengetahuan bagi kami dan pembaca.
Kami sadar bahwa kami masih dalam proses belajar, dan tugas ini pun
tidak luput dari kesalahan. Kami mohon maaf jika ada terdapat kesalahan pada
penulisan dan tata bahasa dalam makalah ini, dan kami mohon kritik dan saran
membangun makalah yang kami buat ini.

Medan, 20 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................2


DAFTAR ISI ..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................4
A. Latar Belakang ...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................................4
D. Manfaat ...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................6
A. Pengertian Iman...............................................................................................6
B. Wujud Iman.....................................................................................................6
C. Proses Terbentuknya Iman..............................................................................7
D. Tingkatan Iman................................................................................................9
E. Korelasi antara Iman dan Taqwa.....................................................................11
F. Perilaku Orang Beriman dan Tidak Beriman..................................................13
G. Perilaku dan Perbuataan yang Dapat Melemahkan Iman................................15
H. Perilaku dan Perbuataan yang Dapat Menumbuhkan dan Menguatkan Iman.21
I. Bukti-Bukti Keberadaan Tuhan Berupa Dalil Naqli dan Aqli........................24
BAB III PENUTUP ....................................................................................................29
A. Kesimpulan .....................................................................................................29
B. Saran ...............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesungguhnya didalam Islam, kepercayaan kepada Pencipta alam semesta
dipahami sebgai fitrah manusia. Sejak alam arwah, Alaah telah mempertanyakan
kpada ruh manusia tentang ke-ilahiyyah-an diri-Nya kepada manusia. Pada
dasarnya manusia diciptakan sebagai seorang yang bertauhid dan menyerahkan
diri kepada Allah (muslim). Namun, ketika mereka dilahirkan ke dunia ; dan ruh
yang immateri bersatu dengan jasad yang materi, maka kesadaran ilahiyah itu
hanya bersifat potensial (fithrah).

B.    Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian iman?
2. Bagaimana wujud dari iman?
3. Bagaimana proses terbentuknya iman?
4. Bagaimna tingkatan dari iman?
5. Bagaimana korelasi antara iman dan taqwa?
6. Bagaimanakah perilaku orang yang beriman dan tidak beriman?
7. Bagaimana perilaku yang dapat melemahkan dan menguatkan iman seseorang?
8. Bagaimana bukti-bukti keberadaan tuhan berupa dalil naqli dan aqli?

C.   Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari iman
2. Untuk mengetahui bagaimana wujud dari iman
3. Untuk mengetahui bagaimana proses terbentuknya iman
4. Untuk mengetahui bagaimana tingkatan dari iman
5. Untuk mengetahui bagaimana korelasi antara iman dan taqwa
6. Untuk mengetahui bagaimana perilaku orang yang beriman dan tidak beriman

4
7. Untuk mengetahui bagaimana perilaku yang dapat melemahkan dan
menguatkan iman seseorang
8. Untuk mengetahui bagaimana bukti-bukti keberadaan tuhan berupa dalil naqli
dan aqli

D.   Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui apa itu iman
2. Pembaca dapat mengetahui bagaimana wujud dari iman
3. Pembaca dapat mengetahui bagaimana proses terbentuknya iman
4. Pembaca dapat mengetahui bagaimana tingkatan dari iman
5. Pembaca dapat mengetahui bagaimana korelasi antara iman dan taqwa
6. Pembaca dapat mengetahui bagaimana perilaku orang yang beriman dan tidak
beriman
7. Pembaca dapat mengetahui bagaimana perilaku yang dapat melemahkan dan
menguatkan iman seseorang
8. Pembaca dapat mengetahui bagaimana bukti-bukti keberadaan tuhan berupa
dalil naqli dan aqli

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman
Iman merupakan kepercayaan (yang berkenan dengan agama), keyakinan
dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Iman diyakini dalam
hati, yaitu dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam
semesta dan segala isinya.
Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-
Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia
(Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan
kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah, kitab kitab
dan Rasul. Iman itu ada dua jenis: Iman Hak dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang
diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar
segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang -
orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan
segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang
yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. Atau juga pandangan dan sikap
hidup.

B. Wujud Iman
1. Ilahiyah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
ILAAH/ Tuhan seperti Wujud Tuhan, nama dan sifat Tuhan, pebuatan/ af’al
Tuhan ds b.
2. Nubuwwah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
Nabi dan Rasul, termasuk kitab-2 suci dan mukjizatnya.
3. Ruhaniyah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam metafisik seperti – malaikat, jin, setan, ruh dsb.

6
4. Sam’iyah, yaitu Pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui melalui Sam’i yakni dalil naqli berupa alqur’an seperti adzab
qubur, surga, neraka, pahala, dosa dsb.

Syeh Mahmud Syaltout dalam kitabnya al-Islamu Aqidatu wa Syari’atu


membagi Unsur-2 pokok keimanan kedalam Empat bagian antara lain:

1. Adanya Allah berikut ke esaanNya serta berdiriinya dalam penciptaan,


pengaturan keleluasaan bertindak-Nya terhadap alam, serta suci-Nya dari
persekutuan didalam keagungan dan kekuatan.
2. Bahwa Allah memilih darai hamba-2 Nya orang yang dikehendaki untuk
diberi tugas kerasulan, dari sinilah maka Iman kepada para Rsul menjadi
wajib.
3. Iman kepada malaikat sebagai duta wahyu antara Allah dengan para rasul-
Nya dan kepada kitab-2 yang diturunkan-Nya sebagai Risalah Allah kepada
mahluq-2 Nya.
4. Beriman kepada apa yang dikandung oleh risalah-2 tersebut- berupa
persoalan hari bangkit/ yaumul ba’ats dan hari pembalasan/ yaumul jaza’
( hari Akhir ); pokok kewajiban agama, dan peraturan-2 yang diridloi Allah
untuk hamba-2 Nya.

C. Proses Terbentuknya Iman


Beriman adalah syarat penting dalam menjadi muslim, tanpa iman,
keislaman orang tersebut perlu dipertanyakan. Dari itu muslim harusnya belajar
tentang Tuhan dan Keimanan agar bisa disebut beriman. Lantas bagaimana kita
tahu sudah beriman atau belum? Untuk menjawab itu, perlu kiranya kita
memahami apa itu iman, dan bagaimana proses terbentuknya iman dalam diri
seseorang.Iman dalam bahasa Arab memiliki arti pengetahuan, percaya dan yakin
tanpa keraguan.
Dengan demikian, iman adalah kepercayaan yang teguh yang timbul
akibat pengetahuan dan keyakinan. Adapun orang yang mengetahui dan percaya
pada Allah disebut dengan Mukmin. Kalau kita cermati kembali makna iman

7
tersebut, dapat dikatakan bahwa proses terbentuknya iman dalam diri seseorang
itu melalui 2 tahap, diantaranya:

1. Didahului Oleh Pengetahuan Tentang Tuhan


Artinya, bahwa iman itu dapat diperoleh lewat proses berpikir, perenungan
mendalam, survey atau penelitian terhadap alam semesta.

ِ ‫ت ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬


‫ودًا َو َعلَ ٰى‬RRُ‫ الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما َوقُع‬. ‫ب‬ ِ َ‫ف اللَّي ِْل َوالنَّه‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ِإ َّن فِي خَ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ َ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقتَ ٰهَ َذا بَا ِطاًل ُس ْب َحان‬
َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫اوا‬ ِ ‫ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي َخ ْل‬
َ ‫ق ال َّس َم‬

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata)”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S. Ali Imran:190-191).

Dengan demikian, iman seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya,


melainkan diasah dan dipertebal dengan cara terus-menerus menggali rahasia
kekuasaan Allah yang tersedia di alam semesta (burhan kauniyah), di samping
selalu taat, takwa dan beribadah kepadaNya.

Lihatlah bagaimana Ibrahim a.s. mengeksplorasi alam dalam proses


imannya kepada Allah, padahal Ibrahim hidup di tengah kaum (dan bahkan
bapaknya sendiri, Azar) yang menjadikan berhala sebagai Tuhan. Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami
yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim
itu termasuk orang orang yang yakin. Ketika malam hari telah menjadi gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku”. Tetapi tatkala
bintang itu tenggelam, dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku.” Tetapi
setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”

8
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar.” maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang Menciptakan langit
dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S. al An’am: 74-79).

Ayat di atas menyiratkan sebuah makna bahwasanya faktor keturunan


tidaklah membantu dalam terbentuknya iman dalam diri, melainkan eksplorasi
dan pengetahuan tentang Tuhan. Pernyataan ini didukung dengan beberapa kisah
lain dalam Al-Quran, diantaranya:

Kisah Nabi Nuh AS berupaya keras mengajak putranya untuk ikut menaiki
bahtera. Namun putranya itu membangkang. Seperti dalam Al-Quran Surat Huud
Ayat 42-46:

2. Timbulnya Sikap Percaya Kepada Allah


Meskipun kepercayaan pada tahap ini masih labil, tergantung pada
seberapa banyak pengetahuan tentang Allah dan upaya kontemplasinya
terhadap alam semesta tersebut, namun iman pada tahap ini akan terus
meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh atau
pengalaman yang dijalani.
Kadang-kadang muncul keraguan dalam dirinya, namun ketika proses
pencarian tersebut berlanjut, sedikit demi sedikit keraguan itu akan hilang
lalu berubah pada terbentuknya tahap ketiga, yakni yakin tanpa dibayangi
oleh sikap ragu.

D. Tingkatan Iman
Pada dasarnya, tiap mukmin punya rasa yakin, tapi yang membedakan
hanya satu, yaitu kadar iman yang dimiliki. Semakin kuat iman yang dipelihara
seorang hamba, ia laksana gunung yang berdiri tegak dan kokoh. Dalam salah

9
satu kaidah ushul fikih, disebutkan al-Yaqinu La Yuzalu bi as-Syak (keyakinan
yang kuat tidak akan berubah dengan sebuah keragu-raguan).
Keyakinan tersebut tak akan sanggup diempas dengan mudah oleh tiupan
keragu-raguan ataupun oleh angin waswas yang disebarkan oleh setan. Karena
setan tidak akan berhenti bermanuver guna menyesatkan anak Adam.
Sebagaimana sabda Nabi SAW, Setan akan menyesatkan manusia dan tidaklah
seseorang mengambil jalan lain, kecuali setan juga akan menempuhnya.
Sehingga, apabila dikelompokkan, tingkatan keimanan bisa dibagi ke dalam tiga
lapisan.
1. Pertama, tingkatan dasar atau disebut iman. Kategori ini biasanya diisi oleh
kalangan awam yang kadar keimanannya masih sering naik turun dan
berubah-ubah.
2. Tingkatan kedua, tingkatan iman yang kokoh di hati dan tidak goyah,
sehingga di level ini, hampir saja seseorang mampu melihat yang gaib.
Tingkat keimanan ini disebut yaqin.
3. Level keimanan ketiga yang tertinggi dikenal dengan istilah kasyaf.
Tingkatan ini setara dengan level para wali dan nabi yang tidak lagi ada batas
antara yang gaib dan alam kasat mata.

Selanjutnya, terdapat tiga cara yang bisa ditempuh untuk membangun


benteng keimanan yang kuat.

Pertama, mendengarkan, membaca, dan merenungkan ayat-ayat serta hadis-


hadis yang menegaskan kebesaran dan kekuasaan Allah. Selain itu, juga teks-teks
agama yang mengisyaratkan secara jelas perihal kebenaran dakwah yang
disampaikan oleh para rasul dengan segala konsekuensi yang didapat, baik dari
ketaatan maupun sanksi yang diperoleh akibat pelanggaran apabila mengingkari
risalah Ilahiah tersebut. Cara ini sesuai firman Allah, Dan, apakah tidak cukup
bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (Alquran)
sedang dia dibacakan kepada mereka. (QS al-Ankabut [29]: 51).

َ ِ‫ب ي ُۡت ٰلى َعلَ ۡي ِهمۡ‌ؕ اِ َّن فِ ۡى ٰذل‬


َ‫ك لَ َر ۡح َمةً َّو ِذ ۡك ٰرى ِلقَ ۡو ٍم ي ُّۡؤ ِمنُ ۡون‬ ۡ ‫اَ َولَمۡ يَ ۡكفِ ِهمۡ اَنَّ ۤا اَ ۡن‬
َ ‫زَلنَا َعلَ ۡيكَ ۡال ِك ٰت‬

10
Kedua, merenungkan keajaiban penciptaan alam semesta, hamparan langit
yang luas, bumi tempat berpijak, serta pesona unsur-unsur yang menjadi
pelengkap dan kebutuhan kelangsungan hidup.Sebagaimana firman-Nya, Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk dan pada diri mereka sendiri. (QS Fushilat [41]: 53).

Ketiga, keyakinan yang telah didapat mesti diterapkan baik secara lahir
maupun batin, dan berupaya sebisa mungkin menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Karena, dengan keteguhan iman dan keyakinanlah, Allah akan
senantiasa membimbing dan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada umat
manusia.

E. Korelasi antara Iman dan Taqwa


1. Pengertian Imtaq (Iman Dan Taqwa)
IMTAQ merupakan gabungan dari kata Iman dan Taqwa yang masing-
masing memiliki pengertian tersendiri. IMTAQ merupakan bentuk prilaku
manusia dalam hubungannya dengan tuhannya dan dengan sesama manusia.
a. Pengertian Iman, Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya
percaya. Menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Iman
kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-
benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya,
kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata. Iman itu adalah ucapan dan perbuatan, ia
dapat bertambah dan dapat pula berkurang.

b. Pengertian Taqwa, Taqwa dari segi bahasa berasal dari kata “wiqayah”
yang diartikan “memelihara”. Maksud dari pemeliharaan itu adalah
memelihara hubungan baik dengan Allah SWT., memelihara diri daripada
sesuatu yang dilarangNya. Melaksanakan segala perintah-perintahNya dan
meninggalkan segala laranganNya.

11
Firman Allah SWT, dalam Q.S. Al-Jasiyah/ 45: 18. “Kemudian Kami
jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama
itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak mengetahui.” Karena itu, orang yang bertaqwa adalah
orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran: melaksanakan
perintahnya-Nya, tidak melanggar laranganNya, takut terjerumus ke dalam
perbuatan dosa. Orang yang taqwa adalah orang yang menjaga
(membentengi) diri dari kejahatan, memelihara diri agar tidak melakukan
perbuatan yang tidak diridhai Allah, bertanggungjwab mengenai sikap,
tingkah laku dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban kepada Allah
Swt, Nabi dan Rasulnya.
Kedudukan taqwa sangat penting dalam agama Islam dan kehidupan
manusia. Di dalam Q.S. Al-Hujurat/49:13. Allah Swt, mengatakan bahwa,
Manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa.
Taqwa terhimpun dalam pokok-pokok kebajikan. Ini dapat dibaca pada
Q.S. Al- Baqarah/2: 177. Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang
beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-
nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim,
orang-orang miskin, orang- orang yang dalam perjalanan (musafir), dan
peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang–orang yang menepati
janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,
penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.

2. Hubungan Antara Iman Dan Taqwa


Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan
dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang

12
yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Takwa berarti
melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. Iman adalah
percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-
Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang
terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.
Iman yang benar kepada Allah, RasulNya, kitabNya, MalaikatNya, Takdir,
dan hari akhir akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat untuk
melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak
mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat taqwa.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang
benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang
mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan iman dengan
ketaqwaan adalah bahwa ketaqwaan merupakan buah daripada iman yang
benar yang ditandai oleh mulianya akhlak seseorang.

F. Perilaku Orang Beriman dan Tidak Beriman


1. Perilaku Orang yang Beriman
Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut:
a. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar
ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat
Al-Quran, maka bergejolak artinya untuk segera melaksanakannya (Al
Anfal:2).
b. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Mirón:120,Al-Maidah:12, Al-
Anfal:2, At-Taubah:52, Ibrahim:11, Mujadalah:10. dan At-
taghabun:13).
c. Tertib dalam melaksanakan sholat dan selalu menjaga
pelaksanaannya (Al-Anfal:2, 7).

13
d. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (Al-Anfal:3 dan Al-
Mukminun:4).
e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan (Al-Mukminun:3, 5)
f. Memelihara amanah dan menempati janji (Al-Mukminun:6)
g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al-Anfal:74).
h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (An-
nur:62).

2. Perilaku Orang yang Tidak Beriman


a. Poin Pertama, Pada poin pertama merupakan yang paling mutlat yaitu
iman kepada sang kholik Allah subhanahu wa taala. Bentuk keimanan
kepada Allah adalah keimanan yang sejati dan hakiki, yaitu dengan
melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua larangannya, bukan
sekedar mengucapkan di mulut saja bahwa "saya sudah beriman" tanpa
ada suatu perbuatan yang menjurus kepada keimanan tersebut.
Beriman kepada Allah sudah barang tentu meyakini bahwa Allah itu
Esa, yang dalam pemahaman Islam sebagai Tuhan yang tunggal, tidak
ada duanya lagi. Ummat Islam diwajibkan untuk meyakini bahwa
Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Kekuasaannya di atas
segala sesuatu yang ada di alam semeseta ini, tidak ada kuasa yang
melebihinya.

b. Poin Kedua, Pada poin kedua beriman kepada selain Allah subhanahu
wataala yaitu beriman kepada apa yang diciptakan para rukun iman
yang ke 2 hingga ke 6 (Malaikat, Rasul-rasul Allah, Kitab-kitab Allah,
hari kiamat, qada dan qadar). Beriman kepada selain Allah yang saya
sebutkan di atas, merupakan bagian yang terintegrasi dan tidak dapat
dilepaspisahkan dengan beriman kepada Allah. Karena selain
merupakan suatu kewajiban yang ada di dalam kitab suci, keimanan

14
kepada apa yang digariskan ini sebagai suatu pemebenaran terhadap
adanya Allah subhanahu wa taala sebagai tuhan seru sekalian alam

c. Point Ketiga, Perilaku Iman Yang telah hilang. Dengan bertebarannya


kemaksiatan yang telah nyata di muka bumi ini menandakan menusia
sudah tidak mempunyai malu dengan Tuhan yang maha melihat dan
maha mengetahui, atau kecurigaan saya mereka tidak lagi mempunyai
iman kepada Allah. Di sana sini terjadi beragam kemaksiatan yang
sudah dilarang oleh Allah melalui firman-firmanNya di dalam Al-
Quran yang dikuatkan dengan hadist Rosulullah. Namun masyarakat di
akhir zaman ini tidak lagi bisa membedakan antara yang baik dan
buruk, yang buruk dianggap baik dan yang baik dianggap sesuatu yang
aneh. Perilaku yang buruk dimulai dari cara berpakaian yang dianggap
lebih modis, saya ambil contoh wanita berjilbab tetapi celananya ketat
dan ada bolong-bolong dibagian lutut sehingga airatnya terbuka.
Perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim berpelukan di atas motor,
mobil dan tempat-tempat umum tanpa ada malunya sama manusia.
Zaman semakin terbuka dan manusianya juga ikut terbuka di tempat
umum. Belum lagi ada sebagian masyarakat yang suka memakan harta
orang lain dengan cara yang tidak benar. Para pejabat mencuri uang
rakyat tanpa ada rasa takut dan malu, orang kantoran pemerintahan
memalsukan tanda tangan demi mendapatkan uang haram, dan
praktek-praktek kebusukan yang terus bertebaran di atas muka bumi
Allah. Iman kepada Allah telah hilang, karena manusia tidak lagi
menggap Allah sebagai maha melihat dan maha mengetahui. Dosa
yang dilakukan dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja, tanpa
memikirkan bahwa ada yang menyaksikan secara langsung.

G. Perilaku dan Perbuataan yang Dapat Melemahkan Iman


Inti dari iman tersebut adalah percaya. Namun demikian, perlu kita ketahui
bahwa iman manusia tidak selamanya konstan. Adakalanya naik dan adakalanya

15
turun. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, di antaranya lingkungan tempat orang
itu tinggal, relasi dengan orang-orang yang berbeda keyakinan, dan lain-lain.
Kondisi keimanan manusia bisa dinyatakan batal atau rusak jika seseorang
tersebut berbuat sesuatu hal yang merusak keimanan. Hal-hal yang dapat
merusak keimanan, di antaranya.

1. Syirik
Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah. Dalam hal ini, berarti segala
sesuatu yang merupakan kekhususan Allah seperti menyembah Allah atau
berdoa dan meminta kepada selain Allah. Mempersekutukan Allah berarti
munculnya kepercayaan terhadap sesuatu sebagaimana sifat-sifat atau
perbuatan Tuhan terhadap manusia, makhluk, atau alam. Padahal Allah tidak
ada keserupaannya, tidak ada yang menandinginya, satu-satunya yang Maha
Kuasa. Mempercayai mitos berarti merusak kemurnian akidah karena isi
(substansif) kepercayaan telah terisi dengan yang lain atau tercampur.
Syirik dibagi menjadi 2, yaitu syirk jali (syirik terang-terangan) atau biasa
disebut dengan syirik akbar (syirik yang terbesar). Yaitu secara terang-
terangan menyembah selain Allah seperti menyembah patung atau berhala dan
lain-lain. Atau suatu tindakan atau sikap seseorang menyarikatkan/menduakan
kekuasaan, kekuatan, atau pemberi selamat/madarat kepada selain Allah.
Yang kedua syirik ashghar yang dikelompokkan menjadi 3. Syirik dalam
uluhiyah, yaitu orang yang meyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang patut
disembah. Contoh seperti meminta pertolongan kepada yang telah meninggal,
mendatangi dukun, berdoa di pohon-pohon yang dikatakan keramat.
Syirik dalam arrububiyah, yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain
Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan
dan yang lainnya dari sifat-sifat ar-Rububiah-nya. Contoh Firaun yang
mengaku menjadi Tuhan dan dapat mengatur serta menentukan sesuatu,
kemudian juga seperti Raja Namrud pada masa Nabi Ibrahim.
Syirik dalam asma’ wa al-shifat, yaitu kalau seseorang mensifati sebagian
makhluknya dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus. Seperti keyakinan

16
orang Nasrani bahwa Isa adalah anak Allah atau paham trinitasnya, atau
keyakinan Yahudi bahwa Uzair itu anak Allah.
Syirik khafi (syirik samar) atau bisa disebut dengan syirik ashgar (syirik
kecil) yaitu syirik yang tidak terlihat. Syirik yang terjadi pada seseorang
dengan munculnya kekuatan diri merasa besar, agung, terhormat, sehingga
keagungan, kebesaran Allah menjadi terabaikan. Juga orang yang
menginginkan kemanfaatan dengan melalui amalan akhirat.
Di antara yang dikategorikan dalam syirik ashgar adalah ar-riya yaitu
mengamalkan suatu ibadah supaya dilihat manusia dalam rangka mendapatkan
popularitas. Dalam suatu hadis riwayat Muslim dan Ahmad diriwayatkan
bahwa Allah berfirman, “Barang siapa yang memperdengarkan kebaikannya,
maka Allah akan mendengarkan kejelekannya. Dan barang siapa yang
memperlihatkan kebaikannya maka Allah akan memperlihatkan
kejelekannya”. Maka kita memohon semoga Allah senantiasa menjauhkan
dari perbuatan ria.
Sum’ah yaitu mengamalkan suatu ibadah supaya didengar orang lain
dalam rangka mendapatkan popularitas. Dosa syirik tidak dapat diampuni,
terkecuali bila ia meninggalkan sikap-sikap atau segala tindakan yang
mengandung syirik dalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi jika ia masih
percaya terhadap sesuatu selain Allah maka syiriknya tidak terampuni
sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Tetapi bila ia mau bertaubat,
meninggalkan perbuatan syiriknya lantaran ia sebelumnya tidak mengerti apa-
apa sehingga terjerumus ke lembah syirik.
Sebesar-besarnya perkara yang menjadikan seseorang murtad adalah syirik
dalam beribadah kepada selain Allah. Yaitu dia beribadah kepada Allah juga
selain kepada Allah. Maka kesyirikan adalah bentuk kemurtadan yang paling
berbahaya, yaitu seseorang beribadah kepada selain Allah dengan salah satu
dari macam-macam ibadah seperti doa, menyembelih, istighosah, dan lain-
lain.
Seolah-olah kamu menganggap Allah itu tidak mengilmui dan
mengetahui. Demikian setan, dari kalangan jin dan manusia menghiasi untuk

17
mereka dalam keadaan mereka mengaku Islam, bersaksi bahwa tidak ada uhan
selain Allah, mereka mencampuri amalan-amalan mereka dengan kesyirikan
maka mereka keluar dari agama Islam dalam keadaan mereka salat, puasa, dan
haji.
2. Sihir
Secara bahasa, sihir berasal dari kata sakhara-yaskhiru-sikhran yang
berarti menjauhkan, memalingkan atau memalingkan. Sihir yang dimaksud
dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah tangga
orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan
kepada setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar.
Firman Allah SWT, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-
syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya.
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan
amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui,”
Dalam hadis Rasulullah juga menjelaskan bahwa sihir merupakan hal yang
dapat membinasakan, yang terdapat dalam HR. Imam Muslim dari Abu
Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Hendaklah kalian
menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan

18
kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Kesyirikan kepada Allah, sihir,” (HR. Imam Muslim)
Media yang digunakan untuk melakukan sihir di antaranya yaitu jimat,
mantra, dan benda-benda lain yang dianggap memiliki kekuatan. Sihir juga
dianggap sebagai perbuatan yang sangat tercela sehingga Allah akan
mengancam pelakunya dengan ancaman yang berat pula.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, perbuatan yang
termasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa
benda-benda tertentu dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga
memalingkan hati perempuan agar menyukainya.
Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain untuk
memengaruhi hati dan badan seseorang, untuk disakiti atau dibunuh,
memusnahkan harta benda seseorang, dan memutuskan ikatan kasih sayang
seseorang dengan suami istri atau anak atau dengan anggota keluarga lainnya.

3. Ria
Ria memiliki pengertian (istilah) adalah melakukan ibadah dengan niat
ingin nantinya dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT
semata. Sedangkan menurut Al-Hafiz Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, ria adalah
menampakkan tujuan dengan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku
amalan itu.
Menurut Imam Al-Ghazali, ria adalah mencari kedudukan pada hati
manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal yang baik. Sikap ria
sering disebut as-syirk al-ashghor atau as-syirk al-khofiy, yang kira-kira
artinya adalah syirik pada taraf kecil atau ringan.
Sifat ria juga erat kaitannya dengan pamer. Dan intinya sikap ria adalah
melakukan sesuatu bukan atas niat mencari rida Allah, dan hal ini dapat
menjadikan syirik kecil pada manusia. Seperti dalam firman-Nya dalam Surah
Al-Kahfi ayat 110, “Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barang siapa

19
mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan
kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam
beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf: 110)

Ria inilah penyakit terselubung yang merupakan jeratan setan terbesar


yang senantiasa menguasai hamba Allah yang ikhlas. Maka dari itu,
ketahuilah wahai hamba Allah yang ikhlas menjalankan agama karena Allah,
bahwasannya kata ria diambil dari kata asal ru’yub (melihat). Dengan
demikian, al-murrai (orang yang ria) berarti suka memperlihatkan sesuatu
yang menjadi perhatian orang-orang. Orang yang ria mencari keuntungan
pribadi melalui amal perbuatan di dunia.

Orang yang ria mengharapkan sesuatu di balik perbuatannya selain


keridaan Allah dan hari akhirat. Orang yang ria mengerjakan suatu ibadah
yang diperintahkan Allah agar dikerjakan untuknya, tetapi malah dikerjakan
untuk selain Allah. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat ria, dan
enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Maaun: 4-7).
Dari firman Allah tersebut, telah dijelaskan dalam Alquran bahwa manusia
melakukan ibadah salat bukan karena Allah tetapi hanya untuk mata manusia
yang melihat. Namun tidak bisa memahaminya dan tidak mampu
menghadirkan-Nya padahal mereka telah berada dihadapan-Nya.
Oleh karena itu, salat sedikitmu tidak membekas di dalam hati dan amal
mereka. Serta pada Alquran telah dilarang keras melakukan sesuatu dengan
yang sifat buruknya, menghujam hati pelaku. Sifat ria tidak memberi
sedikitpun kelapngan untuk orang yang lemah sehingga menyebabkan
seseorang rela mengorbankan banyak hal demi sesuatu yang berbau sombong
atau hal yang membanggakan. Sebaliknya dia tidak pernah rela berkorban di
jalan Allah meski pun itu sedikit kepada manusia.

20
Begitulah telah ditegaskan dalam hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan
asy-Syaikhan, “Tidak ada salat yang paling berat bagi orang-orang munafik
selai salat fajar dan salat isya. Andaikata mereka tahu yang terkandung di
dalam keduanya, pasti mereka akan mendatanginya walaupun dengan
merangkak.”
Dari Abu Hurairoh RA, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda, Allah berfirman: Akulah yang paling tidak mebutuhkan
persekutuan. Barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan yang ada di
dalamnya mempersekutukan Aku dengan sesuatu, maka kutinggalkan dia
bersama sekutunya.” (HR. Muslim).
Ria adalah jenis syirik. Rasulullah saw menyebutkan ria dengan syirkus
saraa-ir (kemusyrikan terselubung), asy-syirkul kahfi (kemusyrikan samar),
dan asy-syirkul asghar (kemusyrikan paling kecil).
Maka dari itu, ria dapat menggugurkan amal dan menghapus pahala. Dan
setiap orang yang ria akan mendapat dosa dan azab dalam beramal. Serta
Allah tahu dan maha mengetahui segala sesuatu yang disembunyikan di dalam
hati para hamba-Nya, baik itu hal buruk ataupun hal baik.
Dari hal ini kita mengetahui, bahwa ria mengandung tiga hal pokok, yaitu
menyenangi nikmatnya pujian, menghindari pujian, dan ambisi mendapatkan
sesuatu yang ada pada manusia.
Keimanan seseorang berbeda dengan keimanan nabi dan rasul. Iman nabi
dan rasul tentu akan selalu naik, sedangkan iman seseorang kadang naik,
kadang turun. Atau bahkan akan terus menurun hingga lenyap sehingga
hatinya akan kosong dari iman.
Mirisnya, orang yang seperti ini yang akan menghuni neraka. Oleh karena
itu, kita harus selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT. Oleh Karena itu, jauhi perbuatan yang dapat membatalkan
keimanan atau menurunkan keimanan, di antaranya syirik, sihir dan ria.
(Alwi Husein Al Habib, Direktur Bidang Pemberdayaan Manusia dan
Mahasiswa Jurusan Ilmu al-Qur'an Tafsir di UIN Walisongo)

21
H. Perilaku dan Perbuataan yang Dapat Menumbuhkan dan
Menguatkan Iman
1. Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya
pengetahuan dan keyakinan tentang iman (QS.35 : 28)
2. Menyimak atau mentadaburkan Al-Qur’an (QS.17 : 282)
3. Dzikir dan Fikir
4. Dzikir adalah mengingat Allah beserta sifat-sifatnya, hal-hal yang
menyangkut keagungannya dan membaca kalam-Nya (QS.33 : 41, 8 :
4)
5. Fikir adalah aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap
ciptaan Allah, ayat-ayat-Nya dan mukjizatnya (QS.3 : 190-191)
6. Mengikuti dan komitmen terhadap Halaqah dzikir. ” Tidaklah
segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para
malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman
hati turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk ke
dalam golongan yang berada disisinya.” (HR. Muslim)
7. Memperbanyak amal saleh yang harus diperhatikan yaitu :
 Sesegera mungkin melaksanakan amal-amal saleh (QS.3 : 33,
57 : 21, 22: 90) dan hadits : ” Pelan-pelan (berhati-hati) dalam
segala sesuatu adalah baik kecuali didalam amal akhirat
( HR.Abu Daud)
 Melakukannya secara terus menerus ” Allah menyukai amalan
yang walaupun sedikit tapi dikerjakan secara terus menerus
(HR.Bukhari)
8. Tidak merasa bosan. maksudnya kerjakanlah ibadah sesuai dengan
kemampuan ” Sesungguhnya agama itu adalah mudah dan tidaklah
agama itu dikeraskan oleh seseorang melainkan justru ia akan
dikalahkan. Maka berbuatlah yang lurus dan sederhana.” (HR
Bukhari)

22
9. Mengulang amalan yang tertinggal dan terlupakan. ” Barang siapa
yang tertidur hingga ketinggalan bacaan wiridnya dari sebagian
malam atau dari sebaian bacaan wirid, lalu di membacanya lagi antara
shalat subuh dan shalat dzuhur maka ditetapkan baginya seakan-akan
ia membacanya pada waktunya. ” (HR. An-Nasai’)
10. Berharap amalnya diterima Allah dan merasa cemas jika
amalannya tidak diterima Allah Swt
11. Lakukan berbagai macam ibadah. ” Barang siapa yang menafkahi
dua istri dijalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu sorga,’
Wahai hamba Allah ini adalah baik’ lalu barangsiapa yang menjadi
orang yang benyak mendirikan shalat maka ia dipanggil dari pintu
shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad maka ia
dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa menjadi orang yang banyak
melakukan shaum, maka ia dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Barang
siapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan shodaqoh maka ia
dipanggil dari pintu shadaqah.” (HR. Bukhari). Berbakti kepada orang
tua adalah pertengahan dari pintu surga.”(HR Tirmidzi)
12. Dzikrul maut.” Perbanyaklah mengingat pemutus segala
kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi) “Dulu aku melarangmu
menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur karena hal
itu dapat melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan
hari akhirat dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.”
(HR.Hakim)
13. Mengingat akhirat, yaitu mengingat nikmatnya surga dan keras atau
pedihnya neraka (QS.56 : 75, 78)
14. Bernunajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya. Maksudnya :
memohon kepada Allah dengan ketundukkan dan kepasrahan yang
sedalam-dalamnya.
15. Tidak berangan-angan secara muluk-muluk (QS.26 : 205-207,10 :
45)

23
16. Memikirkan kehinaan dunia (QS.3 : 185) Hadits : ” Dunia itu
terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada didalamnya, kecuali
dzikrullah dan apa yang membantunya atau orang yang berilmu atau
orang yang mencari ilmu.” (HR. Ibnu Majah)
17. Mengagungkan hal-halyang terhormat disisi Allah . (QS.22 :
30,32)
18. Al Wala Wal Bara artinya : saling tolong menolong dan loyal kepada
sesama muslim dan memusuhi orang-orang kafir (QS.5 : 2)
19. Tawadu ( rendah hati ). ” Barang siapa menanggalkan pakaian
karena merendahkan diri kepada Allah padahal ia mampu
mengenakannya maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat
bersama para pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan
memilih diantara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk
dikenakannya.” (HR. Ath.Thirmidzi)
20. Muhasabah diri ( QS.59 : 18)
21. Doa (QS.2 : 186)

I. Bukti-Bukti Keberadaan Tuhan Berupa Dalil Naqli dan Aqli


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ْ َ‫ا َر ي‬RRَ‫ َل النَّه‬R‫ش ۗ يُ ْغ ِشى الَّ ْي‬
‫ا ۙ وَّا‬RRً‫هٗ َحثِ ْيث‬RRُ‫طلُب‬ ِ ْ‫ض فِ ْي ِستَّ ِة اَيَّا ٍم ثُ َّم ا ْست َٰوى َعلَى ْال َعر‬ َ ْ‫ت َو ااْل َ ر‬ َ َ‫اِ َّن َربَّ ُك ُم هّٰللا ُ الَّ ِذيْ خَ ل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
َ‫ق َوا اْل َ ْم ُر ۗ ت َٰبرَكَ هّٰللا ُ َربُّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬
ُ ‫ت بِۢا َ ْم ِر ٖه ۗ اَ اَل لَـهُ ْال َخ ْـل‬
Rٍ ‫س َوا ْلقَ َم َر َوا لنُّجُوْ َم ُم َس َّخ ٰر‬
َ ‫ل َّش ْم‬
inna robbakumullohullazii kholaqos-samaawaati wal-ardho fii sittati ayyaaming
summastawaa 'alal-'arsy, yughsyil-lailan-nahaaro yathlubuhuu hasiisaw wasy-
syamsa wal-qomaro wan-nujuuma musakhkhorootim bi`amrihiii alaa lahul-
kholqu wal-amr, tabaarokallohu robbul-'aalamiin

"Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi


dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan,
dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan
dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam."

24
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 54)
Ayat di atas menjelaskan tentang kebenaran Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa/hari yaitu pada masa pertama : pada awal nya
keadaan langitdan bumi dalam satu kesatuan yang padu , masa kedua : pada masa
ini gravitasi mulai mulai berperan dan mulai muncul galaksi-galaksi yang terdiri
atas bintang-bintang. Dan juga muncul planet-planet termasuk planet bumi yang
terdapat dalam tata surya matahri yang merupakan bagian dari galaksi bima sakti,
masa ketiga : masa ini dikenal juga sebagai masa prekambrium pada masa ini
kondisi bumi masih cukup panas sehingga belum ada makhluk hidup di bumi,
masa keempat : masa ini sering di kenal sebagai masa paleozoikum. Pada masa
ini bumi mulai terdapat kehidupan, seperti tumbuhan dan hewan, masa kelima :
masa ini di kenal juga sebagai zaman mesozoikum pada masa ini hewan hewan
seperti reptil mulai muncul hewan lain seperti burung dan hewan hewan raksasa
seperti dinasaurus, pada masa keenam : masa ini di sebut dengan cenozoikum.
Pada masa ini lah hewan seperti mamaliamulai muncul dan pada akhir dari masa
ini mulailah muncul sejarah manusia. Ayat tersebut juga dapat membuktikan
bahwa penelitian yang di lakukan pada zaman sekarang tentang penciptaan alam
semesta sudah tercantum dalam Al-Qur’an sejak dulu sebelum penelitian itu di
lakukan ini juga sebagai bukti tentang kebenaran Allah dan al-qur’an.

Dan ayat di atas juga menjelaskan tentang tempat bersemayam Allah Swt.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ب‬ ٍ ‫ف الَّي ِْل َوا لنَّهَا ِر اَل ٰ ٰي‬


ِ ‫ت اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ ِ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬
ِ ‫ض َوا ْختِاَل‬ ِ ‫ۙ اِ َّن فِ ْي َخ ْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
inna fii kholqis-samaawaati wal-ardhi wakhtilaafil-laili wan-nahaari la`aayaatil
li`ulil-albaab

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam


dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190)

25
Ayat di atas menjelaskan tentang bukti kebesaran allah yang telah
menciptakan langit dan bumi lalu pergantian malam dan siang yang begitu
menabjubkan juga merupakan bukti dari kebenaran Allah .

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ‫ت لِّ ْل ٰعلِ ِم ْين‬ َ ِ‫ض َوا ْختِاَل فُ اَ ْل ِسنَتِ ُك ْم َواَ ْل َوا نِ ُك ْم ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬ ِ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬ ُ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه خَ ْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
wa min aayaatihii kholqus-samaawaati wal-ardhi wakhtilaafu alsinatikum wa
alwaanikum, inna fii zaalika la`aayaatil lil-'aalimiin

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan


bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 22)
Ayat di atas menjelaskan tentang kebesaran Allah yang membuktikan
kebenaran akan diri-Nya di mana Ia menciptakan manusia dalam bentuk yang
berbeda-beda mulai dari warna kulit dan bahasa yang sudah tercantum dalam Al-
Qur’an sejak dulu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ق ِم ْن َّربِّ ِه ْم ۙ َكفَّ َر َع ْنهُ ْم َسي ِّٰاتِ ِه ْم َواَ صْ لَ َح َبا لَهُ ْم‬


ُّ ‫ت َو ٰا َمنُوْ ا بِ َما نُ ِّز َل ع َٰلى ُم َح َّم ٍد َّوهُ َو ْال َح‬ ّ ٰ ‫َوا لَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
wallaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati wa aamanuu bimaa nuzzila 'alaa
muhammadiw wa huwal-haqqu mir robbihim, kaffaro 'an-hum sayyi`aatihim wa
ashlaha baalahum

"Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan


kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad, dan
itulah kebenaran dari Tuhan mereka; Allah menghapus kesalahan-kesalahan
mereka, dan memperbaiki keadaan mereka."
(QS. Muhammad 47: Ayat 2)

26
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ۗ ً‫ َّوة‬Rُ‫ق َوقَا لُوْ ا َم ْن اَ َش ُّد ِمنَّا قُ َّوةً ۗ اَ َولَ ْم يَرَوْ ا اَ َّن هّٰللا َ الَّ ِذيْ خَ لَقَهُ ْم هُ َو اَ َش ُّد ِم ْنهُ ْم ق‬
ِّ ‫ض بِ َغي ِْر ْال َح‬
ِ ْ‫فَا َ َّما عَا ٌد فَا ْستَ ْكبَرُوْ ا فِى ااْل َ ر‬
َ‫َوكَا نُوْ ا بِ ٰا ٰيتِنَا يَجْ َح ُدوْ ن‬
fa ammaa 'aadung fastakbaruu fil-ardhi bighoiril-haqqi wa qooluu man asyaddu
minnaa quwwah, a wa lam yarou annallohallazii kholaqohum huwa asyaddu
min-hum quwwah, wa kaanuu bi`aayaatinaa yaj-haduun

"Maka adapun kaum 'Ad, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa


(mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata, Siapakah yang lebih hebat
kekuatannya dari kami? Tidakkah mereka memperhatikan bahwa sesungguhnya
Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatan-Nya dari mereka?
Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami."

‫ ٰزى‬R‫ َر ِة اَ ْخ‬R‫ َذا بُ ااْل ٰ ِخ‬R‫ ُّد ْنيَا ۗ َولَ َع‬R‫ و ِة ال‬R‫ي فِى ْال َح ٰي‬
ِ ‫ ْز‬R‫ب ْال ِخ‬ ٍ ‫صرًا فِ ۤ ْي اَيَّا ٍم نَّ ِح َسا‬
َ ‫ت لِّـنُ ِذ ْيقَهُ ْم َع َذا‬ َ ‫فَا َ رْ َس ْلنَا َعلَ ْي ِه ْم ِر ْيحًا‬
َ ْ‫صر‬
َ ‫َوهُ ْم اَل يُ ْن‬
َ‫صرُوْ ن‬
fa arsalnaa 'alaihim riihang shorshorong fiii ayyaamin nahisaatil linuziiqohum
'azaabal-khizyi fil-hayaatid-dun-yaa, wa la'azaabul-aakhiroti akhzaa wa hum
laa yungshoruun

"Maka Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam
beberapa hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakan siksaan
yang menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan azab akhirat pasti lebih
menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan."
(QS. Fussilat 41: Ayat 15-16)
Ayat di atas menjelaskan tentang Kaum ‘Ad yang ingkar akan kebenaran
Allah dan menyombongkan diri di bumi di berikan Azab oleh Allah Swt. Berupa
angin topan yang bertiup dalam beberapa hari sebagai tanda kebesaran Allah dan
sebagai tanda siksaan akibat ingkar kepada Allah.

27
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ُ ‫ ِج ِد ْال َحـ َرا ِم ۗ َو َحي‬R‫ط َر ْال َم ْس‬


‫ا ُك ْنتُ ْم فَ َولُّوْ ا‬RR‫ْث َم‬ ْ R‫كَ َش‬RRَ‫ولِّ َوجْ ه‬R َ Rَ‫ٮهَا ۖ ف‬R‫ض‬ َ ُّ‫قَ ْد ن َٰرى تَقَل‬
ٰ ْ‫ء ۚ فَلَـنُ َولِّيَنَّكَ قِ ْبلَةً تَر‬Rِ ‫ب َوجْ ِهكَ فِى ال َّس َمٓا‬
َ‫ق ِم ْن َّربِّ ِه ْم ۗ َو َما هّٰللا ُ بِغَا فِ ٍل َع َّما يَ ْع َملُوْ ن‬
ُّ ‫ب لَيَـ ْعلَ ُموْ نَ اَنَّهُ ْال َحـ‬ ْ ‫ُوجُوْ هَ ُك ْم ش‬
َ ‫َط َر ٗه ۗ َواِ َّن الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِك ٰت‬
qod naroo taqolluba waj-hika fis-samaaa`, fa lanuwalliyannaka qiblatang
tardhoohaa fa walli waj-haka syathrol-masjidil-haroom, wa haisu maa kungtum
fa walluu wujuuhakum syathroh, wa innallaziina uutul-kitaaba laya'lamuuna
annahul-haqqu mir robbihim, wa mallohu bighoofilin 'ammaa ya'maluun

"Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka


akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah
wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah
wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat
dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan
mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 144)
Ayat di atas menjelaskan tentang kpemindahan kiblat yang terjadi, pada
awal nya kiblat umat muslim itu ada di palestina tepat nya kota yerusalem di
masjidil a’qsa, lalu Allah memberi perintah pemindahan kiblat ke Ka’bah di
masjidilharam. Dan pemindahan kiblat itu juga adalah termasuk bukti dari
keberan Allah.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman merupakan kepercayaan yang berkenan dengan agama dan
diyakini dalam hati. Wujud iman terbagi atas 4 yaitu Ilahiyah, Nubuwwah,
Ruhaniyah, dan Sam’iyah. Iman tumbuh karena pengetahuan mengenai
Tuhan dan timbulnya sikap percaya kepada Allah Swt. Tingkatan iman
terbagi atas 3 tingkatan yaitu tingkatan dasar, tingkatan yaqin dan
tingkatan kasyaf. Hubungan iman dengan ketaqwaan adalah bahwa
ketaqwaan merupakan buah daripada iman yang benar yang ditandai oleh
mulianya akhlak seseorang. Perilaku seseorang dapat dilihat apakah ia
benar-benar beriman ataupun tidak beriman. Serta perilaku tersebut dapat
menguatkan ataupun melemahkan iman seseorang tadi. Bukti keberadaan
Tuhan sudah dijelaskan secara rinci pada Al-qur’an.

B. Saran
Demikianlah dalam hal ini kami akhiri makalah ini tak lupa mohon
maaf kepada semua pihak, kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan
penulisan makalah ini selanjutnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Husnel Matondang. (2021) . Islam Kaffah . Perdana Publishing : Medan


Abdiansyah, Septian (2010). Keimanan dan Ketaqwaan. From
http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/keimanan-dan-ketakwaan.html,
25 September 1010. Departemen Agama R.I., Op. Cit., h. 481. Digilib IAIN
kendari
https://id.wikipedia.org/wiki/Iman
http://quran-id.com
https://pelitasumsel.com
https://republika.co.id/berita/p0a9fm313/tiga-tingkat-keimanan

30

Anda mungkin juga menyukai