Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang
telah memberi rahmat serta hidayahnya kepada kita sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap
terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pilihan dan
sang pemilik ukhwah.
Penulis membuat makalah tentang Iman dan Taqwa ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada bapak Drs Thobroni AG. MA selaku dosen
mata kuliah Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis
dengan terbuka akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca khususnya.

Jakarta, 02 September 2018

Kelompok 4,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Pengertian Iman dan Proses Lahirnya .......................................... 3
2.2 Ruang Lingkup Iman ..................................................................... 4
2.3 Yang Merusak Iman dan Cara Memperbaikinya ........................... 8
2.4 Dampak dari Krisis Iman ............................................................. 11
2.5 Kegunaan Iman Bagi Seorang Muslim ....................................... 12
2.6 Sistematika dan Implementasi Rukun Iman ................................ 13
2.7 Pengertian Taqwa dan Indikatornya ........................................... 16
2.8 Iman dan Taqwa Melahirkan Tawakal ........................................ 19
BAB III PENUTUP.................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari manusia selalu berinteraksi dengan


manusia lainnya dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial.
Dalam berinteraksi sosial diperlukan akhlak yang baik agar terjalin
hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Proses pembentukan
akhlak yang baik memerlukan iman dan taqwa seseorang. Semakin baik
iman dan taqwa sesorang maka akan semakin baik akhlaknya.
Pada saat ini pengetahuan tentang iman dan taqwa semakin sedikit
di masyarakat, masyakarat hanya mengetahui iman dan taqwa sebatas
dari arti bahasanya namun tidak memperlajarinya secara mendalam.
Iman dan taqwa sangatlah penting terutama di agama islam karena
dengan iman dan taqwa manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah
Swt sehingga dapat mencegah keinginan untuk melakukan hal hal yang
dilarang oleh agama. Oleh karena pendidikan mengenai pendidikan
iman dan taqwa sangatlah penting.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari iman dan proses lahirnya?


2. Apa saja ruang lingkup iman?
3. Apa yang merusak iman dan cara memperbaikinya?
4. Apa dampak dari krisis iman
5. Apa kegunaan iman bagi seorang muslim?
6. Bagaimana sistematika dan implementasi rukun iman?
7. Apa pengertian taqwa dan indikatornya?
8. Bagaimana lahirnya tawakal dari iman dan taqwa?

1
1.3 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian dari iman dan proses lahirnya


2. Memaparkan apa saja ruang lingkup iman
3. Memaparkan faktor yang merusak iman serta cara memperbaikinya
4. Memaparkan dampak dari krisis iman
5. Menjelaskan kegunaan iman bagi seorang muslim
6. Menjelaskan sistematika dan implemetnasi rukun iman
7. Menjelaskan pengertian taqwa dan indikatornya
8. Menjelaskan bagaimana lahirnya tawakal dari iman dan taqwa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman dan Proses Lahirnya

2.1.1 Pengertian Iman

Iman secara Bahasa berarti at-tashdiiq (pembenaran), sebagaimana


firman allah yaitu :

“ Wahai ayah kami,sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan


kami tinggalkan Yusf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan
serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun
kami adalah orang-orang yang benar.”

Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata


kerja amina-yu’manu-amanan yang percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan
selainya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap
keseharianya tidak mencerminkan ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada
yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal itu di
sebabkan karena adanya keyakinan mereka adalah Allah dan dengan
membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.

Dalam surah al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang yang


beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Alllah

Artinya: “ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah


tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencitainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepuyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-nya (niscaya mereka menyesal).”

3
Oleh karena itu beriman kepada Allah bearti amat sangat rindu
terhadap ajaran Allah, yaitu Al-Quran menurut Sunnah Rasul. Hal itu karena
apa yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk
mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.

2.1.2 Proses Terbentuknya Iman

Spermatozoa dan ovum yang di produksi dan dipertemukan atas


dasar ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik.
Allah menginginkan agar makanan yang dimakan berasal dari rezeki yang
halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu yang sedang
hamil mempengaruhi psikis yang dikandunganya. Ibu yang mengandung
tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan
dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi
yang sedang dikandung. Oleh karena jika seseorang menginginkan
anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri hendaknya
berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan


pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak
disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah.
Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap
seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
dating dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun
lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah,air,dan
lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak


langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh
terhadap iman seseorang. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan
ditiru oleh anak-anaknya. Jangan di harapkan anak berperilaku baik,
apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan tercela. Dalam hal ini
Nabi SAW bersabda, “setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya
yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi”.

2.2 Ruang Lingkup Iman

Ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu


meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.
Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan
segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti

4
kebudayaan dan peradaban. Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah
bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan
pandangan. Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati
dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia
kita simpulkan menjadi sikap hidup.

Ruang lingkup itu meliputi seluruh tempat dan waktu, artinya di


manapun dan kapan pun berada serta dalam kondisi apapun seorang
hamba berkewajiban untuk bertaqwa.

Seseorang akan disebut bertaqwa jika melaksanakan kewajiban


sebagai seorang hamba tersebut dan itu merupakan cirri dari manusia yang
bertaqwa. Manusia bisa dikatakan bertaqwa jika melakukan rukun Iman dan
Islam, menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga
amanah. Dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Manusia taqwa adalah sosok yang tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim
pada sesama, berlaku adil di waktu marah dan ridha, bertaubat dan selalu
beristighfar kepada Allah. Manusia taqwa adalah manusia yang
mengagungkan syiar-syiar Allah, sabar dalam kesempitan dan penderitaan,
beramar ma’ruf dan bernahi munkar, tidak peduli pada celaan orang-orang
yang suka mencela, menjauhi syubhat, mampu meredam hawa nafsu yang
menggelincirkan dari shiratal mustaqim.

Ruang lingkup iman di dalam ajaran islam meliputi satu bidang yaitu
Aqidah.

Pengertian aqidah secara etimologis aqidah berakar dari kata ‘aqida-


ya’qidu’aqdan-aqidatan. Kaitan antara arti kata “aqdan dan “aqidah adalah
keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian.Jadi aqidah adalah sesuatu yang diyakini oleh
seseorang.Makna aqidah secara bahasa akan lebih jelas jika dikaitkan
dengan pengertian secara terminologis. Secara terminologis terdapat
beberapa defenisi aqidah, antara lain :

1. Menurut Hasan Al-banna

Aqaid (Bentuk plural dari aqidah )adalah beberapa perkara


yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa ,menjadi keyakinan yang bercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan.

2. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy

5
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima
secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakinini
kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Dari kedua definisi tersebut dapat dijelaskan point penting berikut :

1. Sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh


manusia.

Ilmu (kebenaran) dibagi menjadi dua yaitu ilmu dlarury dan


ilmu nazhariy. Ilmu yang dihasilkan oleh indera dan tidak
memerlukan dalil disebut ilmu zlarury. Sedangkan ilmu yang
memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhariy.

2. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran.

Indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji


kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan
mana yang benar dan mana yang tidak.

3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan


keraguan.

Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin (ilmu) ia akan


mengalami terlebih dahulu 4 tingkatan sebelumnya, yaitu :

a. Syak (ragu), yaitu sama kuat antara membenarkan


sesuatu atau menolaknya.
b. Zhan, yaitu salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya
karena ada dalil yang menguatkannya.
c. Ghalabatuzh Zhan, yaitu cenderung lebih menguatkan
salah satu karena suda meyakini dalil kebenarannya.
d. Yakin/Ilmu, yaitu keyakinan yang tidak bercampur
sedikitpun dengan keraguan. Keyakinan yang sudah
sampai pada tingkat ilmu inilah yang disebut dengan
aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa.

Artinya sesuatu keyakinan yang belum dapat menentramkan


jiwa berarti bukanlah aqidah.

5. Menolak segala sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran


itu.

6
Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal
yang bertentangan.

6. Keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat


pemahamannya terhadap dalil.

Didalam Al-Qur’an tidak ada satu ayat pun yang secara literal
menunjuk pada kata aqidah, namun demikian terdapat beberapa
istilah dengan akar kata yang sama dengan aqidah, yaitu (‘Aqada) ,
istilah tersebut antara lain :

a. Aqadat kata ini digunakan untuk menyebut sumpah setia

b. Aqadtum kata ini digunakan untuk menyebut sumpah.

ِ ‫ّللاُ بِاللَّ ْغ ِو فِي أَ ْي َما ِن ُك ْم َولَ ِك ْن ي َُؤ‬


َ‫اخذُ ُك ْم بِ َما َعقَّ ْدت ُ ُم األ ْي َمان‬ َّ
‫اخذُ ُك ُم‬
ِ ‫ي َُؤ‬

Allah tidak menghukum kamu, disebabkan sumpah-


sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia
menghukum kamu, disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja,
(QS.Al-Maidah/5:89)

c. ‘Uqud yang berarti perjanjian


d. ‘Uqdah yang berarti akad (ikatan), yaitu dalam hal nikah.
kata ini tercantum pada ayat :

ُ‫ع ْق َدة َ النِِّكَاحِ َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْال ِكتَابُ أَ َجلَه‬


ُ ‫َوال ت َ ْع ِز ُموا‬

Dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk


ber-aqad nikah, sebelum habis iddahnya (QS. Al-
Baqarah/2:235)

e. Uqad yang berarti simpul, yaitu simpul/buhul yang


dihembus oleh tukang sihir. Kata ini terdapat pada ayat :

‫ت ِفي ْالعُقَ ِد‬


ِ ‫َو ِم ْن ش ِ َِّر لنَّفَّاثَا‬

Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir, yang


menghembus pada buhul-buhul (simpul) (QS. Al-Falaq/113:4)

Ada istilah lain yang semakna atau hampir semakna


dengan istilah aqidah, yaitu iman dan tauhid.

1) Iman

7
Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah dan ada
yang membedakannya. Bagi yang membedakannya beralasan
bahwa aqidah hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab
iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya
berupa keyakinan dan aspek luarnya berupa pengakuan lisan dan
pembuktian dengan amal. Permasalahannya tergantung dari definisi
iman. Kalau kita mengikuti definisi iman menurut Asy’ ariah yang
mengatakan iman hanyalah “membenarkan dalam hati”, maka iman
dan aqidah ada dua istilah yang sama. Sebaliknya jika kita mengikuti
definisi iman menurut ulama salaf (seperti Imam Ahmad, Malik,
Syafi’i) yang mengatakan bahwa iman adalah sesuatu yang diyakini
didalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
perbuatan, maka iman dan aqidah tidak persis sama maknanya.

2) Tauhid

Tauhid artinya mengesakan Allah. Ajaran tauhid adalah tema


sentral dalam aqidah Islam. Oleh karena itu, aqidah dan iman
diidentikkan juga dengan istilah tauhid.

2.3 Yang Merusak Iman dan Cara Memperbaikinya

Setelah kita mengetahui iman itu bertambah dan berkurang,


maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman
memiliki manfaat dan menjadi sangat penting. Sudah sepantasnya
seorang muslim mengenal kemudian menerapkan dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar bertambah
sempurna dan kuat imannya. Juga untuk menjauhkan diri dari
lawannya yang menjadi sebab berkurangnya iman sehingga dapat
menjaga diri dan selamat didunia dan akherat.

Syeikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menerangkan


bahwa seorang hamba yang mendapatkan taufiq dari
Allah Ta’ala selalu berusaha melakukan dua perkara:

1. Merealisasikan iman dan cabang-cabangnya serta


menerapkannya baik secara ilmu dan amal secara bersama-
sama.

2. Berusaha menolak semua yang menentang dan menghapus


iman atau menguranginya dari fitnah-fitnah yang nampak
maupun yang tersembunyi, mengobati kekurangan dari awal
dan mengobati yang seterusnya dengan taubat nasuha serta
mengetahui satu perkara sebelum hilang.

8
Mewujudkan iman dan mengokohkannya dilakukan dengan
mengenal sebab-sebab bertambahnya iman dan
melaksanakannya. Sedangkan berusaha menolak semua yang
menghapus dan menentangnya dilakukan dengan mengenal
sebab-sebab berkurangnya iman dan berhati-hati dari terjerumus
di dalamnya.

Sebab-sebab Bertambahnya Iman

Pertama, Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari


al- Qur`aan dan as Sunnah. Hal ini menjadi sebab pertambahan
iman yang terpenting dan bermanfaat karena ilmu menjadi sarana
beribadah kepada Allah Ta’ala dan mewujudkan tauhid dengan
benar dan pas. Pertambahan iman yang didapatkan dari ilmu bisa
terjadi dari beraneka ragam sisi, di antaranya:

1. Sisi keluarnya ahli ilmu dalam mencari ilmu

2. Duduknya mereka dalam halaqah ilmu

3. Mudzakarah (diskusi) di antara mereka dalam masalah


ilmu

4. Penambahan pengetahuan terhadap Allah dan syari’at-


Nya

5. Penerapan ilmu yang telah mereka pelajari

6. Tambahan pahala dari orang yang belajar dari mereka

Kedua, Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan


meneliti keadaan dan keberadaan makhluk-makhluk
Allah Ta’ala yang beraneka ragam dan menakjubkan
merupakan faktor pendorong yang sangat kuat untuk
beriman dan mengokohkan iman.Syeikh Abdurrahman as-
Sa’di rahimahullah menyatakan, “Di antara sebab dan faktor
pendorong keimanan adalah tafakur kepada alam semesta
berupa penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhuk
penghuninya dan meneliti diri manusia itu sendiri beserta
sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah faktor pendorong
yang kuat untuk meningkatkan iman”

Ketiga, Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan


amalan shalih dengan ikhlas, memperbanyak dan
mensinambungkannya. Hal ini karena semua amalan syariat
yang dilaksanakan dengan ikhlas akan menambah iman.

9
Karena iman bertambah dengan pertambahan amalan
ketaatan dan banyaknya ibadah.

2.3.2 Sebab-sebab Berkurangnya Iman,yaitu :

Faktor internal berkurangnya iman :

1. Kebodohan
2. Kelalaian, sikap berpaling dari kebenaran dan lupa.
3. Perbuatan maksiat dan dosa. Jelas kemaksiatan dan dosa
sangat merugikan dan memiliki pengaruh jelek terhadap
iman. Sebagaimana pelaksanaan perintah
Allah Ta’alamenambah iman, demikian juga pelanggaran
atas larangan Allah Ta’ala mengurangi iman.
4. Nafsu yang mengajak kepada keburukan (an-nafsu
ammaratu bissu’). Inilah nafsu yang ada pada manusia dan
tercela. Nafsu ini mengajak kepada keburukan dan
kebinasaan, sebagaimana Allah Ta’ala jelaskan dalam
menceritakan istri al-Aziz ,

ٌ ُ‫غ ف‬
‫ور َر ِّحي ٌم‬ َ ‫س ََل َ َّم‬
َ ‫ارة ٌ بِّالسُّو ِّء إِّ ََّّل َما َر ِّح َم َربِّي إِّ َّن َرب ِّي‬ ُ ‫َو َما أُبَ ِّر‬
َ ْ‫ئ نَ ْف ِّسي إِّ َّن النَّف‬
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Qs
Yusuf: 53)

Nafsu ini menyeret manusia kepada


kemaksiatan dan kehancuran iman, sehingga wajib
bagi kita berlindung kepada Allah Ta’ala darinya dan
berusaha bermuhasabah sebelum beramal dan
setelahnya.

Faktor eksternal berkurangnya iman :

1. Syeitan musuh abadi manusia yang merupakan satu


sebab penting eksternal yang mempengaruhi iman dan
mengurangi kekokohannya.
2. Dunia dan fitnah (godaan)nya. Menyibukkan diri dengan
dunia dan perhiasannya termasuk sebab yang dapat
mengurangi iman. Sebab semakin semangat manusia
memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka
semakin memberatkan dirinya berbuat ketaatan dan
mencari kebahagian akherat.

10
3. Teman bergaul yang jelek. Teman yang jelek dan jahat
menjadi sesuatu yang sangat berbahaya terhadap
keimanan, akhlak dan agamanya. Karena itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan
kita dari hal ini dalam sabda beliau,
ُ ‫ِّين َخ ِّلي ِّل ِّه فَلْيَ ْن‬
‫ظ ْر أ َ َح ُد ُك ْم َم ْن يُ َخ ا ِّل ُل‬ ِّ ‫علَى د‬
َ ‫الر ُج ُل‬
َّ

“Seorang itu berada di atas agama


kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah
seorang kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya.”

2.3.3 Cara Memperbaiki Iman Seseorang

1. Mempelajari Ilmu Agama Islam Bersumber Pada Al Quran dan


Hadist
2. Memperbanyak Membaca Alquran
3. Memahami Nama-Nama Allah Dan Sifat-Sifatnya. Jika
seseorang memahami dengan benar indahnya nama-nama Allah
dan sempurnanya sifat-sifat-Nya maka kecintaannya kepada
Allah dan pengharapannya kepada-Nya akan bertambah,
sehingga dia akan semakin khusyu’ dalam melaksanakan
ibadah.
4. Rajin dalam beribadah
5. Melakukan amal kebaikan dengan ikhlas

2.4 Dampak dari Krisis Iman

1. Mempercayai kekuasaan benda-benda (Menyembah berhala)


2. Jiwanya merasa tidak tentram
3. Takut untuk menghadapi maut
4. Tidak bisa ikhlas dalam kehidupan
5. Selalu merugi dalam kehidupan

Krisis iman memberi dampak yang sangat besar bagi


kehidupan seseorang. Seseorang yang mengalami krisis iman akan
dengan mudah melakukan hal hal yang di larang oleh agama islam.
misalnya seorang yang mengalami krisis iman akan mempercayai
takhayul, benda benda jimat karena tidak mempercayai adanya
kuasa Allah swt. Tindak kejahatan seperti pembunuhan, korupsi,
terorisme juga disebabkan oleh krisis iman karena orang yang

11
melakukan tindak kejahatan merasa bahwa segala sesuatu yang
diperbuatnya tidak dilihat oleh Allah swt.

2.5 Kegunaan Iman Bagi Seorang Muslim

Iman memang benda abstrak, tidak bisa diraba oleh panca indera
tapi memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dari dunia hingga
akhirat, sudah tentu disini akan saya kemukakan sebagian dari manfaat
iman yaitu:

a. Iman menjadi syarat mutlak bagi sahnya ibadah/ amal, artinya


orang beribadah atau beramal tanpa iman tidak sah dan sia-sia
“Siapa yang mengerjakan amal-amal saleh baik laki-laki atau
perempuan sedangkan dia beriman maka mereka masuk ke dalam
surga.” (QS An Nisa' : 124)
b. Istiqomah dalam pendirian hidup, orang yang beriman tidak pemah
ragu menegakkan kebenaran dan menghindari kebatilan
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu 'min dan tidak pula bagi
perempuan mu 'mmah, apabila Allah dan RasulNya telah
menetapkan suatu ketetapan akan ada lagi pilihan lain bagi
mereka tentang urusan mereka.” (QS Al Ahzab : 36)
Menurut ayat diatas apakah hukum formal, kebudayaan atau adat
istiadat, jika bertentangan dengan Islam, maka yang dipakai
adalah islamnya .
c. Iman memberi harapan bagi pelaku dosa besar selain syirik yang
tidak sempat bertaubat diwaktu hidupnya untuk masuk surga
artinya dosa-dosa besar yang dia lakukan terbawa mati, walaupun
dia masuk neraka tapi pada akhimya ada harapan diberi ampunan
oleh Allah. “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik.
dan Dia akan mengampuni segala dosa lain .syirik bagi siapa yang
dikehendakinya.” (QS Annisa' : 48)
Ayat ini ditafsiri oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu

12
Zarrin, Nabi Muhammad SAW bersabda : Jibril telah datang
kepadaku dan berkata : siapa yang mati diantara ummatmu
dengan tanpa mensekutukan Allah, dia masuk surga, aku (Abu
Dzarrin) bertanya : walaupun dia berzina dan mencuri? Jawab
Rasulullah SAW : walaupun dia (pemah) berzinah dan mencuri.
d. Iman berguna bagi non mu'min yang baru masuk Islam dengan
kata lain non muslim yang masuk Islam dengan sungguh-sungguh,
maka semua dosa-dosa yang dia kerjakan sebelum masuk Islam
akan dihapus oleh Allah "Katakanlah (Muhammad) kepada orang-
orang yang kafir, Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), Allah
akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah
lalu." (QS. Al Anfaal : 38)
e. Iman mendorong orang agar beribadah atau beramal sekaligus
mampu mencegah dari perbuatan ma'siat, sebab yang mendorong
orang beribadah adalah imannya bukan ilmunya, sebagai contoh :
yang mendorong orang melaksanakan solat dengan rutin adalah
imannya, sedangkan ilmunya hanya menuntun dia bagaimana
cara solat yang benar.
Artinya: "Tuhan (Allah) mereka membimbing mereka, karena iman
mereka (pada amal-anal yang diridhoinya) (QS. Yunus 9)

2.6 Sistematika dan Implementasi Rukun Iman

2.6.1 Iman Kepada Allah

Hakikat iman kepada Allah adalah pembenaran atas adanya Allah


yang Maha Pencipta, mengetahui yang ghaib, Rabb segala sesuatu, bahwa
tiada yang patut disembah kecuali Dia dan dengan asma’ dan sifatNya.
Sedangkan menurut Sayid Sabiq Iman kepada Allah SWT adalah ma’rifat
dengan nama-namaNya yang mulia dan sifat-sifatNya yang tinggi. Juga

13
ma’rifat dengan bukti-bukti wujud serta kenyataan sifat keagungan dalam
alam semesta ini. Realisasi iman kepada Allah menurut Abdul Majid adalah:

1) Ikhlas dalam melaksanakan ibadah, baik ibadah I’tiqodiyah,


qouliyah maupun ibadah praktis. Adapun yang meliputi ibadah
I’tiqodiyah adalah yakin bahwa Laa Ilaha Illallah, cinta kepada
Allah, takut kepada Allah SWT dengan mengharap rahmatNya.
Ibadah qouliyah meliputi mengucap kalimat syahadat, istighfar,
do’a, dll. Sedangkan ibadah praktis meliputi rukun islam dan
amalan-amalan lain yang disukai Allah SWT.
2) Iman secara konsekuen yaitu tidak hanya di lisan saja seseorang
mengaku iman akan tetapi dia harus konsekuen dengan aturan
iman itu sendiri misal membenarkan semua yang datang dari Allah
SWT, menunaikan kewajiban, amar ma’ruf nahi munkar, dll.

2.6.2 Iman Kepada Malaikat

Hakikat iman kepada malaikat Allah adalah pembenaran bahwa


malaikat itu ada, dan diciptakan dari cahaya, bahwa mereka mempunyai
tugas masing-masing terhadap hamba Allah. Sedangkan dalam kitab
aqidah islam iman kepada malaikat hakikatnya adalah ma’rifat dengan alam
yang ada di balik alam semesta ini, termasuk kekuatan kebaikan yaitu
malaikat, juga kekuatan jahat dari iblis dan sekalian tentaranya dari
golongan syaithan.

2.6.3 Iman kepada Kitab-kitab Allah

Hakikat iman kepada kitab Allah adalah meyakini bahwa itu adalah
wahyu yang diberikan kepada rasulnya, dan dia adalah petunjuk untuk
mengetahui antara yang baik dan yang buruk, serta yakin bahwa Allah
benar-benar memfirmankan. Dan Syaikh Abu Bakar Jabir menambahkan
bahwa segala hukum dan syari’at yang ada di dalamnya adalah hukum
untuk umatnya.

14
2.6.4 Iman kepada Rasul-rasul Allah

Hakikat iman kepada rasulnya adalah ma’rifat kepada nabi dan


rasulnya yang ditutup oleh nabi Muhammad SAW, meyakini bahwa mereka
adalah utusanNya dan menjadi pembimbing kea rah kebaikan. Bahwa
mereka adalah manusia biasa yang mendapat keistimewaan dari Allah yaitu
berupa wahyu dan mu’jizat. Dan bukan hanya meyakini akan tetapi kita juga
harus membenarkan dengan kita menjalankan segala apa yang disunahkan
kepada kita. Menjadikan mereka sebagai suri tauladan dalam menjalani
kehidupan di dunia.

Dan seseorang tidak boleh hanya mengimani beberapa rasul saja


dan jika hal itu terjadi maka seseorang itu menurut Abdul Majid maka dia
adalah kafir sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An Nisa’ ayat
150-152 yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-


rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada)
Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada
yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta
bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang
demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-
benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu
siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Para Rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara
mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

2.6.5 Iman kepada Hari Kiamat

Iman kepada hari kiamat hakikatnya yaitu ma’rifat dengan adanya


hari akhir beserta di dalamnya tanda-tandanya yang tadinya belum telihat
atau belum terjadi, serta kejadian setelah kematian yaitu adanya hari

15
kebangkitan, adanya siksa kubur dan kehidupansetelah adanya surge dan
neraka. Sehingga kita menjadi sadar bahwa dunia adalah bukan menjadi
tujuan hidup manusia.

2.6.6 Iman kepada Takdir (qadla dan qadar)

Iman kepada takdir Allah hakikatnya adalah ma’rifat dengan


keputusan yang ada baik dalam penciptaan maupun cara mengaturnya dan
yakin bahwa segala sesuatu yang belum dan sudah terjadi adalah
keputusannya tidak ada yang dapat mengetahui kecuali ilmu orang sejajar
dengan ilmu Allah. Karena memang seseorang tidak akan pernah
mengetahui kecuali sesuatu hal dengan tepat kecuali jika orang tersebut
mengetahui ilmunya. Misal seorang yang bodoh tentang ilmu kedokteran
dia akan menentang seorang dokter yang membedah perut pasiennya.
Akan tetapi jika ia tahu bahwa dokter adalah ahlinya maka dia akan
menentang mengakui ketidakmengertiannya.

2.7 Pengertian Taqwa dan Indikatornya

2.7.1 Pengertian Taqwa


Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut,
menjaga, memlihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai
sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran
agama islam. Taqwa secara Bahasa berarti penjagaan atau perlindungan
yang membentengi manusia dari hal-hal yang menakutkan dan
mengkhawatirkan. Oleh karena itu, orang yang bertaqwa adalah orang yang
takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengejarkan perintah-
nya dan tidak melanggar larangan-nya karea takut terjerumus kedaam
perbuatan dosa. Taqwa Adalah; sikap mental seseorang yang selalu ingat
dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda
dan dosa, selalu berusaha melakukan pernuatan-perbuatan yang baik dan
benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain,
diri sendiri dan lingkunganya

16
2.7.2 Indikator Ketaqwaan
a. Kecerdasan Sosial

Ditandai dengan selalu berbuat baik kepada orang lain karena ia


yakin kebaikan itu kembali kepada dirinya sendiri, tanpa salah alamat.

“sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang


yang baik.

Kebaikan seseorang tidak semata-mata diukur dari hablun minallah,


rajinya ibadah ritual tetapi harus diimbangi dengan hablun Minanas.
Shalat dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam mengajarkan
kepada kita untuk menjaga keseimbangan dan kesinambungan
hubungan vertical dan horizontal, Manusia yang terbaik adalah manusia
yang bergaul (lebur) dengan manusia lain dan sadar atas gangguan
mereka (al hadits). Orang yang baik adalah yang sholih ritual dan sholih
social. Sholihun linafsihi wa sholihun lighoirih (sholih untuk dirinya dan
sholih untuk orang lain).

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu,


sembahlah Tuhanmu da berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.” (QS.Al Hajj(22):77)

Ada dua kunci untuk sukses bergaul (bermuamalah) – interaksi yang


mengandung hitung-hitungan materi – dan bermu’asyarah – interaksi
yang menonjolkan ruhani – dengan orang lain.

a) Pertama, Salamatush shadr (dada selamat/steril dari penyakit


serakah, sombong dan dengki).

17
b) Kedua, Al-itsar (mengutamakan atau mendahulukan orang lain
dalam urusan dunia)

b. Kecerdasan Ruhaniah

Ia giat dan mudawamah (terus-menurus) dan istiqomah (konsisten)


melaksanakan qiyamullailI atau shalat malam

“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.”

Artinya, orang yang bertaqwa adalah orang yang rajin shalat malam
atau shalat tahajjud (melepaskan selimut) untuk mendekatkan diri
kepada Allah subhanahu Wata’ala. Itulah sebabnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wassallam menginformasikan kepada shabatnya
bahwa bangun malam adalah perilaku dan kebiasaan rutin (kultur)
orang-orang shalih dahulu, sebagai taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah Subhanahu Wata’ala, membetengi diri dari perbuatan
dosa, menghapuskan kesalahan dan dapat menghilangkan penyakit
dalam tubuh.

c. Kecerdasan Emosional

Ia selalu Muhasabah dengan memohon ampun (beristighfar)


kepada Allah Subhanahu Wata’ala di waktu sahur (di penghujung
malam). Orang yang cerdas adalah orang yang selalu itrospeksi diri dan
beramal untuk kehidupan sesudah mati. Dengan banyak muhasabah,
hisab di akhirat lebih ringan. Karena ia selalu minta ditutupi, dihapus
kelemahanya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.

18
Semakin banyak yang mengucapkan kalimat istigfar sepautnya
makin banyak kelemahanya yang dihapus. Sehingga yang menonjol
adalah kebaikanya (sisi positfi)

d. Kecerdasan Finasisal

“Dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin
menahan diri dari meminta”.

Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian


rizki yang di berikan Allah Subhanahu Wata’ala kepadanya untuk
orang lain yang membutuhkan. Ia yakin dengan memberi
sesungguhnya akan mendapatkan/memperoleh. Allah SWT akan
menggantinya dan melipatgandakan. Orang inilah yang bermental
kaya. Sebaliknya, orang yang simpanannya banyak, tetapi merasa
kurang terus, sehingga ia dihinggapi penyakit thoma’ (rakus),
sesungguhnya ia bermental miskin. Semakin menumpuk kekayaan
yang dimilikinya bagaikan minum air laut, semakin di minum semakin
haus.

2.8 Iman dan Taqwa Melahirkan Tawakal

Iman dan takwa harus dimiliki oleh setiap hamba Allah SWT yang
ingin mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat. Keimanan dan
ketakwaan seorang muslim adalah kunci agar mendapatkan ridho dan
barokah dari Allah SWT disamping itu usaha yang dilakukan dan bertawakal
menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT juga merupakan cara untuk
mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Dalam QS. Ath – Thalaaq ayat 2 -3

‫ق َو َم ْن‬ َّ ‫ َم ْخ َر ًج ا لَه ُ يَ ْجعَ ْل‬. ُ ‫ْث ِم ْن َويَ ْر ُز ْقه‬


ِ َّ ‫ّللاَ يَت‬ ُ ‫يَ ْحت َ ِسبُ َال َحي‬، ‫علَى يَت ََو َّك ْل َو َم ْن‬ َّ ‫سبُه ُ فَ ُه َو‬
َ ِ‫ّللا‬ ْ ‫َح‬

19
Artinya :

“ Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan


memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak disanga – sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (segala keperluan)nya.”

Tawakkal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam


menghadapi atau menunggu segala hasil suatu usaha yang dilakukan,
atau menanti akibat dari suatu keadaan. Jika seseorang memiliki
keimanan dan ketakwaan maka akan melahirkan rasa ikhlas dan pasrah
meyerahkan segala urusan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT.

Tawakal kepada Allah SWT termasuk cara untuk melindungi diri


seseorang dari gangguan, kezhaliman, dan permusuhan orang yang tidak
mampu dihadapinya sendiri karena Allah SWT akan memberikan
kecukupan atas keperluan hamba-Nya bertawakal. Allah juga akan
memberikan kemurahan dan keberkahan rezeki yang halal bagi hamba-
Nya yang bertawakal.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan terdahulu dapat


dinyatakan bahwa Iman kepada Allah SWT berarti percaya dengan
sepenuh hati bahwa Allah itu ada dengan segala kebesaran dan
keagungan-Nya. Iman terbentuk sejak di dalam kandungan seorang
Ibu kemudian benih iman itu harus memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan agar nantinya saat seseorang sudah dewasa
iman yang dimiliki sejak bayi akan terhindar dari pengaruh
lingkungan sekitar yang dapat merusak iman seseorang.

Ruang lingkup iman memenuhi tiga aspek kehidupan yaitu


hati, ucapan, dan perbuatan. Ruang lingkup iman dalam islam
meliputi satu bidang yaitu aqidah yang merupakan keyakinan yang
tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian. Iman seseorang dapat bertambah maupun
berkurang. Iman seseorang bertambah jika seseorang melakukan
hal yang baik sesuai ajaran islam, sebaliknya iman seseorang akan
berkurang jika Ia melakukan hal yang tidak sesuai dengan agama
seperti kebodohan, kelalaian, berbuat maksiat, dan sebagainya.
Tetapi terdapat cara memperbaiki Iman seseorang yaitu dengan
cara mempelajari agama, berbuat kebaikan dengan ikhlas,
bertaubat, dan sebagainya.

Iman dan takwa harus dimiliki oleh setiap hamba Allah SWT
yang ingin mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat. Takwa
berarti sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada
terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan
dosa, selalu berusaha melakukan pernuatan-perbuatan yang baik
dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada
orang lain, diri sendiri dan lingkunganya.Indikator ketakwaan meliputi
kecerdasan sosia, ruhaniah, emosional, dan finansial

Keimanan dan ketakwaan akan melahirkan tawakal, tawakal


yang berarti berserah diri kepada Allah atas segala urusan di dunia
maupun di akhirat. Tawakal kepada Allah adalah cara untuk
melindungi diri dari segala gangguan dan orang yang bertawakal
akan dimurahkan rezekinya oleh Allah SWT

21
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Nur Ulil. 2011. Makalah Keimanan dan Ketakwaan. Diakses tanggal
1 September 2018 dari situs http://amrhy.blogspot.com/2011/10/makalah-
keimanan-dan-ketakwaan.html?m=1

Syamhudi, Kholid. 2010. Sebab Bertambah dan Berkurangnya Iman.


Diakses tanggal 1 September 2018 dari situ https://muslim.or.id/1998-
sebab-bertambah-dan-berkurangnya-iman.html

Farras, Abu. Penyebab Tanda Iman Melemah dan Cara Mengatasinya.


Diakses tanggal 1 September 2018 dari situs
http://abufarras.blogspot.com/2016/01/Penyebab-Tanda-Iman-Melemah-
Dan-Cara-Mengatasinya.html

Arindah, Umayah. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Takwa. Diakses


tanggal 1 September 2018 dari situs
https://www.academia.edu/28063144/Pendidikan_Agama_Islam_Iman_da
n_Takwa

Hasyim, Shalih. Empat Indikator Ketakwaan. Diakses tanggal 1 September


2018 dari situs http://m.hidayatullah.com/kajian/yazkiyatun-
nafs/read/2014/01/20/15134/empat-indikator-ketakwaan.html

Taslim, Abdullah. 2013. Tawakal, Kunci Keberhasilan Yang Sering


Dilalaikan. Diakses tanggal 1 September 2018 dari situs
https://muslim.or.id/13995-tawakal-kunci-keberhasilan-yang-sering-
dilalaikan.html

Ulum, Fakhrul. 2016. Makalah Ruang Lingkup Iman (Dalam Islam). Diakses
tanggal 2 September 2018 dari situs https://kuliah-
aku.blogspot.com/2016/04/makalah-ruang-lingkup-iman-dalam-islam.html

Suyuti. 2012. Rukun Iman dan Impelementasinya. Diakses tanggal 2


September 2018 dari situs http://aniqlutfi.blogspot.com/2012/03/rukun-
iman-dan-implementasinya-makalah.html

Jamil, Moethar. Manfaat Iman. Diakses tanggal 3 September 2018 dari situs
http://moetharjamil.blogspot.com/2011/10/manfaat-iman.html

22

Anda mungkin juga menyukai