Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM
HUBUNGAN ANTARA KEIMANAN DAN KETAKWAAN
SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI HARI DAN DAPAKNYA TERHADAP DIRI UAT
ISLAM

Disusun Oleh :
Nama : DAFA HABIB KELANA
NIM : 220101080
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Unit : 02/B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SAMUDRA
FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu
agama Islam, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keimanan
dan Ketaqwaan” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan agama islam, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini. Juga kepada pihak-pihak yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa
dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.

                                                                                                                   

ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Masalah
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Iman
2. Tanda-tanda Orang yang Beriman
3. Pengertian Taqwa
4. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan
BAB III KESIMPULAN
BAB IV
SARAN
DAFTAR PUSTAKA

3
ABSTRAK
Pada setiap agama, keimanan merupakan unsur pokok yang harus dimiliki oleh setiap
penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang
menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, kokoh tidaknya bangunan itu sangat
tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak
cukup. Keimanan harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan
ajaran agama yang kita anut. Keimanan baru sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan
oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala perilaku kehidupan sehari – hari.Iman adalah
percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun
iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap
pemeluk agama Islam yakni percaya allah, percaya pada para Rasul, percaya pada malaikakt
dan kitab allah, percaya pada risalah hari bangkit , pokok agama serta rela pada ketentuan
allah. Sedangkan Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Keimanan dan Ketakwaan sangat berperan
dan berpengaruh penting buat manusia dalam menjalani kehidupan hal ini dikarenakan
keimanan dan ketakwaan sebenarnya telah melekat pada manusia serta keimanan dan
ketakwaan jugalah yang membentuk kerakteristik dan sifat kebaikan manusia.

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan
kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus
memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan
atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan
masalah keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang
berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik
keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena
keimanan dan ketakwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang.
Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan
melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi
tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat
umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan
dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu
dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang
sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh
karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar
belakangi kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan
ketakwaan yang kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

5
1.2  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian iman?
2.    Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman?
3.    Apa pengertian takwa?
4.    Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?
1.3  Tujuan Masalah
1.    Mendeskripsikan pengertian iman
2.    Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman
3.    Mendeskripsikan pengertian takwa
4.    Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan

1.4 Manfaat
1.    Bagi penulis    :  melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca   : dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan ketawaan serta
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Iman


Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian, rukun
iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap
pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak
dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada
dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau
kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang beriman. Hal
itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati
manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :

َ ‫ظلَ ُموا ِإ ْذ يَ َروْ نَ ْال َع َذ‬


‫اب‬ َ َ‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ َأ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ َش ُّد حُ بًّا هَّلِل ِ ۗ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذين‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫َأ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوَأ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال َع َذا‬
‫ب‬
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu
‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman
merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat
juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
7
Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy
1)   Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :
‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua
ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :
‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان‬
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota
tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2) Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬
“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan.
Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].
3) Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
‫ وهو التكلّم بكلمة‬،‫ وقول اللسان‬،‫ وهو االعتقاد‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
،‫ زال اإليمان بكماله‬،‫ فإذا زالت هذه األربعة‬.‫ وعمل الجوارح‬،‫ وهو نيته وإخالصه‬،‫ عمل القلب‬: ‫والعمل قسمان‬ .‫اإلسالم‬
‫ لم تنفع بقية األجزاء‬،‫وإذا زال تصديق القلب‬
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati,
yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan
syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan
hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam
hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal.
35].
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an, mengandung arti
positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan
ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut
iman bathil.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala
keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

2. Tanda-tanda Orang yang Beriman


Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1.    Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk
segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan berusaha memahami ayat yang tidak dia
pahami sebelumnya.

2.    Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul
(Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10,
dan at-Taghabun: 13).
3.    Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal:3dan al-
Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera
shalat untuk membina kualitas imannya.

4.    Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.

5.    Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:
3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-
Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.

6.    Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.

7.    Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang
dimiliki maupun dengan nyawa.

8.    Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah dan Sunnah Rasul.
       Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan
seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:

9
1.    Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2.    Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3.    Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4.    Senantiasa jujur dan adil.
5.    Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6.    Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7.    Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan
tidak takut kepada maut.
8.    Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9.    Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. (A. Toto Suryana AF, et.al, 1996 :
69).

 3. Pengertian Taqwa


Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan
melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh
dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan
menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam
lima kategori atau indicator ketaqwaan.
A.    Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain,
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
B.     Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin,
orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana,
orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan
hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama
umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.

10
C.     Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah
formal.
D.    Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
E.     Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki
semangat perjuangan.
4. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan
          Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang
bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya
pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus
yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga  sifat-sifat luhur dan akhlak
mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang
bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah
orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
orang yang berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro orang yang bertaqwa. Keimanan pada
keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan
tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan
Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan
berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang
Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang  ikhlas bahwa Allah adalah
satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah
manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada
yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan
menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman kepada Allah,
Tuhan  Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa
mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada
kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam
kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.

11
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan
perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila
sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua
perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

12
BAB III
KESIMPULAN
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk merasakan
kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi tiga
unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-
Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian disisi Tuhan-NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. Keimanan dan
ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh
karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-
ajaran Allah menurut sunnah rasul.

13
BAB IV
SARAN

Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya meningkat.
Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa terjaga.
Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT.
Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-ketakwaan.html
http://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-ketakwaan/

Anda mungkin juga menyukai