Anda di halaman 1dari 12

HAKIKAT KEIMANAN

(Tugas Makalah Mata Kuliah Agama)


Afni Cahya Wulan dan Rival Rahman
Fakultas Agama Islam UMC, Cirebon, Indonesia

ABSTRAK

Iman dalam perspektif islam. Kajian ini diawali dengan mendeskripsikan tentang
keimanan itu sendiri. Keimanan adalah kepercayaan yang kokoh kepada Allah Swt. dan
pemeliharaan iman seseorang berusaha untuk mempertahankan islam. Manfaat dan pengaruh
keimanan pada diri kita yaitu harus melakukan introspeksi pada peritiwaperistiwa yang berada
disifat manusia dan kejadian luar biasa alam semesta. Arti dari iman yaitu adalah keyakinan
dalam hati, ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota tubuh. Bertambah keimanan
dalam diri kita karena adanya banyak melakukan amal shalih.

Sedangkan berkurangnya Iman dengan banyak melakukan amal yang buruk. Pada sosial
kemanusiaan yang berhubungan dengan iman cukup luas jangkauan dan ruang lingkupnya,
namun berdasarkan literature-literature hadits yang merekam operasional dalam aktivitas
sosial Rasulullah dapat dirumuskan nilai-nilai esensial dan universal sehingga memungkinkan
untuk dimanifestasikan dalam konteks kekinian. Perilaku penyimpangan dari iman dan islam
bisa disebut juga sebagai kufur, karena manusia lebih mempercayai bid’ah. Akhirnya
ditinggalkan oleh Allah dan ditinggalkan oleh nafsu kedalam penghinaan.
PENDAHULUAN

Dalam Islam hal yang menyangkut kepercayaan dan keyakinan disebut iman. Kehidupan
yang serba terbuka menjadikan ruang persoalan hidup menjadi semakin kompleks dan beragam,
baik yang berasal dari diri maupun dari luar, sehingga tanpa disadari kebutuhan spiritual
merupakan keniscayaan pada diri manusia. Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya
terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan
melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Berbicara iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam
perbuatannya. Karunia terbesar dari Allah SWT.

Saat ini keimanan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat umum,
bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan itu, hal ini
dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu
hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan
membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena itu, dari persoalan dan masalah-
masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi saya untuk membahas dan
mendiskusikan tentang keimanan dan yang saya bentuk menjadi sebuah jurnal. Pada dasarnya
setiap manusia mempunyai fitrah berupa kepercayaan tentang adanya dzat yang Maha Kuasa,
yang dalam istilah agama disebut Tuhan.

Fitrah manusia tersebut adalah fitrah beragama tauhid yang dijadikan oleh Allah swt
pada saat manusia itu diciptakan. Tidak bisa disangkal lagi, bahwa keimanan merupakan inti
agama, terlebih agama islam. Persoalan iman ini sangat penting, bukan hanya karena masalah
tersebut berkaitan dengan esensi dan eksistensi islam sebagai agama, tetapi juga karena
perbincangan mengenai konsep ini menandai titik awal dari semua pemikiran teologi di antara
orang-orang Islam masa awal. Dengan memperhatikan aspek sejarah keimanan, bahwa
perselisihan atas makna kata tersebut (iman) merupakan perselisihan intern pertama yang
terjadi di antara orang-orang islam, yang mengakibatkan masyarakat muslim terpecah menjadi
beberapa sekte, dan aliran yang berbeda-beda dalam menafsirkan term iman dalam alQur’an
dan Sunnah, sehingga satu sama lain saling mengkafirkan. Kelompok yang mula-mula masuk ke
dalam gelanggang ini adalah khawarij.

Sebagian umat islam pada masa sekarang ini sudah banyak yang berfikiran bahwa Dunia
dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak
sebagian umat Islam sehingga mereka menjadi budak nafsu duniawi. Dan pada saat mereka
begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka
takut mati. Takut mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak dosa.
Di sinilah iman itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau solusi untuk menyelesaikan
masalah kehidupan tersebut. Ketika seseorang telah bias memahami dan menerapkan konsep
dari iman tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatsi permasalahan
hidupnya ,dan mendapat manfaat dari keimananya tersebut. Jadi iman itu sangat penting bagi
manusia khususnya bagi pemeluk agama islam agar mendekatkan kita diri kepada Allah SWT
Dan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa. Sunah menjelaskan lain, iman adalah sesuatu
yang fluktuatif, dapat bertambah dan berkurang.

Iman akan bertambah karena taat kepada Allah dan berkurang disebabkan maksiat
kepada-Nya. Al-Bukhari (w. 256 H./870 M.) memberikan bab khusus di dalam kitab shahihnya
tentang dasar fluktuatif keyakinan tersebut. Dalam korelasi ini, terlihat bahwa imân bukan
hanya kepercayaan semata tetapi juga mencakup aspek amaliah (perbuatan) dari anggota
tubuh. Karena itu, makna imân dalam perspektif ini telah merambah ke lingkup pengertian
semula dari islâm, yaitu amal-amal lahiriah. Disebabkan telah terjadi ekspansi makna di dalam
penggunaan term iman dari makna asalnya yang diistilahkan Toshihiko Izutsu dalam kajian
semantiknya dengan kompetisi dan persaingan makna kata, maka penyebutan iman tidak lagi
an sich pada makna dasarnya, yaitu batin. Disebabkan persaingan makna itu, maka tidak
terhindarkan adanya kesan paradoks antara ajaran batin dan ajaran lahir dan dua kata tersebut.

Tatkala ajaran-ajaran lahiriah dijadikan sebagai bagian iman maka penilian keberimanan
seseorang tidak lagi terpusat pada batin tetapi telah merambah pada ranah amal-amal lahir.
Konsekuensi logis dari elaborasi dan ekspansi makna tersebut, terjadilah keberhimpitan
cakupan pengertian dua term, imân dan islâm; yaitu antara ajaran lahir (islam) dan ajaran batin
(iman). Kenyataan ini menjadikan term iman sebagai sesuatu yang problematik di kalangan
ulama. Paradoks dalam memahami kedua makna iman dan islam terkadang mengakibatkan
kerancuan dalam menilai amal-amal lahir. Lebih dari itu, perambahan makna iman pada aspek-
aspek lahir secara ekstrim telahmenempatkan Khawarij menjadi kelompok takfiri. Menurut
mereka, pelaku dosa besar, seperti tidak berhukum dengan hukum Allah, tidak salat, dan tidak
mengeluarkan zakat, adalah kafir, sebab mereka telah mencederai imân. Demikian juga dengan
Muktazilah, mereka menempatkan amal sebagai bagian dari iman, namun mereka juga berada
dalam problema serius untuk mengafirkan seluruh pelaku dosa besar yang mencederai imân
lahirnya. Oleh sebab itu, mereka mengemukakan konsep al-manzilah bain almanzilatain (posisi
tidak mukmin dan tidak kafir) yang tidak dikenal pada generasi awal kaum Muslim.

A.HAKIKAT IMAN
Iman secara etimologi artinya mempercayai. Percaya berkaitan erat dan tidak bisa
dipisahkan dari mengenal dan mengetahui(ma'rifat). Dalam arti kepercayaan terhadap sesuatu
itu tumbuh dengan dilandasi dan didasari pengetahuan dan pengenalan terhadapnya. Jika
seseorang mempercayai sesuatu maka dia mengetahuidan mengenalnya. Dalam Khasyiyah
Jami' al-Shahih lil imam al-Bukhari disebutkan bahwa kadar dan tingkat keimanan seseorang
kepada Allah itu tergantung pada sejauh mana kadar pengetahuan dan pengenalan
(ma’rifatullah) orang tersebut kepada Allah. Jadi seseorang yang beriman kepada Allah, maka
tentunya dia mengetahui dan mengenal Allah.

Mengenal dan mengetahui Allah berbeda dengan mengenal makhluk-Nya. Mengenal


dan mengetahui Allah adalah dengan mengenal sifat-sifat-Nya, perintah-Nya dan larangan-Nya
yang dapat diperoleh dengan cara men-tadabburi dan men-tafakuri ayat-ayat-Nya, baik ayat
kauniyat/tersirat di alam raya maupun ayat qur'aniyat/tersurat dan tertulis dalam Qur'an.
Meskipun demikian, tidaklah merupakan kemestian orang yang mengetahui sesuatu otomatis
mempercayai dan mengimaninya. Adakalanya mengetahui sesuatu tetapi tidak mengimaninya
seperti iblis yang mengetahui (ma'rifat) terhadap Allah, tetapi dia tidak mengimani dan tidak
mau tunduk pada perintah Allah SWT. Sedangkan menurut terminologi , iman diformulasikan
sebagai pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan yang dibuktikan dengan perbuatan
dan karya nyata (amal) . Iman memiliki tiga sifat yaitu :

Pertama, iman itu bersifat abstrak dengan pengertian manusia tidak dapat mengetahui
dan mengukur kadar keimanan orang lain. Iman bersifat abstrak karena iman ada dalam hati
dan isi hati tidak ada yang tahu kecuali Allah dan orang tersebut. Namun meskipun demikian
ada sebuah hadits yang memberi petunjuk kepada kita bahwa meskipun iman itu bersifat
abstrak, tetapi imandapat diidentifikasi dari amaliah dan ketaatan seseorang dalam
menjalankan agamanya. Nabi bersabda: Artinya:"Apabila kamu melihat seorang laki-laki
membiasakan dirinya pergi ke mesjid (untuk menunaikan ibadah), maka persaksikanlah bahwa
orang tersebut beriman"(al-Hadits).

Kedua, iman bersifat fluktuatif artinya naik turun, bertambah dan berkurang,
bertambah karena melaksanakan keta'atan dan berkurang karena melakukan kemaksiatan .
Kondisi iman bersifat fluktuatif ini karena iman bertempat dalam hati yang mana karakter dasar
hati adalah berubah-ubah dan tidak tetap dalam satu kondisi, hati kadang senang, sedih, marah,
rindu, cinta, benci sehingga dalam bahasa Arab hati dinamai qalbun yang artinya bolak-balik
dan tidak tetap dalam satu kondisi. Abu Musa al-‘Asy’ari menyebutkan:"sesungguhnya hati
disebut qalbun tiada lain karena hati selalu bolak-balik dan berubah. Oleh karena itu iman mesti
dijaga dan dipupuk. Iman itu ibarat tanaman yang mesti dipupuk dan pelihara dengan baik.
Karena apabila iman tidak dipelihara dan dipupuk bisa saja iman itu mati ataupun kalau tidak
mati, iman itu tidak akan tumbuh dengan baik dan tidak akan berbuah amal kebajikan seperti
tanaman yang tidak terurus dan ditelantarkan yang mungkin mati atau mungkin hidup tetapi
tidak berbuah dan tidak menghasilkan.

Diantara hal-hal yang harus dilakukan untuk memelihara dan memupuk keimanan
adalah mentadaburi ayat-ayat Alqur'an, men-tafakkuri ciptaan-ciptaan Allah, berdzikir, berdo'a
kepada Allah agar diberi anugrah iman yang kuat dan senantiasa mengamalkan ajaran-ajaran
agama dengan konsisten. Dalam sebuah Hadits Nabi bersabda:"Perbaharuilah imanmu". Lalu
para shahabat bertanya kepada Rasul:"Bagaimana kami memperbaharui iman kami. Beliau
menjawab:"Perbanyaklah menyebut La Ilaha Illallah". Ketiga, iman itu bertingkat-tingkat.
Artinya tingkat dan kadar keimanan dalam hati orang beriman itu berbeda dan tidak sama, ada
yang kuat, ada yang sedang dan ada yang lemah imannya.

Kadar dan kualitas keimanan Abu Bakar dan shahabatshahabat Nabi tentunya berbeda
dengan keimanan orang-orang sesudahnya. Alqur'an pun dalam meredaksikan orang-orang
yang beriman adakalanya menggunakan kata Alladzina Amanu dan terkadang menggunakan
kata al-Mu'minun. Ada perbedaan makna antara kedua kata tersebut. Kata Alladziina Aamanuu
mengandung arti seluruh orang yang beriman baik yang kuat imannya, yang sedang imannya
maupun yang lemah keimanannya.

Sedangkan kata al-Mu'minun mengandung arti orang mu'min yang memiliki kualitas
keimanan yang sempurna. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan iman dan Islam oleh Allah
sehingga termasuk orang yang memiliki kualitas keimanan yang baik, namun tentunya untuk
meraih dan mewujudkan hal itu perlu ada upaya sungguh-sungguh (mujahadah) dan keinginan
kuat (iradah) yang diwujudkan dengan semangat menggebu (himmat 'adzimah) untuk
mendalami, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam itu sendiri.

B.PENGERTIAN KEIMANAN

Iman berasal dari kata “ ‫ ايمان‬,“dan merupakan bentuk masdhar (kata jadian) dari fi’il
madhi “‫“ امن‬yang menurut bahasa berarti membenarkan dan mempercayakan. Sedangkan
menurut istilah, iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan anggota badan. Keimanan adalah kepercayaan yang kokoh kepada Allah
Swt, syekh Husain bin Audah al-awaisyah menyebutkan bahwa “iman adalah keyakinan dalam
hati, ucapan dengan lisan dan perbuatan dengan anggota tubuh.

Amal perbuatan dengan segala macamnya, baik amalan hati maupun amalan anggota
tubuh termasuk hakikat keimanan”. Firman Allah Swt “(yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugrahkan
kepada mereka.” (QS. Albaqarah:3). Bahwasanya iman yang membenarkan dalam hati yaitu
iman yang mempercayai akan adanya alam semesta dab isinya, sedangkan mengikrarkan dalam
lisan seperti mengucapkan dua kalimat syahadat (tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah), dan mengamalkan dengan anggota tubuh seperti
melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari al-A'masy dari
Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga
kalian saling menyayangi.

Maukah kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya
niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian." Dan telah
menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah memberitakan kepada kami Jarir dari al-A'masy
dengan sanad ini. Dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, "
sebagaimana hadits Abu Mu'awiyah dan Waki'."

C. HAL HAL YANG DAPAT MENIADAKAN IMAN

Hal-hal yang bisa merusak aqidah diantaranya adalah: Syirik dan Nifaq
1. Syirik
Syirik adalah menyekutukan Allah dengan yang lain. Syirik dibagi 2:

a. Syirik akbar Adalah menyekutukan Allah. Seperti menyembah berhala. Disebut syirik akbar
karena :

1) Melakukan perbuatan yang jelas-jelas menganggap ada tuhan-tuhan lain selain Allah Swt.
dan tuhan-tuhan itu dijadikannya sebagai tandingan Allah Swt.
2) Menganggap ada sesembahan selain Allah Swt.
3) Menganggap Tuhan mempunyai anak atau segala perbuatan yang mengingkari kemaha
kuasaan Allah Swt.
b. Syirik asghar
perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan amalan keagamaan bukan atas dasar keikhlasan
untuk mencari ridha Allah, melainkan untuk tujuan lain. Syirik asghar ialah perbuatan yang
secara tersirat mengandung pengakuan ada yang kuasa di samping Allah Swt. Allah SWT
berfirman dalam surat An Nisaa ayat 36 yang artinya: "Dan sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun."

2. Nifaq
Secara bahasa, nifaq berarti lobang tempat keluamya yarbu(binatang sejenis tikus) Adapun
nifaq menurut syara' artinya: menampakkan Islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan
kekufuran dan kejahatan. Nifaq terbagi menjadi dua:
1) Nifaq i'tiqadi (keyakinan).
Nifaq ini terbagi enam dan pelakunya adalah penghuni neraka yang
paling bawah.
a). Mendustakan Rasulullah SAW
b). Mendustakan sebagian yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
c). Membenci Rasulullah SAW.
d). Membenci sebagian yang diajarkan Rasulullah SAW
e). Senang terhadap kemunduran agama Rasulullah SAW
f). Benci terhadap kemenangan agama Rasulullah SAW
2) Nifaq 'amali (dalam perbuatan)
Nifaq amali ada lima macam. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW
yang artinya: "Tanda munafik itu ada tiga: Apabila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia
mengingkari, dan bila diberi amanah ia berkhianat." (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Kufur
Kufur merupakan kata kerja lampau (fi'il madhi) yang secara bahasa berarti menutupi.
Sedang kata kafir merupakan bentuk kata benda pelaku (isim fa'il) yang terbentuk dari kata ka-
fa-ra yang berarti menutupi.
Penyebab terjadinya kekafiran diantaranya:
a. Kepicikan dan kebodohan
b. Kesombongan dan keangkuhan
c. Keputusasaan dalam hidup
d. Kesuksesan dan kesenangan dunia Faktor lingkungan Lahir dalam keluarga muslim
merupakan pemberian Allah di luar kehendak manusia. Jika selanjutnya menjadi muslim juga
merupakan hidayah di luar ikhtiar manusia. Hal ini bisa berubah sebaliknya, karena faktor
pendidikan, dakwah dsb.

4. Murtad

Kata murtad berasal dari kata irtadda menurut wazan ifta'ala, berasal dari kata riddah yang
artinya: berbalik.

5. Khurarat
Khurafat secara bahasa berarti takhayul, dongeng atau legenda Sedangkan khurafy adalah
hal yang berkenaan dengan takhayul atau dongeng. Khurafat ialah semua cerita sama ada
rekaan atau khayalan, ajaran- ajaran, pantang-larang, adat istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan
atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam.

6. Tahayul
Secara bahasa, berasal dari kata khayal yang berarti: apa yang tergambar pada seseorang
mengenai suatu hal baik dalam keadaan sadar atau sedang bermimpi.

7. Munafiq
Munafiq merupakan apabila berjanji mengingkari, apabila berkasta dusta, dan apabila
dipercaya mengkhianati. Sebagaimana Rosulullah SAW bersabda yang artinya: “Tanda-tanda
orang munafik ada tiga, jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi
amanah mengkhianati.” (HR. BUKHORI DAN MUSLIM).

Faktor lingkungan Lahir dalam keluarga muslim merupakan pemberian Allah di luar kehendak
manusia. Jika selanjutnya menjadi muslim juga merupakan hidayah di luar ikhtiar manusia. Hal
ini bisa berubah sebaliknya, karena faktor pendidikan, dakwah dsb.
8. Bid'ah
Jika di tinjau dari sudut pandang bahasa, bid'ah adalah diambil dari kata bida' yaitu al
ikhtira mengadakan sesuatu tanpa adanya contoh sebelumnya. Seperti yang termaktub dalam
Kitab Shahih Muslim bi Syarah Imam Nawawi dijelaskan sebagai berikut:"Dan yang dimaksud
bid'ah ialah segala sesuatu amalan tanpa contoh yang terlebih dahulu".
ВАВ III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai umat yang meyakini ajaran Islam sebagai tuntunan kita diMenurut dunia, maka
sudah menjadi hukum wajib bahwa kita harus beriman kepada Allah SWT Tuhan sang pencinta
alam semesta. Kepercayaan bahwa Allah itu benar ada harus tertanam pada hati seorang
muslim, dengan keteguhan hati meyakini bahwa Allah itu ada maka akan menjadi suatu hal
yang membuat kita sadar betapa Kuasa nya Allah terhadap seluruh makhluk ciptaannya. Iman
kepada Allah SWT bukan berarti sekedar percaya akan keberadaan nya saja, melainkan kita
harus menunjukkan sikap sebagai umat yang beriman, berkata dengan tutur kata yang baik
karna pada dasamya iman menuntun kita kepada jalan kebaikan. Manusia sebagal umat yang
diciptakan paling sempurna dimuka bumi ini, karana dibekali dengan akal dan pikiran. Sebagai
umat yang sempurna pasti kita sadar bahwa alam semesta dan isinya tidak mungkin ada tanpa
sang pencipta, dan sebagai umat yang memeluk agama Islam kita wajib yakin bahwa semua itu
adalah ciptaan Allah SWT yang senantiasa dititipkan kepada kita umatnya.

B. Saran

kami menyadari bahwa makalah yang kami sajikan tentu memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon kritik dan
sarannya, karena itu dapat membimbing kami menajadi lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka


Progressif,Surabaya,2002, cet.25

2. Hasyiyah Jami’ al-Shahih, Maktabah Darul Ihya al-Kutub al- ‘Arabiyyah, tt.
3. Aam Amirudin, Tafsir kontemporer, Khazanah Intelektual, Bandung, 2006,Jilid I.
4. Fathul Majid, dalam Program al-Maktabah al-Syamilah.
5. Itsbatushifat al-‘Uluwwi, dalam Program al-Maktabah al-Syamilah.
6. Al-Ghazali, Bidayat al-Hidayat, Pustaka al-'Alawiyyah, Semarang, tt
7. al-Durr al-Mantsur, dalam Program al-Maktabah al-Syamilah.
8. Sunan Ahmad bin Hambal, dalam Program Maktabah al-Syamilah.
9.Aziz Abdul Bin Abdullah Bin Baz Rahihmahullah 1994. HAL-HAL YANG MERUSAK AQIDAH, di
akses 10 april 2015
10.BUKU SISWA AKIDAH AKHLAQ.2014.Kementrian Agama islam RI hal-hal-yangmerusak
akidah.

Anda mungkin juga menyukai