Anda di halaman 1dari 22

PEMAHAMAN MENGENAI IMAN, ISLAM DAN IHSAN

Antika Melindasari, Asyif Rayendra Aisyah, Echa Veronika


Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung
Email: antikamelindasari27@gmail.com ;asyifrayendraaisyah25@gmail.com ;
29echaveronika@gmail.com

Abstrak
Human nature created by Allah SWT solely for ta'abbudi or servitude filled with
worship only because of Allah SWT. Worship without knowledge is useless and will be
in vain. Therefore it is important for mankind to know the relationship between Iman,
Islam and Ihsan. This journal discusses the Meaning, Relationship and Application of
Faith, Islam and Ihsan. Faith is a belief in the heart that is spoken orally and
manifested in human actions. Islam is obedience and obedience to Allah's commands
and prohibitions. Ihsan is a form of worship to worship God (to Allah SWT) as if he saw
God. Faith, Islam and Ihsan have a very close and inseparable relationship. Faith,
Islam and Ihsan can also be applied in everyday life, for example not disturbing others
and doing something related to worship. The result of this research is that if we are
likened to a building, then faith is the foundation of the pillar, and Ihsan is the roof. If
the foundation of our Faith (aqidah) is strong, then the building of Islam (a form of
devotion to Allah SWT. or worship) and Ihsan (the behavior that emerges) will be
beautiful and stand firmly within us. And conversely, if faith is fragile, our personality
will also become a fragile person and easily fall into immoral acts because of our weak
heart towards faith or belief Allah SWT.
Keywords : Faith, Islam, Ihsan, Connection, Application.

Abstrak
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk
ta’abbudi atat penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah
SWT. Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Maka dari itu penting bagi
umat manusia untuk mengetahui hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan. Dalam
jurnal ini membahas mengenai pengertian, hubungan serta aplikasi Iman, Islam dan
Ihsan. Iman merupakan keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan
diwujudkan dalam amal perbuatan manusia. Islam adalah ketundukan dan ketaatan
terhadap perintah dan larangan Allah.Ihsan merupakan suatu bentuk ibadah
menyembah Tuhan (kepada Allah SWT) yang seolah-olah dia melihat Tuhan. Iman,
Islam dan Ihsan mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
Iman, Islam dan Ihsan juga dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misalnya
tidak menggangu orang lain dan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan ibadah.

1
Jika diri kita diibaratkan sebuah bangunan, Iman adalah pondasi bangunan itu (diri
kita sendiri), Islam adalah tiangnya, dan Ihsan adalah atapnya. Jika pondasi Iman
(aqidah) kita kuat, maka bangunan Islam (bentuk pengabdian kepada Allah swt. atau
ibadah) serta Ihsan (perilaku yang muncul) akan indah dan berdiri kokoh dalam diri
kita. Dan sebaliknya, jika Iman rapuh maka kepribadian kita juga akan menjadi pribadi
yang rapuh serta mudah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat karena hati kita lemah
dalam beriman atau berkeyakinan kepada Allah SWT.
Kata Kunci: Iman, Islam, Ihsan, Hubungan, Pengaplikasian

A. PENDAHULUAN
Islam mempunyai pokok ajaran agama yang terdiri dari tiga komponen yaitu
Iman, Islam dan Ihsan. Terkadang tiga ajaran utama itu juga diistilahkan dengan :
aqidah, syariah dan akhlak, serta dengan istilah : iman, ibadah dan mu‟amalah.
Manusia hakikatnya diciptakan oleh Allah SWT karena semata-mata untuk
ta’abbudi atau penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah
SWT. Beribadah tanpa ilmu tidak ada gunanya dan akan sia-sia. Ada tiga
komponen yang saling berkaitan satu sama lain, tiga komponen itu adalah Iman,
Islam, dan Ihsan.
Kita sebagai manusia menginginkan kehidupan yang tenang, tentram dan
bahagia. Dalam mencapai keinginan tersebut kita pasti memerlukan tuntunan dalam
menjalankan kehidupan yang tentram serta bahagia yaitu agama yang lurus yang
mengajarkan kebaikan serta yang menghargai,menghormati dan menyayangi
kepada sesamanya. Dengan agama yang lurus kita akan lebih terarah dan lebih
menjadi baik karna kita senantiasa di tuntut untuk menjadi suatu sebuah
kepribadian yang lebih baik. Dalam mempelajari agama yang lurus agar kita dapat
memahaminya dengan baik serta dapat melakuakannya dengan perbuatan di
keseharian maka kita membutuhkan suatu keyakinankarna kita meyakini sesuatu
hal yang ghoib. Dalam sebuah agama islam kita patut untuk mengenal konsep iman
dan ihsan. Kedududkan ihsan dalam menjalani kehidupan ini sangatlah penting.
Karna kadang kala kita sebagai seorang muslim sudah di berikan tuntunan masih
saja melakukan hal hal yang kurang baik ( jelek ).ini karna tingkat ke imanan
seorang muslim masih kurang stabil walaupun sebenarnya kita sudah mengetahui
dengan baik bahwasannya ihsan merupakan realisasi dari iman .

2
Dari uraian di atas maka kita sebagai umat islam harus mengetahui arti Iman
Islam dan Ihsan. Hubungan iman, islam dan ihsan serta Pengaplikasianya dalam
berbagai aspek kehidupan. Karna dari ketiga konsep tersebutlah merupkan sebuah
kunci untuk mencapai suatu kehidupan yang tenang, tentram serta bagia

B. HASIL DISKUSI IMAN, ISLAM, DAN IHSAN


1) PENGERTIAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN
a. Pengertian dari Iman
Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-
imanan yang memiliki beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan
tenang. Kemudian al-Ghazali mengartikan iman sebagai “pembenaran”.1
Dari segi terminologi, pengertian iman oleh para ahli dimaknai secara
berbeda-beda, namun perbedaan tersebut tidak terlepas dari inti
pengertian iman tersebut. Seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah
kepada Malaikat Jibril yaitu bahwa “iman merupakan sebuah
pembenaran dan juga sebuah keyakinan terhadap adanya Allah SWT
dengan ke-Esa-an-Nya, Malaikat-Nya, pertemuan dengan-Nya, pada
utusan-utusan-Nya dan percaya pada hari kebangkitan atau hari akhir
(hari kiamat)”.2
Menurut Abdul Rahman Abdul Khalid, ia menjelaskan bahwa, bila
diperhatikan penggunaan kata Iman dalam Al- Qur’an, akan
mendapatinya dalam dua pengertian dasar, yaitu:
1) Iman dengan pengertian membenarkan adalah mengkonfirmasi
berita dari Allah dan Rasul-Nya. Salah satu hadist shahih
diceritakan bahwa Rasulullah saat menjawab pertanyaan Jibril
tentang Iman yang artinya bahwa apa yang dikatakan Iman adalah
kamu percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-

1
Afiful Ikhwan, Pendidikan Agama Islam Berbasis Islam Kontemporer Perspektif Indonesia
(Jakarta Timur: PT. Tunas Artha Mandiri, 2021), 60.
2
Chuzaimah Batubara, Handbook Metodologi Study Islam (Jakarta Timur: Prenadamedia Group, 2018),
66.

3
rasul-Nya, hari kiamat dan kamu percaya bahwa Qadar baik dan
buruk datang dari Allah SWT.
2) Iman dengan arti sedekah atau ber-iltizam dengan amal: sehingga
semua tindakan kebaikan yang tidak bertentangan dengan hukum
yang telah digariskan oleh syara’.3
Percaya kepada Allah Tuhan Yang maha Esa. Penyataan ini dapat
dipahami bahwa Allah (Yang Esa) menjadi satu-satunya Tuhan yang
harus disembah, ini adalah ajaran yang menjadi misi utama yang
merupakan misi Nabi yang pernah diutus oleh Allah ke bumi sepanjang
sejarah kehidupan manusia. Hal ini ditegaskan dalam ayat Al Qur’an:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu...” (QS.
16:36). Iman atau kepercayaan akan keesaan Allah dapat disebut dengan
Tauhid. Tauhid merupakan suatu pokok dan akar keimanan yang
menopang semua bagunan Islam, yang dalam Al Qur’an dengan kata
Lailaha illallah yang diucapkan dalam syahadat.4 Iman terdiri atas tiga
tingkatan, yaitu:
a. Tingkatan mengetahui/mengenal. Pada tingkatan pertama ini
sesorang hanyalah mengetahui apa yang diyakini dalam hati.
b. Tingkatan kedua yaitu tingkah kepekaan. Pada tingkatan ini,
keimanan manusia akan lebih tinggi, dikarenakan sesuatu yang
diyakini berdasarkan alasan tertentu.
c. Tingkatan haqqul yaqin, tingkat ini merupakan tingkatan keimanan
yang paling teratas. Manusia meyakini sesuatu tidak hanya
mamahami adanya alasan tertentu saja, namun disertai dengan
kepatuhan serta ketundukan kepada Tuhan.5

3
M Hatta, “Implementasi Isi Atau Materi Pendidikan (Iman, Islam, Ihsan, Amal Saleh, Dan
Islah) Di SD Muhammadiyah 7 Pekanbaru,” Journal Of Islamic Educational Management 2, no. 1
(2001): 15–16.
4
Kaelany, Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), 41–42.
5
Masan AF, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VII
(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2014), 7.

4
Iman merupakan keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan
dan diwujudkan dalam amal perbuatan manusia. keyakinan ini terdiri atas
enam rukun iman, yaitu : iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Allah, Nabi
dan Rasul, Hari Akhir, Qadla dan Qadar. Keenam rukun iman tersebut
merupakan bentuk amal batiniah sebagai wujud dari pengakuan hati
manusia terhadap kebesaran Tuhan, yang nantinya akan mempengaruhi
segala aktifitas yang dilakukannya. Iman akan membawa manusia ke titik
penyadaran diri sebagai hamba Tuhan yang tunduk di bawah kekuasaan
Tuhan. Karena manusia merupakan makhluk dengan segala kelebihan
dan kekurangan yang ada. Ketika keyakinan pada keenam rukun iman
tertanam dalam hati, maka kita sebagai manusia akan berusaha menjalani
kehidupan sesuai dengan fitrah dan ketentuan hukum Tuhan yang pada
akhirnya akan membawa kita semua ke arah kehidupan yang berkualitas.6

b. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab yang berarti ketundukan
(taslim), kepasrahan, penerimaan, tidak menolak, dan tidak
mendurhakai.7 Islam berarti penyerahan diri kepada Allah Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Perkasa dan Yang Maha Esa. Ketundukan diikuti
dengan kepatuhan dan ketaatan untuk menerima dan melaksanakan setiap
perintah dan larangan-Nya. Tunduk pada aturan dan hukum yang
diwahyukan kepada manusia melalui hamba pilihan-Nya. Peraturan
maupun hukum yang telah dibuat oleh Allah diketahui dengan istilah
“Syar’iah”.8
Sedangkan menurut istilah, Islam adalah agama yang mengajarkan
manusia untuk berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT.
Sehubungan pengertian Islam, Rasullah saw. bersabda dalam suatu hadits
yang artinya yaitu : “Islam artinya kamu tunduk kepada Tuhan

6
Muhammad Asroruddin Al Jumhuri, Belajar Aqidah Akhlak Sebuah Ulasan Ringkas Tentang
Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2019), 6.
7
Taofik Yusmansyah, Akidah Dan Akhlak (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008), 11.
8
Afiful, op. cit. hlm 65.

5
(mengabdikan diri kepada Allah SWT), dan tidaklah engkau
persekutukan Allah SWT dengan suatu hal yang lainnya, engkau dirikan
salat, engkau keluarkan zakat yang difardukan, engkau berpuasa di
bulan Ramadhan, dan engkau mentunaikan ibadah haji bila engkau
mampu pergi ke baitullah.” (HR. Bukhari)
Orang yang patuh dan berserah diri kepada Tuhan bisa dikatakan
sebagai Muslim atau orang silam. Jika mereka benar-benar orang islam,
maka dalam hidup dan matinya hanya untuk mencari keridhaan dari
Tuhan.9
Maka kesimpulan dari islam merupakan ketundukan serta ketaatan
terhadap perintah dan larangan Allah. Perintah dan larangan-Nya
terkandung dalam ajaran Islam, oleh karena itu hanya orang yang tunduk
dan taat pada ajaran Islam yang akan mendapatkan keselamatan serta
kedamaian hidup dunia dan akhirat. Dengan Islam sebagai agama, tidak
dapat lepas dari keberadaan unsur-unsur penyusubya yang berupa rukun
Islam, yaitu :
1) Membaca dan menyebutkan dua kalimat syahadat;
2) Mendirikan dan melaksanakan sholat lima waktu;
3) Berzakat;
4) Berpuasa di bulan Ramadhan;
5) Menunaikan ibadah haji.10

c. Pengertian dari Ihsan


Ihsan merupakan suatu kata yang berasal dari Bahasa Arab yaitu
kata kerja (fi`il) yaitu : ‫ احسا ن – يحسن –احسن‬artinya: ‫( فعل الحسن‬Perbuatan
baik).11 Ihsan dalam bahasa merupakan lawan dari kata keburukan. Kata
Ihsan berasal dari kata kerja ahsana, yang berarti melakukan sesuatu

9
Masan, op. cit. hlm 8.
10
Nur Hadi, “Islam, Iman Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba‘in An-Nawawi: Studi Materi
Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadits Nabi SAW,” Jurnal Intelektual: Jurnal
Pendidikan Dan Studi Keislaman 9, no. 1 (2019): 4–5.
11
Ibid

6
kebaikan.12 Sedangkan menurut istilah, Ihsan merupakan suatu bentuk
ibadah menyembah Tuhan (kepada Allah SWT) yang seolah-olah dia
melihat Tuhan. Jika ia tidak melihat Allah, maka sesungguhnya Allah
melihatnya. Rasulullah saw. bersabda dalam suatu hadits riwayat Muslim
yang artinya yaitu : “Hendaklah kamu menyembah Allah SWT seakan-
akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak dapat melihat-Nya
sesungguhnya Allah melihatmu”.13 Dengan demikian, para ulama
mengelompokkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:
1) Ihsan kepada Allah;
2) Ihsan kepada diri sendiri;
3) Ihsan kepada sesama manusia;
4) Ihsan bagi sesama makhluk.14

2) Hubungan/Korelasi Antara Iman, Islam, dan Ihsan


Dapat dikatakan bahwa Iman, Islam dan Ihsan memiliki hubungan
yang erat dan tidak dapat untuk dipisahkan. Mengapa dikatakan demikian?
Jawabannya karena Iman merupakan suatu keyakinan yang menjadi dasar
akidah. Keyakinan ini kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan rukun
Islam. Lalu pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan sebagai
upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rukun Islam itu wujudnya
berupa amalan lahiriah yang diatur di dalam ilmu fiqih. Ilmu fiqih adalah
ilmu amalan lahiriah manusia sebagai seorang hamba Allah SWT. Iman
dapat dipelajari melalui ilmu tauhid (teologi) yang menjelaskan tentang
pokok-pokok keyakinan. Mempelajari Ihsan sebagai cara beribadah
merupakan bagian dari ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang lebih menekankan
pada hubungan spiritual antara manusia dengan khaliqnya.15

12
Ahmad Mukhlasin, Filsafat Manajemen Pendidikan Islam (Medan: CV. Pusdikara Mitra Jaya, 2021),
198.
13
Raras Huraerah, RIPAIL (Rangkuman Ilmu Pengetahuan Agama Islam Lengkap) (Jakarta: JAL
Publishing, 2011), 52.
14
Ruli Liana Anugrah, “Islam, Iman, Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba’in An-Nawawi (Studi
Materi Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadits Nabi SAW,” Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam 9, no. 2 (2019): 34.
15
Al Jumhuri and Muh Asrorudin, Belajar Aqidah Akhlak (Sleman: CV. Budi Utama, 2019), 8.

7
Integrasi Iman, Islam dan Ihsan merupakan perpaduan dari tiga
perangkat konsep agama Islam yang sesuai dengan dalil. Iman, Islam dan
Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam
sebagai agama tidak cukup jika tidak disertai dengan Iman. Kembali
dikatakan bahwa Iman, Islam dan Ihsan memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Sebagaimana yang dikatakan dalam hadits nabi SAW dalam HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin
Hambal yang artinya: “Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia
berkata bahwa Isma’il ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu
Hayyan al Taimiy dari Abi Zur’ah telah menyampaikan kepada kami dari
Abu Hurairah ra mengatakan bahwa : Di suatu hari ketika Nabi Muhammad
saw. sedang duduk dengan sahabat-sahabatnya, tiba-tiba datanglah seorang
laki-laki lalu bertanya, "apakah Iman itu?". Kemudian Nabi saw menjawab,
"Iman artinya percaya kepada Allah SWT., percaya kepada para malaikat-
Nya, percaya kepada kitab-kitab-Nya, dan pertemuannya dengan Allah
SWT, para Rasul-Nya dan percaya pada hari kebangkitan dari kubur.
Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, "apakah Islam itu? Lalu Nabi saw.
menjawab, "Islam adalah menyembah kepada Allah dan tidak
menyekutukan Allah SWT dengan suatu hal apapun yaitu, mendirikan
shalat, menunaikan zakat yang difardhukan serta berpuasa di bulan
Ramadhan." Lalu laki-laki itu bertanya lagi: "apakah Ihsan itu?" Nabi saw.
menjawab, "Ihsan artinya bahwa engkau menyembah kepada Allah SWT
seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-Nya,
ketahuilah bahwa Allah SWT melihatmu. Lalu laki-laki itu bertanya lagi:
"apakah hari kiamat itu?" Nabi saw. Pun menjawab, "orang yang ditanya
tidaklah lebih mengetahui daripada yang bertanya, tetapi saya
memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari
kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika
penggembala onta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun
gedung gedung megah, juga termasuk lima perkara yang 3 tidak dapat
diketahui kecuali oleh Allah SWT, selanjutnya Nabi saw. membaca ayat:

8
"Sesungguhnya Allah SWT hanya pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui
datangnya hari kiamat. Kemudian orang itu pergi, dan Nabi saw. bersabda
kepada para sahabat-sahabatnya, "antarkanlah orang itu. Tetapi para sahabat
tidak melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi saw. bersabda: "Itu
adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk mengajarkan agama kepada
para manusia".16
Dalam praktiknya, Iman, Islam dan Ihsan memang tidak bisa
dipisahkan. Namun secara teori, Iman, Islam, dan Ihsan bisa dibedakan.
Iman dan Islam saling melengkapi satu sama lain, Iman menyangkut aspek
keyakinan dalam hati yaitu amanah atau keyakinan. Islam berarti
keselamatan, kedamaian, ketaatan, dan ketundukan, kemudian Ihsan berarti
selalu berbuat baik karena merasa diperhatikan oleh Allah SWT. 17 seseorang
yang mengaku memiliki Iman tidak akan ada artinya jika tidak dibuktikan
menggunakan amal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi lain,
perbuatan nyata Islam dan Ihsan dalam kehidupan sehari-hari jika tidak
berdasarkan Iman yang benar maka juga tidak akan diterima oleh Allah.
Dengan begitu, Iman, Islam, dan Ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Jika diri kita diibaratkan sebuah bangunan, Iman adalah pondasi
bangunan itu (diri kita sendiri), Islam adalah tiangnya, dan Ihsan adalah
atapnya. Jika pondasi Iman (aqidah) kita kuat, maka bangunan Islam
(bentuk pengabdian kepada Allah swt. atau ibadah) serta Ihsan (perilaku
yang muncul) akan indah dan berdiri kokoh dalam diri kita. Dan sebaliknya,
jika Iman rapuh maka kepribadian kita juga akan menjadi pribadi yang
rapuh serta mudah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat karena hati kita
lemah dalam beriman atau berkeyakinan kepada Allah SWT.18 Meskipun
Iman, Islam dan Ihsan dapat dibedakan dalam pembahasan dan objeknya,
namun dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan karena Iman yang

16
Karmawan, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi (Cirebon: Insania, 2021), 88–89.
17
Nur Hadi, loc. cit.
18
Harjan Syuhada and Fida’ Abdilah, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VII (Jakarta:
Bumi Aksara, 2021), 14.

9
terkandung dalam hati menuntut dibuktikan dalam bentuk perbuatan
anggota tubuh kita sesuai dengan Iman, dan Islam menuntut agar dilakukan
dengan cara yang terbaik untuk mencapai itu semua kita harus banyak
bersabar.
Seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama saja tidak
cukup tanpa dibarengi oleh keimanan. Sebalikya, Iman tidak ada artinya jika
tidak didasarkan pada Islam. Makna Islam dan Iman bisa mencapai
kesempurnaan jika disertai dengan Ihsan, karena Ihsan dalam kita beribadah
mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih. Iman, Islam dan Ihsan juga
memiliki kaitan dengan hari kiamat karena hari kiamat merupakan tujuan
akhir kehidupan manusia dari segala macam perjalanan manusia di dunia.
Kiamat juga merupakan tempat tanggung jawab manusia serta menerima
ganjaran dari segala perbuatan yang dilakukan manusia selama hidupnya.
Dan kepastian datangnya hari kiamat merupakan rahasia Allah SWT yang
harus diyakini oleh umat Islam.19
Selain memiliki hubungan yang erat, Iman, Islam, dan Ihsan juga
mempunyai perbedaan antara ketiganya yang menjadi ciri masing-masing.
Iman juga lebih menekankan kepada aspek keyakinan di dalam hati. Islam
adalah sikap untuk berbuat atau beramal, Ihsan adalah pernyataan yang
berupa perbuatan nyata. Selain itu, Ihsan juga menjadi ukuran tebal dan
tipisnya keimanan dan keislaman seseorang.20

3) Aplikasi Iman, Islam, dan Ihsan dalam Berbagai Aspek Kehidupan


Iman, Islam, dan ihsan ketiganya saling berkesinambungan dan tidak
dapat terpisahkan. Ketiganya membentuk suatu kepercayaan dalam diri serta
dapat menghidupkan jiwa yang kelam. Terkadang banyak sekali kita jumpai
orang yang kehilangan tiga hal penting tersebut. Oleh karenanya, bagi kita
yang masih memiliki setidaknya sejengkal iman harus kita pertahankan dan
kita tingkatkan untuk dapat mencapai ketenangan hidup yang nyata. Orang

19
Karmawan, op. cit. hlm 89-90.
20
Masan, op. cit hlm 9-10.

10
yang beriman disebut sebagai mukmin, orang yang beragama Islam disebut
sebagai muslim, sedangkan orang yang berihsan disebut dengan muhsin.
Menurut Asmaran dalam Nur Hadi, secara teori iman, Islam, dan ihsan
dapat dibedakan namun dari segi prakteknya tidak dapat dipisahkan. Hal
tersebut dikarenakan antara satu dengan hal lainnya saling mengisi dan
saling melengkapi, Iman menyangkut aspek keyakinan dalam hati yaitu
kepercayaan atau keyakinan, sedangkan Islam artinya keselamatan,
kesentosaan, patuh, dan tunduk dan Ihsan artinya selalu berbuat baik karena
merasa diperhatikan oleh Allah.21
1) Pengaplikasian Iman dalam Kehidupan
Bila kita amati dan pahami, kata iman itu memiliki dua pengertian
di dalam Al-Qur’an. Menurut penjelasan Abdul Khalid, dua pengertian
tersebut yaitu :
a) Iman dengan pengertian membenarkan artinya membenarkan berita
yang datangnya dari Allah dan dari Rasul-Nya. Pada suatu hadits
shahih dikatakan bahwa Rasulullah saw. ketika menjawab
pertanyaan Malaikat Jibril tentang Iman yang artinya Iman itu
adalah ketika engkau beriman kepada Allah SWT, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan percaya
kepada hari kiamat dan engkau beriman bahwa Qadar baik dan
buruk datangnya hanyalah dari Allah SWT.
b) Iman memiliki arti amal atau ber-iltizam dengan amal, maksudnya
yaitu segala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan
hukum yang telah digariskan oleh syara’.22

Dari pernyataan tersebut kita mengetahui bahwasanya iman


merupakan sebuah pembenaran dalam hati yang diucapkan dengan lisan
serta ditunjukkan dalam sebuah perbuatan. Iman artinya mempercayai
sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak ada pengelakan dalam
hatinya. Contoh Iman dalam keyakinan hati yaitu memiliki rasa takut

21
Nur Hadi, loc. cit.
22
Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah Antara Kufur Dan Iman (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 1.

11
kepada Allah SWT, beribadah dalam menyembah Allah SWT serta
bertawakal kepada-Nya. Kemudian Iman diucapkan dengan lisan
contohnya yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, berdzikir
dengan bertasbih, tahmid, takbir, tahlil, beristighfar, dan berdakwah
dengan menyebarkan ilmu kebaikan kepada khalayak. Selanjtnya iman
dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku dapat ditunjukkan dengan
perbuatan anggota badan, seperti mendirikan shalat, berzakat,
menjalankan ibadah puasa, berjihad di jalan Allah SWT, mencari ilmu
karena Allah (bersekolah, mendatangi majlis ilmu, kursus dll), serta
mencari nafkah untuk keluarga dan masih banyak perilaku lainnya.
Perwujudan iman dalam kehidupan dapat kita tahu dalam keseharian
bahkan kita juga pernah menjalankannya. Pengaplikasian iman dalam
kehidupan sehari-hari dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Mencintai saudara sesama muslim
Berdasarkan hadits dari H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, dan
Nasa`i menjelaskan bahwa Anas r.a. berkata bahwa nabi saw
bersabda, “Tidakkah seseorang diantara kamu termasuk beriman
sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri”. Hadits di atas memiliki makna bahwasanya di antara ciri-
ciri kesempurnaan daripada Iman seseorang yaitu bahwa ia
mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Rasa cinta
yang dimaksud adalah termasuk di dalamnya terdapat rasa bahagia
jika melihat saudara sesama muslim mendapatkan kebaikan yang
membuatnya senang, dan ia tidak merasa senang apabila melihat
saudara sesama muslimnya mendapat kesulitan atau musibah yang ia
sendiri membencinya. Persaudaraan itu dikatakan muri dan suci
apabila datangnya dari lubuk hati, yang didasarkan pada iman dan
tidak ada yang lain. Maka persaudaraan itu akan abadi seabadi rasa
Imannya kepada Allah SWT, dengan kata lain, persaudaraan itu
didasarkan dengan lillah. Orang yang mencintai saudaranya karena
Allah SWT akan memandang bahwa dirinya adalah salah satu

12
anggota masyarakat, yang harus membangun suatu tatanan untuk
kebahagiaan bersama. Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik
kebahagiaan maupun kesengsaraan, ia akan anggap sebagai
kebahagiaan dan kesengsaraan juga. Dengan demikian, hal tersebut
akan menciptakan suatu hubungan yang harmonis antar individu
yang nantinya akan mempererat rasa persatuan dan kesatuan.
2. Bersikap ramah dalam menerima tamu, bertetangga, dan bertutur
kata
Pada hadits H.R Bukhari dan Muslim, dijelaskan terdapat tiga
perkara yang didasarkan atas rasa keimanan kepada Allah SWT dan
hari akhir, yaitu memuliakan tamunya, memuliakan tetangga serta
berbicara yang baik atau lebih baik diam. Maka dari itu, seandainya
manusia benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari akhir,
maka ia akan berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangan Allah
SWT, kemunkaran dan kemaksiatan. Namun demikian, tidak berarti
bahwa orang yang tidak memuliakan tamu dan tetangga, serta tidak
berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya, maksud beriman kepada Allah SWT dan hari akhir
adalah sebagai penyempurnaan Iman pada diri seseorang.
3. Membahagiakan orang lain
Membahagiakan orang lain merupakan salah satu hal yang
sangat dicintai oleh Allah SWT. Dalam membehagiakan orang lain
tidak hanya berupa uang, namun juga dapat dengan perilaku
sederhana laiannya seperti : Menunjukkan wajah simpati
(memberikan senyuman), memberikan nasehat, datang memenuhi
undangan, dating menjenguk orang yang sedang sakit, tidak
membebani orang lain, membantu membayarkan hutang orang lain,
mendoakan saudara sesame muslim.23

2) Pengaplikasian Islam dalam Kehidupan

23
Khadijah, “Realisasi Iman Dalam Kehidupan,” Jurnal Hikmah 9, no. 1 (2012): 14–20.

13
Islam yang kita tahu merupakan salah satu agama yang dianut di
Indonesia. Islam merupakan agama yang dibawa oleh Rasulullah saw di
wilayah Mekkah, Arab pada tahun 610 M. Hadirnya agama Islam
ditandai dengan turunnya Al-Qur’an pada malam 17 Ramadhan yang
diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari
sehingga pada malam 17 Ramadhan disebut juga sebagai malam Nuzulul
Qur’an. Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah SWT
sebagai bekal manusia hingga hari kiamat kelak. Hal utama yang
diajarkan dalam Islam adalah mengenai akidah, ibadah, dan akhlak.
Ketiga hal tersebut merupakan kunci utama pembuka dalam pengamalan
Islam. Pembangunan Islam berada di atas akidah yang merupakan konsep
pembenaran dan kebaikan. Kemudian ibadah dalam Islam merupakan inti
ajaran, sedangkan akhlak adalah perilaku dari ajaran Islam tersebut. Di
sini, kata Islam berasal dari Bahasa Arab yang mempunyai bermacam-
macam arti, diantaranya sebagai berikut:
a) Salam artinya selamat, aman sentosa dan sejahtera, yaitu aturan
hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.
b) Aslama artinya menyerah atau masuk Islam, maksudnya yaitu agama
yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat
kepada hukum Allah SWT tanpa tawar- menawar.
c) Silmun artinya keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang
mengajarkan hidup yang damai dan selamat.
d) Sulamun artinya tangga, kendaraan, yaitu peraturan yang dapat
mengangkat tingkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan
orang-orang kepada kehidupan yang lebih bahagia. Kemudian kata
Islam secara istilah (terminologi) merupakan mengacu kepada agama
yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, dan
bukan berasal dari manusia. Sebagai agama yang sempurna, Islam
datang untuk menyempurnakan ajaran yang dibawa oleh para Nabi
Allah SWT sebelum Nabi Muhammad.

14
Dari pengertian mengenai Islam tersebut, kita mengetahui bahwa
Islam adalah agama yang damai, penenang jiwa, dan agama yang
diridhoi Allah SWT. Menurut Sahri, dengan seseorang itu masuk kepada
Islam maka orang itu akan selamat, damai dan sentosa dalam kehidupan
yang seimbang baik lahir maupun batin, baik dunia maupun akhirat.
Islam memang memiliki makna , yaitu sebagai suatu agama yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada segenap para Nabi dan Rasul-Nya.
Allah juga menegaskan, bahwa siapapun yang memeluk agama selain
agama Islam maka tidak akan diterima. Oleh sebab itulah para Nabi
membawa dan memeluk agama ini, karena memang Islam diperuntukkan
bagi segenap manusia. Selain membawa ajaran pokok yaitu akidah, para
Nabi dan Rasul Allah SWT juga membawa ajaran pokok yang lain yaitu
syariah. Sumber dari syariah ini langsung dari Allah SWT, yang
kemudian disampaikan Allah SWT kepada manusia melalui Rasul-Nya.
Al-Qur’an menginformasikan bahwasanya syariah datang kepada para
Rasul Allah memiliki tujuan yang sama diantaranya yaitu memelihara
dan menjaga agama, diri, akal, keturunan, kehormatan dan nasab, serta
harta.24
Dalam pengamalan nilai ajaran agama Islam, kegiatan pendidikan
yang dilakukan yaitu menanamkan atau memupuk pribadi ajaran
keIslaman yang mengacu kepada keimanan dan ketaqwaan yang
memiliki daya dorong atau motivasi dalam proses kegiatan perilaku yang
nampak, yang berwujud akhlaq di satu sisi, dalam amaliah atau dalam
muamalah serta di berbagai bidang kehidupan. Ajaran agama Islam
memiliki fungsi yaitu sebagai sistem acuan atau titik dasar sikap dan
pijakan para pemeluknya dalam interaksi sosial yang dipenuhi rasa
toleransi, rasa solidaritas, dan dalam menjaga kerukunan di dalam
masyarakat. Pada agama-agaa lain juga memiliki fungsi yang sama yaitu
seperti menebar pesan-pesan cinta dan kasih, menebar kedamaian

24
Sahri, Modul Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa (Bojonegoro: Universitas Nahdlatul
Ulama, 2020), 30–31.

15
terhadap sesama manusia serta kerukunan antar masyarakat. Dilihat dari
hal inilah sesungguhnya peran daripada para penyuluh agama atau ulama
dalam menempati tempat strategis dalam masyarakat umat beragama. Hal
itu dikarenakan salah satu dari fungsi penyuluh agama (ulama) adalah
sebagai ujung tombak yang saling berhubungan langsung dengan
masyarakat dalam membina umat beragama untuk mengimplementasikan
ajaran-ajaran agama secara baik dan benar. Pengaplikasian Islam dalam
kehidupan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ibadah
Islam sering dikaitkan dengan agama, oleh karenanya dalam
pengaplikasiannya identik dengan kegiatan peribadatan/peribadahan.
Yang dimaksud dengan kegiatan peribadatan adalah sholat jum’at,
sholat rawatib, sholat tarawih dan sholat- sholat yang lainnya, serta
i’tikaf.
b. Islam dalam kegiatan kependidikan
Yang dimaksud dengan Islam dalam kegiatan kependidikan yaitu
pendidikan (untuk anak-anak, remaja dan orang dewasa baik pria
maupun wanita) seperti :
 Pendidikan di sekolah (formil), yaitu seperti Roudlotul Adfal,
Taman kanak-kanak, Madrasah, Sekolah umum / Perguruan
Tinggi;
 Pendidikan di luar sekolah (non formil), yaitu seperti Majelis
Ta’lim, Pengajian khusus termasuk wirid, Kursus, Les
keagamaan dan lain-lain.
c. Ibadah sosial
Contoh ibadah sosial seperti Kegiatan pengurusan zakat fitrah,
Kegiatan pengurusan kurban, Kegiatan pengurusan sumbangan
untuk fakir miskin dan anak yatim, Kegiatan upacara pengIslaman,
Kegiatan koordinasi dalam peningkatan perekonomian umat,
Kegiatan upacara perkawinan/konsultasi kesejahteraan keluarga,
Kegitan khitanan massal, Bantuan musibah, Pembinaan muallaf

16
d. Usaha-usaha dalam bidang kesehatan
Contohnya seperti Poliklinik, BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan
Anak), PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
e. Pembinaan kegiatan remaja
Contohnya seperti Kegiatan olahraga, Kegitan kesenian yang
bernafaskan Islam (hadroh dll), Kegiatan peringatan Hari-hari Besar
Islam Nasional serta penyelenggaraan MTQ.25

3) Pengaplikasian Ihsan dalam Kehidupan


Ali Amran menyatakan bahwa Ihsan merupakan puncak ibadah dan
akhlak yang menjadi target utama seluruh hamba Allah SWT. Karena,
Ihsan menjadikan seseorang menjadi sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari Allah SWT. Begitupun sebaliknya, seorang hamba yang tidak dapat
mencapai target ini, maka akan kehilangan kesempatan untuk menduduki
posisi terhormat di mata Allah SWT.26 Kemudian, Ihsan itu
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Ihsan Allah dan Ihsan manusia. Ihsan
Allah adalah bentuk pemberian nikmat Allah SWT kepada hambanya.
Pada dasarnya Ihsan manusia juga masih dikelompokkan menjadi dua,
yaitu Ihsan manusia terhadap Tuhan dan Ihsan manusia terhadap sesama.
Arti dari Ihsan manusia terhadap sesama manusia pada dasarnya
diperluas lagi menjadi ihsan manusia kepada sesama makhluk ciptaan
Allah. Maksudnya, manusia tidak hanya berihsan terhadap sesamanya
saja tetapi juga terhadap alam semesta dan seisinya, termasuk binatang
dan tumbuhan sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
Pengaplikasian Ihsan dalam kehidupan yaitu :
a) Pada aspek ibadah
Ihsan dilihat dalam aspek ibadah itu artinya diwajibkan, yaitu
dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji

25
Amiruddin Z Nur, “Pengamalan Ajaran Agama Islam Dalam Kehidupan Bermasyarakat,”
Jurnal Al-Mau’izhah 1, no. 1 (2018): 6–7.
26
Ali Amran, “Konsep Adil Dan Ihsan Menurut Aqidah, Ibadah Dan Akhlak,” Jurnal Hikmah 6,
no. 2 (2012): 108.

17
dan lain sebagainya dengan cara-cara yang benar, yaitu dengan
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah dan adab-adab yang telah
menjadi peraturannya. Hal ini tidak akan mungkin dapat dilakukan
oleh seorang hamba, kecuali pada saat pelaksanaan ibadah-ibadah
tersebut dipenuhi dengan motivasi dan cita rasa yang sangat kuat
(menikmatinya), juga dengan penuh kesadaran bahwa Allah SWT
senantiasa melihatnya hingga ia merasa bahwa ia sedang dipantau
dan diperhatikan oleh-Nya.27
b) Pada aspek muamalah
Pada aspek muamalah ini meliputi aksi seorang yang berkepribadian
Ihsan dalam mengimplementasikannya terhadap makhluk lain yang
merupakan ciptaan Allah. Ihsan kepada makhluk yaitu ketika
seseorang menunaikan semua hak-hak makhluk yang telah
ditetapkan di dalam Islam. Berbuat Ihsan kepada makhluk berarti
berbuat ihsan kepada sesama manusia, serta binatang serta alam
semesta dan seisinya. Aspek muamalah yang pertama yaitu tentang
cara manusia dalam berhubungan dengan manusia lainnya. Allah
SWT memerintahkan manusia untuk berbuat Ihsan dengan sesama
manusia. Contohnya yaitu memerintahkan manusia untuk berbuat
baik kepada kedua orang tua, saudara/kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahaya.28
c) Pada aspek akhlak
Ihsan pada aspek akhlak sebenarnya merupakan buah dari ibadah
dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat Ihsan dalam
akhlaknya jika seseorang tersebut telah melakukan ibadah seperti
yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadits yaitu menyembah
Allah SWT seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat
melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah SWT senantiasa melihat

27
Ibid, hlm 109.
28
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 731.

18
kita. Apabila hal tersebut telah dicapai oleh seseorang, maka
sesungguhnya ia telah mencapai puncak Ihsan dalam ibadah. Pada
akhirnya, hal itu menjadi akhlak atau perilaku yang diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mereka yang telah
sampai pada tahap Ihsan di dalam ibadahnya, maka akan terlihat
jelas dalam perilaku dan karakternya. Selanjutnya cara penerapan
Ihsan dalam kehidupan dijelaskan sebagai berikut :
 Menyembah dan beribadah kepada Allah SWT
 Melaksanakan ibadan yang wajib maupun sunnah
 Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga, kerabat,
tetangga dan masyarakat
 Melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif
 Mengimplementasikan sifat-sifat mahmudah (sifat terpuji)
dalam kehidupan, serta
 Bersyukur atas nikmat Allah SWT.29

C. KESIMPULAN
Iman merupakan keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan
diwujudkan dalam amal perbuatan manusia. Keyakinan ini terdiri atas enam Rukun
Iman yaitu itu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Allah, Nabi dan Rasul, Hari
Akhir, Qadla dan Qadar. Islam adalah agama yang mengajarkan manusia untuk
berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT. orang yang tunduk dan
berserah diri kepada Allah disebut Muslim. Seseorang yang benar-benar Muslim,
hidup dan mati hanya untuk mencari keridhoan dari Allah. Kuncinya adalah bahwa
islam adalah ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah dan larangan Allah.
Ihsan dalam bahasa merupakan lawan dari kata keburukan. Kata Ihsan berasal dari
kata kerja ahsana, yang berarti melakukan sesuatu kebaikan. Sedangkan menurut
istilah, Ihsan merupakan suatu bentuk ibadah menyembah Tuhan (kepada Allah
SWT) yang seolah-olah dia melihat Tuhan. Jika ia tidak melihat Allah, maka
sesungguhnya Allah melihatnya.
29
Ali Amran, op. cit. hlm 110.

19
Iman, Islam dan Ihsan itu memiliki hubungan yang sangat erat dan tidak
dapat untuk dipisahkan, itu karena Ima merupakan suatu keyakinan yang menjadi
dasar akidah. Keyakinn ini kemidian diwujudkan melalui pelalsanaan rukun Islam.
Lalu pelaksanaan rukum Islam dilkukan dengan cara Ihsan sebagai upaya
memdekatkan diri kepada Allah SWT. Jika diibaratkan oleh bangunan, Iman adalah
pondasi bangunan itu (diri kita sendiri), Islam adalah tiangnya, dan Ihsan adalah
atapnya.
Iman, Islam, dan ihsan ketiganya saling berkesinambungan dan tidak dapat
terpisahkan dalam berbagai aspek kehidupan. Pengaplikasian iman dalam
kehidupan sehari-hari dapat ditunjukkan sebagai berikut: a) mencintai saudara
sesama Muslim, b) tidak mengganggu orang lain, c) bersikap ramah dan menerima
tamu, bertetangga, dan bertutur kata, d) membahagiakan orang lain. Sedangkan
untuk pengaplikasian Islam dalam kehidupan sehari-hari yaitu: a) melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan ibadah, b) islam dalam kegiatan kependidikan,
c) ibsdah sosial, d) usaha-usaha dalam bidang politik kesehatan, e) pembinaan
keguiatan remaja. Dan terakhir adalah pengaplikasiam Ishsan dalam kehidupan
sehari-hari, Ali Amran menyatakan bahwa Ihsan merupakan puncak ibadah dan
akhlak yang menjadi target utama seluruh hamba Allah SWT. Karena, Ihsan
menjadikan seseorang menjadi sosok yang mendapatkan kemuliaan dari Allah
SWT. Begitupun sebaliknya. Lalu pengaplikasian Ihsan dalam kehidupan sehari-
hari itu berkaitan dengan aspek Ibadah, Muamalah dan Akhlak.

20
DAFTAR PUSTAKA

AF, Masan. Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VII.
Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2014.

Amran, Ali. “Konsep Adil Dan Ihsan Menurut Aqidah, Ibadah Dan Akhlak.” Jurnal
Hikmah 6, no. 2 (2012).

Anugrah, Ruli Liana. “Islam, Iman, Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba’in An-Nawawi
(Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadits Nabi
SAW.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam 9, no. 2 (2019).

Batubara, Chuzaimah. Handbook Metodologi Study Islam. Jakarta Timur: Prenadamedia


Group, 2018.

Hadi, Nur. “Islam, Iman Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba‘in An-Nawawi: Studi
Materi Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif Hadits Nabi SAW.”
Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman 9, no. 1 (2019).

Hatta, M. “Implementasi Isi Atau Materi Pendidikan (Iman, Islam, Ihsan, Amal Saleh,
Dan Islah) Di SD Muhammadiyah 7 Pekanbaru.” Journal Of Islamic
Educational Management 2, no. 1 (2001).

Huraerah, Raras. RIPAIL (Rangkuman Ilmu Pengetahuan Agama Islam Lengkap).


Jakarta: JAL Publishing, 2011.

Ikhwan, Afiful. Pendidikan Agama Islam Berbasis Islam Kontemporer Perspektif


Indonesia. Jakarta Timur: PT. Tunas Artha Mandiri, 2021.

Jumhuri, Al, and Muh Asrorudin. Belajar Aqidah Akhlak. Sleman: CV. Budi Utama,
2019.

Jumhuri, Muhammad Asroruddin Al. Belajar Aqidah Akhlak Sebuah Ulasan Ringkas
Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah. Yogyakarta: CV. Budi Utama,
2019.

21
Kaelany. Islam & Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000.

Karmawan. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Cirebon: Insania, 2021.

Khadijah. “Realisasi Iman Dalam Kehidupan.” Jurnal Hikmah 9, no. 1 (2012).

Khalid, Abdul Rahman Abdul. Garis Pemisah Antara Kufur Dan Iman. Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.

Mukhlasin, Ahmad. Filsafat Manajemen Pendidikan Islam. Medan: CV. Pusdikara


Mitra Jaya, 2021.

Nur, Amiruddin Z. “Pengamalan Ajaran Agama Islam Dalam Kehidupan


Bermasyarakat.” Jurnal Al-Mau’izhah 1, no. 1 (2018).

Sahri. Modul Pendidikan Agama Islam Untuk Mahasiswa. Bojonegoro: Universitas


Nahdlatul Ulama, 2020.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishbah. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Syuhada, Harjan, and Fida’ Abdilah. Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VII.
Jakarta: Bumi Aksara, 2021.

Yusmansyah, Taofik. Akidah Dan Akhlak. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008.

22

Anda mungkin juga menyukai