Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARIAH
2019
0
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Sholawat serta salam akan terus
tercurahkan kepada junjungan besar Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari akhir.
Kami selaku penyusun menyadari kekurangan dari makalah ini. Maka dari
itu, saran dan kritik yang membangun kami nantikan untuk kesempurnaan
makalah yang penyusun buat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………2
BAB I……………………………………………………………………………3
PENDAHULUAN………………………………………………………………3
A. Latar Belakang…………………………………………………………..3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….3
C. Tujuan…………………………………………………………………...3
BAB II…………………………………………………………………………..4
PEMBAHASAN………………………………………………………………..4
A. Pengertian Iman, Islam dan Amal……………………………………….4
1. Pengertian Iman………………………………………………….4
2. Pengertian Islam…………………………………………………4
3. Pengertian Amal…………………………………………………5
B. Kedudukan Iman, Islam dan Amal dalam Kehidupan…………………..6
1. Iman dalam Kehidupan………………………………………….6
2. Islam dalam Kehidupan…………………………………………7
3. Amal dalam Kehidupan…………………………………………8
C. Hubungan antara Iman, Islam dan Amal………………………………..9
BAB III………………………………………………………………………...10
PENUTUP…………………………………………………………………..…10
A. Kesimpulan…………………………………………………………..…10
B. Saran……………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Iman
Pengertian Iman berasal dari baasa Arab yang artinya percaya.
Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan,dan diamalkan dengan tindakan
(perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allahitu benar-benar ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, kemudian
pengakuanitu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikandengan amal
perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakansebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah,
tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin
yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebutmerupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.1
2. Pengertian Islam
1
Said Abdullah, Gelora Iman dalam Islam (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1979), hal 15
4
Kata Islam adalah nama yang diberikan Tuhan sendiri, banyak
ayat-ayat Quran yang menyebutkannya antara lain:
3. Pengertian Amal
2
Ali Imran (3) : 19
3
Ibid : 85
4
Razak Nasrudddin, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1977), hlm.56-57
5
ungkapan lain. Seperti fi’il, sa’yu, shan’u,kasab, dan jarah. Letak
persamaan antara semua ungkapan tersebut adalah kesemuanya
meliputi perbuatan manusia. Namun walaupunn secara makna
mereka berdekatan tetapi masing-masing memiliki focus makna
yang berbeda. 5
5
Yusran, Amal Saleh, (Makassar: Jurnal AL-Adyaan, 2015), hlm.126
6
keyakinan yang positif hidup dalam jiwa mereka.Mereka
telah menanggapi nyala apinya dengan keimanan. Dan
sebaliknya kita sekarang ini, hanyalah menanggapi abunya
saja, atau mendapatkan kulitnya belaka, tidak lebih.
Nyala api keimanan yang ditanggapi Angkatan
Muslim Pertama terdahulu dengan jitu itu, ternyata lebih
menjadi pendorong yang maha dahsyat dalam perjuangan
Li I’ L a a - i Kalimat I’ L L A A H, hingga tercapai dalam
jangka waktu yang amat singkat.
Tetapi tanggapan sekarang terhadap keimanan,
hanyalah mengenai lahirnya atau kulitnya belaka, belumlah
mencapai isinya di dalam. Hanya bibir kita sajalahyang
bergerak komat kamit, sedang hati fikiran kita masih tetap
dingin bagai bangkai.
Banyak diantara manusia yang mengaku bahwa
dirinya benar-benar sudah mukmin, tetapi mereka tidak
menunjukkan ketenangan dan kehebatan. Hal ini
disebabkan karena mereka kosong dari makrifat, sehingga
mereka selalu dalam keadaan bimbang tanpa pendirian.
Maka alangkah bijaksananya bila mereka belajar betul-
betul tentang isi al-Quran.
7
masehi, akan tetapi sekurang-kurangnya pada hari
6
penciptaan, apabila tidak sebelumnya.
Manusia merupakan satu kesatuan ummatdan
aqidah, berasal dari nenek-moyang yang sama yaitu Adam
dan Hawa. Kemudian dari kedua manusiaitu berkembang
menimbulkan bangsa-bangsa dan kabilah-kabilah. Adanya
bangasa-bangsa dan suku-suku bangsa itu bukan untuk
saling bermusuh-musuhan, tetapi untuk saling kenal-
mengenal dengan baik. Pertentangan dan permusuhan
terjadi karena manusia telah tidak sadar aka nasal
kejadiannya, lupa akan kesatuan kemanusiaannya dan
menyeleweng dari petunjuk-petunjuk Tuhan. Mereka telah
menyimpang dari kesatuan aqidah, yaitu aqidah tauhid.
Islam mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia
itu adalah makhluk yang baik. Untuk membangun
masyarakat, manusia itulah yang harus dibangun lebih
dahulu, membangun manusia pembangunan yang akan
membangun.
6
Razak Nasruddin, Dienul Islam, (Bandung, PT. Al Ma’arif,1977), hlm.68
8
Syariat yang selama inidianggap sebagai penentu
baikdan buruk, ternyatadireduksi ke dalam paradigm
berfikir yang sifatnya formalistic, dan bahkan
individualistic. Akhirnya patokan “agama” yang dilahirkan
hanya memberikan batas-batas yang kaku bagi keunikan
dan potensi kreatifitas manusia untuk memadukan agama
dan social politik kemasyarakatan dalam menjalani
kehidupannya.7
7
Yusran, Amal Saleh, (Makassar: Jurnal AL-Adyaan, 2015), hlm.133
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Razak Nasruddin, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1977, Cet. Kedua)
10
Said Abdullah, Gelora Iman dalam Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1979, Cet.
Kedua)
11